Berdasarkan saat terjadinya ketunarunguan

PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016 27 Pengelompokkan klasifikasi bagi anak tunarungu yang saat ini digunakan pada umumnya menurut Samuel A.Kirk dalam Depdikbud 1995:29 ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1 0 dB Menunjukkan pendengaran yang optimal 2 0 – 26 dB Menunjukkan seseorang masih mempunyai pendengaran yang normal 3 27 – 40 dB Mempunyai kesulitan mendengar bunyi-bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan memerlukan terapi bicara tergolong tunarungu ringan 4 41 – 55 dB Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara tunarungu sedang 5 56 – 70 dB Hanya bisa mendengar suara dari jarak yang dekat, masih mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara dengan menggunakan alat bantu mendengar serta dengan cara yang khusus tunarungu agak berat 6 71 90 dBHanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang – kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan luarf biasa yang intensif, membutuhkan alat bantu dengar dan latihan bicara secara khusus tunarungu berat 7 91 dB keatasMungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran, banyak bergantung pada penglihatan daripada pendengarfan untuk proses menerima informasi dan yang bersangkutan dianggap tuli tunarungu berat sekali Klasifikasi tunarungu dilihat dari pandangan umum terbagi menjadi 2 bagian yaitu : 1 Orang tuli adalah seorang yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar sehingga mengalami hambatan dalam bahasa dan komunikasi, baik memakai atau tidak memakai alat bantu dengar. 2 Orang kurang dengar adalah seorang yang mengalami kehilangan sebagian kemampuan mendengar, akan tetapi masih memiliki sisa pendengaran baik memakai atau tidak memakai alat bantu dengar. PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016 28 2

3. Karakteristik Ketunarunguan

Tunarungu merupakan istilah umum untuk menunjukkan kepada seorang yang mengalami ketidak mampuan pendengaran deaf dan kekurangan pendengaran hard of hearing yang disebabkan oleh adanya kerusakan atau ketidak fungsian pada alat pendengaran, sehingga mengakibatkan perkembangan bahasa terhambat dan memerlukan suatu pelayanan khusus dalam mengembangkan potensinya. Arthurt Boothroyd, 1982, dalam Mahmud 2003 memprediksi masalah yang akan muncul akibat kurang berfungsinya indra pendengaran bila tidak ditangani sejak dini, yaitu terjadinya hambatan dalam bidang persepsi sensori, kognisi, bahasa dan komunikasi, keterampilan bicara, sosial, emosi dan intelektual sehingga akan mempersempit pula kesempatan mendapatkan pendidikan dan pekerjaan di kemudian hari. Sebagai dampak adanya kerusakan organ telinga pendengaran maka karakteristik khusus anak tunarungu dapat dilihat dari hal-hal berikut ini. a Perkembangan Bicara dan Bahasa Sebagai dampak dari ketunarunguan adalah terbatasnyakurangnya pemerolehan atau pembendaharaan bahasa vocabulary akibatnya seseorang mengalami keterlambatan dalam perkembangan bicarabahasa, kemampuan bicara dan bahasa anak tunarungu berbeda dengan anak yang menengar, hal ini dikarenakan perkembangan bahasa erat kaitannya dengan kemampuan mendengar.Perkembangan bahasa saat masa meraban tidak terganggu, melainkan akan berhenti pada masa perkembagan bahasa setelah meraban. “Interdependensi antara pendengaran dan perkembangan bahasa sangat besar dan merupakan masalah yang besar bagi anak tunarungu. Kurang atau tidak adanya keterampilan berbahasa akan sangat terasa pada anak dengan gangguan pendengaran yang berat dan parah. Suppes, 1975 Suran, 1979 dalam Mangunsong 1998. Terganggunya alat pendengaran akan menghambat kepada perkembangan bahasa untuk berinteraksi menerima akses bahasa yang PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2016 29 banyak, tetapi lain lagi bagi tunarungu, dia kurang dalam bicara dan bahasa karena disebabkan pendengarannya terganggu. b Aspek Kepribadian dan Emosi Akibat keterbatasan pendengaran menyebabkan siswa tunarungu menjadi frustasi, cepat marah dan mudah tersinggung. Uden Bunawan 1983:8, mengemukakan beberapa karakteristik kepribadian dan emosi siswa tunarungu, yaitu sifat egosentris yang lebih besar dari pada siswa yang mendengar, mempunyai perasaan takut khawatir, terhadap lingkungan sekitar, ketergantungan terhadap orang lain dan mempunyai sifat cepat marah tersinggung. Hallahan Kaufman 1991. Perkembangan sosial dan kepribadian manusia sangat dipengaruhi oleh kemampuan untuk berkomunikasi, demikian pula pada anak tunarungu. Oleh karenanya, tidaklah mengherankan apabila banyak anak tunarungu mengalami kesepian. Karena mereka tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain. Penyebab kekurangan pendengaran anak tunarungu kurang memahami akan bahasa lisan dan tulisan berkomunikasi sering kali menafsirkan suatu yang negatif atau salah, hal ini sering mengakibatkan tekanan kepada emosi. Tekanan pada emosi itu dapat menghambat perkembangan pribadinya dengan menampilkan sikap menutup diri. Ketunarunguan dapat mengaibatkan anak terasing dari pergaulan temannya dikehidupan sehari-hari, keadaan ini menghambat perkembangan kepribadian anak. Akibat dari keterasingan tersebut dapat menimbulkan efek-efek negatif seperti : 1 Egosentrisme yang melebihi anak normal 2 Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas 3 Ketergantungan terhadap orang lain 4 Perhatian mereka lebih sukar dialihkan 5 Memliki sifat yang polos, sederhana dan tidak banyak masalah 6 Lebih mudah marah dan cepat tersinggung