variabel Sarana pelayanan kesehatan terhadap Pemanfaatan Penolong Persalinan. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 4.19 berikut:
Tabel 4.19. Pengaruh Sarana pelayanan kesehatan Ibu terhadap Pemanfaatan Penolong Persalinan
No Sarana
pelayanan kesehatan
Pemanfaatan Penolong Persalinan
Total p
Ya Tidak
n n
N
1 Baik
46 67,6
22 32,4
68 100,0
0, 047 2
Tidak Baik 45
50,6 44
49,4 89
100,0
Total
91
58,0 66
42,0 157
100,0
4.3.7  Pengaruh Kebutuhan  Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Penolong Persalinan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari  77  orang ibu  dengan  kebutuhan
pelayanan kesehatan  baik  sebanyak  64  orang  83,1  memanfaatkan  tenaga profesional sebagai penolong persalinan. Sedangkan 80 orang ibu dengan kebutuhan
pelayanan kesehatan  tidak baik ada 27  orang 33,8  memanfaatkan  tenaga profesional sebagai penolong persalinan. Berdasarkan hasil uji chi-square  antara
variabel kebutuhan  pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan penolong Persalinan diperoleh nilai p  = 0,000
α  0,05,  artinya  ada  pengaruh  yang signifikan antara variabel kebutuhan  pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan penolong Persalinan.
Untuk lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 4.20 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.20. Pengaruh Kebutuhan  Pelayanan Kesehatan Ibu terhadap Pemanfaatan Penolong Persalinan
No Kebutuhan
Pelayanan Kesehatan
Pemanfaatan Penolong Persalinan
Total p
Ya Tidak
n n
N
1 Baik
64 83,1
13 16,9
77 100,0
0, 000 2
Tidak Baik 27
33,8 53
66,3 80
100,0
Total
91
58,0 66
42,0 157
100,0 4.4. Analisis Multivariat
Penelitian ini ada 7 variabel yang diduga memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan penolong Persalinan antara lain variabel independen faktor predisposisi
: pendidikan, pengetahuan, sikap, sosial budaya. Faktor pendukung : status ekonomi, sarana pelayanan kesehatan. Faktor kebutuhan : kebutuhan akan pelayanan
kesehatan terhadap variabel dependen memanfaatkan tenaga profesional bidan, dokter kandungan sebagai penolong Persalinannya.  Seleksi  kandidat  multivariat
maka variabel tersebut dapat langsung masuk ketahap multivariat, dan apabila p- valuenya  0,25 secara substansi dianggap penting maka variabel tersebut dapat
dipertimbangkan untuk masuk tahap multivariat. Tahap ini  melakukan pemilihan model untuk uji multivariat regresi logistik.
Berdasarkan  analisis bivariat bahwa variabel pengetahuan, sikap, sosial budaya, sarana pelayanan kesehatan, dan kebutuhan akan pelayanan kesehatan  memenuhi
syarat untuk masuk ke dalam model pengujian multivariat karena mempunyai nilai
Universitas Sumatera Utara
p  0,25. Dari hasil analisis multivariate diketahui bahwa variabel pengetahuan, sosial budaya, dan faktor kebutuhan akan pelayanan kesehatan, layak untuk  diikutkan
dalam model multivariat. Dengan perincian sebagai berikut; Hasil uji regresi logistik  berganda diketahui bahwa faktor  pengetahuan
berpengaruh signifikan terhadap pemanfaatan penolong persalinan dengan koefisien regresi=  -2,853, sig.=0,009, faktor sosial budaya berpengaruh signifikan terhadap
pemanfaatan penolong persalinan dengan koefisien regresi=1,217, sig.=0,016, faktor kebutuhan  pelayanan kesehatan berpengaruh signifikan terhadap pemanfaatan
penolong persalinan  dengan koefisien regresi= 3,893, sig.=0,000, dan nilai konstanta sebesar  -0, 715. Dengan hasil koefisien regresi positif dan konstanta negatif
menunjukkan bahwa dengan pengetahuan kurang, sosial budaya baik,  kebutuhan pelayanan kesehatan  baik maka akan  meningkatkan ibu dalam pemanfaatan
penolong persalinan oleh tenaga profesianal, dapat dilihat pada tabel 4.21.
Tabel 4.21.  Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Antara Variabel Pengetahuan, Sosial Budaya dan Faktor Kebutuhan
No. Variabel
B Exp B
P-Value
1. Pengetahuan
-2,853 0,058
0,009 2.
Sosial Budaya 1,217
3,376 0,016
3. Faktor Kebutuhan
3,893 49,079
0,000 Constant
-0,715 0,489
0,005
Berdasarkan hasil analisis uji binary logistik regression dengan metode tersebut dapat ditentukan model persamaan binary  logistik  regression  yang  dapat
Universitas Sumatera Utara
menafsirkan pemanfaatan  penolong persalinan di  wilayah kerja  puskesmas Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan adalah sebagai berikut :
Rumus: �Z =
1 1  +
ℯ⁻�  +  �1�2 +  �2�4 … . . +���7 �Z =
1 1  +
ℯ⁻−0,715 + −2,853�2  +  1,217�4 + 3,893�7
Keterangan: fZ
=  Pemanfaatan penolong Persalinan �
=  Konstanta regresi logistik α
=   Konstanta pemanfaatan penolong Persalinan ß
1
sd ß =   Nilai Beta
7
X2 =  Pengetahuan
X4 =  Sosial budaya
X7 =  Kebutuhan akan pelayanan kesehatan
Sub variabel  kebutuhan  pelayanan kesehatan  dengan koefisien regresi tertinggi yaitu 3,893.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1.  Pengaruh Faktor Predisposisi terhadap Pemanfaatan Penolong Persalinan
Faktor prediposisi dalam penelitian ini meliputi pendidikan, pengetahuan, sikap dan sosial budaya
5.1.1.  Pengaruh Pendidikan terhadap Pemanfaatan Penolong Persalinan
Berdasarkan hasil analisis uji chi-square pada variabel pendidikan, diperoleh nilai p
= 0,845  α 0,05, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel pendidikan terhadap  pemanfaatan penolong Persalinan.  Berdasarkan uji bivariat
menunjukan 58,0   ibu yang berpendidikan  SMASederajat  memanfaatkan  tenaga profesional sebagai penolong persalinan. Sedangkan ibu yang berpendidikan
SDSMPSederajat  sebanyak 54,8  memanfaatkan  tenaga  profesional sebagai penolong persalinan.  Hasil analisis menunjukan bahwa tidak ada pengaruh antara
pendidikan dengan pemanfaatan penolong Persalinan. kenyataan di lapangan menunjukan  bahwa faktor pendidikan bukan
merupakan variabel mutlak yang mempengaruhi ibu untuk memanfaatkan penolong Persalinan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang bukan berarti semakin baik
pula pengetahuannya terutama pengetahuan tentang tenaga penolong persalinan yang profesional, tenaga kesehatan apa yang berhak dan berwenang menolong proses
persalinan seorang ibu. Tingginya pendidikan seseorang belum tentu merubah perilaku orang tersebut.
Universitas Sumatera Utara