dukungan instrumental dan dukungan emosional dengan pencegahan kekambuhan gangguan jiwa di Kecamatan Susoh tahun 2011 p 0,05. Hasil penelitian ini sama
dengan penelitian yang dilakukan Ambari 2010 dengan desain cross sectional di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya yang memperoleh hasil secara keseluruhan
variabel dukungan keluarga memiliki hubungan yang signifikan p0,05 dengan keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia demi kesembuhan pasien tersebut.
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya kekambuhan penderita gangguan jiwa adalah kurangnya peran serta
keluarga dalam perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita penyakit tersebut. Salah satu penyebabnya adalah karena keluarga yang tidak tahu cara
menangani perilaku penderita di rumah. Keluarga jarang mengikuti proses keperawatan penderita karena jarang mengunjungi penderita di rumah sakit, dan tim
kesehatan di rumah sakit juga jarang melibatkan keluarga Anna dalam Nurdiana, 2007.
5.4. Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga terhadap Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik berganda diperoleh adanya pengaruh antara dukungan emosional dan
dukungan penilaian dengan pencegahan kekambuhan gangguan jiwa di Kecamatan Susoh tahun 2011 p 0,05. Keterdekatan keluarga secara emosional membuat
penderita gangguan jiwa di Kecamatan Susoh menjadi merasa bagian dari keluarga di mana dia tinggal. Selain itu penderita gangguan jiwa juga merasa diberikan nilai yang
Universitas Sumatera Utara
baik jika dia melakukan hal-hal yang menunjang kesembuhan dan pencegahan kekambuhan dari penyakitnya. Kedua hal ini berpengaruh secara positif dengan
pencegahan kekambuhan penderita gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Susoh. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Puspitasari 2009 dengan desain
cross sectional di Rumah Sakit Jiwa Surakarta yang memperoleh hasil bahwa dukungan keluarga memiliki pengaruh penting demi penangannan penderita
skizofrenia, baik kesembuhan ataupun pencegahan kekambuhan kembali. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendirian tanpa bantuan
orang lain. Kebutuhan fisik sandang, pangan, papan, kebutuhan sosial pergaulan, pengakuan, sekolah, pekerjaan dan kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa
aman, perasaan religiusitas, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik ringan maupun berat.
Pada saat menghadapi masalah seseorang akan mencari dukungan sosial dari orang- orang di sekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan di cintai.
Contoh nyata yang paling sering dilihat dan dialami adalah bila ada seseorang yang sakit dan terpaksa dirawat di rumah sakit, maka sanak saudara ataupun teman-teman
biasanya datang berkunjung. Dengan kunjungan tersebut maka orang yang sakit tentu merasa mendapat dukungan sosial Frieedman, 1998.
Penderita gangguan jiwa sering mendapatkan stigma dan diskriminasi yang lebih besar dari masyarakat disekitarnya dibandingkan individu yang menderita
penyakit medis lainnya. Hal ini tampak lebih jelas dialami oleh penderita gangguan jiwa, mereka sering mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi, misalnya
Universitas Sumatera Utara
perlakuan kekerasan, diasingkan, diisolasi atau dipasung. Mereka sering sekali disebut sebagai orang gila insanity atau madness. Perlakuan ini disebabkan karena
ketidaktahuan atau pengertian yang salah dari keluarga atau anggota masyarakat mengenai gangguan jiwa. Hal itu menyebabkan penderita skizofrenia yang sudah
sehat memiliki kecenderungan untuk mengalami kekambuhan lagi sehingga membutuhkan penanganan medis dan perlu perawatan di Rumah Sakit Jiwa lagi
Puspitasari, 2009.
5.5. Keterbatasan dan Kelemahan dalam Penelitian