Dukungan Informasional dengan Pencegahan Kekambuhan Gangguan

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Dukungan Sosial Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh persentase dukungan sosial keluarga tertinggi pada tidak baik 52,5 di sini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan ketidaktahuan keluarga dalam memberikan dukungan untuk mencegah kekambuhan pada penderita gangguan jiwa masih rendah 47,5, untuk meningkatkan atau mencegah tingginya angka kekambuhan pada penderita gangguan jiwa di harapkan partisipasi atau peran petugas yang lebih maksimal dalam menberdayakan peran serta keluarga. Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputra 2010 di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara. Penelitian dengan desain cross sectional ini memperoleh hasil bahwa dukungan yang diberikan keluarga penderita skizofrenia tertinggi pada dukungan informasi yang yang kurang baik 66,3, dukungan penghargaan yang kurang baik 59,2, dukungan instrumental yang kurang baik 60,5, dan dukungan emosional yang sedang 66.

5.1.1. Dukungan Informasional dengan Pencegahan Kekambuhan Gangguan

Jiwa Berdasarkan persentase dukungan informasi dengan jawaban responden “sangat setuju” tertinggi pada pertanyaan “Penderita gangguan jiwa hanya perlu minum obat saat tidak bisa tidur”, yaitu sebesar 54,2 32 orang, sedangkan Universitas Sumatera Utara terendah pada pertanyaan “Keluarga mampu memberi penjelasan tentang sesuatu yang ditanya oleh penderita”, yaitu sebesar 1,7 1 orang. Di lihat dari jawaban responden maka dapat disimpulkan bahwa keluarga tidak mengetahui tentang aturan sebenarnya dalam pemberian obat pada penderita. Seperti kita ketahui bahwa pemberian obat pada penderita gangguan jiwa tidak boleh berhenti, obat hanya boleh di kurangi frekwensi pemberian apabila keadaan penderita lebih membaik. Sedangkan keluarga yang hanya mampu memberikan penjelasan tentang apa yang ditanyakan oleh penderita sangat rendah, dalam hal ini peran serta petugas kesehatan sangat dibutuhkan agar keluarga bias memberi penjelasan pada penderita tentang perubahan- perubahan dan informasi yang di butuhkan oleh penderita. Persentase jawaban responden “setuju” tertinggi pada pertanyaan “Keluarga memberikan informasi tentang kemajuan kesembuhan penderita gangguan jiwa”, yaitu sebesar 88,1 52 orang, sedangkan terendah pada pertanyaan “Penderita gangguan jiwa hanya perlu minum obat saat tidak bisa tidur”, yaitu sebesar 42,4 25 orang. Dari jawaban responden dapat di simpulkan yang tertinggi keluarga sudah dapat memberikan informasi kemajuan pada penderita, sedangkan pada jawaban rendah keluarga hanya mengetahui bahwa pemberian obat pada penderita hanya diperlukan sewaktu – waktu saja. Persentase jawaban responden “tidak setuju” tertinggi pada pertanyaan “Keluarga tidak perlu memahami tentang keadaan penderita karena ada petugas kesehatan”, yaitu sebesar 35,6 21 orang, sedangkan terendah pada pertanyaan “Keluarga memberikan informasi tentang kemajuan kesembuhan penderita gangguan Universitas Sumatera Utara jiwa dan penderita gangguan jiwa hanya perlu minum obat saat tidak bisa tidur”, yaitu masing-masing sebesar 3,4 2 orang. Dari jawaban responden dapat disimpulkan disini keluarga masih berpegang bahwa peran petugaslah yang sangat penting, di lihat dari jawaban responden terendah tentang informasi perlunya minum obat sesuai anjuran, ketidak teraturan penderita minum obat dapat menyebabkan kekambuhan. Persentase jawaban responden “sangat tidak setuju” hanya ada pada pertanyaan “Keluarga tidak perlu memahami tentang keadaan penderita karena ada petugas kesehatan”, yaitu sebesar 1,7 1 orang. Dari Item pertanyaan ini dari hasil jawabannya berlawanan dengan yang seharusnya, seharusnya keluarga yang harus lebih memahami keadaan penderita, karena keluarga yang bisa setiap saat memantau keadaan penderita. Berdasarkan jawaban responden di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dukungan informasi keluarga penderita gangguan jiwa dalam pencegahan kekambuhan penderita dapat dilihat : Persentase dukungan informasi responden dalam pencegahan kekambuhan gangguan jiwa di kecamatan Susoh tertinggi pada dukungan informasi tidak baik sebesar 61 36 orang dibandingkan dukungan informasi yang baik sebesar 39 23 orang.

5.1.2. Dukungan Penilaian dengan Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga terhadap Pencegahan Kekambuhan Pasien Skizofrenia yang Berobat Jalan di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa Medan

4 59 131

Perilaku Akseptor Vasektomi dan Dukungan Keluarga di Wilayah Kerja Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir

0 37 137

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN JIWA KELUARGA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PENCEGAHAN Pengaruh Pendidikan Kesehatan Jiwa Keluarga Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa Di Desa Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo

0 2 17

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN JIWA KELUARGA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PENCEGAHAN KEKAMBUHAN Pengaruh Pendidikan Kesehatan Jiwa Keluarga Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa Di Desa Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabu

0 2 15

PENDAHULUAN Pengaruh Pendidikan Kesehatan Jiwa Keluarga Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa Di Desa Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 2 9

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA TERHADAP SIKAP MASYARAKAT KEPADA PENDERITA Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat Kepada Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1.

0 2 15

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat Kepada Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1.

0 1 8

LPSE Kabupaten Aceh Barat Daya Pengumuman Susoh

0 0 1

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN KOMPLIKASI HIPERTENSI PADA PENDERITA DIABETES TIPE II (Studi Kasus Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Simongan)

0 0 79

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEKAMBUHAN PASIEN GANGGUAN JIWA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

0 0 15