Dukungan Emosional dengan Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa

Keluarga tidak atau belum maksimal memperhatikan kebutuhan makan setiap waktu, seperti kita ketahui kadang kala penderita tidak akan meminta makan apa bila tidak di tawarkan untuk makan. Persentase jawaban responden “tidak setuju” tertinggi pada pertanyaan “Keluarga memberi makan minum obat saat penderita sudah meminta”, yaitu sebesar 66,1 39 orang, sedangkan terendah pada pertanyaan “Keluarga memberikan kebutuhan penderita yang menunjang kesembuhan”, yaitu masing-masing sebesar 8,5 5 orang. Dapat lebih memperhatikan agar penderita diberikan kesibukan untuk memamfaatkan waktunya. Berdasarkan jawaban responden di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dukungan instrumental keluarga penderita gangguan jiwa dalam pencegahan kekambuhan penderita dapat dilihat berdasarkan persentase dukungan instrumental responden dalam pencegahan kekambuhan gangguan jiwa di kecamatan Susoh tertinggi pada dukungan penilaian tidak baik sebesar 57,6 34 orang dibandingkan dukungan instrumental yang baik sebesar 42,4 25 orang.

5.1.4. Dukungan Emosional dengan Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa

Berdasarkan persentase dukungan emosional jawaban responden “sangat setuju” tertinggi pada pertanyaan “Keluarga tidak peduli apa yang ditanya penderita dan Keluarga bersikap kasar pada penderita”, yaitu sebesar 16,9 10 orang, sedangkan terendah pada pertanyaan “Keluarga meluangkan waktu untuk memberikan perhatian kepada penderita, Penderita tidak butuh perhatian keluarga karena dia tidak tahu, Keluarga mengabaikan apa yang disampaikan penderita dan Universitas Sumatera Utara Keluarga bertutur kata lemah lembut dengan penderita”, yaitu sebesar 10,2 6 orang. Disini keluarga tidak pernah meluangkan waktu untuk memperhatikan keluarga, keluarga masih beranggapan bahwa penderita tidak butuh perhatian dan tidak butuh kelembutan dalam berbicara karena penderita tidak sadar. Persentase jawaban responden “setuju” tertinggi pada pertanyaan “Keluarga meluangkan waktu untuk memberikan perhatian kepada penderita dan Keluarga menjawab dengan baik yang ditanya penderita”, yaitu sebesar 84,7 50 orang, sedangkan terendah pada pertanyaan “Penderita tidak butuh perhatian keluarga karena dia tidak tahu, Keluarga dapat mengajak penderita keluar rumah dan Keluarga tidak peduli apa yang ditanya penderita”, yaitu sebesar 74,6 44 orang. Di sini keluarga tidak terlalu melihat keadaan penderita agar dia dapat juga melihat keadaan di luar rumah agar penderita termotivasi untuk berinteraksi kembali, dan hendaknya keluarga selalu memberikan dan memperhatikan percakapan dengan penderita agar penderita dapat memahami apa yang kita sampaikan. Persentase jawaban responden “tidak setuju” tertinggi pada pertanyaan “Penderita tidak butuh perhatian keluarga karena dia tidak tahu”, yaitu sebesar 15,3 9 orang, sedangkan terendah pada pertanyaan “Keluarga bersikap kasar pada penderita”, yaitu masing-masing sebesar 1,7 1 orang. Keluarga masih tidak memperdulikan dengan sikapnya disaat berhadapan dengan penderita, keluarga masih beranggapan bahwa penderita tidak memahaminya. Padahal sikap keluarga sangat mendukung kemajuan kesembuhan pada penderita. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan jawaban responden di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dukungan emosional keluarga penderita gangguan jiwa dalam pencegahan kekambuhan penderita dapat dilihat di kecamatan Susoh tertinggi pada dukungan penilaian tidak baik sebesar 55,9 33 orang dibandingkan dukungan emosional yang baik sebesar 44,1 26 orang. Dari keempat sub variable maka yang sangat berpengaruh atau lebih dominan terhadap pencegahan kekambuhan penderita gangguan jiwa adalah dukungan emosional, kita dapat melihat dari dukungan emosional sangat memengaruhi karena dalam hal merawat penderita gannguan jiwa membutuhkan waktu yang lama, dan juga kadang kala keluarga bosan dengan sikap penderita yang selalu mengganggu kenyamanan keluarga. Dukungan sosial keluarga sangat diperlukan dalam proses penyembuhan maupun proses pencegahan kekambuhan penderita gangguan jiwa. Keluarga merupakan unit paling dekat dengan penderita, dan merupakan “perawat utama” bagi penderita. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau perawatan yang diperlukan penderita di rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit akan sia-sia jika tidak diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan penderita harus dirawat kembali kambuh. Peran serta keluarga sejak awal perawatan di tumah sakit akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat penderita di rumah sehingga kemungkinan kambuh dapat dicegah Anna dalam Nurdiana, 2007. Universitas Sumatera Utara

5.2. Pencegahan Kekambuhan Penderita Gangguan Jiwa

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga terhadap Pencegahan Kekambuhan Pasien Skizofrenia yang Berobat Jalan di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa Medan

4 59 131

Perilaku Akseptor Vasektomi dan Dukungan Keluarga di Wilayah Kerja Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir

0 37 137

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN JIWA KELUARGA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PENCEGAHAN Pengaruh Pendidikan Kesehatan Jiwa Keluarga Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa Di Desa Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo

0 2 17

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN JIWA KELUARGA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PENCEGAHAN KEKAMBUHAN Pengaruh Pendidikan Kesehatan Jiwa Keluarga Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa Di Desa Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabu

0 2 15

PENDAHULUAN Pengaruh Pendidikan Kesehatan Jiwa Keluarga Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa Di Desa Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 2 9

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA TERHADAP SIKAP MASYARAKAT KEPADA PENDERITA Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat Kepada Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1.

0 2 15

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat Kepada Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1.

0 1 8

LPSE Kabupaten Aceh Barat Daya Pengumuman Susoh

0 0 1

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN KOMPLIKASI HIPERTENSI PADA PENDERITA DIABETES TIPE II (Studi Kasus Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Simongan)

0 0 79

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEKAMBUHAN PASIEN GANGGUAN JIWA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

0 0 15