c. Sering, diberi skor 2
d. Selalu, diberi skor 1
3.7. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini mencakup: 1.
Analisis normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data dari sampel berdistribusi normal atau tidak. Uji yang dipakai adalah uji Kolmogorov-Smirnov.
2. Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran deskripsi pada
masing-masing variabel, baik variabel independen maupun variabel dependen. Data tersebut dalam bentuk distribusi frekuensi dan selanjutnya dilakukan analisis
terhadap tampilan data tersebut. 3.
Analisis bivariat, yaitu untuk melihat hubungan variabel independen dengan dependen menggunakan uji chi-square pada taraf kepercayaan 95 p0,05.
Varibel independen yang masuk ke model analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik multinomial, harus memiliki nilai p 0,25 pada
hasil uji bivariat. 4.
Analisis multivariat, yaitu analisis lanjutan untuk melihat pengaruh antara variabel independen dengan dependen menggunakan uji regresi logistik
multinomial. Uji ini dipakai karena data adalah data kategorik dengan lebih dari 2 kategori dan skala data ordinal. Uji ini dipakai untuk mengetahui pengaruh
dukungan sosial keluarga dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan emosional terhadap pencegahan
Universitas Sumatera Utara
kekambuhan penderita gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya pada tingkat kemaknaan 95 nilai p= 0,05,
dengan model persamaan regresi logistik multinomial adalah sebagai berikut :
Y= a+X1ß1+ X2ß2+ X3ß3+ X4ß4
Keterangan: Y
= Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa a
= Konstanta ß
1
sd ß
1
X1 = Dukungan informasional
= Nilai Beta
X2 = Dukungan penilaian
X3 = Dukungan instrumental
X4 = Dukungan emosional
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Keadaan Geografi
Kecamatan Susoh merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat Daya dengan luas Kecamatan 3200 Km
2
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Blangpidie
dan terdiri dari 28 desa. Batas-batas wilayah Kecamatan Susoh antara lain:
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
3. Sebelah barat berbatsan dengan Kecamatan Jeumpa
4. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tangan-tangan
Jenis pengunaan lahan di Kecamatan Susoh dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 4.1. Jenis Penggunaan Lahan oleh Penduduk Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya
No. Jenis Penggunaan Lahan
Jumlah Ha
1. Sawah
1002 2.
Ladang 70
3. Kolam
14 4,
Perkebunan 529,5
5. BangunanPerkarangan
883 6.
Lainnya 701,5
Total 3200
Sumber: Kecamatan Susoh dalam Angka, 2009
Universitas Sumatera Utara
4.1.2. Gambaran Kependudukan
Kecamatan Susoh memiliki jumlah penduduk sebanyak 20460 jiwa dengan perincian laki-laki sebanyak 10057 jiwa dan perempuan sebanyak 10403 jiwa,
kepadatan penduduk 640 jiwakm dan jumlah rumah tangga sebanyak 4888 KK. Jumlah penduduk Kecamatan Susoh berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada
table berikut:
Tabel 4.2. Jenis Pekerjaan Penduduk Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya
No. Pekerjaan
Jumlah
1. Petani
2639 2.
Pedagang 574
3. Industri Rumah Tangga
149 4.
Pegawai Negeri Sipil 440
5. Pegawai Swasta
1269
Total
5071 Sumber: Kecamatan Susoh dalam Angka, 2009
4.1.3. Keadaan Kesehatan
Kecamatan Susoh memiliki 1 rumah sakit, 8 PuskesmasPustu, 3 klinikpraktek dokter dan 14 pos persalinan. sedangkan dari segi tenaga kesehatan,
terdapat 7 dokter, 26 bidan, 29 perawat mantri kesehatan dan 13 dukun beranak. Jumlah rumah tangga menurut sumber air minum yang digunakan di
Kecamatan Susoh dapat dilihat pada Tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3. Jenis Sumber Air Minum yang Digunakan oleh Penduduk Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya
No. Sumber Air Minum
Jumlah
1. Air PAM
218 2.
Air sumuur 4671
3. Air sungai
- 4.
Air hujan -
Total 4889
Sumber: Kecamatan Susoh dalam Angka, 2009
4.2. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel penelitian ini, baik variabel independen dan variabel dependen penelitian.
4.2.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan penelitian, karakteristik keluarga penderita gangguan jiwa yang menjadi responden dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini :
Tabel 4.4. Karakteristik Responden Keluarga Penderita Gangguan Jiwa Kecamatan Susoh Kabupaten Aeh Barat Daya Tahun 2011
No. Variabel Penelitian
Jumlah n Persentase
1. Umur
Median 50 tahun 28
47,5 ≥ Median 50 tahun
31 52,5
Jumlah 59
100
2.
Jenis Kelamin
Laki-laki 27
45,8 Perempuan
32 54,2
Jumlah 59
100
3. Pendidikan
SD 16
27,1 SMP
16 27,1
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Lanjutan
SMA 13
22,0 PT
14 23,7
Jumlah 59
100
4. Lama Merawat
Median 23 tahun 29
49,2 ≥ Median 23 tahun
30 50,8
Jumlah 59
100
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat kita lihat berdasarkan umur, persentase responden tertinggi pada kelompok umur
≥ 50 tahun 52,5 dibandingkan kelompok umur 50 tahun 47,5. Berdasarkan jenis kelamin, persentase responden tertinggi
pada jenis kelamin perempuan 54,2 dibandingkan jenis kelamin laki-laki 45,8. Berdasarkan pendidikan, persentase pendidikan responden tertinggi pada SD dan
SMP 27,1 dibandingkan perguruan tinggi 23,7 dan SMA 22,0. Berdasarkan lama merawat penderita gangguan jiwa, persentase responden tertinggi
pada lama merawat ≥ 23 tahun 50,8 dibandingkan lama merawat 23 tahun
49,2.
4.2.2. Distribusi Dukungan Sosial Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh persentase dukungan keluarga dalam pencegahan kekambuhan gangguan jiwa di kecamatan Susoh tertinggi pada
dukungan keluarga tidak baik sebesar 52,5 31 orang dibandingkan dukungan keluarga yang baik sebesar 47,5 28 orang. Distribusi dukungan sosial keluarga
dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5. Distribusi Dukungan sosial keluarga Responden dalam Mencegah Kekambuhan Gangguan Jiwa di Kecamatan Susoh Tahun 2011
No. Dukungan sosial keluarga
Jumlah F
1. Baik
28 47,5
2. Tidak Baik
31 52,5
Total 59
100
4.2.3. Distribusi Dukungan Sosial Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh persentase jawaban responden “sangat setuju” tertinggi pada pernyataan “Penderita gangguan jiwa hanya perlu
minum obat saat tidak bisa tidur”, yaitu sebesar 54,2 32 orang, sedangkan terendah pada pernyataan “Keluarga mampu memberi penjelasan tentang sesuatu
yang ditanya oleh penderita”, yaitu sebesar 1,7 1 orang. Persentase jawaban responden “setuju” tertinggi pada pernyataan “Keluarga
memberikan informasi tentang kemajuan kesembuhan penderita gangguan jiwa”, yaitu sebesar 88,1 52 orang, sedangkan terendah pada pernyataan “Penderita
gangguan jiwa hanya perlu minum obat saat tidak bisa tidur”, yaitu sebesar 42,4 25 orang.
Persentase jawaban responden “tidak setuju” tertinggi pada pernyataan “Keluarga tidak perlu memahami tentang keadaan penderita karena ada petugas
kesehatan”, yaitu sebesar 35,6 21 orang, sedangkan terendah pada pernyataan “Keluarga memberikan informasi tentang kemajuan kesembuhan penderita gangguan
Universitas Sumatera Utara
jiwa dan penderita gangguan jiwa hanya perlu minum obat saat tidak bisa tidur”, yaitu masing-masing sebesar 3,4 2 orang.
Persentase jawaban responden “sangat tidak setuju” hanya ada pada pernyataan “Keluarga tidak perlu memahami tentang keadaan penderita karena ada
petugas kesehatan”, yaitu sebesar 1,7 1 orang. Distribusi jawaban responden per item pernyataan mengenai dukungan informasi dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut
ini:
Tabel 4.6. Distribusi Jawaban Responden per Item Pernyataan Mengenai
Dukungan Informasi dalam Mencegah Kekambuhan Gangguan Jiwa di Kecamatan Susoh Tahun 2011
No Peryantaan
SS S
TS STS
f F
f f
f
1. Keluarga memberikan informasi
tentang kemajuan kesembuhan penderita gangguan jiwa
5 8,5
52 88,1
2 3,4
100 2.
Penderita gangguan jiwa tidak membutuhkan informasi karena
tidak bisa memahami 6
10,2 34
57,6 19
32,2 100
3. Keluarga mampu memberi
penjelasan tentang sesuatu yang ditanya oleh penderita
1 1,7
46 78
12 20,3
100 4.
Keluarga tidak perlu memahami tentang keadaan penderita karena
ada petugas kesehatan 7
11,9 30
50,8 21
35,6 1
1,7 100
5. Keluarga memberitahu tentang
keuntungan berkunjung ke fasilitas kesehatan
3 5,1
47 79,7
9 15,3
100 6.
Penderita berkunjung ke fasilitas kesehatan karena dapat
mengganggu 2
3,4 41
69,5 16
27,1 100
7. Keluarga mengawasi penderita
gangguan jiwa untuk minum obat secara teratur
4 6,8
47 79,7
8 13,6
100 8.
Penderita gangguan jiwa hanya perlu minum obat saat tidak bisa
tidur 32
54,2 25
42,4 2
3,4 100
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Lanjutan
9. Keluarga memperhatikan
kebersihan diri penderita gangguan jiwa
8 13,6
46 78
5 8,5
100 10.
Keluarga penderita gangguan jiwa tidak berpengaruh pada
kesembuhannya 9
15,3 41
69,5 9
15,3 100
Berdasarkan jawaban responden di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persentase dukungan informasi keluarga penderita gangguan jiwa dalam pencegahan
kekambuhan penderita gangguan jiwa di Kecamatan Susoh tertinggi pada dukungan informasi tidak baik sebesar 61 36 orang dibandingkan dukungan informasi yang
baik sebesar 39 23 orang. Distribusi dukungan informasi responden dapat kita lihat pada Tabel 4.7 berikut ini :
Tabel 4.7. Distribusi Dukungan Informasi Responden dalam Mencegah Kekambuhan Gangguan Jiwa di Kecamatan Susoh Tahun 2011
No. Dukungan Informasi
Jumlah F
1. Baik
23 39
2. Tidak Baik
36 61
Total 59
100
4.2.4. Distribusi Dukungan Penilaian dari Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh persentase jawaban responden “sangat setuju” tertinggi pada pernyataan “Penderita boleh diasingkan karena
mengganggu keluarga yang lain dan Dukungan untuk kesembuhan dapat diberikan setiap anggota keluarga”, yaitu sebesar 18,6 11 orang, sedangkan terendah pada
Universitas Sumatera Utara
pernyataan “Penderita diberikan obat oleh petugas kesehatan setiap hari”, yaitu sebesar 3,4 2 orang.
Persentase jawaban responden “setuju” tertinggi pada pernyataan “Keluarga memberi pujian pada penderita jika sudah bisa minum obat sendiri”, yaitu sebesar
79,7 47 orang, sedangkan terendah pada pernyataan “Penderita diberikan obat oleh petugas kesehatan setiap hari”, yaitu sebesar 49,2 29 orang.
Persentase jawaban responden “tidak setuju” tertinggi pada pernyataan “Penderita diberikan obat oleh petugas kesehatan setiap hari”, yaitu sebesar 47,5
28 orang, sedangkan terendah pada pernyataan “Keluarga diharapkan memberikan penghargaan atas kemajuan penderita”, yaitu masing-masing sebesar 5,1 3 orang.
Distribusi jawaban responden per item pernyataan mengenai dukungan penilaian dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.8. Distribusi Jawaban Responden per Item Pernyataan Mengenai
Dukungan Penilaian dalam Mencegah Kekambuhan Gangguan Jiwa di Kecamatan Susoh Tahun 2011
No Pernyataan
SS S
TS STS
f F
f F
f
1. Keluarga diharapkan memberikan
penghargaan atas kemajuan penderita 10
16,9 46
78 3
5,1 100
2. Penderita tidak diberikan pujian karena
tidak paham 8
13,6 33
55,9 18
30,5 100
3. Keluarga memberi pujian pada penderita
jikasudah bisa minum obat sendiri 5
8,5 47
79,7 7
11,9 100
4. Penderita diberikan obat oleh petugas
kesehatan setiap hari 2
3,4 29
49,2 28
47,5 100
5. Keluarga tidak mengasingkan penderita
dengan keluarga lainnya 5
8,5 43
72,9 11
18,6 100
6. Penderita boleh diasingkan karena
mengganggu keluarga yang lain 11
18,6 39
66,1 9
15,3 100
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Lanjutan
7. Dukungan untuk kesembuhan dapat
diberikan setiap anggota keluarga 11
18,6 39
66,1 9
15,3 100
8. Setiap anggota keluarga tidak tahu tentang
penderita karena itu aib 5
8,5 46
78 8
13,6 100
9. Keluarga dapat memberi dukungan
perhatian dan kepercayaan 10
16,9 37
62,7 12
20,3 100
10. Penderita hanya perlu diberi makan minum
dan obat saja 7
11,9 42
71,2 10
16,9 100
Berdasarkan jawaban responden di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persentase dukungan penialaian responden dalam pencegahan kekambuhan gangguan
jiwa di kecamatan Susoh tertinggi pada dukungan penilaian tidak baik sebesar 61 36 orang dibandingkan dukungan penilaian yang baik sebesar 39 23 orang.
Distribusi dukungan penilaian responden dapat kita lihat pada Tabel 4.9 berikut ini :
Tabel 4.9. Distribusi Dukungan Penilaian Responden dalam Mencegah Kekambuhan Gangguan Jiwa di Kecamatan Susoh Tahun 2011
No. Dukungan Penilaian
Jumlah f
1. Baik
23 39
2. Tidak Baik
36 61
Total 59
100
4.2.5. Distribusi Dukungan Instrumental dari Keluarga
Dari hasil penelitian ini, diperoleh persentase jawaban responden “sangat setuju” tertinggi pada pernyataan “Keluarga juga memperhatikan kebersihan diri
penderita dan Keluarga tidak memperhatikan pakaian penderita”, yaitu sebesar 11,9 7 orang, sedangkan terendah pada pernyataan “Keluarga memberikan kebutuhan
penderita yang menunjang kesembuhan”, yaitu sebesar 1,7 1 orang.
Universitas Sumatera Utara
Persentase jawaban responden “setuju” tertinggi pada pernyataan “Keluarga memberikan kebutuhan penderita yang menunjang kesembuhan”, yaitu sebesar
89,8 53 orang, sedangkan terendah pada pernyataan “Keluarga memberi makan minum obat saat penderita sudah meminta”, yaitu sebesar 33,9 20 orang.
Persentase jawaban responden “tidak setuju” tertinggi pada pernyataan “Keluarga memberi makan minum obat saat penderita sudah meminta”, yaitu sebesar
66,1 39 orang, sedangkan terendah pada pernyataan “Keluarga memberikan kebutuhan penderita yang menunjang kesembuhan”, yaitu masing-masing sebesar
8,5 5 orang. Distribusi jawaban responden per item pernyataan mengenai dukungan instrumental dapat kita lihat pada tabel 4.10 berikut ini :
Tabel 4.10. Distribusi Jawaban Responden per Item Pernyataan Mengenai
Dukungan Instrumental dalam Mencegah Kekambuhan Gangguan Jiwa di Kecamatan Susoh Tahun 2011
No Pernyataan
SS S
TS STS
f f
f F
F
1. Keluarga memberikan kebutuhan
penderita yang menunjang kesembuhan
1 1,7
53 89,8
5 8,5
100 2.
Penderita tidak membutuhkan apapun kecuali yang diberi keluarga
6 10,2
40 67,8
13 22
100 3.
Keluarga dapat memantau kebutuhan makan mnum obat secara teratur
6 10,2
45 76,3
8 13,6
100 4.
Keluarga memberi makan minum obat saat penderita sudah meminta
20 33,9
39 66,1
100 5.
Keluarga dapat meberi tempat istirahat yang layak
2 3,4
46 78
11 18,6
100 6.
Penderita hanya diberi tempat istirahat seadanya
3 5,1
38 64,4
18 30,5
100 7.
Keluarga juga memperhatikan kebersihan diri penderita
7 11,9
42 71,2
10 16,9
100 8.
Keluarga hanya menunggu permintaan mandi penderita
6 10,2
32 54,2
21 35,6
100
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Lanjutan
9. Keluarga tidak memperhatikan
pakaian penderita 7
11,9 38
64,4 14
23,7 100
10. Kluarga selalu mengganti pakaian
penderita jika sudah kotor 4
6,8 46
78 9
15,3 100
Berdasarkan jawaban responden di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persentase dukungan instrumental responden dalam pencegahan kekambuhan
gangguan jiwa di kecamatan Susoh tertinggi pada dukungan penilaian tidak baik sebesar 57,6 34 orang dibandingkan dukungan instrumental yang baik sebesar
42,4 25 orang. Distribusi dukungan instrumental responden dapat kita lihat pada Tabel 4.11 di bawah ini :
Tabel 4.11. Distribusi Dukungan Instrumental Responden dalam Mencegah Kekambuhan Gangguan Jiwa di Kecamatan Susoh Tahun 2011
No. Dukungan Instrumental
Jumlah f
1. Baik
25 42,4
2. Tidak Baik
34 57,6
Total 59
100
4.2.6. Distribusi Dukungan Emosional dari Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh persentase jawaban responden “sangat setuju” tertinggi pada pernyataan “Keluarga tidak peduli apa yang ditanya
penderita dan Keluarga brsikap kasar pada penderita”, yaitu sebesar 16,9 10 orang, sedangkan terendah pada pernyataan “Keluarga meluangkan waktu untuk
memberikan perhatian kepada penderita, Penderita tidak butuh perhatian keluarga
Universitas Sumatera Utara
karena dia tiak tahu, Keluarga mengabaikan apa gang disampaikan penderita dan Keluarga bertutur kata lemah lembut dengan penderita”, yaitu sebesar 10,2 6
orang. Persentase jawaban responden “setuju” tertinggi pada pernyataan “Keluarga
meluangkan waktu untuk memberikan perhatian kepada penderita dan Keluarga menjawab dengan baik yang ditanya penderita”, yaitu sebesar 84,7 50 orang,
sedangkan terendah pada pernyataan “Penderita tidak butuh perhatian keluarga karena dia tiak tahu, Keluarga dapat mengajak penderita keluar rumah dan Keluarga
tidak peduli apa yang ditanya penderita”, yaitu sebesar 74,6 44 orang. Persentase jawaban responden “tidak setuju” tertinggi pada pernyataan
“Penderita tidak butuh perhatian keluarga karena dia tidak tahu”, yaitu sebesar 15,3 9 orang, sedangkan terendah pada pernyataan “Keluarga brsikap kasar pada
penderita”, yaitu masing-masing sebesar 1,7 1 orang. Distribusi jawaban responden per item pernyataan Distribusi jawaban responden per item pernyataan
mengenai dukungan instrumental dapat kita lihat pada tabel 4.12 berikut ini :
Tabel 4.12. Distribusi Jawaban Responden per
Item Pertanyanan Mengenai Dukungan Emosional dalam Mencegah Kekambuhan Gangguan
Jiwa di Kecamatan Susoh Tahun 2011
No Pertanyaan
SS S
TS STS
f f
f f
F
1. Keluarga meluangkan waktu untuk
memberikan perhatian kepada penderita
6 10,2
50 84,7
3 5,1
0 0 100
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12 Lanjutan
2. Penderita tidak butuh perhatian
keluarga karena dia tidak tahu 6
10,2 44
74,6 9
15,3 0 0 100
3. Keluarga dapat mengajak penderita
keluar rumah 8
13,6 44
74,6 7
11,9 0 0 100
4. Penderita jangan diajak keluar kalau
tidak ada petugas kesehatan 7
11,9 46
78 6
10,2 0 0 100
5. Keluarga mendengarkan apa yang
disampaikan penderita 9
15,3 45
76,3 5
8,5 0 0
100 6.
Keluarga mengabaikan apa gang disampaikan penderita
6 10,2
49 83,1
4 6,8
0 0 100
7. Keluarga menjawab dengan baik yang
ditanya penderita 7
11,9 50
84,7 2
3,4 0 0
100 8.
Keluarga tidak peduli apa yang ditanya penderita
10 16,9
44 74,6
5 8,5
0 0 100
9. Keluarga bertutur kata lemah lembut
dengan penderita 6
10,2 47
79,7 6
10,2 0 0 100
10. Keluarga brsikap kasar pada penderita
10 16,9
48 81,4
1 1,7
0 0 100
Berdasarkan jawaban responden di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
persentase dukungan emosional responden dalam pencegahan kekambuhan gangguan jiwa di kecamatan Susoh tertinggi pada dukungan emosional tidak baik sebesar
55,9 33 orang dibandingkan dukungan emosional yang baik sebesar 44,1 26 orang. Distribusi dukungan emosional responden dapat kita lihat pada Tabel 4.13 di
bawah ini :
Tabel 4.13. Distribusi Dukungan Emosional Responden dalam Mencegah
Kekambuhan Gangguan Jiwa di Kecamatan Susoh Tahun 2011
No. Dukungan Emosional
Jumlah f
1. Baik
26 44,1
2. Tidak Baik
33 55,9
Total 59
100
Universitas Sumatera Utara
4.2.7. Distribusi Pencegahan Kekambuhan
Berdasarkan hasil penelitian didapat pencegahan kekambuhan penderita gangguan jiwa di Keacamatan Susoh dapat dilihat pada Tabel 4.14 berikut ini :
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Pencegahan Kekambuhan Penderita Gangguan Jiwa di Kecamatan Susoh Tahun 2011
No. Pencegahan Kekambuhan
Jumlah F
1. Baik
24 40,7
2. Tidak Baik
35 59,3
Total 59
100
Berdasarkan Tabel 4.14 di atas, dapat kita lihat persentase pencegahan kekambuhan penderita gangguan jiwa di kecamatan Susoh tertinggi pada pencegahan
kekambuhan yang tidak baik sebesar 59,3 35 orang dibandingkan pencegahan kekambuhan yang baik sebesar 40,7 24 orang.
4.3. Analisis Bivariat
Analsis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dukungan informasi, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan
dukungan emosional dengan variabel dependen pencegahan kekambuhan gangguan jiwa, serta untuk mengetahui variabel mana yang masuk ke dalam model analisis
multivariat.
4.3.1. Hubungan Dukungan Informasi dengan Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa
Pengukuran hubungan dukungan informasi dengan pencegahan kekambuhan
gangguan jiwa dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.15. Hubungan Dukungan Informasi dengan Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa di Kecamatan Susoh Tahun 2011
No. Dukungan
Informasi Pencegahan Kekambuhan
Gangguan Jiwa Total
P value Tidak Baik
Baik f
f F
Tidak Baik 25
69,4 11
30,6 36
100 0,048
Baik 10
43,5 13
56,5 23
100
Berdasarkan Tabel 4.15 di atas dapat diketahui bahwa persentase dukungan informasi yang tidak baik tetinggi pada pencegahan kekambuhan gangguan jiwa yang
tidak baik, yaitu sebesar 69,4 25 orang dibandingkan pencegahan kekambuhan yang baik, yaitu sebesar 30,6 11 orang. Persentase dukungan informasi yang baik
tetinggi pada pencegahan kekambuhan gangguan jiwa yang baik, yaitu sebesar 56,5 25 orang dibandingkan pencegahan kekambuhan yang tidak baik, yaitu sebesar
43,5 10 orang. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,048, artinya
ada hubungan yang signifikan antara dukungan informasi dengan pencegahan kekambuhan gangguan jiwa di Kecamatan Susoh tahun 2011. Selain itu, variabel
dukungan informasi juga masuk ke dalam model analisis multivariat karena memiliki nilai p 0,25.
4.3.2. Hubungan Dukungan Penilaian dengan Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa
Pengukuran hubungan dukungan penilaian dengan pencegahan kekambuhan
gangguan jiwa dapat dilihat pada Tabel 4.16 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.16. Hubungan Dukungan Penilaian dengan Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa di Kecamatan Susoh Tahun 2011
No. Dukungan
Penilaian Pencegahan Kekambuhan
Gangguan Jiwa Total
P value Tidak Baik
Baik f
f f
Tidak Baik 26
72,2 10
27,8 36
100 0,012
Baik 9
39,1 14
60,9 23
100
Berdasarkan Tabel 4.16 di atas dapat diketahui bahwa persentase dukungan penilaian yang tidak baik tetinggi pada pencegahan kekambuhan gangguan jiwa yang
tidak baik, yaitu sebesar 72,2 26 orang dibandingkan pencegahan kekambuhan yang baik, yaitu sebesar 27,8 10 orang. Persentase dukungan penilaian yang baik
tetinggi pada pencegahan kekambuhan gangguan jiwa yang baik, yaitu sebesar 60,9 14 orang dibandingkan pencegahan kekambuhan yang tidak baik, yaitu sebesar
39,1 9 orang. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,012, artinya
ada hubungan yang signifikan antara dukungan penilaian dengan pencegahan kekambuhan gangguan jiwa di Kecamatan Susoh tahun 2011. Selain itu, variabel
dukungan penilaian juga masuk ke dalam model analisis multivariat karena memiliki nilai p 0,25.
4.3.3. Hubungan Dukungan Instrumental dengan Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa
Pengukuran hubungan dukungan
instrumental dengan pencegahan
kekambuhan gangguan jiwa dapat dilihat pada Tabel 4.17 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.17. Hubungan Dukungan Instrumental dengan Pencegahan
Kekambuhan Gangguan Jiwa di Kecamatan Susoh Tahun 2011
No. Dukungan
Instrumental Pencegahan Kekambuhan
Gangguan Jiwa Total
P value Tidak Baik
Baik f
f F
Tidak Baik 24
70,6 10
29,4 34
100 0,040
Baik 11
44 14
56 24
100
Berdasarkan Tabel 4.17 di atas dapat diketahui bahwa persentase dukungan instrumental yang tidak baik tetinggi pada pencegahan kekambuhan gangguan jiwa
yang tidak baik, yaitu sebesar 70,6 24 orang dibandingkan pencegahan kekambuhan yang baik, yaitu sebesar 29,4 10 orang. Persentase dukungan
instrumental yang baik tetinggi pada pencegahan kekambuhan gangguan jiwa yang baik, yaitu sebesar 56 14 orang dibandingkan pencegahan kekambuhan yang tidak
baik, yaitu sebesar 44 11 orang. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,040, artinya
ada hubungan yang signifikan antara dukungan instrumental dengan pencegahan kekambuhan gangguan jiwa di Kecamatan Susoh tahun 2011. Selain itu, variabel
dukungan instrumental juga masuk ke dalam model analisis multivariat karena memiliki nilai p 0,25.
4.3.4. Hubungan Dukungan Emosional dengan Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa
Pengukuran hubungan dukungan emosional dengan pencegahan kekambuhan gangguan jiwa dapat dilihat pada Tabel 4.18 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.18. Hubungan Dukungan Emosional dengan Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa di Kecamatan Susoh Tahun 2011
No. Dukungan
Emosional
Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa
Total P value
Tidak Baik Baik
f f
f
Tidak Baik 26
78,8 7
21,2 33
100 0,001
Baik 9
34,6 17
65,4 26
100 Berdasarkan Tabel 4.18 di atas dapat diketahui bahwa persentase dukungan
emosional yang tidak baik tetinggi pada pencegahan kekambuhan gangguan jiwa yang tidak baik, yaitu sebesar 78,8 26 orang dibandingkan pencegahan
kekambuhan yang baik, yaitu sebesar 21,2 7 orang. Persentase dukungan emosional yang baik tetinggi pada pencegahan kekambuhan gangguan jiwa yang
baik, yaitu sebesar 65,4 17 orang dibandingkan pencegahan kekambuhan yang tidak baik, yaitu sebesar 34,6 9 orang.
Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p = 0,001, artinya ada hubungan yang signifikan antara dukungan emosional dengan pencegahan
kekambuhan gangguan jiwa di Kecamatan Susoh tahun 2011. Selain itu, variabel dukungan emosional juga masuk ke dalam model analisis multivariat karena memiliki
nilai p 0,25.
4.4. Analisis Multivariat
Pada penelitian ini, variabel independen yang memenuhi kriteria kemaknaan statistik p 0,25 dimasukkan ke dalam model, yaitu dukungan informasi, dukungan
penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan emosional. Hasil dari analisis
Universitas Sumatera Utara
multivariat dengan uji regresi logistik berganda dapat dilihat pada Tabel 4.18 di bawah ini :
Tabel 4.19. Identifikasi Variabel Dominan Dukungan Sosial Keluarga dalam Pencegahan Kekambuhan Penderita Gangguan Jiwa di
Kecamatan Susoh Tahun 2011
Variabel β Koef.
Regresi S.E
Wald P
Constant 0,000
2,202 13,441
0,000 Dukungan Informasi
1,187 0,671
3,135 0,077
Dukungan Penilaian 7,609
0,672 4,600
0,032 Dukungan Instrumental
3,204 0,680
1,497 0,221
Dukungan Emosional 9,401
0,685 7,312
0,007 = Signifikan
Berdasarkan Tabel 4.19 di atas dapat diketahui ada dua variabel penelitian, yaitu dukungan penilaian dan dukungan emosional yang memiliki pengaruh p
0,05 terhadap pencegahan kekambuhan gangguan jiwa di Kecamatan Susoh tahun 2011. Berdasarkan hasil analisis multivariat di atas, maka dapat diketahui model
persamaan regresi logistik adalah sebagai berikut :
Y= 0,000 + 9,401 X
1
+ 7,609 X
2
Keterangan: Y
= Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa X
1
X = Dukungan emosional
2
= Dukungan penilaian Hasil persamaan regresi logistik berganda menunjukkan bahwa jika dukungan
sosial keluarga dalam 2 dua dimensi, yaitu dukungan emosional X
1
dan dukungan penilaian X
2
ditingkatkan ke arah dukungan sosial yang lebih baik, maka hal ini
Universitas Sumatera Utara
akan menyebabkan perubahan peningkatan pencegahan kekambuhan gangguan jiwa di Kecamatan Susoh.
Pengujian hipotesis secara parsial melalui nilai P probability untuk menguji keberartian pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen , yaitu: a.
Pengaruh variabel emosional terhadap pencegahan kekambuhan gangguan jiwa di Kecamatan Susoh
Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda yang tercantum pada Tabel 4.19 di atas, untuk membuktikan apakah indikator dukungan emosional
berpengaruh secara parsial digunakan nilai P. Jika didapat nilai P0,05, maka akan terbukti dukungan emosional berpengaruh terhadap pencegahan
kekambuhan gangguan jiwa. Pada penelitian ini diperoleh nilai P=0,007 atau P0,05, hal ini berarti bahwa dukungan emosional X
1
b. Pengaruh variabel penilaian terhadap pencegahan kekambuhan gangguan jiwa di
Kecamatan Susoh berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap pencegahan kekambuhan penderita gangguan jiwa di Kecamatan Susoh.
Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda yang tercantum pada Tabel 4.19 di atas, untuk membuktikan apakah indikator dukungan penghargaan
penilaian secara parsial digunakan nilai P. Jika didapat nilai P0,05, maka akan terbukti dukungan penilaian berpengaruh terhadap pencegahan kekambuhan
gangguan jiwa. Pada penelitian ini diperoleh nilai P=0,32 atau P0,05, hal ini
Universitas Sumatera Utara
berarti bahwa dukungan penilaian X
2
c. Variabel dominan yang memiliki pengaruh paling besar terhadap pencegahan
kekambuhan gangguan jiwa di Kecamatan Susoh adalah dukungan emosional, karena memiliki nilai koefisien regresi β yang paling besar, yaitu 9,401.
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pencegahan kekambuhan penderita gangguan jiwa di Kecamatan Susoh.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Dukungan Sosial Keluarga