jiwa dan penderita gangguan jiwa hanya perlu minum obat saat tidak bisa tidur”, yaitu masing-masing sebesar 3,4 2 orang. Dari jawaban responden dapat
disimpulkan disini keluarga masih berpegang bahwa peran petugaslah yang sangat penting, di lihat dari jawaban responden terendah tentang informasi perlunya minum
obat sesuai anjuran, ketidak teraturan penderita minum obat dapat menyebabkan kekambuhan.
Persentase jawaban responden “sangat tidak setuju” hanya ada pada pertanyaan “Keluarga tidak perlu memahami tentang keadaan penderita karena ada
petugas kesehatan”, yaitu sebesar 1,7 1 orang. Dari Item pertanyaan ini dari hasil jawabannya berlawanan dengan yang seharusnya, seharusnya keluarga yang harus
lebih memahami keadaan penderita, karena keluarga yang bisa setiap saat memantau keadaan penderita.
Berdasarkan jawaban responden di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dukungan informasi keluarga penderita gangguan jiwa dalam pencegahan
kekambuhan penderita dapat dilihat : Persentase dukungan informasi responden dalam pencegahan kekambuhan gangguan jiwa di kecamatan Susoh tertinggi pada
dukungan informasi tidak baik sebesar 61 36 orang dibandingkan dukungan informasi yang baik sebesar 39 23 orang.
5.1.2. Dukungan Penilaian dengan Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa
Berdasarkan persentase dukungan penilaian dengan jawaban responden “sangat setuju” tertinggi pada pertanyaan “Penderita boleh diasingkan karena
mengganggu keluarga yang lain dan Dukungan untuk kesembuhan dapat diberikan
Universitas Sumatera Utara
setiap anggota keluarga”, yaitu sebesar 18,6 11 orang, sedangkan terendah pada pertanyaan “Penderita diberikan obat oleh petugas kesehatan setiap hari”, yaitu
sebesar 3,4 2 orang. Dari jawaban responden dapat disimpulkan bahwa keluarga tidak dapat memberikan kenyamanan dan keamanan pada penderita, seharusnya
keluarga tidak perlu mengasingkan penderita, dengan pengasingan penderita dapat meningkatkan kekambuhannya karena tidak dihargai dan tidak dianggap anggota
keluarga, sedangkan kita ketahui bahwa keluarga sangat besar pengaruhnya dalam kesembuhan penderita. Dalam pemberian obat pada penderita sangat diharapkan
peran keluarga. Persentase jawaban responden “setuju” tertinggi pada pertanyaan “Keluarga
memberi pujian pada penderita jika sudah bisa minum obat sendiri”, yaitu sebesar 79,7 47 orang, sedangkan terendah pada pertanyaan “Penderita diberikan obat
oleh petugas kesehatan setiap hari”, yaitu sebesar 49,2 29 orang. Dari hasil jawaban responden keluarga sudah dapat memberikan pujian pada penderita apabila
ada kemajuan kesembuhan pada penyakitnya. Dan disini juga masih terlihat kurangnya peran serta keluarga dalam pemberian obat pada penderita.
Persentase jawaban responden “tidak setuju” tertinggi pada pertanyaan “Penderita diberikan obat oleh petugas kesehatan setiap hari”, yaitu sebesar 47,5
28 orang, sedangkan terendah pada pertanyaan “Keluarga diharapkan memberikan penghargaan atas kemajuan penderita”, yaitu masing-masing sebesar 5,1 3 orang.
Pada item ini seharusnya keluarga dapat memberikan pujian di saat melihat penderita sudah membaik dan dapat sedikit mandiri.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan jawaban responden di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dukungan penilaian keluarga penderita gangguan jiwa dalam pencegahan
kekambuhan penderita dapat dilihat. Berdasarkan persentase dukungan penialaian responden dalam pencegahan
kekambuhan gangguan jiwa di kecamatan Susoh tertinggi pada dukungan penilaian tidak baik sebesar 61 36 orang dibandingkan dukungan penilaian yang baik
sebesar 39 23 orang.
5.1.3. Dukungan Instrumental dengan Pencegahan Kekambuhan Gangguan