BAB II TANGGUNG JAWAB DIREKSI TERHADAP
PELEPASAN ASSET TIDAK BERGERAK PADA BUMN DALAM PUTUSAN NOMOR : 1491PID.B2006PN-LP
A. Pengertian BUMN
Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara UU BUMN, Perusahaan perseroan persero adalah
BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau yang paling sedikit 51 lima puluh satu persen sahamnya dimiliki
oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. Dari defenisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa unsur
yang menjadikan suatu perusahaan dapat dikategorikan sebagai BUMN Persero, yaitu:
1. Badan usaha atau perusahaan tersebut berbentuk perseroan terbatas; 2. Modal badan usaha tersebut seluruhnya atau sebagian besar dimiliki oleh negara.
Jika modal tersebut tidak seluruhnya dikuasai negara, maka agar tetap dikategorikan sebagai BUMN Persero, negara minimum menguasai 51 lima
puluh satu persen modal tersebut; 3. Di dalam usaha tersebut, negara melakukan penyertaan secara langsung.
Penyertaan modal negara pada BUMN Persero yang berasal dari APBN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
4. Modal penyertaan tersebut berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
Universitas Sumatera Utara
Kekayaan negara yang dipisahkan disini adalah pemisahan kekayaan negara dari anggaran pendapatan dan belanja negara APBN untuk dijadikan
penyertaan modal negara pada BUMN. Setelah itu pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem APBN, namun pembinaan dan pengelolaannya pada
prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. Kekayaan negara yang dipisahkan yang diinvestasikan kepada BUMN Persero direksi sebagai organ yang vital untuk
melakukan pengurusan bertanggung jawab penuh atas operasional perusahaan.
52
Mekanisme pertanggungjawaban melalui RUPS adalah resiko bagi pemerintah yang memilih investasinya melakukan kegiatan usaha BUMN oleh karena
BUMN adalah merupakan perseroan terbatas. Dikatakan resiko, apabila direksi tidak melaksanakan kewajiban dengan baik dan benar, maka resikonya perseroan terbatas
mengalami kerugian, dimana Menteri BUMN juga ikut mengalami kerugian tersebut yang mengakibatkan timbulnya utang bagi perseroan terbatas.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pengelolaan perusahaan maka direksi wajib mempertanggungjawabkan melalui mekanisme RUPS. Direksi mempunyai kewajiban
menyampaikan laporan tahunan yang memuat antara lain neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan kegiatan persero lainnya kepada RUPS.
BUMN sebagai salah satu pelaku ekonomi, disamping swasta, memegang peranan yang penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna
52
Penjelasan Pasal 4 ayat 1Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN.
Universitas Sumatera Utara
mewujudkan kesejahteraan masyarakat,
53
khususnya BUMN yang berbentuk persero oleh karena tujuan utamanya adalah mengejar keuntungan.
54
Kedudukan BUMN dilihat dari tahap perkembangan pada awalnya lebih banyak berperan sebagai Agent
of Development. Dalam konteks peran BUMN sebagai Agent of Development, negara mendorong berkembangnya sektor-sektor usaha di masyarakat. Di satu sisi, peran ini
berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan rakyat banyak, disisi lain peran ini mendorong dan mendampingi masyarakat dan swasta untuk mampu mandiri dalam
memenuhi kebutuhannya.
55
Satu realita lagi yang patut di cermati dalam peran BUMN sebagai agen pembangunan adalah tanggung jawab moral BUMN untuk
melakukan efisiensi karena beban tenaga kerja yang mungkin harus melakukan rasionalisasi.
56
Fase kedua dalam pengembangan BUMN adalah tahap transisi. Dalam tahap ini BUMN harus sudah mulai melepas demi sedikit fungsi agen of development
dan mulai mengarah pada orientasi bisnis, tetapi tetap menggendong sebagian tugas- tugas dan kewajiban negara yang dinamakan Public Services Obligation PSO atau
pelayanan publik.
57
53
Pertimbangan latar belakang Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN.
Sektor-sektor yang masih ada pelayanan publiknya adalah sektor- sektor yang tidak popular, tidak mempunyai sifat komersial dan faktor resiko yang
tinggi, dan pihak swasta atau warga negara belum berminat untuk mengerjakannya.
54
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN.
55
Pandu Djayanto, Sekilas TentangPeran, Fungsi dan Pivratisasi Badan Usaha Milik Negara, Newsletter Hukum dan Perkembangannya, Nomor 70, September 2007, hlm.12
56
Ibid., hlm.12.
57
Ibid, hlm.13.
Universitas Sumatera Utara
Jadi sektor-sektor yang mesti harus ada pelayanan publiknya adalah sektor yang merupakan kebutuhan pokok, yang menjadi bagian dari kehidupan warga negara yang
belum dilakukan kegiatannya oleh masyarakatusaha swasta. Setelah masa transisi bila dapat dilewati, kemungkinan dapat memperkenalkan konsep bisnis yang
membangun pilar-pilar yang dapat meningkatkan value, kini saatnya bagi negara untuk melakukan reposisi BUMN. Saat fase inilah BUMN berkedudukan tampil
sebagai pelaku bisnis profesional yang memenuhi amanat undang-undang untuk mengejar keuntungan.
Sebagai BUMN yang modal seluruhnya atau sebagian merupakan penyertaan modal negara maka peranannya tidak terlepas untuk melakukan PSO
tersebut dibatasi secara ketat oleh peraturan perundangan dengan memperhatikan sifat usaha BUMN, yaitu untuk mengejar keuntungan. Kewajiban pelayanan umum
dilakukan oleh pemerintah sebagai pemegang saham melalui mekanisme RUPS dengan memberikan penugasan khusus kepada BUMN untuk menyelenggarakan
PSO.
58
58
Pasal 66 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN.
Sementara untuk keperluan pembinaan usaha kecilkoperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN dapat dilakukan dengan menyisihkan sebagian laba bersih
dengan Peraturan Menteri. Peraturan Menteri yang dimaksud adalah
Peraturan Menteri Negara BUMN
Nomor : PER-05MBU2007 tertanggal 27 April 2007 tentang Program kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan usaha kecil dan program bina
lingkungan. Dalam batas kepatutan BUMN dapat memberikan donasi untuk amal
Universitas Sumatera Utara
atau tujuan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sejauh mana operasional di lapangan sangat tergantung pada kemampuan pemerintah dalam
mengendalikan BUMN melalui mekanisme RUPS. Bila seluruh saham dimiliki oleh pemerintah maka pemerintah bertindak selaku RUPS pemegang saham tunggal dan
dapat sepenuhnya mengendalikan BUMN, demikian sebaliknya.
B. Tujuan Pendirian BUMN