Teknik Pengumpulan Data Duty of Care and Standard of Care

Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan undang-undang serta peraturan lainnya. b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai hukum premier, seperti hasil- hasil penelitian serta bahan dokumen-dokumen lainnya. c. Bahan hukum tertier yaitu bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, majalahjurnal atau surat kabar sepanjang memuat informasi yang relevan dengan materi penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan library research. Sehubungan dengan permasalahan dalam penelitian kepustakaan, dikumpulkan melalui penelitian literatur, yakni dengan mempelajari ketentuan perundang-undangan, karya ilmiah dan dokumen lainnya yang menyangkut materi ini.

4. Analisis Data

Setelah semua data sekunder diperoleh melalui penelitian kepustakaan library research. Bahan-bahan yang diperoleh dalam penelitian tersebut selanjutnya akan dipilah-pilah sehingga diperoleh bahan-bahan hukum yang mengatur tentang “Tanggung jawab direksi dalam pelepasan asset tidak bergerak pada Badan Usaha Universitas Sumatera Utara Milik Negara BUMN ”, kemudian data-data yang diperoleh tersebut akan dianalisis secara induktif-deduktif. Dipilihnya metode tersebut adalah agar gejala-gejala normatif yang diperhatikan dapat dianalisis dari berbagai aspek secara mendalam dan terintegral antara aspek yang satu dengan lainnya. Setelah bahan penelitian dikumpulkan, kemudian di abstraksi untuk menentukan konsep-konsep yang lebih umum. Konsep yang lebih umum sebagai hasil abstraksi merupakan jawaban- jawaban dari permasalahan yang didukung oleh argumentasi-argumentasi yang diperoleh dari bahan-bahan hukum yang sudah ada. Adapun penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika berpikir deduktif-induktif. Dengan demikian dari hasil analisis yang dilakukan diharapkan akan diperoleh temuan-temuan dan kesimpulan yang bersifat deskriptif-analitis sehingga pokok permasalahan yang dijawab dalam permasalahan ini dapat dijawab. Universitas Sumatera Utara

BAB II TANGGUNG JAWAB DIREKSI TERHADAP

PELEPASAN ASSET TIDAK BERGERAK PADA BUMN DALAM PUTUSAN NOMOR : 1491PID.B2006PN-LP

A. Pengertian BUMN

Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara UU BUMN, Perusahaan perseroan persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau yang paling sedikit 51 lima puluh satu persen sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. Dari defenisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa unsur yang menjadikan suatu perusahaan dapat dikategorikan sebagai BUMN Persero, yaitu: 1. Badan usaha atau perusahaan tersebut berbentuk perseroan terbatas; 2. Modal badan usaha tersebut seluruhnya atau sebagian besar dimiliki oleh negara. Jika modal tersebut tidak seluruhnya dikuasai negara, maka agar tetap dikategorikan sebagai BUMN Persero, negara minimum menguasai 51 lima puluh satu persen modal tersebut; 3. Di dalam usaha tersebut, negara melakukan penyertaan secara langsung. Penyertaan modal negara pada BUMN Persero yang berasal dari APBN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah; 4. Modal penyertaan tersebut berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Universitas Sumatera Utara Kekayaan negara yang dipisahkan disini adalah pemisahan kekayaan negara dari anggaran pendapatan dan belanja negara APBN untuk dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN. Setelah itu pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem APBN, namun pembinaan dan pengelolaannya pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. Kekayaan negara yang dipisahkan yang diinvestasikan kepada BUMN Persero direksi sebagai organ yang vital untuk melakukan pengurusan bertanggung jawab penuh atas operasional perusahaan. 52 Mekanisme pertanggungjawaban melalui RUPS adalah resiko bagi pemerintah yang memilih investasinya melakukan kegiatan usaha BUMN oleh karena BUMN adalah merupakan perseroan terbatas. Dikatakan resiko, apabila direksi tidak melaksanakan kewajiban dengan baik dan benar, maka resikonya perseroan terbatas mengalami kerugian, dimana Menteri BUMN juga ikut mengalami kerugian tersebut yang mengakibatkan timbulnya utang bagi perseroan terbatas. Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pengelolaan perusahaan maka direksi wajib mempertanggungjawabkan melalui mekanisme RUPS. Direksi mempunyai kewajiban menyampaikan laporan tahunan yang memuat antara lain neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan kegiatan persero lainnya kepada RUPS. BUMN sebagai salah satu pelaku ekonomi, disamping swasta, memegang peranan yang penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna 52 Penjelasan Pasal 4 ayat 1Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN. Universitas Sumatera Utara mewujudkan kesejahteraan masyarakat, 53 khususnya BUMN yang berbentuk persero oleh karena tujuan utamanya adalah mengejar keuntungan. 54 Kedudukan BUMN dilihat dari tahap perkembangan pada awalnya lebih banyak berperan sebagai Agent of Development. Dalam konteks peran BUMN sebagai Agent of Development, negara mendorong berkembangnya sektor-sektor usaha di masyarakat. Di satu sisi, peran ini berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan rakyat banyak, disisi lain peran ini mendorong dan mendampingi masyarakat dan swasta untuk mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhannya. 55 Satu realita lagi yang patut di cermati dalam peran BUMN sebagai agen pembangunan adalah tanggung jawab moral BUMN untuk melakukan efisiensi karena beban tenaga kerja yang mungkin harus melakukan rasionalisasi. 56 Fase kedua dalam pengembangan BUMN adalah tahap transisi. Dalam tahap ini BUMN harus sudah mulai melepas demi sedikit fungsi agen of development dan mulai mengarah pada orientasi bisnis, tetapi tetap menggendong sebagian tugas- tugas dan kewajiban negara yang dinamakan Public Services Obligation PSO atau pelayanan publik. 57 53 Pertimbangan latar belakang Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN. Sektor-sektor yang masih ada pelayanan publiknya adalah sektor- sektor yang tidak popular, tidak mempunyai sifat komersial dan faktor resiko yang tinggi, dan pihak swasta atau warga negara belum berminat untuk mengerjakannya. 54 Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN. 55 Pandu Djayanto, Sekilas TentangPeran, Fungsi dan Pivratisasi Badan Usaha Milik Negara, Newsletter Hukum dan Perkembangannya, Nomor 70, September 2007, hlm.12 56 Ibid., hlm.12. 57 Ibid, hlm.13. Universitas Sumatera Utara Jadi sektor-sektor yang mesti harus ada pelayanan publiknya adalah sektor yang merupakan kebutuhan pokok, yang menjadi bagian dari kehidupan warga negara yang belum dilakukan kegiatannya oleh masyarakatusaha swasta. Setelah masa transisi bila dapat dilewati, kemungkinan dapat memperkenalkan konsep bisnis yang membangun pilar-pilar yang dapat meningkatkan value, kini saatnya bagi negara untuk melakukan reposisi BUMN. Saat fase inilah BUMN berkedudukan tampil sebagai pelaku bisnis profesional yang memenuhi amanat undang-undang untuk mengejar keuntungan. Sebagai BUMN yang modal seluruhnya atau sebagian merupakan penyertaan modal negara maka peranannya tidak terlepas untuk melakukan PSO tersebut dibatasi secara ketat oleh peraturan perundangan dengan memperhatikan sifat usaha BUMN, yaitu untuk mengejar keuntungan. Kewajiban pelayanan umum dilakukan oleh pemerintah sebagai pemegang saham melalui mekanisme RUPS dengan memberikan penugasan khusus kepada BUMN untuk menyelenggarakan PSO. 58 58 Pasal 66 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN. Sementara untuk keperluan pembinaan usaha kecilkoperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN dapat dilakukan dengan menyisihkan sebagian laba bersih dengan Peraturan Menteri. Peraturan Menteri yang dimaksud adalah Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : PER-05MBU2007 tertanggal 27 April 2007 tentang Program kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan usaha kecil dan program bina lingkungan. Dalam batas kepatutan BUMN dapat memberikan donasi untuk amal Universitas Sumatera Utara atau tujuan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sejauh mana operasional di lapangan sangat tergantung pada kemampuan pemerintah dalam mengendalikan BUMN melalui mekanisme RUPS. Bila seluruh saham dimiliki oleh pemerintah maka pemerintah bertindak selaku RUPS pemegang saham tunggal dan dapat sepenuhnya mengendalikan BUMN, demikian sebaliknya.

B. Tujuan Pendirian BUMN

Ada 5 tujuan pendirian BUMN yang diatur dalam pasal 2 UU BUMN yaitu sebagai berikut : 1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan perekonomian negara pada khususnya. BUMN diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat sekaligus memberikan konstribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan membantu penerima keuangan negara. 59 2. Mengejar keuntungan. Meskipun maksud dan tujuan persero adalah untuk mengejar keuntungan, namun dalam hal-hal tertentu untuk melakukan pelayanan umum, persero dapat diberikan tugas khusus dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan yang sehat. Dengan demikian, penugasan pemerintah harus disertai dengan pembiayaannya kompensasi berdasarkan perhitungan bisnis atau 59 Penjelasan Pasal 2 ayat 1 huruf a. Universitas Sumatera Utara komersial. 60 3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan jasa yang bermutu tinggi serta memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak. Dengan maksud dan tujuan seperti ini, setiap hasil usaha dari BUMN, baik barang maupun jasa, dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. 61 4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi. Kegiatan perintisan merupakan suatu kegiatan usaha untuk menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat, namun kegiatan tersebut belum dapat dilakukan oleh swasta dan koperasi karena secara komersial tidak menguntungkan. Oleh karena itu, tugas tersebut dapat dilakukan melalui penugasan kepada BUMN. Dalam hal adanya kebutuhan masyarakat luas yang mendesak, pemerintah dapat pula menugasi suatu BUMN yang mempunyai fungsi pelayanan kemanfaatan umum untuk melaksanakan program kemitraan dengan pengusaha golongan ekonomi lemah. 62 5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dalam pasal 88 ayat 1 UU BUMN dikatakan ”BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan 60 Penjelasan Pasal 2 ayat 1 huruf b. 61 Penjelasan Pasal 2 ayat 1 huruf c. 62 Penjelasan Pasal 2 ayat 1 huruf c. Universitas Sumatera Utara usaha kecilkoperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN”, dan juga dalam Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : PER-05MBU2007 tertanggal 27 April 2007 tentang Program kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan usaha kecil dan program bina lingkungan. Dimana dikatakan dalam pasal 1 angka 6 dan 7 dalam Peraturan Menteri tersebut. Program kemitraan BUMN dengan usaha kecil, yang selanjutnya disebut program kemitraan, adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Sedangkan program bina lingkungan, yang selanjutnya disebut program BL, adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Dalam pasal 9 ayat 1, pasal 11 ayat 1 dijelaskan tentang dana program kemitraan, sedangkan dalam pasal 9 ayat 2 dan pasal pasal 11 ayat 2 dijelaskan tentang program bina lingkungan.Bahwa adapun bunyi pasal 9 ayat 1, pasal 11 ayat 1, pasal 9 ayat 2 dan pasal pasal 11 ayat 2 adalah dikutip sebagai berikut : Pasal 9 ayat 1 : Dana program kemitraan bersumber dari : 1. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2 dua persen. 2. Jasa administrasi pinjamanmarjinbagi hasil, bunga deposito danatau jasa giro dari dana program kemitraan setelah dikurangi beban operasional. 3. Pelimpahan dana program kemitraan dari BUMN lain, jika ada. Pasal 11 ayat 1 : Dana Program Kemitraan diberikan dalam bentuk : 1. Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan; 2. Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha mitra binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha mitra binaan; 3. Beban Pembinaan : Universitas Sumatera Utara a. Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta untuk pengkajianpenelitian yang berkaitan dengan Program Kemitraan; b. Beban pembinaan bersifat hibah dan besarnya maksimal 20 dua puluh persen dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan; c. Beban pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk kepentingan mitra binan. Pasal 9 ayat 2 : Dana program bina lingkungan bersumber dari : 1. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2 dua persen. 2. Hasil bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program BL. Pasal 11 ayat 2 : Dana program bina lingkungan berbentuk : 1. Dana Program BL yang tersedia setiap tahun terdiri dari saldo kas awal tahun, penerimaan dari alokasi laba yang terealisir, pendapatan bunga jasa giro danatau deposito yang terealisir serta pendapatan lainnya. 2. Setiap tahun berjalan sebesar 70 tujuh puluh persen dari jumlah dana Program BL yang tersedia dapat disalurkan melalui Program BL BUMN Pembina. 3. Setiap tahun berjalan sebesar 30 tiga puluh persen dari jumlah dana Program BL yang tersedia diperuntukkan bagi Program BL BUMN Peduli. 4. Apabila pada akhir tahun terdapat sisa kas dana Program BL BUMN Pembina dan BUMN Peduli, maka sisa kas tersebut menjadi saldo kas awal tahun dana Program BL tahun berikutnya. 5. Ruang lingkup bantuan Program BL BUMN Pembina : a. Bantuan korban bencana alam; b. Bantuan pendidikan danatau pelatihan; c. Bantuan peningkatan kesehatan; d. Bantuan pengembangan prasarana danatau sarana umum; e. Bantuan sarana ibadah; f. Bantuan pelestarian alam;

C. Penyertaan Modal Negara

Dalam menjalankan kegiatan usahanya BUMN mendapatkan modal yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Penyertaan modal negara dalam Universitas Sumatera Utara rangka pendirian atau penyertaan pada BUMN 63 1. Anggaran Pendapatan dan belanja negara. bersumber dari : Sumber yang berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara adalah : a. Dana segar. Dana segar sangat dibutuhkan untuk pengembangan BUMN itu sendiri di masa yang akan datang dan juga ketersediaan sumber dana untuk ekspansi akan lebih terjamin bagi BUMN itu sendiri. b. Proyek-proyek yang dibiayai oleh anggaran belanja dan pendapatan negara. Proyek-proyek yang dibiayai oleh anggaran belanja dan pendapatan negara adalah proyek yang dikelola oleh BUMN maupun instansi pemerintah. Penetapan proyek tersebut menjadi penyertaan modal negara harus dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan BUMN dan hasil kajian, yang nilainya ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan hasil perhitungan yang berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan oleh Menteri Keuangan. Menteri dan Menteri teknis yang bersangkutan dalam rangka perhitungan atas nilai aset eks proyek tersebut. Menteri Keuangan dapat menunjuk penilai independen untuk melakukan penilaian yang dimaksud yang biayanya dibebankan kepada BUMN yang bersangkutan tanpa mengurangi nilai aset. c. Piutang negara pada BUMN atau perseroan terbatas. Hak negara dalam rangka penerimaan negara bukan pajak yang 63 Mulhadi, Op Cit., hlm.76-77. Universitas Sumatera Utara pemungutannya menjadi tanggung jawab Kementeriaan Negara lembaga yang bersangkutan d. Aset-aset negara lainnya. Yang dimaksud dengan aset-aset negara lainnya adalah aset negara yang tidak termasuk dalam kategori sebagaimana yang diuraikan pada huruf a,b, dan c. Apabila aset negara lainnya yang akan dijadikan penyertaan modal negara belum di rencanakan dalam APBN, maka pelaksanaannya harus mengikuti mekanisme APBN. Yang dimaksud mekanisme APBN dalam hal ini adalah pencatatan nilai aset dimaksud dalam APBN sebagai penerimaan dan sekaligus dikeluarkan sebagai penyertaan modal negara. 2. Kapitalisasi cadangan. Kapitalisasi cadangan adalah penambahan modal disetor yang berasal dari cadangan. Penambahan penyertaan dari kapitalisasi cadangan cukup dengan keputusan RUPSMenteri dan dilaporkan kepada Menteri Keuangan karena pada prinsipnya kekayaan negara tersebut telah terpisah dari APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Cadangan berasal dari laba keuntungan bersih dari BUMN. 3. Sumber lainnya. Sumber yang berasal dari sumber lainnya berupa : a. keuntungan revaluasi aset adalah selisih revaluasi aset yang berakibat naiknya nilai aset. b. agio saham adalah selisih lebih dari penjualan saham dengan nilai nominalnya. Universitas Sumatera Utara Negara dapat melakukan penyertaan modal untuk : 1. Pendirian BUMN atau perseroan terbatas. 2. Penyertaan modal negara pada perseroan terbatas yang didalamnya belum terdapat saham milik negara atau peyertaan modal negara pada BUMN atau perseroan terbatas yang didalamnya telah terdapat saham milik negara. Penyertaan modal negara pada perseroan terbatas yang didalamnya belum terdapat saham milik negara atau peyertaan modal negara pada BUMN atau perseroan terbatas yang didalamnya telah terdapat saham milik negara dilakukan dalam keadaan tertentu untuk menyelamatkan perekonomian nasional. Penyertaan modal negara dapat berupa penambahan dan pengurangan penyertaan modal negara. Penambahan penyertaan modal negara ke dalam suatu BUMN dan perseroan terbatas dilakukan dalam rangka 64 1. Memperbaiki struktur pemodalan BUMN dan perseroan terbatas. : 2. Meningkatkan kapasitas usaha BUMN dan perseroan terbatas. Sedangkan pengurangan penyertaan modal negara pada BUMN dan perseroan terbatas dilakukan dalam rangka 65 1. Penjualan saham milik negara pada persero dan perseroan terbatas. : 2. Pengalihan aset BUMN untuk penyertaan modal negara pada BUMN lain atau perseroan terbatas, pendirian BUMN baru atau dijadikan kekayaan negara yang 64 Pasal 7 dari Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang tata cara pernyertaan dan penatausahaan modal negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas. 65 Pasal 8 dari Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang tata cara pernyertaan dan penatausahaan modal negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas. Universitas Sumatera Utara tidak dipisahkan. 3. Pemisahan anak perusahaan BUMN menjadi BUMN. 4. Restruksi perusahaan.

D. Pemisahan Kekayaan Negara Pada BUMN Persero

Persepsi bahwa BUMN menjadi bagian dari keuangan negara tidak bisa diabaikan begitu saja, karena persepsi itu sudah merasuk dan menjadi pendapat stakeholder terutama aparat penegak hukum. Dalam yurisprudensi berbagai keputusan-keputusan pengadilan, aparat penegak hukum seperti jaksa dan pemeriksa, mereka sependapat bahwa BUMN merupakan bagian dari keuangan negara. Opini para penegak hukum tersebut bukan tanpa dasar. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara menyatakan: Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Sementara itu sehubungan dengan ruang lingkup keuangan negara pada Pasal 2 huruf g Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara yang berbunyi: “kekayaan negarakekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak- hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negaraperusahaan daerah”. Dalam penjelasan Undang-Undang Keuangan Negara berkaitan dengan pengertian dan ruang lingkup keuangan negara dijelaskan sebagai berikut: “Pengertian yang digunakan dalam merumuskan keuangan negara Universitas Sumatera Utara adalah dari sisi obyek, subyek, proses dan tujuan. Dari sisi obyek yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dari sisi subyek dimaksud dengan keuangan negara meliputi seluruh obyek sebagaimana tersebut diatas dimiliki negara, danatau dikuasai oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan negaradaerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara. Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban. Dari sisi tujuan keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum atau penguasaan obyek sebagaimana tersebut diatas dalam rangka pemerintahan negara. Bidang pengelolaan keuangan negara yang demikian luas dapat dikelompokkan dalam sub bidang pengelolaan fiskal, sub bidang pengelolaan moneter, dan sub bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan”. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, menyatakan: Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan yang ditetapkan dalam APBN dan APBD. Pasal 3 ayat 1 Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Universitas Sumatera Utara Jawab Keuangan Negara, menyatakan: Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh BPK meliputi seluruh unsur keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, menyatakan: Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 empat tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000.- dua ratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 1.000.000.000.- satu milyar rupiah. Sementara itu dalam penjelasan undang-undang tersebut lebih lanjut dijelaskan, bahwa dalam undang-undang ini dimaksud untuk menggantikan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1971 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diharapkan mampu memenuhi dan mengantisipasi perkembangan kebutuhan hukum masyarakat dalam rangka mencegah dan memberantas secara lebih efektif setiap bentuk tindak pidana korupsi yang sangat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara khususnya serta masyarakat pada umumnya. Keuangan negara yang dimaksud adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk di dalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena: Universitas Sumatera Utara 1. Berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban pejabat lembaga negara, baik di tingkat pusat maupun di daerah; 2. Berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban BUMNBUMD, yayasan, badan hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal negara, atau perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan negara. 66 Berdasarkan pasal-pasal tersebut aparat penegak hukum Polisi, Jaksa, dan BPK selaku pemeriksa, bertindak memeriksa Direksi BUMN Persero apabila ada dalam transaksi bisnisnya mengalami kerugian karena ini merupakan indikasi awal akan adanya potensi kerugian negara, Dalam konsepsi yang demikian keuangan negara yang dipisahkan sebagai penyertaan modal pada BUMN Persero adalah merupakan bagian dari kekayaan negara. Oleh karena itu apabila Direksi BUMN dalam mengelola perusahannya mengalami kerugian berpotensi merugikan keuangan negara. Persepsi ini masih dijadikan pedoman oleh aparat penegak hukum atas dasar perundang-undangan tersebut diatas. 67 Namun demikian permasalahan menjadi lain sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. Dalam Pasal 1 angka 1 UU BUMN dijelaskan yang dimaksud dengan Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau 66 Penjelasan Umum dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 67 Nindyo Pramono, Kekayaan Negara Yang Dipisahkan Menurut UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN, dalam Sri Redjeki Hartono, Permasalahan Seputar Hukum Bisnis : Persembahan kepada Sang Maha Guru, PT.Citra Umbara, Jogjakarta, hlm.142. Universitas Sumatera Utara sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Selanjutnya Pasal 1 angka 2 UU BUMN menyatakan: Perusahaan perseroan, yang selanjutnya disebut persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnyaterbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 lima puluh satu persen sahamnya dimiliki oleh negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. 68 BUMN sebagai perseroan terbatas merupakan entitas bisnis yang memiliki kedudukan mandiri terlepas dari orang atau badan hukum lain dari orang yang mendirikannya, pengaturannya tunduk pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Modal BUMN Persero berasal dari kekayaan negara yang telah dipisahkan dari APBN dan selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya tidak didasarkan pada sistem APBN melainkan didasarkan pada mekanisme korporasi melalui prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang sehat. Dalam penjelasan Pasal 4 ayat 1 UU BUMN dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan dipisahkan adalah pemisahan kekayaan negara dari APBN untuk dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN untuk selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem APBN, namun pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. Ayat 2 huruf a: Termasuk dalam APBN yaitu meliputi pula proyek-proyek APBN yang dikelola oleh BUMN danatau piutang negara pada BUMN yang dijadikan sebagai 68 Ibid. Universitas Sumatera Utara penyertaan modal negara. Pemerintah sendiri dalam hal ini Departemen Keuangan masih ada kegamangan menyangkut penyertaan modal pemerintah pada BUMN Persero sebagai bagian dari kekayaan negara, terutama dengan adanya piutang-piutang beberapa bank plat merah antara lain BNI, Bank Mandiri, BRI merupakan BUMN Persero yang macet tidak dapat ditagih dari para penanggung hutang debitur. Atas dasar ketentuan Undang-Undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 Tentang Panitia Urusan Piutang Negara, Pasal 8 menyatakan bahwa: “piutang negara atau hutang kepada negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada negara atau badan-badan yang baik secara langsung atau tidak langsung dikuasai oleh negara berdasarkan suatu peraturan, perjanjian atau sebab apapun” dan dalam penjelasannya dikatakan bahwa piutang negara meliputi pula piutang badan-badan yang umumnya kekayaan dan modalnya sebagian atau seluruhnya milik negara, misalnya bank-bank negara, perseroan terbatas negara, perusahaan-perusahaan negara, yayasan perbekalan dan persediaan, yayasan urusan bahan makanan dan sebagainya, serta Pasal 12 ayat 1 undang-undang yang sama mewajibkan instansi-instansi pemerintah dan badan-badan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 untuk menyerahkan piutang-piutang yang adanya dan besarnya telah pasti menurut hukum akan tetapi penanggung hutangnya tidak mau melunasi sebagaimana mestinya kepada Panitia Urusan Piutang Negara PUPN. Kemudian pasal 19 peraturan pemerintah nomor 14 tahun 2005 tentang tata cara penghapusan piutang negaradaerah, menyatakan: bahwapenghapusan secara bersyarat dan penghapusan secara mutlak piutang Universitas Sumatera Utara perusahaan negaradaerah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Berikutnya Pasal 20 menyatakan: bahwa tata cara dan penghapusan secara bersyarat dan penghapusan secara mutlak atas piutang perusahaan negaradaerah yang pengurusan piutang diserahkan kepada PUPN diatur lebih lanjut dengan peraturan Menteri Keuangan. Tetapi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2006 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang NegaraDaerah, dimana dalam pasal 1 dikatakan ketentuan pasal 19 dan pasal 20 dalam peraturan pemerintah nomor 14 tahun 2005 tentang tata cara penghapusan piutang negaradaerah, dihapus, dengan demikian pasal 19 dan 20 tidak diberlakukan lagi karena sudah dihapuskan. Dari uraian diatas, peraturan-peraturan tersebut tidak memisahkan antara kekayaan BUMN dan kekayaan negara sebagai pemegang saham, yang kemudian memunculkan polemik apakah piutang-piutang pada penanggung hutang debitur masuk pada kekayaan negara ataukah kekayaan BUMN sebagai suatu perseroan terbatas yang merupakan badan hukum yang tunduk pada ranah hukum privat. 69 Dengan adanya UU BUMN, maka ketentuan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 Tentang Panitia Urusan Piutang Negara, Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Pasal 2 huruf g Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan 69 Ibid., hlm.143. Universitas Sumatera Utara Negara, Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, khusus mengenai kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negaraperusahaan daerah menjadi tidak lagi mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.

E. Jenis-Jenis BUMN

Dalam UU BUMN, jenis BUMN ada 2 yaitu : 1. Perusahaan Umum Perum Perusahaan Umum Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk memanfaatkan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. 70 Pendirian perum diusulkan oleh menteri kepada presiden disertai dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan menteri teknis dan meteri keuangan. Perum yang didirikan tersebut memperoleh status badan hukum sejak diundangkannya peraturan pemerintah tentang pendiriannya. Peraturan pemerintah ini memuat antara lain penetapan pendirian perum, penetapan besarnya kekayaan negara yang dipisahkan, anggaran dasar dan penunjukan menteri selaku wakil pemerintah sebagai pemilik modal. Dalam Pasal 39 UU BUMN Menteri bertanggung jawab atas segala akibat perbuatan hukum yang dibuat Perum dan 70 Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN. Universitas Sumatera Utara tidak bertanggung jawab atas kerugian perum melebihi nilai kekayaan negara yang telah dipisahkan ke dalam perum, kecuali apabila menteri:baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad burukmemanfaatkan perum semata-mata untuk kepentingan pribadi, terlihat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh perum dan langsung maupun tidak langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan persero. Pendirian perum harus memenuhi kriteria, 71 1. Bidang usaha atau kegiatannya berkaitan dengan kepentigan yang banyak. antara lain : 2. Didirikan tidak hanya untuk mengejar keuntungan. 3. Berdasarkan pengkajian memnuhi persyaratan ekonomis yang diperlukan bagi berdirinya suatu badan usaha. Maksud dan tujuan Perum adalah untuk menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang danatau jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. 72 Organ Perum adalah Menteri, direksi dan dewan pengawas, dan Perum bubar karena 73 1. Ditetapkan oleh peraturan pemerintah berdasarkan usulan menteri. : 2. Jangka waktu berdiri yang ditetapkan dalam anggaran dasar. 3. Penetapan pengadilan. 4. Dicabutnya putusan pernyataan pailit oleh pengadilan niaga sebab harta pailit Perum tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan. 5. Perum dalam keadaan tidak mampu bayar sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 71 Penjelasan Pasal 35 ayat 2 . 72 Pasal 36 ayat 1. 73 Pasal 83 dari Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BUMN. Universitas Sumatera Utara 2. Perusahaan perseroan Persero Perusahaan perseroan persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau yang paling sedikit 51 lima puluh satu persen sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. 74 Pendirian persero diusulkan oleh menteri kepada presiden disertai dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan menteri teknis dan menteri keuangan. Pengkajian bertujuan untuk menentukan layak tidaknya persero tersebut didirikan, melalui kajian atas perencanaan bisnis dan kemampuan untuk mandiri serta mengembangkan usaha di masa mendatang. Pengkajian dalam hal ini melibatkan Menteri teknis sepanjang menyangkut kebijakan sektoral. Pelaksanaan pendirian persero dilakukan oleh menteri mengingat menteri merupakan wakil negara selaku pemegang saham pada persero dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Anggaran dasar persero memuat sekurang-kurangnya hal-hal sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang perseroan terbatas. 75 74 Pasal 1 angka 2 dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN. Maksud dan tujuan pendirian persero adalah menyediakan barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat dan mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan. 75 Pasal 9 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan Pengawasan dan Pembubaran BUMN Universitas Sumatera Utara

F. Organ-Organ Persero

Organ BUMN Persero sama seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, oleh karena BUMN Persero pada hakekatnya adalah Perseroan Terbatas, yaitu meliputi RUPS, Direksi, dan Dewan Komisaris. Perbedaan antara Organ Perseroan Terbatas dengan Organ BUMN Persero terletak pada pemegang sahamnya. Pada BUMN Persero pemerintah dapat bertindak selaku RUPS apabila seluruh sahamnya dimiliki oleh negara, sementara apabila pemerintah terlibat dalam Penyertaan Modal Negara PMN sebagian, maka kedudukan pemerintah adalah sebagai salah satu pemegang saham. Seberapa besar pengaruh pemerintah dalam mengendalikan BUMN Persero tentunya dipengaruhi oleh seberapa besar peran pemerintah dalam PMN dibuktikan dengan jumlah kepemilikan saham. Semakin besar peran pemerintah dalam PMN maka semakin berperan pula dalam mengendalikan perusahaan. Dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan segala kegiatan perseroan mulai dari direksi danatau dewan komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan perseroan. 1. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS Rapat umum pemegang saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah organ persero yang memegang kekuasaan tertinggi dalam persero dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris. 76 76 Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN. Universitas Sumatera Utara Dalam persero berlaku ketentuan bahwa bila seluruh saham persero dimiliki oleh negara 100 seratus persen maka yang bertindak selaku RUPS adalah menteri. Menteri yang ditunjuk mewakili negara selaku pemegang saham dalam setip keputusan tertulis yang berhubungan dengan persero adalah merupakan keputusan RUPS. Dalam praktiknya, menteri dapat memberikan kuasa dengan hak substitusi kepada perorangan atau badan hukum untuk mewakilinya dalam RUPS. Perorangan adalah seseorang yang menduduki jabatan dibawah menteri yang secara teknis bertugas membantu menteri selaku pemegang saham pada persero. Meskipun kedudukan menteri selaku wakil pemerintah telah dikuasakan kepada perorangan atau badan hukum untuk mewakilinya dalam RUPS, untuk hal-hal tertentu penerima kuasa wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari menteri sebelum hal-hal dimaksud diputuskan dalam RUPS. Hal ini perlu mendapat persetujuan terlebih dahulu dari menteri mengingat sifatnya yang sangat strategis bagi kelangsungan persero. 77 2. Direksi Direksi adalah Organ BUMN yang bertanggung jawab atas pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN baik didalam maupun diluar pengadilan. 78 Menurut Pasal 15 ayat 1 UU BUMN pengangkatan dan pemberhentian direksi dilakukan oleh RUPS. Dalam kedudukannya selaku RUPS, pengangkatan dan pemberhentian cukup dilakukan dengan keputusan Menteri. Keputusan Menteri 77 Mulhadi, Op Cit., hlm 169. 78 Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN. Universitas Sumatera Utara tersebut mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan keputusan yang diambil secara sah dalam RUPS. Mengingat kedudukan Direksi sebagai organ persero dalam mengurus perusahaan guna mencapai maksud dan tujuan perusahaan untuk mengisi jabatan tersebut diperlukan calon-calon anggota direksi yang mempunyai keahlian, integritas, kejujuran, kepemimpinan, pengalaman, perilaku yang baik dan dedikasi yang tinggi serta mempunyai visi pengembangan perusahaan. Untuk memperoleh calon-calon anggota yang terbaik, diperlukan seleksi melalui uji kelayakan dan kepatutan yang dilakukan secara transparan, profesional, mandiri dan dapat dipertanggungjawabkan. 79 Uji kelayakan dan kepatutan tersebut dilakukan oleh suatu tim yang ditunjuk oleh Menteri selaku RUPS dalam hal seluruh sahamnya dimiliki oleh negara, dan ditunjuk oleh Menteri selaku pemegang saham dalam hal sebagian sahamnya dimiliki oleh negara, khusus bagi direksi yang mewakili unsur pemerintah. Anggota- anggota tim yang ditunjuk oleh Menteri harus memenuhi kriteria antara lain profesionalitas, pemahaman bidang manajemen dan usaha BUMN yang bersangkutan, tidak memiliki benturan kepentingan dengan calon anggota direksi yang bersangkutan dan memiliki integritas serta dedikasi yang tinggi. Menteri BUMN dapat pula menunjuk lembaga profesional untuk melakukan uji kelayakan dan kepatutan terhadap calon-calon anggota direksi persero. 80 Anggota direksi diangkat untuk masa jabatan 5 tahun dan dapat diangkat 79 Mulhadi, Op Cit., hlm 171. 80 Ibid., hlm.172. Universitas Sumatera Utara kembali untuk 1 kali masa jabatan. Apabila masa jabatan anggota direksi berakhir, maka dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari sejak masa jabatan tersebut berakhir, RUPS untuk persero sudah harus menetapkan anggota direksi yang definitif. Anggota direksi tidak berwenang mewakili BUMN, apabila terjadi perkara di depan pengadilan antara BUMN dan anggota direksi dan anggota direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan BUMN. Anggota direksi dilarang memangku jabatan rangka sebagai anggota direksi pada BUMN, badan usaha milik daerah, badan usaha milik swasta, dan jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan, jabatan struktural dan fungsional lainnya pada instansilembaga pemerintah pusat dan daerah dan jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 81 Larangan perangkapan jabatan tersebut dimaksudkan agar anggota direksi benar-benar mencurahkan segala tenaga dan pikirannya danatau perhatian secara penuh pada tugas, kewajiban dan pencapaian tujuan persero serta menghindari timbulnya benturan kepentingan. Menurut pasal 23 ayat 2 Peraturan Pemerintah nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BUMN, pemberhentian anggota direksi apabila berdasarkan kenyataan, anggota direksi yang bersangkutan : 1. Tidak dapat memenuhi kewajibannya yang telah disepakati dalam kontrak manajemen. 2. Tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. 81 Pasal 21 ayat 1 Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara. Universitas Sumatera Utara 3. Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan danatau ketentuan anggaran dasar. 4. Terlibat dalam tindakan yang merugikan BUMN danatau negara. 5. Dinyatakan bersalah dalam putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap. f. Mengundurkan diri. Menurut pasal 24 peraturan pemerintah nomor 45 Tahun 2005 tentang pendirian, pengurusan, pengawasan dan pembubaran BUMN, jabatan anggota direksi berakhir apabila : 1. Meninggal dunia. 2. Masa jabatan berakhir. 3. Diberhentikan berdasarkan keputusan RUPSMenteri. 4. Tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai anggota direksi berdasarkan ketentuan perarturan pemerintah ini dan peraturan perundang-undangan lainnya. Ada beberapa tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh direksi dalam menjalankan tugasnya 82 1. Menyiapkan rancangan rencana jangka panjang yang merupakan rencana strategis yang memuat sasaran dan tujuan persero yang hendak dicapai dalam jangka waktu 5 lima tahun. , yaitu : Rancangan rencana jangka panjang memuat antara lain yaitu evaluasi pelaksanaan rencana jangka panjang sebelumnya, posisi perusahaan saat ini, asumsi-asumsi yang dipakai dalam penyusunan rencana jangka panjang dan penetapan misi, sasaran, strategi, kebijakan, dan program kerja rencana jangka panjang. 2. Menyiapkan rancangan rencana kerja dan anggaran perusahaan yang merupakan penjabaran tahunan dari rencana jangka panjang. 82 Mulhadi, Op Cit., hlm 173. Universitas Sumatera Utara Rancangan rencana kerja dan anggaran perusahaan memuat antara lain : misi persero, sasaran usaha, strategi usaha, kebijakan perusahaan dan program kerjakegiatan, anggaran perusahaan yang dirinci atas setiap anggaran program kerjakegiatan, proyeksi keuangan persero setiap anggaran program kerjakegiatan dan hal-hal lain yang memerlukan keputusan RUPS. 3. Menyampaikan rancangan rencana kerja dan anggaran perusahaan kepada RUPS untuk memperoleh pengesahan. Mengingat rencana kerja dan anggaran perusahaan disahkan oleh RUPS, setiap perubahannya juga harus disetujui oleh RUPS, kecuali ditentukan lain dalam keputusan RUPS mengenai pengesahan rencana kerja dan anggaran perusahaan dimaksud. 4. Menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS untuk memperoleh pengesahan dalam waktu lima bulan setelah tahun buku persero ditutup. Laporan tahunan memuat antara lain : a. Perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang baru, lampau dan perhitungan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan serta penjelasan atas dokumen tersebut. b. Neraca gabungan dari perseroan yang tergabung dalm satu grup, di samping neraca dari masing-masing perseroan tersebut. c. Laporan mengenai keadaan dan jalannya perseoran, serta hasil yang telah tercapai. d. Kegiatan utama perseroan dan perubahan selama tahun buku. e. Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan perseroan. f. Nama anggota direksi dan komisaris. g. Gaji dan tunjangan lain bagi anggota direksi dan honorarium serta tunjangan lain bagi anggota direksi. Universitas Sumatera Utara 5. Direksi wajib memelihara risalah rapat dan menyelenggarakan pembukuan persero. Risalah rapat di sini adalah risalah rapat direksi, komisaris dan risalah RUPS. Direksi perlu memelihara risalah rapat tersebut karena merupakan dokumen resmi yang memuat hal-hal yang dibicarakan dan diputuskan dalam rapat, serta merupakan bukti yang melatarbelakangi diambilnya suatu tindakan baik direksi, komisaris maupun pemegang saham dalam pengelolaan perusahaan. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara kewajiban direksi adalah sebagai berikut : 1. Direksi wajib mencurahkan perhatian dan pengabdiannya secara penuh pada tugas, kewajiban dan pencapaian tujuan BUMN Pasal 26 ayat 2. 2. Direksi wajib menyiapkan rancangan rencana jangka panjang yang merupakan strategis yang memuat sasaran dan tujuan BUMN yang hendak dicapai dalam jangka waktu 5 lima tahun Pasal 32 ayat 1 . Rancangan rencana jangka panjang memuat antara lain yaitu evaluasi pelaksanaan rencana jangka panjang sebelumnya, posisi BUMN pada saat penyusunan rencana jangka panjang, asumsi-asumsi yang dipakai dalam penyusunan rencana jangka panjang dan penetapan misi, sasaran, strategi, kebijakan, dan program kerja rencana jangka panjang. Rencana jangka panjang yang telah ditandatangani bersama dengan komisaris disampaikan kepada RUPS Universitas Sumatera Utara untuk persero untuk memperoleh pengesahan. 83 3. Direksi wajib menyiapkan rencana kerja dan anggaran perusahaan yang memuat penjabaran tahunan dan rencana jangka panjang Pasal 35 ayat 1. Rencana kerja dan anggaran dasar perusahaan sekurang-kurangnya memuat misi,sasaran usaha,strategi usaha, kebijakan perusahaan yang dirinci atas setiap anggaran program kerjakegiatan, anggaran perusahaan yang dirinci atas setiap anggaran program kerjakegiatan, proyeksi keuangan perusahaan dan anak perusahaannya dan hal-hal lain yang memerlukan keputusan RUPS untuk persero. 84 Rencana kerja dan anggaran dasar yang telah ditandatangani bersama dengan komisaris, diajukan kepada RUPS untuk persero selambat-lambatnya 60 hari sebelum tahun anggaran dimulai untuk memperoleh pengesahan. Rancangan rencana kerja dan anggaran perusahaan disahkan oleh RUPS untuk Persero selambat-lambatnya 30 hari setelah tahun anggaran berjalan 85 4. Direksi wajib menyiapkan laporan berkala yang memuat pelaksanaan rencana kerja dan anggaran perusahaan Pasal 39 ayat 1. sedangkan rancangan rencana kerja dan anggaran perusahaan belum disahkan oleh RUPS maka rancangan rencana kerja dan anggaran perusahaan dianggap sah untuk dilaksanakan sepanjang telah memenuhi ketentuan cara penyusunan rancangan rencana kerja dan anggaran perusahaan. 83 Pasal 33 ayat 1 Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara. 84 Pasal 37. 85 Pasal 35 ayat 1. Universitas Sumatera Utara 5. Direksi wajib menyerahkan perhitungan tahunan kepada auditor eksternal yang ditunjuk oleh RUPS untuk persero Pasal 44 ayat 1. Laporan atas hasil pemeriksaan auditor eksternal yang disampaikan secara tertulis kepada RUPS untuk persero. Perhitungan tahunan yang disediakan ternyata tidak benar dan atau menyesatkan, anggota direksi dan dewan pengawas secara tanggung renteng bertanggungjawab terhadap pihak yang dirugikan. 86 3. Komisaris Komisaris adalah organ persero yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan perseroan. Pengangkatan dan pemberhentian komisaris dilakukan oleh RUPS. Dalam hal ini menteri bertindak selaku RUPS, pengangkatan dan pemberhentian komisaris ditetapkan oleh menteri. 87 Anggota komisaris diangkat berdasarkan pertimbangan integritas, dedikasi, memahami masalah-masalah manajemen perusahaan yang berkaitan dengan salah satu fungsi manajemen, memiliki pengetahuan yang memadai di bidang usaha pesero tersebut, serta dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya. Komisaris tidak boleh mempunyai kepentingan yang dapat menganggu kemampuannya untuk melaksanakan tugasnya secara mandiri dan kritis dalam hubungan satu sama lain dan terhadap direksi. 86 Pasal 44 ayat 2. 87 Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN. Universitas Sumatera Utara Anggota komisaris tidak berwenang mewakili BUMN, apabila terjadi perkara di depan pengadilan antara BUMN dan anggota komisaris dan anggota komisaris yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan BUMN. Anggota komisaris dilarang memangku jabatan sebagai anggota direksi pada BUMN, badan usaha milik daerah, badan usaha milik swasta dan jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan. Anggota komisaris dapat diberhentikan berupa tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan danatau anggaran dasar, terlibat dalam tindakan yang merugikan BUMN danatau negara, dinyatakan bersalah dengan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan mengundurkan diri. 88 Komisaris dalam melakukan tugasnya berkewajiban 89 1. Memberikan pendapat dan saran kepada RUPS mengenai rencana kerja dan anggaran perusahaan yang diusulkan direksi. yaitu: 2. Mengikuti perkembangan kegiatan persero, memberikan pendapat dan saran kepada RUPS mengenai setiap masalah yang dianggap penting bagi pengurusan persero. 3. Melaporkan dengan segera kepada pemegang saham apabila terjadi gejala menurunkannya kinerja persero. 4. Memberikan nasihat kepada direksi dalam melaksanakan pengurusan persero. 5. Melakukan tugas pengawasan lain yang ditetapkan anggaran dasar persero danatau berdasarkan keputusan RUPS. Selain itu, agar komisaris dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai 88 Mulhadi, Op Cit., hlm 174. 89 Penjelasan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN. Universitas Sumatera Utara dengan tugas dan fungsinya, komisaris mempunyai wewenang 90 1. Melihat buku-buku, surat-surat, serta dokumen-dokumen lainnya, memeriksa kas untuk keperluan verifikasi dan memeriksa kekayaan persero. sebagai berikut : 2. Memasuki pekarangan, gedung, dan kantor yang dipergunakan oleh persero. 3. Meminta penjelasan dari direksi danatau pejabat lainnya mengenai segala persoalan yang menyangkut pengelolaan persero. 4. Meminta direksi danatau pejabat lainnya dengan sepengetahuan direksi untuk menghadiri rapat komisaris. 5. Menghadiri rapat direksi dan memberikan pandangan-pandangan terhadap hal-hal yang dibicarakan. 6. Memberhentikan sementara direksi dengan menyebutkan alasannya. 7. Wewenang lain yang dianggap perlu sebagaimana diatur dalam anggaran dasar persero.

G. Tanggung Jawab Direksi Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas

Mengenai tanggung jawab direksi diatur secara tegas dan jelas dalam ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas. Sebagai organ Perseroan, Direksi bertanggung jawab penuh atas kegiatan pengurusan Perseroan untuk kepentingan dan dalam mencapai tujuan Perseroan, serta mewakili Perseroan dalam melakukan tindakannya, baik didalam maupun diluar pengadilan. Bahwa adapun tanggung jawab direksi adalah sebagai berikut : 1. Direksi bertanggung jawab mengurus perseroan Tentang masalah pengurusan untuk kepentingan perseroan digariskan pasal 92 ayat 1 dan 2 sudah dijelaskan 91 a. Wajib menjalankan pengurusan untuk kepentingan perseroan , yang dapat diringkas sebagai berikut : Maksud dari menjalankan pengurusan untuk kepentingan perseroan yaitu 90 Ibid. 91 M.Yahya Harahap,SH, Hukum Perusahaan Terbatas, Jakarta : Sinar Grafika, 2009, hlm.372. Universitas Sumatera Utara pengurusan perseroan yang dilaksanakan anggota direksi harus sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan yang ditetapkan dalam anggaran dasar dan pelaksanaan pengurusan, meliputi pengurusan sehari-hari. 92 b. Wajib menjalankan pengurusan sesuai kebijakan yang dianggap tepat. Dalam menjalankan pengurusan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan yang ditetapkan dalam anggaran dasar, anggota direksi harus menjalankan pengurusan sehari-hari dengan kebijakan yang dianggap tepat. Menurut penjelasan pasal 92 ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang dimaksud dengan kebijakan yang dianggap tepat adalah didasarkan kepada keahlian yang bersumber dari pengetahuan luas dan kemahiran yang terampil sesuai dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman, didasarkan kepada peluang yang tersedia bersumber dari kebijakan pengurusan yang diambil dan dilaksanakan harus benar-benr mendatangkan keuntungan dan kebijakan itu diambil sesuai dengn kondisi yang benar-benar cocok bagi perseroan dan bisnis, dan didasarkan kelaziman dalam dunia usaha yang sejenis. 93 2. Wajib menjalankan pengurusan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Pengertian mengenai itikad baik dan penuh tanggung jawab dalam konteks tanggung jawab anggota direksi mengurus perseroan a. Kewajiban melakukan pengurusan, menjadi tanggung jawab setiap anggota dapat dijelaskan sebagai berikut: 92 M.Yahya Harahap,SH, Hukum Perusahaan Terbatas, Jakarta : Sinar Grafika, 2009, hlm.372. 93 Ibid. Universitas Sumatera Utara direksi. Sesuai dengan ketentuan pasal 97 ayat 2 yang diwajibkan melaksanakan pengurusan perseroan adalah setiap anggota direksi perseroan dan oleh karena itu, setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan pengurusan perseroan. 94 b. Pengurusan wajib dilaksanakan dengan itikad baik. Makna itikad baik dalam konteks pelaksanaan pengurusan perseroan oleh anggota direksi dalam praktik dan doktrin hukum memiliki jangkauan yang luas antara lain wajib dipercaya artinya setiap anggota direksi selamanya dapat dipercaya serta selamanya harus jujur, wajib melaksanakan pengurusan untuk tujuan yang wajar artinya setiap anggota direksi harus melaksanakan kekuasaan atau fungsi dan kewenangan pengurusan untuk tujuan yang wajar termasuk kewajiban memperhatikan kepentingan karyawan, wajib patuh menaati peraturan perundang-undangan artinya setiap anggota direksi dalam melaksanakan pengurusan perseroan wajib melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku, wajib loyal terhadap perseroan artinya setiap anggota direksi wajib bertindak dengn itikad baik yang setinggi-tingginya mengurus perseroan untuk kepentingan perseroan berhadapan dengan kepentingan pribadinya dan wajib menghindari benturan kepentingan artinya setiap anggota direksi wajib menghindari benturan kepentingan, sebab tindakan tersebut juga 94 Ibid. Universitas Sumatera Utara melanggar kewajiban kepercayaan dan kewajiban menaati peraturan perundang- undangan. 95 c. Pengurusan perseroan wajib dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Kewajiban melaksanakan pengurusan dengan penuh tanggung jawab adalah sebagai berikut : 1. Wajib seksama dan berhati-hati melaksanakan pengurusan. Dalam hal mengurus perseroan, anggota direksi tidak boleh sembrono dan lalai, apabila anggota direksi sembrono dan lalai melaksanakan pengurusan menurut hukum anggota direksi telah melanggar kewajiban berhati-hati. Patokan kehati-hatian yang diterapkan secara umum dalam praktik adalah standar kehati- hatian yang lazim dilakukan orang biasa dalam posisi dan kondisi yang sama. Apabila patokan kehati-hatian ini diabaikan oleh anggota direksi dalam menjalankan pengurusan perseroan, maka anggota direksi dianggap bersalah melanggar kewajiban dalam melaksanakan pengurusan dan penuh tanggung jawab, sehingga tidak ada kata maaf bagi seseorang yang menduduki jabatan anggota direksi dengan gaji dan tunjangan yang cukup besar, tetapi tidak hati-hati melaksanakan pengurusan perseroan. Dalam melaksanakan penerapan kewajiban berhati-hati dalam pelaksanaan pengurusan perseroan, perlu dikemukakan prinsip yang berlaku umum yang disebut risiko pertimbangan bisnis artinya apabila anggota direksi benar-benar jujur dalam melaksanakan tanggung jawab 95 Try Widiyono, Op Cit., hlm.62. Universitas Sumatera Utara pengurusan perseroan dan kejujuran itu dibarengi pertimbangan yang komprehensif secara wajar sesuai dengan pengalaman dan ilmu pengetahuan serta kelaziman praktik bisnis. 96 2. Wajib melaksanakan pengurusan secara tekun dan cakap. Pada umumnya aspek wajib tekun dan ulet, selalu dikaitkan dengan keahlian. Dengan demikian anggota direksi dalam melaksanakan pengurusan perseroan wajib mempertunjukkan kecakapannya. Patokannya kecakapan yang wajib sesuai dengan jabatan direksi yang dipangkunya. Kecakapan dan keahkian yang wajib ditunjukkannya harus berdasar ilmu pengetahuan dan pengalaman. 97 3. Tanggung jawab anggota direksi atas kerugian pengurusan perseroan. Tanggung jawab anggota direksi atas kerugian perseroan timbul dari kelalaian menjalankan tugas pengurusan yang dapat diklasifikasi : a. Anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi Anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian yang dialami perseroan apabila bersalah dan lalai menjalankan tugasnya melaksanakan pengurusan perseroan. 98 b. Anggota direksi bertanggung jawab secara tanggung renteng. Apabila salah satu anggota direksi lalai atau melanggar kewajiban pengurusan secara itikad baik dan penuh tanggung jawab sesuai dengan lingkup 96 Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru,Op Cit., hlm.79 97 Try Widiyono, Op Cit., hlm.63. 98 M.Yahya Harahap,SH, Op Cit., hlm.383. Universitas Sumatera Utara aspek itikad-itikad baik dan pertanggungjawaban pengurusan, maka setiap anggota direksi sama-sama ikut memikul tanggung jawab secara tanggung renteng terhadap kerugian yang dialami perseroan. Alasan penegakan prinsip tanggung jawab renteng adalah agar semua anggota direksi sa;ing ikut menekuni secara terus-menerus pengurusan perseroan secara solider tanpa mempersoalkan bidang tugas yang diberikan kepadanya, sehingga secara kesuluruhan harus bersatu dan penuh tanggung jawab bekerja sama mengurus kepentingan perseroan. 99 Anggota direksi tidak dapat dikenakan tanggung jawab secara renteng apabila anggota direksi dapat membuktikan hal-hal sebagai berikut 100 a. Kerugian perseroan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya. : b. Telah melakukan dan menjalankan pengurusan perseroan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan yang ditetapkan dalam AD. c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian perseroan. d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut. 4. Tanggung jawab direksi untuk menyelenggarakan RUPS RUPS dapat juga dilakukan melalui media telekonferensi, video konferensi, atau sarana media elektronik lainnya yang memungkinkan semua peserta RUPS saling melihat dan mendengar secara langsung serta berpartisipasi dalam rapat. Selain itu dimungkinkan juga bagi seluruh pemegang saham untuk mengambil keputusan yang mengikat tanpa melalui rapat umum pemegang saham, dan hal ini 99 Ibid., hlm.384. 100 Pasal 97 ayat 5 dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Universitas Sumatera Utara hanya dimungkinkan jika semua pemegang saham dengan hak suara menyetujui secara tertulis dengan menandatangani usul yang bersangkutan dalam betuk resolusi pemegang saham pengganti rapat umum pemegang saham. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS adalah organ perseroan yang memiliki kewenangan sisa yang tidak diberikan kepada direksi dan dewan komisaris. RUPS mewakili kehendak dari pemegang saham secara keseluruhan, baik sebagai akibat putusan dengan musyawarah maupun putusan hasil pemungutan suara yang sesuai dan sejalan dengan ketentuan undang-undang perseroan terbatas dan atau anggaran dasar. RUPS tidak mewakili kepentingan dari hanya salah satu atau lebih pemegang saham, melainkan seluruh pemegang saham perseroan. Pemegang saham adalah subjek hukum yang merupakan pemilik dari setiap lembar saham yang dikeluarkan oleh perseroan. Pemegang saham bukanlah organ perseroan dan karenanya setiap tindakan pemegang saham, yang dilakukan secara individuil tidaklah mengikat para pemegang saham lainnya. Dalam setiap forum, RUPS hanya dapat membicarakan agenda yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam hal yang demikian, maka pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan perseroan dari direksi danatau dewan komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan perseroan. 101 101 Parasian Simanugkalit, Rapat Pemegang Umum SahamKaitannya Dengan Tanggung Jawab DireksiPada Perseroan Terbatas, Jakarta :Yayasan Wajar Hidup, 2006, hlm.79. Hal tersebut juga secara tidak langsung membawa konsekuensi hukum, bahwa RUPS Universitas Sumatera Utara tidak berhak untuk membicarakan apalagi mengambil putusan dalam mata acara lain- lain, kecuali semua pemegang saham hadir danatau diwakili dalam RUPS tersebut menyetujui penambahan mata acara rapat. Dengan demikian berarti keputusan atas mata acara rapat yang ditambahkan harus disetujui dengan suara bulat. Tujuan dilaksanakannya RUPS pada perseroan adalah untuk menyetujui, mengesahkan, mengambil keputusan ataupun menolak mengenai pertanggung jawaban direksi, laporan keuangan yang disampaikan direksi, rancangan rencana kerja pengurus untuk satu tahun kerja berikutnya, rencana penambahan modal, pengangkatan dan pemberhentian anggota direksi dan dewan komisaris, rencana penjualan aset dan pemberian jaminan hutang sebahagian besar atau seluruh kekayaan perseroan, rencana penggabungan, peleburan dan pengambilalihan perseroan. Adapun tanggung jawab direksi dalam kaitannya dalam RUPS pada perseroan adalah merupakan sebagian tugas dan wewenang direksi terhadap perseroan, dimana direksi berkewajiban dan bertanggung jawab kepada RUPS untuk, memberikan laporan pertanggungjawaban mengenai segala pelaksanaan tugas dan wewenangnya terhadap perseroan, membuat risalah RUPS, melaksanakan pemanggilan dan penyelenggaraan RUPS tahunan untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban, menyelenggarakan RUPS lainnya untuk kepentingan perseroan, menjalankan semua keputusan RUPS yang telah disahkan, memberitahukan hasil keputusan RUPS kepada para pemegang saham, meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan jaminan utang, seluruh atau sebahagian kekayaan Universitas Sumatera Utara perseroan, perubahan anggaran dasar, penambahan modal perseroan, penggabungan, peleburan, pengambilalihan dan pembubaran perseroan. Pelaksanaan tugas direksi untuk menjalankan perseroan berdasarkan pada rencana kerja yang telah disusun dan disahkan pada RUPS sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar adalah merupakan tanggung jawab kedalam dari direksi yang mewakili dan menjalankan Perseroan bersama-sama pengurus dan karyawan perseroan, yang akan diminta kembali pertanggungjawabannya pada akhir tahun buku berikutnya. Keputusan RUPS merupakan acuan dari pelaksanaan tugas direksi. Ini merupakan hubungan antara keputusan atau hasil RUPS dengan pelaksanaan tugas direksi. 102 5. Tanggung Jawab Direksi kepada Pemegang Saham. Pemegang saham tersebut memerlukan jaminan dan kepastian bahwa harta kekayaan mereka pribadi tidak akan diganggu gugat sehubungan dengan kegiatan usaha yang diselenggarakan atau dilaksanakan oleh perseroan terbatas tersebut. Dalam konteks yang demikian pertanggungjawaban terbatas pendiri atau pemegang saham menjadi penting artinya. Pemegang saham hanya akan menanggung kerugian yang tidak lebih dari bagian penyertaan yang telah disetujuinya untuk diambil bagian, guna penyelenggaraan dan pengelolaan jalannya Perseroan dengan baik. Sebagai bagian dari upaya untuk tetap mempertahankan konsep bahwa pemegang saham tetap dapat melakukan monitoring atau pengawasan atau bahkan penentuan kebijakan pengurusan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan 102 Ibid., hlm.80. Universitas Sumatera Utara perseroan, kepada para pendiri atau pemegang saham ini kemudian diberikanlah saham-saham yang merefleksikan sampai seberapa jauh pemegang saham tersebut dapat melakukan monitoring atau pengawasan atau bahkan penentuan kebijakan pengurusan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan melalui RUPS. Makin besar jumlah saham yang dimiliki, makin besar kewenangan yang dimilikinya dalam RUPS. 103

H. Tanggung Jawab Direksi Menurut Undang-Undang BUMN

Dalam penjelasan Pasal 91 UU BUMN disebutkan agar direksi dapat melaksanakan tugasnya secara mandiri, pihak-pihak luar manapun, selain organ BUMN tidak diperbolehkan ikut campur terhadap pengurusan BUMN. Termasuk dalam pengertian campur tangan adalah tindakan atau arahan yang secara langsung memberi pengaruh terhadap tindakan pengurusan BUMN atau terhadap pengambilan keputusan oleh direksi. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mempertegas kemandirian BUMN sebagai badan usaha agar dapat dikelola secara profesional sehingga dapat berkembang dengan baik sesuai dengan tujuan usahanya. Hal ini berlaku pula bagi departemen dan instansi pemerintah lainnya karena kebutuhan dana departemen dan instansi pemeritah lainnya telah diatur dan ditetapkan secara tersendiri. Departemen dan instansi pemerintah tidak dibenarkan membebani BUMN dengan segala bentuk pengeluaran . pasal 27 selanjutnya menyatakan: 1. Setiap anggota direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha BUMN; 103 Ibid., hlm.81. Universitas Sumatera Utara 2. Setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1. Pasal 26 ayat 1 menyatakan sebagai berikut direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN serta mewakili BUMN baik di dalam maupun di luar pengadilan . Dalam melaksanakan tugasnya, anggota direksi harus mematuhi anggaran dasar BUMN serta wajib-wajib melaksanakan prinsip-prinsip good corporate governence. Good corporate governence adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai etika. 104 Stakeholder adalah semua pihak yang terkait yang mempertaruhkan nilai material atau immanterial dan mempunyai kepentingan dalam perseroan. Prinsip- prinsip good corporate governence 105 1. Transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi materil dan relevan mengenai perusahaan. terdiri dari: 2. Kemandirian adalah keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 3. Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 4. Pertanggungjawaban adalah kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip korporasi yang sehat. 104 Muladi, Op cit, hlm.165. 105 Lihat Penjelasan Pasal 5 ayat 3 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN. Universitas Sumatera Utara 5. Kewajaran adalah kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip korporasi yang sehat. Penerapan good corporate governence pada BUMN, bertujuan untuk mencapai hal-hal sebagai berikut 106 1. Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggungjawab dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat baik secara nasional maupun internasional. : 2. Mendorong pengelolaan BUMN secara professional, transparan dan efisien serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ. 3. Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di BUMN. 4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional. 5. Meningkatkan iklim investasi nasional. 6. Mensukseskan program privatisasi. Untuk mengetahui lebih lanjut tanggung jawab direksi dapat dilihat pengaturannya lebih lanjut dalam anggaran dasar masing-masing BUMN. Pada dasarnya setiap anggaran dasar perseroan BUMN mengatur tentang batas wewenang direksi dalam mengurus dan mengelola kegiatan perseroan. 106 Pasal 4 Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : KEP-117M.MBU2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governence Pada Badan Usaha Milik Negara. Universitas Sumatera Utara

I. Tanggung Jawab Direksi Dalam Pelepasan Asset Tidak Bergerak Pada BUMN

Mengenai tanggung jawab direksi BUMN dalam pelepasan asset tidak bergerak tidak diatur secara tegas dan jelas dalam Undang-Undang BUMN. Karena tanggung jawab direksi yang diatur hanya dalam Pasal 26 ayat 1 UU BUMN yang menyatakan Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN serta mewakili BUMN baik di dalam maupun di luar pengadilan dan juga dalam Pasal 27 ayat 2 UU BUMN yang menyatakan setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1. Pelepasan asset tidak bergerak berupa tanah, dilepas karena HGU nya sudah habis, dimana tanah yang HGU nya sudah habis diperuntukan untuk pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dilakukan dengan cara jual beli, tukar menukar, atau cara lain yang disepakati secara sukarela oleh pihak-pihak yang bersangkut. Hal ini dapat dilihat dalam pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, yang bunyinya ”pembangunan untuk kepentingan umum yang dilaksanakan Pemerintah atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, yang selanjutnya dimiliki atau akan dimiliki oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah, meliputi : Universitas Sumatera Utara 1. Jalan umum dan jalan tol, rel kereta api di atas tanah, di ruang atas tanah, ataupun di ruang bawah tanah, saluran air minumair bersih, saluran pembuangan air dan sanitasi; 2. Waduk, bendungan, bendungan irigasi dan bangunan pengairan lainnya; 3. Pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta api, dan terminal; 4. Fasilitas keselamatan umum, seperti tanggul penanggulangan bahaya banjir, lahar, dan lain-lain bencana; 5. Tempat pembuangan sampah; 6. Cagar alam dan cagar budaya; 7. Pembangkit, transmisi, distribusi tenaga listrik. Dari uraian diatas, pemilik tanah eks HGU harus melakukan pelepasan asset atas peruntukan dari pemerintah, dimana direksi lah yang bertanggung jawab untuk melakukan pelepasan asset tersebut dan juga pelepasan asset tersebut harus mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku dalam pelepasan asset tidak bergerak. Pelepasan asset BUMN tidak bergerak diatur secara khusus yaitu Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : PER-02MBU2010 tentang Tata Cara Penghapusbukuan Dan Pemindahtanganan Aktiva Tetap Badan Usaha Milik Negara, dalam pasal 18, pasal 20 , pasal 21, pasal 24 ayat 2, pasal 25, pasal 26 ayat 1, pasal 28 ayat 1 dan 3, pasal 29 dan pasal 32 ayat 1, yang bunyinya dikutip sebagai berikut : Pasal 18 : 1. Dalam hal pelaksanaan penghapusbukuan dan pemindahantanganan aktiva tetap terlebih dahulu memperoleh persetujuan RUPSMenteri, dilakukan dengan tata cara sebagai berikut : a. Direksi mengajukan permohonan tertulis kepada komisarisdewan pengawas disertai dengan : 1. Kajian legal atas aktiva tetap yang dimohonkan penghapusbukuannya. 2. Kajian ekonomis termasuk manfaat, potensi dan nilai tambah yang akan diperoleh perusahaan. 3. Penjelasan mengenai alasan penghapusbukuan danatau pemindahtanganan. 4. Dokumen pendukung berupa bukti kepemilikan, berita acara apabila hilangmusnah serta data lain berupa lokasipeta lokasi, jenis, spesifikasi, nilai perolehan, nilai buku, tahun perolehan, kondisi aktiva tetap dan foto kondisi terakhir. Universitas Sumatera Utara 5. Cara pemindahtanganan yang diusulkan khusus untuk pelaksanaan pemindahtanganan. b. Dewan KomisarisDewan Pengawas memberikan tanggapan tertulis paling lambat 30 hari yang ditujukan kepada direksi setelah menerima permohonan dari direksi. c. Dalam hal komisarisdewan pengawas belum dapat memberikan tanggapan tertulis karena memerlukan data atau informasi lain, maka hal tersebut harus disampaikan secara tertulis kepada direksi dlam kurun waktu sebagaimana yang dimaksud pada huruf b. d. Apabila terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada huruf c, dewan komisarisdewan pengawas sudah harus memberikan tanggapan tertulis kepada direksi paling lambat 30 hari sejak menerima atau memperoleh data atau informasi lain yang dibutuhkan. e. Dalam hal dewan komisarisdewan pengawas tidak memberikan tanggapan tertulis dalam kurun waktu yang telah ditetapkan, maka direksi dapat meminta persetujuan kepada RUPSMenteri disertai dengan penjelasan bahwa usulan tersebut tanpa tanggapan dewan komisarisdewan pengawas karena belum diperoleh dalam kurun waktu yang ditetapkan. f. Setelah memperoleh tanggapan tertulis dari dewan komisarisdewan pengawas BUMN atau apabila terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada huruf e, direksi mengajukan permohonan kepada RUPSMenteri disertai dengan : 1. Tanggapan tertulis dewan komisarisdewan pengawas BUMN atau penjelasan mengenai tidak adanya tanggapan tertulis dewan komisarisdewan pengawas. 2. Kajian legal atas aktiva tetap yang dimohonkan penghapusbukuannya. 3. Kajian ekonomis termasuk manfaat, potensi dan nilai tambah yang akan diperoleh BUMN. 4. Penjelasan mengenai alasan penghapusbukuan danatau pemindahtanganan. 5. Dokumen pendukung berupa bukti kepemilikan, berita acara apabila hilangmusnah serta data lain berupa lokasipeta lokasi, jenis, spesifikasi, nilai perolehan, nilai buku, tahun perolehan, kondisi aktiva tetap, penetapan mengenai RUTRW dan foto kondisi terakhir. 6. Cara pemindahtanganan yang diusulkan khusus untuk pelaksanaan pemindahtanganan. g. RUPSMenteri sudah harus memberikan persetujuan atau tanggapan paling lambat 30 hari setelah menerima permohonan dari direksi BUMN. h. Dalam hal RUPSMenteri belum dapat memberikan persetujuan atau tanggapan karena memerlukan data atau informasi lain maka hal tersebut harus disampaikan seara tertulis kepada direksi dalam kurun waktu sebagaimana dimaksud pada huruf g. i. Apabila terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada huruf h, RUPSMenteri sudah harus memberikan persetujuan atau penolakan kepada direksi paling lambat 30 hari sejak menerima atau memperoleh data atau informasi lain yang Universitas Sumatera Utara dibutuhkan. 2. Dalam hal tata cara sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berbeda dengan ketentuan anggaran dasar, maka ketentuan anggaran dasar yang diberlukan. 3. Dalam hal tata cara sebagaimana dimaksud pada ayat 1 belum diatur dalam anggaran dasar, maka tata cara sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang diberlukan. Pasal 20 : 1. Rumah dinas ditawarkan terlebih dahulu kepada penghuni sah. 2. Dalam waktu paling lambat 30 hari setelah ditawarkan, penghuni sah wajib untuk menyatakan berminat membeli atau tidak rumah dinas dimaksud. 3. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 2 penghuni sah belum memberikan jawaban, maka dianggap tidak berminat untuk membeli rumah dinas. 4. Apabila penghuni sah sudah menyatakan kesediaannya untuk membeli rumah dinas, maka dalam waktu paling lambat 30 hari, penghuni sah sudah harus mengajukan permohonan pembelian rumah dinas tersebut kepada BUMN. Pasal 21 : Dalam hal penjualan aktiva tetap berupa tanah dilakukan terhadap satu areal yang di dalamnya terdapat rumah dinas, direksi dapat menjual keseluruhan areal tersebut dalam satu paket termasuk rumah dinas tanpa menawarkan terlebih dahulu kepada penghuni sah untuk membeli rumah dinas sebagaimana dimaksud dalam pasal 20, setelah melakukan pengkajian yang menunjukkan bahwa penjualan dalam satu paket lebih menguntungkan perusahaan. Pasal 24 ayat 2 : Pelaksanaan penghapusbukuan karena pemindahtanganan dilakukan oleh direksi setelah terjadi pemindahtanganan. Pasal 25 : Pemindahtanganan dilakukan oleh direksi BUMN sesuai dengan cara pemindahtanganan yang disetujui oleh RUPSMenteri atau dewan komisarisdewan pengawas. Pasal 26 ayat 1: Untuk mendapatkan nilai jual aktiva tetap yang optimal, direksi BUMN dapat menggunakan jasa pihak lain yang memiliki kompetensi dalam bidangnya dalam rangka melaksanakan pemasaran penjualan dari aktiva tetap dimaksud dengan tetap mempertimbangkan mempertimbangkan manfaatnya bagi BUMN. Pasal 28 ayat 1 dan 3 : 1. Dalam rangka menetapkan harga jual, nilai tukar dan nilai ganti rugi minimum atas Universitas Sumatera Utara aktiva tetap BUMN, RUPSMenteri atau dewan komisarisdewan pengawas sesuai dengan kewenangan pemberian persetujuan, dapat menetapkan agar direksi membentuk tim penaksir harga atau menggunakan jasa perusahaan nilai. 3. Dalam hal dibentuk tim penaksir harga, maka tim tersebut beranggotakan wakil- wakil dari Kementerian BUMN, BUMN yang bersangkutan, dan instansi lain yang dianggap perlu. Pasal 29 : 1. Direksi dapat melakukan penyesuaian terhadap nilai jual tanah dan bangunan apabila tidak mendapatkan penawaran dengan nilai yang sama atau dengan nilai lebih tinggi daripada harga minimum yang ditetapkan oleh tim penaksir harga atau perusahaan penilai atau nilai jual obyek pajak NJOP. 2. Penyesuaian harga sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dapat dilakukan oleh direksi apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Telah 2 kali melakukan penawaran umum dan 3 kali melakukan penawaran terbatas sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 dan pasal 8 namun tidak ada pembeli atau penawar sesuai dengan harga taksiran atau NJOP. b. Tidak memperoleh calon pembeli yang potensial untuk dilakukan penunjukan langsung sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 dengan harga taksiran atau NJOP. c. Berdasarkan hasil pengkajian konsultan independen, pemindahtanganan dengan harga yang ditawarkan akan lebih menguntungkan BUMN dibandingkan dengan tetap mempertahankan aktiva tetap tersebut. d. Adanya kebutuhan yang mendesak bagi BUMN sesuai dengan hasil kajian direksi. 3. Dalam rangka pelaksanaan penyesuaian harga sebagaimana dimaksud pada ayat 1, direksi meminta pendapat dari : a. Kejaksaan Agung danatau Kejaksaan Tinggi b. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPKP. 4. Dalam hal pelaksanaan penyesuaian harga sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terkait NJOP, selain meminta pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat 3, direksi meminta pula pendapat dari kantor pelayanan pajak setempat. Pasal 32 ayat 1: Direksi wajib menyampaikan laporan pelaksanaan penghapusbukuan danatau pemindahtanganan kepada RUPSMenteri atau dewan komisarisdewan pengawas sesuai dengan kewenangan pemberian persetujuan dalam waktu paling lambat 3 bulan setelah selesainya pelaksanaan penghapusbukuan danatau pemindahtanganan. Pasal 21 dari Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : PER- 02MBU2010 tentang Tata Cara Penghapusbukuan Dan Pemindahtanganan Aktiva Universitas Sumatera Utara Tetap Badan Usaha Milik Negara sudah diubah dalam Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : PER-06MBU2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : PER-02MBU2010 Tata Cara Penghapusbukuan Dan Pemindahtanganan Aktiva Tetap Badan Usaha Milik Negara, dimana dalam pasal 21 dijelaskan sebagai berikut : Pasal 21 : Kewajiban menawarkan terlebih dahulu kepada karyawan sebagaimana dimaksud dalam pasal 20, tidak berlaku apabila : a. Pemindahtanganan dilakukan karena diperuntukkan bagi kepentingan umum diperlukan oleh Kementerian atau lembaga negarapemerintah, bagian dari program restrukturisasi dan penyehatan BUMN danatau dijadikan penyertaan modal, sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat 1, pasal 10 ayat 1 dan pasal 12. b Penjualan aktiva tetap berupa tanah dalam satu paket rumah dinas yang terdapat diatasnya, dengan ketentuan berdasarkan hasil kajian direksi menunjukkan bahwa penjualan dalam satu paket lebih menguntungkan perusahaan.

J. Analisa Hukum Tentang Tanggung Jawab Direksi Dalam Pelepasan Asset

Tidak Bergerak Pada BUMN Terhadap Putusan Nomor : 1491PID.B2006PN-LP Direktur Utama PTPN.II Suwandi ditetapkan sebagai tersangka oleh Jaksa Penuntut Umum dalam pelepasan hak atas tanah eks HGU PTPN.II sehingga mengakibatkan kerugian negara. Suwandi didakwa telah melakukan perbuatan melawan hukum yang memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. 107 107 Putusan Pengadilan Negeri Kelas I-B Lubuk Pakam Nomor 1491Pid.B2006PN-LP tertanggal 26 Maret 2007, hlm.3. Kasus ini bermula dari Suwandi sebagai direktur utama melakukan pelepasan hak atas tanah Eks HGU PTPN.II yang terletak di Desa Dagang Kerawang, Kec.Tanjung Morawa Universitas Sumatera Utara seluas + 59 Ha tersebut berawal dari adanya niat untuk memiliki lahan di lokasi pengembangan kota Tanjung Morawa sebagaimana tercantum dalam rencana umum tata ruang kota RUTK dan selanjutnya sekitar bulan April 2004 M.Suprianto sebagai Ketua Yayasan Pendidikan Nurul Amaliyah datang menemui Suwandi untuk membeli tanah eks HGU tersebut. 108 Untuk merealisasikan niat dari M.Suprianto sebagai Ketua Yayasan Pendidikan Nurul Amaliyah, Suwandi membentuk panitia penaksir harga jual aktiva non produktif milik PTPN.II. Pada awalnya tanah yang ingin dilepas adalah tanah seluas + 59 Ha, namun kemudian yang disepakati bahwa yang akan dilepas adalah seluas 78,16 Ha. 109 Selanjutnya berdasarkan kesepakatan panitia penaksir harga dengan M.Suprianto sebagai Ketua Yayasan Pendidikan Nurul Amaliyah maka disepakati harga jual sebesar Rp.11.051.165.000. 110 Setelah lunas pembayaran ke PTPN.II Persero atas tanah Eks HGU PTPN.II yang terletak di Desa Dagang Kerawang, Kec.Tanjung Morawa barulah dibuat akta notaris No.13 tanggal 16 Nopember 2005 antara terdakwa dengan Suprianto.Tetapi berdasarkan hasil audit dari BPKP terdapat perbedaan harga yang mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp.21.151.291.000.- atau setidak-tidaknya sebesar Rp.11.208.323.150.-. Akibat perbuatan Terdakwa Ir.Suwandi bersama-sama dengan Drs.Sukardi,MM, Ir.Masdin Sipayung, Indro Suhito,SH dan M.Suprianto negara telah dirugikan sebesar Rp.21.151.291.000.- atau setidak-tidaknya sebesar Rp.11.208.323.150.-. 111 108 Ibid., hlm.4. Adapun 109 Ibid., hlm.7. 110 Ibid., hlm.8. 111 Ibid., hlm.11. Universitas Sumatera Utara dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum adalah sebagai berikut : 1. Dakwaan pertama primair terdakwa Ir.H.Suwandi dipersalahkan dan diancam pidana dalam pasal 2 ayat 1 Jo pasal 18 undang-undang nomor 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas undang-undang nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi Jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. 112 2. Dakwaan kedua subsidair terdakwa Suwandi dipersalahkan dan diancam pidana dalam pasal 2 ayat 1 Jo Pasal 15 Jo pasal 18 undang-undang nomor 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas undang-undang nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi Jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. 113 3. Dakwaan kedua primair terdakwa Suwandi dipersalahkan dan diancam pidana dalam pasal 3 Jo pasal 18 undang-undang nomor 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas undang-undang nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi Jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. 114 4. Dakwaan kedua subsidair terdakwa Suwandi dipersalahkan dan diancam pidana dalam pasal 3 Jo Pasal 15 Jo pasal 18 undang-undang nomor 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan undang-undang nomor 20 tahun 112 Ibid., hlm.12. 113 Ibid., hlm.21. 114 Ibid., hlm.31. Universitas Sumatera Utara 2001 tentang perubahan atas undang-undang nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi Jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. 115 Adapun Tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum 116 1. Menjatuhkan terdakwa Suwandi telah terbukti secara sahdan menyakinkan melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama sebagaimana diatur dalam pasal 3 Jo pasal 18 undang-undang nomor 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas undang-undang nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak pidana korupsi Jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. adalah sebagai berikut : 2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa berupa pidana penjara selama 1 satu tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan dan ditambah dengan denda sebesar RP.100.000.000.- subsidair selama 6 enam bulan kurungan. 3. Menetapkan barang bukti berupa : a. uang sebesar Rp.1.402.055.343,40 pembulatan Rp.44.800.000 terdiri dari Rp.1.301.832.343.40 = Rp.55.343.000.- yang disita dari kas PTPN.II dikembalikan kepada PTPN.II. b. 1satu set Sertifikat HGU No.1 tahun 1989, dikembalikan kepada BPN Kabupaten Deli Serdang. 115 Ibid., hlm.41. 116 Ibid., hlm.113-114. Universitas Sumatera Utara c. Surat-surat atau dokumen sebagaimana tersebut dalam daftar barang bukti, dijadikan barang bukti dalam perkara lain. 4. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.5.000.- Atas tuntutan Jaksa Penuntut Umum, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kelas I-B Lubuk Pakam telah memutus perkara Nomor 1491Pid.B2006PN-LP tertanggal 26 Maret 2007, dengan amar putusan 117 “ yaitu : M E NG A D I L I 1. Menyatakan Terdakwa Ir.H.Suwandi telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “korupsi secara bersama-sama; : 2. Menghukum Terdakwa H.Suwandi oleh karena itu dengan pidana penjara selama 1 satu tahun dan 6 enambulan denda sebesar Rp.100.000.000.- seratus juta rupiah, subsidair selama 6 enam bulan kurungan; 3. Menghukum PTPN.II agar membayar uang pengganti sebesar RP.8.805.730.030,60.- delapan milyar delapan seratus lima juta tujuh ratus tiga puluh ribu tiga puluh rupiah enam puluh sen untuk disetor ke Kas Negara; 4. Menetapkan masa tahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ; 5. Menetapkan bukti surat : 1. 1 satu lembar asli Surat Menteri BUMN Nomor: S-351MBU2004, tanggal 30 Juni 2004, perihal Persetujuan Pelepasan Aktiva Milik PTPN.II Persero yang ditujukan kepada Direksi PTPN-II ; 2. 3 tiga lembar Keputusan Direksi PTPN-II Nomor : II.0KptsR.04III2005 tentang Pembentukan Panitia Penaksir Harga Jual Aktiva Tetap Non Produktif milik PTPN-II berupa tanah selas + 3. 1 satu lembar lampiran Surat Keputusan Direksi PTPN-II Nomor : II.0KptsR.04III2005 tentang Pembentukan Panitia Penaksir Harga Jual Aktiva Tetap Non Produktif milik PTPN-II berupa tanah selas 59 Ha yang terletkak di kebun Tamora Desa Dagang Kerawang ; + 4. 3 tiga lembar asli Surat Perjanjian Pembayaran Nomor : II.0SP-V012005 tanggal 10 Mei 2005 oleh Notaris Ernawaty Lubis ; 59 Ha yang terletkak di kebun Tamora Desa Dagang Kerawang ; 5. 1 satu lembar fotocopy bukti penyetoran dengan slip Nomor : 226228 dan 226236 tanggal 14 Nopember 2005 berupa pembayaran ganti rugi tanah eks HGU PTPN-II senilai Rp.10.475.000.000.- dan Rp.314.250.000.- ; 6. 1 satu lembar asli Surat Sekretaris Kementrian Negara BUMN Nomor : S- 08MBU.S2006 tanggal 20 Januari 2006 ; 7. 2 dua berkas asli Surat Direksi PTPN-II Nomor : II.0X367V2004 tanggal 15 April 2004 hal Permohonan persetujuan penghapus bukan areal lahan 117 Ibid., hlm.184-188. Universitas Sumatera Utara Kebun Tamora milik PTPN Nusantara II yang diinvestasikan untuk Yayasan Pendidikan Nurul Amaliyah; 8. 5 lima lembar asli Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor : 42HGUBPN2002 tentang Pemberian Perpanjangan Jangka Waktu Hak Guna Usaha atas tanah terletak di Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara ; 9. 6 enam lembar asli lampiran Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor : 42HGUBPN2002 tentang Pemberian Perpanjangan Jangka Waktu Hak Guna Usaha atas tanah terletak di Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara ; 10. 2 dua lembar asli Surat Bupati Deli Serdang Nomor :5935083 tanggal 23 Desember 2005, hal Penjelasan atas Pelepasan areal 78,16 Ha eks HGU PTPN-II Tanjung Morawa di Desa Dagang Kerawang Tanjung Morawa ; 11. 1 satu lembar asli Surat Direksi PTPN-II Nomor : II.0X176.AV2005 tanggal 9 Mei 2005 hal Penangguhan Surat Perintah Setor ; 12. 1 satu lembar asli Surat Ketua Yayasan Pendidikan Nurul Amaliyah Nomor : 55YPNATMV2005 tanggal 04 Mei 2005 perihal Penangguhan Surat perintah Setor SPS ; 13. 1 satu lembar asli Surat Direksi PTPN-II Nomor : II.0X139IV2004 tanggal 12 April 2005 perihal Pelepasan areal eks HGU PTPN-II Kebun Tamora di Desa Dagang Kerawang Kecamatan Tanjung Morawa ; 14. 3 tiga lembar fotocopy Notulen Rapat Panitia Penaksiran Harga Jual Aktiva Tetap Non Produktif milik PTPN-II berupa tanah + 59 Ha yang terletak di kebun tamora Desa Dagang Kerawang Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tanggal 23 Maret 2005 ; 15. 1 satu lembar asli Surat Komisaris PTPN-II Nomor : DK.PTPN-IIV2004- 25 tanggal 17 Mei 2004 ; 16. 1 satu lembar asli Surat Direksi PTPN-II Nomor : II.0X136IV2005 tanggal 08 April 2005 perihal Pemberitahuan Pembayaran Surat Perintah SetorPSP ; 17. 2 dua lembar asli Surat Gubernur Sumut Nomor : 59319412004 tanggal 14 April 2004 hal Pengaturan Pemanfaatkan Tanah yang ditujukan kepada Menteri BUMN dp Direktur PTPN-II ; 18. 1 satu lembar asli Surat Estimasi HargaNilai Ganti Rugi Asset ; 19. 1 satu Examplar Sertifikat Hak Guna Usaha Asli Nomor : 1Dagang Kerawang ; 20. 1 satu lembar fotocopy Berita Acara Serah Terima tanggal 21 Mei 2003 ; 21. 1 satu lembar fotocopy Tanda Terima Sertifikat dari Ir.Dermawan kepada Drs.MM.Damanik selaku pegawai BPN Deli Serdang ; 22. 1 satu lembar Peta Ukur Nomor :731997 ;Terhadap bukti Surat yang asli dikembalikan kepada yang berhak dan terhadap bukti surat fotocopy tetap dilampirkan dalam berkas perkara ini ; Dan : a. uang sebesar Rp.1.402.055.343,40 pembulatan Rp.1.402.055.600.- terdiri dari Rp.1.301.832,343,40 + Rp.55.343.000.- + Rp.44.880.000.- yang disita dari Kas PTPN II Tanjung Morawa disetor ke Kas Negara ; b. 1 satu set Sertifikat HGU No.1 tahun 1989 dikembalikan kepada BPN Kabupaten Deli Serdang ; 6. Menghukum Terdakwa Ir.H.Suwandi untuk membayar ongkos perkara sebesar Rp.5.000.- lima ribu rupiah “; Universitas Sumatera Utara Atas putusan dari Pengadilan Negeri Kelas I-B Lubuk Pakam, Terdakwa mengajukan banding. Atas banding tersebut Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan menerima permintaan banding dari Terdakwa Ir.H.Suwandi dengan register perkara nomor : 397PID2007PT-MDN tertanggal 29 Oktober 2007. Adapun putusan Hakim Pengadilan Tinggi Medan Nomor:397PID2007PT-MDN tertanggal 29 Oktober 2007 yaitu membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam dan menyatakan perbuatan yang didakwakan kepada Terdakwa Suwandi terbukti, tetapi perbuatan itu bukan merupakan suatu tindak pidana dan juga mengembalikan uang yang disita oleh Jaksa Penuntut Umum sebesar Rp.1.402.055.343,40 ke kas PTPN.II. 118 Atas putusan dari Pengadilan Tinggi Medan, Jaksa Penuntut Umum Yang dimaksud dari Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan tentang perbuatan tersebut bukan merupakan suatu tindak pidana, karena terdakwa dalam melakukan pelepasan asset tidak bergerak atas tanah seluas 78,16 ha sudah mendapat izin dari Menteri BUMN dan Gubernur Sumatera Utara dimana pelepasan asset tidak bergerak dipergunakan untuk pembangunan daerah yang akan dibuat sarana-sarana pendidikan. Dengan adanya izin dari Menteri BUMN dan Gubernur Sumatera Utara terhadap pelepasan asset tidak bergerak atas tanah seluas 78,16 ha, maka pelepasan asset tidak bergerak atas tanah seluas 78,16 ha adalah sah dan tidak merupakan perbuatan melawan hukum. 118 Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor:397PID2007PT-MDN tertanggal 29 Oktober 2007, hlm.40. Universitas Sumatera Utara mengajukan kasasi. Atas kasasi tersebut Majelis Hakim Mahkamah Agung RI mengabulkan permohonan kasasi dari Jaksa Penuntut Umum dengan register pekara nomor : 798 KPid.Sus2008 tertanggal 12 September 2008. Adapun putusan Hakim Mahkamah Agung RI nomor : 798 KPid.Sus2008 tertanggal 12 September 2008 yaitu membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Medan, menghukum Terdakwa Ir.H.Suwandi dengan pidana penjara selama 2 dua tahun, menghukum terdakwa dengan pidana sebesar Rp.100.000.000.- seratus juta rupiah dengan ketentuan apabila pidana denda tersebut tidak dibayar maka terdakwa dikenakan hukuman pengganti berupa pidana kurungan selama 6 enam bulan dan juga menghukum PTPN.II agar membayar uang pengganti sebesar Rp.8.805.730.030,60.- delapan milyar delapan ratus lima juta tujuh ratus tiga puluh ribu tiga puluh rupiah enam puluh sen untuk disetor ke kas negara. 119 Dalam kasus tersebut di atas ini berkaitan dengan tanggung jawab direksi BUMN terhadap tindakannya yang melakukan pelepasan asset tidak bergerak tanpa persetujuan dari BUMN dan perbedaan luas tanah yang akan dilepaskan. Padahal dilihat dari pertimbangan Majelis Hakim yang menyatakan : 1. Tentang luas tanah, dimana pada awalnya telah dimohonkan seluas + 59 ha kemudian disetujui Gubernur Sumatera Utara 59 ha sampai dengan persetujuan dari Menteri BUMN seluas 59 ha, selanjutnya dengan Nomor : S-08MPU.S2006 tertanggal 20 Januari 2006 tentang penegasan atas selisih areal lahan kebun 119 Putusan Mahkamah Agung RI nomor : 798 KPid.Sus2008 tertanggal 12 September 2008, hlm.47. Universitas Sumatera Utara tamora milik PTPN.II yang didivestasikan untuk Yayasan Pendidikan Nurul Amaliyah, yang pada pokoknya menyetujui luas areal 78,16 ha di hapus bukukan dan diganti rugikan kepada Yayasan Pendidikan Nurul Amaliyah. 2. Dengan surat Nomor : S-08MPU.S2006 tertanggal 20 Januari 2006 tentang penegasan atas selisih areal lahan kebun Tamora milik PTPN.II yang didivestasikan untuk Yayasan Pendidikan Nurul Amaliyah, maka Menteri BUMN telah menyetujui seluas 78,16 ha yang tadinya seluas 59 ha. 3. Selain hal tersebut di atas gambar yang dimaksud atas tanah seluas 59 ha dibandingkan dengan gambar dari BPN tanah seluas 78,16 ha adalah sama dan sebangun, padahal Yayasan Pendidikan Nurul Amaliyah pada permohonan ini menitik beratkan pada gambar yang ada ternyata tanah seluas 78,16 ha, maka Yayasan Pendidikan Nurul Amaliyah memohon tanah seluas 78,16 ha, kalau pun dikabulkan tanah seluas 78,16 ha adalah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Yayasan Pendidikan Nurul Amaliyah juga telah disetujui. 4. Tanda tangan pada surat Nomor : S-08MBU.S2006 tertanggal 20 Januari 2006 adalah atas nama Menteri Negara BUMN, Sekretaris Kementerian Negara BUMN tertanda Muhammad Said Didu, dalam hal ini lembaga Kementerian BUMN adalah salah satu kesatuan selaku lembaga negara yang diberi wewenang untuk mengurusi BUMN karena negara sebagai pemegang saham, serta tanda tangan tersebut dilakukan oleh Sekretaris Kementerian Negara BUMN selaku atas nama Menteri BUMN yang berarti tanda tangan tersebut adalah sebagai Menteri Negara BUMN. Dengan demikian surat tersebut dapat dikatakan mempunyai Universitas Sumatera Utara kualitas yang sama dengan surat yang di tanda tangani oleh Menteri Negara BUMN. 5. Perubahan luas tanah yang semula seluas 59 ha setelah diukur oleh BPN menjadi tanah seluas 78,16 ha adalah sah. 6. Masalah pelaksanaan ganti rugi menurut surat Menteri BUMN nomor : S.351MBU2004 tanggal 30 Juni 2004 diberi batas waktu 1 satu tahun, surat tersebut dibuat untuk dilaksanakannya, tetapi dengan Nomor : S-08MBU.S2006 tertanggal 20 Januari 2006, maka dapat diartikan diakui adanya perpanjangan waktu pelaksanaan pelepasan asset PTPN.II oleh Menteri Negara BUMN yang berarti masalah waktu yang melebihi 1 tahun adalah sah. Dari pertimbangan dari Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kelas I-B Lubuk Pakam diatas, pelepasan asset dan perbedaan luas tanah yang akan dilepaskan adalah sah dan hal ini juga telah dikuatkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan, sedangkan pertimbangan Majelis Hakim Mahkamah Agung RI tentang pelepasan asset dan perbedaan luas tanah yang akan dilepaskan adalah tidak sah menyatakan : 1. Terdakwa Suwandi mempergunakan Surat Menteri BUMN nomor : S.351MBU2004 tanggal 30 Juni 2004 hal : persetujuan pelepasan aktiva milik PTP.Nusantara II Persero sebagai dasar untuk menyerahkan tanah seluas 78,16 Ha dengan ganti rugi kepada M.Suprianto, padahal surat tersebut sudah tidak berlaku, sebab transaksi dilakukan pada tanggal 16 Nopember 2005 dan pembayaran ganti rugi sudah diterima PTPN.II tanggal 14 Nopember 2005. Surat Universitas Sumatera Utara Menteri BUMN nomor : S.351MBU2004 tanggal 30 Juni 2004 hal : persetujuan pelepasan aktiva milik PTP.Nusantara II Persero tidak berlaku lagi, karena jangka waktu yang diberikan Menteri BUMN kepada direktur utama PTPN.II Persero untuk melakukan pelepasan asset tidak bergerak selama 1 tahun yaitu mulai dari tanggal 30 Juni 2004 sampai dengan tanggal 30 Juni 2005. 2. Memperhatikan surat Sekretaris Menteri Negara BUMN No.S-08MBU.S2006 tanggal 20 Januari 2006, perihal : penegasan atas selisih areal lahan kebun tamora milik PTPN.II yang didivestasikan untuk Yayasan Pendidikan Nurul Amaliyah yang ditanda tangani oleh H.Muh.Said Didu saksi untuk menjelaskan keberadaan surat tersebut, yang menyatakan : a. Surat tersebut adalah penegasan dari lembaga dan bukan kewenangan RUPS seharusnya Dirut PTPN.II membuat surat kepada RUPS, bukan ke lembaga kementerian BUMN. b. Surat No.S-08MBU.S2006 tanggal 20 Januari 2006 tidak dapat dipakai sebagai landasan hukum pelepasan asset, karena pelepasan asset ada di Menteri BUMN sebagai RUPS. c. Saksi selaku Sekretaris Menteri BUMN hanya menjawab surat dari direksi PTPN.II tamora dan tulisan di dalam hal hanyalah mengulangi isi surat dari Dirut PTPN.II tamora. d. Saksi tidak pernah menegaskan bahwa tanah eks. HGU PTPN.II Desa Dagang Kerawang, Kec.Tanjung Morawa, Kab.Deli Serdang tersebut diperuntukan kepada Yayasan Pendidikan Nurul Amaliyah. Universitas Sumatera Utara Dalam surat Sekretaris Menteri Negara BUMN No.S-08MBU.S2006 tanggal 20 Januari 2006, perihal : penegasan atas selisih areal lahan kebun tamora milik PTPN.II yang didivestasikan untuk Yayasan Pendidikan Nurul Amaliyah yang ditanda tangani oleh H.Muh.Said Didu, H.Muh.Said Didu seharusnya menjelaskan dalam surat tersebut, bahwa selisih areal lahan kebun tamora milik PTPN.II tidak kewenangan H.Muh.Said Didu tetapi kewenangan Menteri BUMN selaku Pemegang Saham dan harus dituangkan dalam RUPS, sehingga direktur Utama PTPN.II Persero menjadi tahu langkah-langkah untuk menyelesaikan perselisihan areal lahan kebun Tamora. Dengan demikian direktur utama tidak dipersalahkan dalam melakukan pelepasan asset di Desa Dagang Kerawang, Kec.Tanjung Morawa. Pelepasan asset tidak bergerak PTPN.II Persero dilakukan pada tahun 2005, maka peraturan yang berlaku adalah Keputusan Menteri Keuangan No.89KMK.0131991 tentang pedoman pemindahtanganan aktiva tetap Badan Usaha Milik Negara. Tata cara pelepasan asset pada BUMN terdapat dalam pasal 7, pasal 8, pasal 9, pasal 12 ayat 1 dan 2, pasal 13 dan pasal 16 dari Keputusan Menteri Keuangan No.89KMK.0131991 tentang pedoman pemindahtanganan aktiva tetap Badan Usaha Milik Negara, yang bunyinya dikutip sebagai berikut : Pasal 7 : 1. Permohonan pemindahantanganan aktiva tetap tidak bergerak dan aktiva tetap tidak bergerak yang unsur ekonomisnya diatas lima tahun diajukan oleh direksi BUMN kepada Menteri Keuangan dengan tembusan kepada dewan komisarisdewan pengawas. 2. Dewan komisarisdewan pengawas wajib memberikan penilaian dan pendapat kepada Menteri Keuangan selambat-lambatnya 1 satu bulan sejak diterimanya permohonan pemindahtanganan aktiva tetap tersebut. 3. Menteri Keuangan memberikan keputusannya selambat-lambatnya dalam waktu 3 Universitas Sumatera Utara tiga bulan sejak diterimanya penilaian dan pendapat dari dewan komisarisdewan pengawas sebagaimana tersebut dalam ayat 2 pasal ini. Pasal 8 : Setiap permohonan oleh direksi kepada dewan komisaris dan Menteri Keuangan mengenai pemindahtanganan aktiva tetap dengan cara penjualan atau tukar menukar harus disertai taksiran harga jualharga tukaran aktiva tersebut yang ditetapkan sendiri oleh direksi tanpa membentuk suatu team penaksir harga. Pasal 9 : Permohonan pemindahtanganan aktiva tetap tersebut dalam pasal 6, pasal 7 dan pasal 8 diatas harus disertai dengan data sebagai berikut : 1. Lokasi. 2. Jenis barang. 3. Spesifikasi. 4. Nilai perolehan dan nilai buku. 5. Tahun perolehan. 6. Perkiraan harga jual. 7. Kondisikeadaan barang. Pasal 12 ayat 1 dan 2 : 1. Penjualan aktiva tetap Badan Usaha Milik Negara baik yang telah memperoleh persetujuan dari dewan komisarisdewan pengawas berdasarkan pasal 6 maupun dari Menteri Keuangan sesuai dengan ketentuan pasal 7 pelaksanaannya dilakukan oleh direksi dengan prosedur lelang melalui kantor lelang Negara. 2. Dengan pertimbangan tertentu menteri keuangan dapat memberikan persetujuan pelaksanaan penjualan aktiva tetap sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 dan pasal 7 tanpa prosedur lelang melalui Kantor lelang Negara. Pasal 13 : 1. Untuk menetapkan harga jualharga tukaran atas aktiva tetap yang akan dijual atau dipertukarkan sebagaimana tersebut dalam pasal 8 taksirannya dapat dilakukan oleh perusahaan penilai appraisal company berdasarkan persetujuan Menteri Keuangan. 2. Menyimpang dari ketentuan pasal 8, khusus untuk penetapan harga jual atas rumah dinas dan kendaraan dinas yang akan dijual kepada penghunipemakai, direksi membentuk panitia penaksir harga dengan susunan keanggotaan terdiri dari wakil- wakil Departemen Keuangan, Departemen Teknis, Badan Usaha Milik Negara yang bersangkutan serta instansi lain yang dianggap perlu dengan ketentuan jumlah anggota sebanyak-banyaknya 5 lima orang. 3. Harga transaksi yang ditetapkan oleh panitia penaskir harga maupun oleh perusahaan penilai maksimum berlaku untuk jangka waktu 1 satu tahun. 4. Harga transaksi yang ditetapkan oleh panitia penaksir harga atau oleh perusahaan Universitas Sumatera Utara penilai berlaku sebagai pedoman bagi direksi untuk menetapkan harga aktiva tetap yang akan dijual atau dipertukarkan. Pasal 16 : Direksi Badan Usaha Milik Negara menyampaikan laporan pelaksanaan pemindahtanganan aktiva tetap kepada Menteri Keuangan dan Menteri Teknis dengan tembusan kepada dewan komisarisdewan pengawas, selambat-lambatnya 1 satu bulan setelah selesainya pelaksanaan pemindahtanganan tersebut. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah, dinyatakan dalam pasal 18 ayat 1 dan 2 yaitu : 1. Apabila Hak Guna Usaha hapus dan tidak diperpanjang atau diperbaharui, bekas pemegang hak wajib membongkar bangunan-bangunan dan benda-benda yang ada di atasnya dan menyerahkan tanah dan tanaman yang ada di atas tanah bekas Hak Guna Usaha tersebut kepada Negara dalam batas waktu yang ditetapkan oleh Menteri. 2. Apabila bangunan, tanaman dan benda-benda sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 masih diperlukan untuk melangsungkan atau memulihkan pengusahaan tanahnya, maka kepada bekas pemegang hak diberikan ganti rugi yang bentuk dan jumlahnya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden. Dalam pasal 18 ayat 1 dan 2 dapat dijelaskan PTPN.II Persero masih mempunyai hak untuk menguasasi tanah eks HGU seluas 78,16 Ha, dimana direktur utama PTPN.II Persero sebagai wakil dari Pemegang Saham yaitu Menteri BUMN berhak untuk menjaga sampai ada pelepasan asset terhadap tanah eks HGU seluas 78,16 Ha yang ditentukan oleh Menteri BUMN sebagai pemegang saham. Dan menurut Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.42HGUBPN2002 tentang pemberian perpanjangan jangka waktu Hak Guna Usaha atas tanah terletak di Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara, yang menyatakan pada bagian memutuskan diktum 3,4 : Universitas Sumatera Utara Ketiga : Menegaskan bahwa atas sebagian tanah-tanah perkebunan sebagaimana diuraikan dalam peta pada daftar lampiran keputusan ini seluruhnya seluas 3.353,5900 ha terletak di Kecamatan Sunggal, Pancur Batu, Kutalimbaru, Tanjung Morawa, STM Hilir, Pagar Merbau, Hamparan Perak, Percut Sei Tuan, Beringin, labuhan Deli, Batangkuis, Patumbak dan Perbauangan, kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara menjadi tanah yang langsung dikuasai oleh negara. Keempat : Menyerahkan pengaturan, penguasaan, pemilikan, pemanfaatan dan penggunaan tersebut dalam diktum ketiga keputusan ini kepada Gubernur Sumatera Utara untuk selanjutnya diproses sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku setelah memperoleh ijin pelepasan asset dari Menteri yang berwenang. Dapat dijelaskan diktum ketiga dan keempat tersebut diatas, tanah eks HGU seluas 78,16 Ha terletak di Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara, yang sudah habis Hak Guna Usaha dikuasai langsung oleh negara dalam hal ini adalah Menteri BUMN, dimana Menteri BUMN sebagai pemegang saham pada PTPN.II Persero tetapi direktur utama PTPN.II Persero sebagai wakil dari Menteri BUMN berhak untuk menguasai tanah eks HGU seluas 78,16 Ha sampai ada izin pengaturan, penguasaan, pemilikan, pemanfaatan dan pengunaan tersebut harus mendapat persetujuan Menteri BUMN selaku pemegang saham setelah itu harus memperoleh persetujuan dari Gubernur Sumatera Utara. PTPN.II Persero tidak dapat mengalihkanmenjual tanah eks HGU sebelum dapat pemanfaatpemilik tanah yang baru. Yang menjadi pemanfaatpemlilik tanah yang baru dalam mendapatkan tanah eks HGU tersebut, harus sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Tetapi pelepasan asset tidak bergerak atas tanah seluas 78,16 ha tersebut dilakukan pada Universitas Sumatera Utara tahun 2005 maka yang berlaku Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Asset BUMN merupakan kekayaan BUMN, karena kekayaan negara yang dipisahkan dalam BUMN secara fisik adalah berbentuk saham yang dipegang oleh negara, bukan harta kekayaan dari BUMN, sehingga yang dapat dikenakan perbuatan melanggar hukum adalah menjual saham. Apabila asset BUMN merupakan kekayaan negara maka utang dari BUMN itu sendiri menjadi utang negara. Jadi dapat dikatakan direksi BUMN berhak melakukan pelepasan asset tidak bergerak, karena asset BUMN adalah kekayaan BUMN itu sendiri dengan meminta persetujuan dari pemegang saham yaitu Menteri BUMN. 120 Berdasarkan analisa hukum diatas, dapat disimpulkan direktur utama PTPN.II Persero tidak dapat diminta pertanggung jawaban terhadap PTPN.II Persero dalam melakukan pelepasan asset tidak bergerak yaitu berupa tanah eks HGU seluas 78,16 ha yang terletak di Desa Dagang Kerawang, Kec.Tanjung Morawa, hal ini dapat dilihat dalam pasal 18 ayat 1 dan 2 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah dan Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.42HGUBPN2002 tentang pemberian perpanjangan jangka waktu Hak Guna Usaha atas tanah terletak di Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara, 120 http:kppnjambi.orgindex.phpcomponentcontentarticle41keuangan65keuangan.html, diakses pada tanggal 22 Maret 2011, pada pukul 19.45 wib. Universitas Sumatera Utara yang menyatakan pada bagian memutuskan diktum 3,4, maka PTPN.II Persero berhak melakukan pelepasan asset BUMN tidak bergerak. Dalam pasal 7, pasal 8, pasal 9, pasal 12 ayat 1 dan 2, pasal 13, dan pasal 16 dari Keputusan Menteri Keuangan No.89KMK.0131991 tentang pedoman pemindahtanganan aktiva tetap Badan Usaha Milik Negara, karena Suwandi sebagai direktur utama PTPN.II Persero sudah melaksanakan sesuai dengan peraturan yang ada di PTPN.II Persero dan peraturan yang berlaku. Dengan demikian direktur utama PTPN.II Persero tidak dapat dihukum. Alasan yang menyebabkan direktur utama PTPN.II Persero tidak bersalah adalah sebagai berikut : 1. Direktur utama PTPN.II Persero dalam mengalihkan pelepasan asset tidak bergerak yang sudah habis eks HGU-nya diperuntukan untuk pembangunan daerah, sesuai dengan pasal 5 angka 6 dari Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, dimana direktur utama PTPN.II Persero mengalihkan asset tidak bergerak kepada Yayasan Pendidikan Nurul Amaliyah untuk pembangunan sekolah. 2. Direktur utama sudah mendapat persetujuan pelepasan asset tidak bergerak dari Menteri BUMN melalui RUPS yaitu RUPS tanggal 28 Mei 2004 telah disetujui pelepasan areal eks HGU yang tidak diperpanjang dan RUPS tanggal 26 Mei 2005 pada angka 5 keputusan lain-lain huruf f pada prinsipnya RUPS dapat menyetujui usulan direksi dalam pelepasan aktiva non produktif, surat Menteri Negara BUMN No.351MBU2004 tanggal 30 Juni 2004 yang isinya memberikan Universitas Sumatera Utara persetujuan untuk menghapus bukuhan aktiva PTPN.II berupa areal bekas HGU Kebun Tamora di Desa Dagang Kerawang, Kec.Tanjung Morawa, Kab.Deli Serdang seluas + 59 ha dan persetujuan pelepasan asset diberikan jangka waktu 1 tahun sejak tanggal ditetapkan yaitu tanggal 30 Juni 2004 dan surat Sekretaris Menteri Negara BUMN No.S-08MBU.S2006 tanggal 20 Januari 2006, perihal : penegasan atas selisih areal lahan kebun tamora milik PTPN.II yang didivestasikan untuk Yayasan Pendidikan Nurul Amaliyah yang ditanda tangani oleh H.Muh.Said Didu . 3. Direktur utama PTPN.II Persero melaksanakan isi diktum keempat dari surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.42HGUBPN2002 tentang pemberian perpanjangan jangka waktu Hak Guna Usaha atas tanah terletak di Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara dengan mendapat izin pelepasan asset tidak bergerak dari Gubernur melalui suratnya No.59319412004 tertanggal 14 April 2004 perihal pengaturan pemanfaatan tanah eks.HGU PTPN.II yang berlokasi di Desa Dagang Kerawang, Kec.Tanjung Morawa yang ditujukan kepada Dirut PTPN.II pada prinsipnya Gubernur Sumatera Utara menyetujui areal seluas + 59 ha dan meminta kepada Menteri Negara BUMN dapat memproses ijin pelepasan areal kebun kepada Yayasan Pendidikan Nurul Amaliyah. 4. Direktur utama PTPN.II Persero juga melaksanakan isi pasal 13 ayat 2 dari Keputusan Menteri Keuangan No.89KMK.0131991 tentang pedoman pemindahtanganan aktiva tetap Badan Usaha Milik Negara, dimana direktur utama PTPN.II Persero membentuk panitia penaksir harga yang anggotanya dari Universitas Sumatera Utara Menteri BUMN, Gubernur Sumatera Utara, Bupati Deli Serdang, PTPN.II Persero, Komisaris PTPN.II Persero, Kepala Badan Pertanahan Propinsi Sumatera Utara, Kepala Badan Pertanahan Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara

BAB III TANGGUNG JAWAB HUKUM DIREKSI BUMN TERHADAP HASIL

PELEPASAN ASSET TIDAK BERGERAK YANG TIDAK MASUK KE KAS NEGARA DALAM PUTUSAN NOMOR : 1491PID.B2006PN-LP A. Tanggung Jawab Hukum Direksi Secara Perdata Lahirnya suatu tanggung jawab hukum berawal dari adanya perikatan yang melahirkan hak dan kewajiban. Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan hak dan kewajiban perikatan bersumber dari perjanjian dan undang-undang. Perikatan yang bersumber dari undang-undang terbagi lagi menjadi perbuatan menurut hukum dan perbuatan melawan hukum. Timbulnya perikatan yang bersumber dari perjanjian membebankan kepada para pihak yang melakukan perjanjian untuk melaksanakan hak dan kewajibannya prestasi. Apabila salah satu pihak tidak melaksanakan prestasi maka dapat dikategorikan telah melakukan wanprestasi. Secara umum pertanggung jawaban perdata dapat diartikan sebagai konsekuensi hukum atas pelanggaran hak dan kewajiban, baik hak dan kewajiban yang lahir dari perjanjian maupun yang lahir dari undang-undang, yang membawa kerugian kepada orang atau badan lain. Adapun pengertian ganti kerugian adalah penggantian biaya, kerugian, dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perjanjian dan pemenuhannya baru diwajibkan apabila debitur dinyatakan lalai Pasal 1234 KUH Perdata. Dengan demikian, pada dasarnya ganti kerugian adalah ganti kerugian Universitas Sumatera Utara yang timbul karena debitur melakukan wanprestasi. Unsur-unsur ganti kerugian menurut ketentuan Pasal 1246 KUH Perdata terdiri dari 3 tiga unsur 121 1. Biaya, yaitu segala pengeluaran atau ongkos-ongkos yang nyata-nyata telah dikeluarkan. , yaitu: 2. Rugi, yaitu kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan kreditur yang diakibatkan oleh kelalaian debitur. 3. Bunga, yaitu keuntungan yang seharusnya diperoleh atau diharapkan oleh kreditur apabila debitur tidak lalai. Pada dasarnya, tidak semua kerugian dapat dimintakan penggantian. Undang-undang menentukan bahwa kerugian yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur sebagai akibat dari wanprestasi 122 1. Kerugian yang dapat diduga ketika perjanjian dibuat. Membayar ganti kerugian yang nyata telah atau sedianya harus diduganya sewaktu perjanjian dibuat, kecuali jika hal tidak dipenuhinya perjanjian tersebut disebabkan oleh tipu daya yang dilakukan olehnya. adalah sebagai berikut: 2. Kerugian sebagai akibat langsung wanprestasi. Menurut ketentuan Pasal 1248 KUH Pedata, jika tidak dipenuhinya perjanjian tersebut disebabkan oleh tipu daya debitur, pembayaran ganti kerugian sekedar mengenai kerugian yang diderita oleh kreditur dan keuntungan yang hilang baginya, hanyalah terdiri atas apa yang merupakan akibat langsung dari tidak dipenuhinya perjanjian. 121 R.Surbekti, Poko-Pokok Hukum Perdata, Jakarta : Internusa, 1998, hlm.142. 122 Ibid. Universitas Sumatera Utara Selain itu, undang-undang juga mengatur mengenai pembelaan debitur yang wanprestasi. Seorang debitur yang dituduh lalai dan dimintakan supaya kepadanya diberikan hukuman atas kelalaiannya, ia dapat membela dirinya dengan mengajukan beberapa macam alasan untuk membebaskan dirinya dari hukuman- hukuman tersebut. Pembelaan tersebut, yaitu 1 Menyatakan adanya keadaan memaksa . 2. Menyatakan bahwa kreditur telah lalai. 3. Menyatakan bahwa kreditur telah melepaskan haknya. Keadaan memaksa adalah alasan bagi debitur untuk bebaskan dari kewajiban membayar ganti kerugian. Keadaan memaksa menyebabkan tidak dapat dipenuhinya suatu prestasi oleh debitur karena terjadi suatu peristiwa yang bukan karena kesalahannya, peristiwa tersebut tidak dapat diketahui atau tidak dapat diduga akan terjadi pada waktu membuat perikatan. 123 Oleh karena itu, dengan adanya keadaan memaksa debitur tidak dapat dipersalahkan dan tidak harus menanggung resiko, karena debitur tidak dapat menduga peristiwa tersebut pada waktu perjanjian dibuat. Keadaan tersebut terjadi sebelum debitur lalai untuk memenuhi prestasinya pada saat timbulnya keadaan tersebut. 124 Dengan adanya keadaan memaksa, maka akan terjadi resiko. Resiko dapat diartikan sebagai kewajiban untuk memikul sesuatu kerugian apabila kerugian Jadi dengan demikian pihak debitur tidak dikenakan ganti rugi. 123 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung : PT.Aditya Bakti, 1990, hlm.27. 124 R.Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Bandung : Bina Cipta,1987, hlm.27. Universitas Sumatera Utara tersebut terjadi diluar kesalahan salah satu pihak yang menimpa objek yang dimaksudkan perjanjian. Dengan demikian, persoalan resiko merupakan akibat dari suatu keadaan memaksa. 125 Perikatan yang melahirkan hak dan kewajiban selain bersumber dari perjanjian dapat pula bersumber dari undang-undang Pasal 1233 KUH Perdata. Perikatan yang lahir dari undang-undang menurut Pasal 1353 KUH Perdata dapat timbul akibat dari perikatan yang lahir dari undang-undang saja, dan perikatan yang lahir dari undang-undang karena perbuatan orang, dapat bersumber dari perbuatan menurut hukum dan perbuatan melawan hukum. Pengaturan resiko dalam KUH Perdata Pasal 1237 KUH Perdata yang mengatur mengenai resiko dalam perjanjian sepihak, yang menyatakan bahwa, dalam hal adanya perikatan untuk memberikan suatu keadaan tertentu, kebendaan tersebut semenjak perikatan dilahirkan, adalah tanggungan kreditur. Jika kreditur lalai melaksanakan perikatan, maka sejak saat kelalaian tersebut, kebendaan adalah tanggung jawabnya. Pasal 1365 KUH Perdata menyatakan bahwa, “setiap perbuatan melawan hukum, yang menimbulkan kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya menyebabkan kerugian tersebut mengganti kerugian”. Di dalam ketentuan Pasal 1366 KUH Perdata dinyatakan bahwa, “setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga yang disebabkan karena kelalaian atau kekurang hati-hatiannya”, dan dalam Pasal 125 R.Surbekti, Op Cit., hlm.144. Universitas Sumatera Utara 1367 KUH Perdata, “seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan oleh perbuatannya sendiri, melainkan juga untuk kerugian yang disebabkan oleh perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau oleh barang-barang yang berada di bawah pengawasannya”. Undang-undang tentang Perseroan Terbatas telah mengadopsi pasal 1366 dan 1367 KUHPerdata. Hal ini terlihat dalam pasal 97 ayat 3 tanggung jawab direksi secara pribadi dan 4 tanggung jawab direksi secara tanggung renteng . Tanggung jawab renteng direksi berdasarkan UUPT berlaku dalam hal-hal sebagai berikut: 1. Perbuatan hukum atas nama perseroan yang belum memperoleh status badan hukum Pasal 14 ayat 1 UUPT. 2. Bertanggung jawab terhadap laporan keuangan yang mengandung informasi menyesatkan Pasal 69 ayat 3 UUPT. 3. Bertanggung jawab secara tanggung renteng apabila memiliki 2 dua angota direksi atau lebih atas kerugian perseroan dikarenakan bersalah atau lalai di dalam menjalankan tugas kepengurusannya Pasal 97 ayat 3 dan 4 UUPT. 4. Bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kepailitan karena kesalahan dan kelalaian menjalankan tugasnya sebagai direksi Pasal 104 ayat 2 UUPT. Tanggung jawab pribadi direksi berdasarkan UUPT berlaku dalam hal-hal sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan dikarenakan bersalah atau lalai dalam menjalankan tugas kepengurusannya Pasal 97 ayat 3 UUPT. Direksi dikatakan bersalah artinya direksi sengaja melakukan perbuatan yang melanggar hukum dalam menjalankan tugas kepengurusan perseroan, sehingga direksi tidak dapat melakukan pembelaan karena telah terbukti bersalah yang mengakibatkan kerugian bagi perseroan. Sedangkan direksi dikatakan lalai artinya bahwa direksi tidak sengaja melakukan perbuatan yang melanggar hukum dalam menjalankan tugas kepengurusan perseroan tetapi direksi dapat melakukan pembelaan terhadap hal-hal yang dilakukannya dalam menjalankan perseroan. 2. Bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian perseroan dikarenakan tidak melaporkan kepada perseroan mengenai saham yang dimiliki anggota direksi yang bersangkutan danatau keluarganya dalam perseroan dan perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar khusus Pasal 101 UUPT. Direksi sebagai salah satu organ yang penting dan menentukan dalam mencapai maksud dan tujuan BUMN mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Melakukan pengurusan BUMN; 2. Bertanggung jawab penuh atas pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN serta mewakili BUMN baik di dalam maupun di luar pengadilan; 3. Mematuhi dan tunduk pada anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang- Universitas Sumatera Utara undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggung jawaban, serta kewajaran. Hal ini sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 5 UU BUMN. Dari ketentuan ini dapat diketahui bahwa mengenai pengurusan BUMN mutlak menjadi tugas dan tanggung jawab direksi. Artinya secara hukum organ maupun instansi lain dilarang campur tangan intervensi terhadap pengurusan BUMN. Sepanjang direksi melakukan tugas dan tanggung jawabnya dalam batas- batas sebagaimana ditentukan dalam UU BUMN, UUPT maupun anggaran dasar BUMN yang bersangkutan, maka direksi tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul akibat tindakan tersebut. Oleh karena itu sepanjang direksi melakukan tugasnya telah sesuai dengan kewajiban hukumnya, dan bertindak dalam batas-batas kewenangannya berdasarkan prinsip-prinsip seperti telah dijelaskan di awal, maka secara hukum direksi dibebaskan dari kewajiban untuk mengganti kerugian perseroan atau secara hukum direksi terlindungi. Hal ini dapat pula dikaitkan dengan ketentuan pasal 97 ayat 5 UUPT merupakan pasal yang pamungkas bagi anggota direksi untuk dibebaskan dari kewajiban tanggung jawab renteng yang dibebankan kepada anggota direksi. Adapun isi pasal 97 ayat 5 UUPT adalah sebagai berikut : anggota direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat 3 apabila dapat membuktikan : 1. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya. Universitas Sumatera Utara 2. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baikdn kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. 3. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian. 4. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut. Direksi dikatakan bersalah artinya direksi sengaja melakukan perbuatan yang melanggar hukum dalam menjalankan tugas kepengurusan perseroan, sehingga direksi tidak dapat melakukan pembelaan karena telah terbukti bersalah yang mengakibatkan kerugian bagi perseroan. Sedangkan direksi dikatakan lalai artinya bahwa direksi tidak sengaja melakukan perbuatan yang melanggar hukum dalam menjalankan tugas kepengurusan perseroan tetapi direksi dapat melakukan pembelaan terhadap hal-hal yang dilakukannya dalam menjalankan perseroan. 126

B. Tanggung Jawab Hukum Direksi Secara Pidana

Pertanggung jawaban pidana tidak bisa dipisahkan dari perbuatan pidana artinya jika tidak ada perbuatan pidana maka tidak akan ada pertanggung jawaban pidana. Dalam pasal 155 UUPT dijelaskan ” ketentuan mengenai tanggung jawab direksi danatau dewan komisaris atas kesalahan dan kelalaiannya yang diatur dalam undang-undang ini tidak mengurangi ketentuan yang diatur dalam undang- undang tentang hukum pidana”. Tindak pidana dalam hukum pidana berbeda dengan 126 Gunawan Widjaja,Op Cit., hlm.55. Universitas Sumatera Utara perbuatan melawan hukum dalam hukum perdata. Membedakan antara keduanya, yaitu antara tindak pidana dan perbuatan melawan hukum tidaklah mudah. Di dalam tindak pidana maupun perbuatan melawan hukum keduanya adalah salah dan masing- masing merupakan penyimpangan atau pelanggaran terhadap hukum dan terhadap kewajiban hukum. Apabila pelanggaran tersebut menimbulkan konsekuensi pidana yang dilekatkan pada pelanggaran itu, maka pelanggaran itu merupakan tindak pidana. Konsekuensi pidana dimaksud adalah berupa tuntutan secara pidana di muka pengadilan pidana dan dijatuhi sanksi pidana jika terbukti bersalah. Dalam sistem hukum Indonesia, suatu perbuatan merupakan tindak pidana atau perilaku melanggar hukum pidana hanyalah apabila suatu ketentuan pidana yang telah ada menentukan bahwa perbuatan itu merupakan tindak pidana. Hal ini berkenaan dengan asas legalitas yang dianut dalam hukum pidana Indonesia sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 ayat 1 KUHP. Adapun unsur-unsur pertanggung jawaban secara pidana adalah sebagai berikut: 1. Bahwa perbuatan yang dilakukan mengandung unsur melawan hukum; 2. Bahwa perbuatan itu mengandung unsur kesengajaan; 3. Ada penyalahgunaan wewenang berkaitan dengan jabatan yang melekat pada dirinya; 4. Bahwa perbuatan itu merugikan keuangan maupun perekonomian negara dan masyarakat. Universitas Sumatera Utara Tindak pidana merupakan suatu perbuatan yang mengandung unsur perbuatan atau tindakan yang dapat dipidana dan unsur pertanggung jawaban pidana kepada pelakunya. Sehingga dalam syarat hukuman pidana terhadap seseorang secara ringkas dapat dikatakan bahwa tidak ada hukuman pidana terhadap seseorang tanpa adanya hal-hal yang secara jelas dapat dianggap memenuhi syarat atas kedua unsur tersebut. 127 Tindak pidana hanyalah menunjuk kepada dilarang dan diancamnya perbuatan itu dengan suatu pidana, kemudian apakah orang yang melakukan perbuatan itu juga dijatuhi hukum pidana sebagaimana telah diancamkan akan sangat tergantung pada soal apakah dalam melakukan perbuatannya itu si pelaku juga mempunyai kesalahan. Sedangkan sebagai dasar pertanggung jawaban adalah kesalahan yang dapat di pidana serta berdasarkan kejiwaannya itu pelaku dapat dicela karena kelakuannya itu. Dengan kata lain, hanya dengan hubungan batin inilah maka perbuatan yang dilarang itu dapat dipertanggung jawabkan kepada si pelaku. 128 Dalam kebanyakan rumusan delik pidana, unsur kesengajaan merupakan salah satu unsur yang terpenting. Dalam kaitannya dengan unsur kesengajaan ini, maka apabila di dalam suatu rumusan tindak pidana terdapat perbuatan dengan sengaja, maka unsur dengan sengaja ini menguasai atau meliputi semua unsur lain yang ditempatkan dibelakangnya dan harus dibuktikan. Sengaja berarti juga adanya 127 Andi Zainal Abidin, Bunga Rampai Hukum Pidana, Jakarta : Pradnya Paramita,1983, hlm.20. 128 Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dn Pertanggungjawaban Pidana, Jakarta : Aksara Baru, 1983, hlm.73. Universitas Sumatera Utara kehendak yang disadari yang ditujukan untuk melakukan kejahatan tertentu. Maka berkaitan dengan pembuktian bahwa perbuatan yang dilakukannya itu dilakukan dengan sengaja, terkandung pengertian menghendaki dan mengetahui willens en wetens, yang dimaksudkan disini adalah seseorang yang melakukan suatu perbuatan dengan sengaja itu haruslah memenuhi rumusan willens atau harusah menghendaki apa yang ia perbuat dan memenuhi unsur wetens atau haruslah mengetahui akibat dari apa yang ia perbuat. Disini dikaitkan dengan teori kehendak yang dirumuskan oleh Van Hippel maka dapat dikatakan bahwa yang dimaksudkan dengan sengaja adalah kehendak membuat suatu perbuatan dan kehendak untuk menimbulkan suatu akibat dari perbuatan itu atau akibat dari perbuatannya itu yang menjadi maksud dari dilakukannya perbuatan itu. 129 Jika unsur kehendak dalam kaitannya dengan unsur kesengajaan tidak dapat dibuktikan dengan jelas secara materil, karena memang maksud dan kehendak seseorang itu sulit untuk dibuktikan secara materil, maka pembuktian adanya unsur kesengajaan dalam pelaku melakukan tindakan melanggar hukum sehingga perbuatannya itu dapat dipertanggung jawabkan kepada si pelaku seringkali hanya dikaitkan dengan keadaan serta tindakan si pelaku pada waktu ia melakukan perbuatan melanggar hukum yang dituduhkan tersebut. Selain unsur kesengajaan di atas ada pula yang disebut unsur kelalaian atau kealpaan culpa, yang dalam doktrin hukum pidana disebut sebagai kealpaan yang tidak disadari onbewuste schuld dan 129 Ibid., hlm.74. Universitas Sumatera Utara kealpaan disadari bewuste schuld. Dimana dalam unsur ini faktor terpentingnya adalah pelaku dapat menduga terjadinya akibat dari perbuatannya itu atau pelaku kurang berhati-hati. 130 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP yang berlaku di Indonesia tidak mengatur pertanggung jawaban pidana korporasi. Demikian pula UU BUMN maupun UUPT tidak mengatur sanksi pidana terhadap penyimpangan atau pelanggaran yang dilakukan oleh korporasi atau badan hukum perseroan, direksi atau pengurus perseroan maupun terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh komisaris selaku pengawas perseroan. Bahwa korporasi dapat dibebani pertanggungjawaban pidana karena korporasi bukanlah suatu fiksi. Korporasi benar-benar eksis dan menduduki posisi yang penting di dalam masyarakat dan berkemampuan untuk menimbulkan kerugian bagi pihak lain dalam masyarakat seperti halnya manusia. Memperlakukan korporasi seperti manusia dan membebani pertanggung jawaban atas tindak pidana yang dibuat oleh korporasi, sejalan dengan asas hukum bahwa siapapun sama dihadapan hukum. 131 Ada beberapa alasan mengenai perlunya pembebanan pertanggungjawaban pidana kepada korporsi, 132 130 Ibid., hlm.75. adalah sebagai berikut : 131 Sutan Remy Sjahdeini, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Jakarta : PT.Grafiti Pers, 2007, hlm.26. 132 Muladi Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Pidana Korupsi, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010, hlm.57. Universitas Sumatera Utara 1. Tanpa pertanggungjawaban pidana korporasi, perusahaan-perusahaan bukan mustahil dapat menghindarkan diri dari peraturan pidana dan hanya para pegawainya yang dituntut karena telah melakukan tindak-tindak pidana yang sebenarnya merupakan kesalahan dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan. 2. Dalam beberapa kasus, demi tujuan prosedural lebih mudah untuk menuntut suatu perusahaan dari pada pegawainya. 3. Dalam hal suatu tindak pidana yang serius, sebuah perusahaan lebih memiliki kemampuan untuk membayar pidana denda yang dijatuhkan daripada pegawai perusahaan tersebut. 4. Ancaman tuntutan pidana terhadap perusahaan dapat mendorong para pemegang saham untuk melakukan pngawasan terhadap kegiatan-kegiatan perusahaan di mana para pemegang saham telah menanamkan investasinya. 5. Apabila sebuah perusahaan telah mengeruk keuntungan dari kegiatan usaha yang ilegal, maka seharusnyan perusahaan itu pula yang memikul sanksi atas tindak pidana yang telah dilakukan bukannya pegawai perusahaan. 6. Pertanggungjawaban korporasi dapat mencegah perusahaan-perusahaan untuk menekan para pegawainya baik secara langsung maupun tidak langsung, agar para pegawai mengusahakan perolehan laba tidak dari melakukan kegiatan usaha yang ilegal. 7. Publisitas yang merugikan dan pengenaan pidana denda terhadap perusahaan itu dapat berfungsi sebagai pencegah bagi perusahaan yang melakukan kegiatan yang ilegal, dimana hal ini tidak mungkin terjadi bila yang dituntut itu adalah para pegawainya. Sistem pembebanan pertanggungjawaban pidana kepada korporasi dapat diberlakukan 133 1. Pengurus korporasi sebagai pelaku tindak pidana, sehingga oleh karenanya penguruslah yang harus memikul pertanggungjawaban pidana. adalah : 2. Korporasi sebagai pelaku tindak pidana, pengurus yang harus memikul pertanggungjawaban pidana. 3. Korporasi sebagai pelaku tindak pidana dan korporasi itu sendiri yang harus memikul pertanggungjawaban pidana. 4. Pengurus dan korporasi keduanya sebagai pelaku tindak pidana, dan keduanya pula yang harus memikul pertanggungjawaban pidana. 133 Sutan Remy Sjahdeini, Op Cit., hlm.59. Universitas Sumatera Utara KUHP menganut sistem pertama, KUHP menganut pendirian bahwa oleh karena korporasi tidak dapat melakukan sendiri suatu perbuatan yang merupakan tindak pidana dan tidak dapat memiliki kalbu yang salah, tetapi yang melakukan perbuatan tersebut adalah pengurus korporasi yang di dalam melakukan perbuatan itu dilandasi oleh sikap yang kalbu tertentu baik berupa kealpaan atau kesengajaan, maka pengurus dari korporasi itulah yang harus memikul pertanggungjawaban pidana atas perbuata yang dilakukannya sekalipun perbuatan itu dilakukan untuk dan atas nama korporasi yang dipimpinnya. Dengan kata lain, KUHP tidak menganut bahwa korporasi dapat dibebani pertanggungjawaban pidana. Hal ini disebabkan bahwa hanya manusia sebagai subjek hukum pidana. Hal ini terbukti dari pasal 59 dan pasal 399 KUHP. 134 Bahwa sistem keempat mengatakan, pengurus dan korporasi keduanya sebagai pelaku tindak pidana, dan keduanya pula yang harus memikul pertanggungjawaban pidana. Ada beberapa alasan mengapa pengurus dan korporasi keduanya sebagai pelaku tindak pidana adalah alasan pertama, apabila hanya pengurus yang dibebani pertanggungjawaban pidana, maka menjadi tidak adil bagi masyarakat yang telah menderita kerugian karena pengurus dalam melakukan perbuatannya itu adalah atas nama korporasi serta dimaksudkan untuk memberikan keuntungan atau menghindarkan atau mengurangi kerugian finansial bagi korporasi. 134 Ibid. Universitas Sumatera Utara Alasan kedua, apabila yang dibebani pertanggungjawaban pidana hanya korporasi sedangkan pengurus tidak memikul tanggung jawab pidana, maka sistem ini akan dapat memungkinkan pengurus saling melemparkan kesalahan kepada orang lain. Dengan kata lain pengurus dapat berlindung di balik punggung korporasi untuk melepaskan dirinya dari tanggung jawab dengan berdalih bajwa perbuatannya itu bukan merupakan perbuatan pribadi dan bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi merupakan perbuatan yang dilakukannya untuk dan atas nama korporasi. Alasan ketiga, pembebanan pertanggungjawaban pidana kepada korporasi hanya mungkin dilakukan secara vikarius doctrine of vicarious liability. Pembebanan pertanggungjawaban pidana kepada korporasi hanya mungkin dilakukan secara vikarius karena korporasi tidak mungkin dapat melakukan sendiri suatu perbuatan hukum, artinya segala perbuatan hukum yang benar atau yang salah baik dalam lingkungan keperdataan maupun yang diatur dalam ketentuan pidana, dilakukan oleh manusia yang menjalankan kepengurusan korporasi. 135 Menurut Muladi, berkaitan dengan pertanggung jawaban korporasi dan memperhatikan dasar pengalaman pengaturan hukum positif serta pemikiran yang berkembang maupun kecenderungan internasional, maka pertanggung jawaban korporasi dalam tindak pidana lingkungan 136 135 Ibid, hlm.60. hendaknya memperhatikan hal-hal 136 Muladi, Prinsip-Prinsip Dasar Hukum Pidana Lingkungan Dalam Kaitannya Dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997, Makalah Seminar Kajian Dan Sosialisasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Semarang : FH UNDIP,1998, hlm.17-18. Universitas Sumatera Utara sebagai berikut: 1. Korporasi mencakup baik badan hukum legal entity maupun non badan hukum seperti organisasi dan sebagainya; 2. Korporasi dapat bersifat privat private judicial entity dan dapat pula bersifat publik public entity; 3. Apabila diidentifikasikan bahwa tindak pidana lingkungan dilakukan dalam bentuk organisasional, maka orang alamiah managers, agents, employers dan korporasi dapat dipidana baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama bipunishment provision; 4. Terdapat kesalahan manajemen korporasi dan terjadi apa yang dinamakan breach of statutory or regulatory provision; 5. Pertanggung jawaban badan hukum dilakukan terlepas dari apakah orang-orang yang bertanggung jawab di dalam badan hukum tersebut berhasil diidentifikasikan, dituntut, dan dipidana; 6. Segala sanksi pidana dan tindakan pada dasarnya dapat dikenakan pada korporasi, kecuali pidana mati dan pidana penjara. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa di Amerika Serikat mulai dikenal apa yang dinamakan corporate death penalty dan corporate imprisonment yang mengandung pengertian larangan suatu korporasi untuk berusaha di bidang-bidang tertentu dan pembatasan- pembatasan lain terhadap langkah-langkah korporasi dalam berusaha; 7. Penerapan sanksi pidana terhadap korporasi tidak menghapuskan kesalahan perorangan; 8. Pemidanaan terhadap korporasi hendaknya memperhatikan kedudukan korporasi untuk mengendalikan perusahaan melalui kebijakan pengurus atau para pengurus corporate executive officers yang memiliki kekuasaan untuk memutuskan power of decision dan keputusan tersebut telah diterima accepted oleh korporasi tersebut. Selanjutnya, direksi tidak dapat melepaskan dirinya dari pertanggung jawaban pidana dalam hal perusahaan yang dipimpinnya mencemari danatau merusak lingkungan, oleh karena berdasarkan pada Pasal 5 ayat 2 UU BUMN juncto Pasal 92 ayat 1, Pasal 97 ayat 1, Pasal 98 ayat 1, dan Pasal 2 UUPT dan kewajiban sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UUPLH serta prinsip-prinsip hukum yang terbit dari adanya duty of care. Duty of Care direksi, antara lain: Universitas Sumatera Utara 1. Direktur mempunyai kewajiban untuk pengelolaan perusahaan dengan itikad baik good faith dimana direktur tersebut harus melakukan upaya yang terbaik dalam pengelolaan perusahaan sesuai dengan kehati-hatian care sebagaimana orang biasa yang harus berhati-hati; 2. Kewajiban atas standar kehati-hatian ditentukan oleh kewajiban seorang direktur sesuai dengan penyelidikan yang rasional. Artinya sebelum direksi mengambil suatu kebijakan atau keputusan dalam rangka pengurusan dan pengelolaan BUMN, direksi wajib mempertimbangkan untung ruginya bagi perusahaan atau harus benar-benar dikaji secara komprehensif dari berbagai aspek terutama dari aspek hukum dan ekonomi, agar tindakan itu tidak sampai menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Pertanggung jawaban pidana oleh direksi dalam pengurusan BUMN, sebagai contoh dalam pengurusan Bank. Tindak pidana perbankan hanya meliputi tindak pidana yang secara yuridis normatif diatur dan dirumuskan dalam Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan UU Perbankan, sedangkan tindak pidana di bidang perbankan dapat meliputi semua tindak pidana yang berkaitan dengan dunia perbankan. Bahkan ada pendapat yang menyatakan bahwa pemalsuan uang ke dalam tindak pidana di bidang perbankan. Dengan demikian, tindak pidana di bidang perbankan dapat mencakup ruang lingkup yang sangat luas yaitu dalam Pasal 48 UU Perbankan menyatakan: Universitas Sumatera Utara 1. Anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja tidak memberikan keterangan yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat 1 dan ayat 2 dan Pasal 34 ayat 1 dan ayat 2, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 dua tahun dan paling lama 10 sepuluh tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 5,000,000,000.- lima miliar rupiah dan paling banyak Rp. 100,000,000,000.- seratus miliar rupiah; 2. Anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank yang dengan lalaimemberikan keterangan yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat 1 dan ayat 2 dan Pasal 34 ayat 1 dan ayat 2, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 1 satu tahun dan paling lama 2 dua tahun dan atau denda sekurang-kurangnya Rp. 1,000,000,000.- satu miliar rupiah dan paling banyak Rp. 2,000,000,000.- dua miliar rupiah. Dan juga dalam pasal 49 UU Perbankan disebutkan: 1. Anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja: a. membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau dalam proses laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank; b. menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan tidak dilakukannya pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank; c. mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau menghilangkan adanya suatu pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank, atau dengan sengaja mengubah, mengaburkan, menghilangkan, menyembunyikan atau merusak catatan pembukuan tersebut, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 5 lima tahun dan paling lama 15 lima belas tahun serta denda sekurang- kurangnya Rp. 10,000,000,000.- sepuluh miliar rupiah dan paling banyak Rp. 200,000,000,000.- dua ratus miliar rupiah; 2. Anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja: a. meminta atau menerima, mengizinkan atau menyetujui untuk menerima suatu imbalan, komisi, uang tambahan, pelayanan, uang atau barang berharga, untuk keuntungan pribadinya atau untuk keuntungan keluarganya, dalam rangka mendapatkan atau berusaha mendapatkan bagi orang lain dalam memperoleh uang muka, bank garansi, atau fasilitas kredit dari bank, atau dalam rangka pembelian atau pendiskontoan oleh bank atas surat-surat wesel, surat promes, cek, dan kertas dagang atau bukti kewajiban lainnya, ataupun dalam rangka memberikan persetujuan bagi orang lain untuk melaksanakan penarikan dana yang melebihi batas kreditnya pada bank; b. tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan Universitas Sumatera Utara ketaatan bank terhadap ketentuan dalam undang-undang ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank, diancam dengan pidana sekurang-kurangnya 3 tiga tahun dan paling lama 8 delapan tahun serta denda sekurang-kurangya Rp. 5,000,000,000.- lima miliar rupiah dan paling banyak Rp. 100,000,000,000.- seratus miliar rupiah. Dari ketentuan UU Perbankan tersebut jelas terlihat konsekuensi hukum bagi direksi, komisaris maupun pekerja yang melakukan pelanggaran tindak pidana. Disamping rumusan perbuatannya jelas, sanksi pidananya juga jelas hanya saja ancaman pidana minimal seharusnya juga dicantumkan, sehingga pengadilan tidak ragu-ragu atau tidak bisa main-main dalam menentukan hukuman pidananya. Tetapi sayangnya UU BUMN tidak mengatur mengenai tindak pidana dalam pengurusan BUMN. Sehingga harus merujuk pada peraturan perundang-undangan yang mengatur pidana baik yang dimuat di dalam KUHP maupun yang dimuat dalam peraturan perundang-undangan sektoral lainnya. Menurut pasal 155 Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dikatakan ketentuan mengenai tanggung jawab direksi danatau dewan komisaris atas kesalahan dan kelalaiannya yang diatur dalam undang-undang ini tidak mengurangi ketentuan yang diatur dalam undang- undang tentang hukum pidana. Artinya pasal-pasal yang memberatkan mengenai perbuatan direksi dapat diambil dari undang-undang lain seperti undang-undang- undang nomor 31 tahun 1999 tentang tindak pidana korupsi sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 20 tahun 2001, undang-undang nomor 15 tahun 2002 tentang tindak pidana pencucian uang dan KUHPidana,dll. Universitas Sumatera Utara C. Tanggung Jawab Hukum Direksi BUMN Terhadap Hasil Pelepasan Asset Tidak Bergerak Yang Tidak Masuk Ke Kas Negara Tanggung jawab hukum direksi BUMN terhadap hasil pelepasan asset tidak bergerak tidak masuk ke kas negara tidak ada diatur secara tegas dalam undang- undang perseroan terbatas maupun undang-undang BUMN, tetapi diatur dalam aturan perusahaan-perusahaan BUMN. Contohnya dalam pelepasan asset tidak bergerak berupa tanah. Apabila dalam pelepasan asset tidak bergerak berupa tanah yang diperpanjang HGU-nya maka hasil pelepasan asset masuk ke kas perusahaan tanpa meminta persetujuan dari Menteri BUMN, sedangkan pelepasan asset BUMN tidak bergerak berupa tanah yang tidak diperpanjang HGU-nya maka hasil pelepasan asset harus masuk ke kas negara karena pemegang HGU-nya tidak mempunyai wewenang untuk melepaskannya. Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang langsug dikuasai oleh negara dalam jangka waktu 25 tahun guna perusahaan pertanian, perikanan dan peternakan. 137 Yang dapat mempunyai Hak Guna Usaha adalah warga negara Indonesia dan badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Hak Guna Usaha dapat diperpanjang atas permohonan pemegang hak, 138 1. tanahnya masih diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat dan tujuan pemberian haktersebut. jika memenuhi syrarat: 2. Syarat-syarat pemberian hak tersebut dipenuhi dengan baik oleh pemegang hak. 137 Pasal 28 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Than 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria. 138 Pasal 9 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah. Universitas Sumatera Utara 3. pemegang hak masih memenuhi syarat sebagai pemegang. Adapun kewajiban dan hak dari pemegang Hak Guna Usaha 139 1. Membayar uang pemasukan kepada negara. adalah : 2. Melaksanakan usaha pertanian, perkebunan, perikanan dan atau peternakan sesuai peruntukan dan persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberian haknya. 3. Mengusahakan sendiri tanah hak guuna usaha dengan baik sesuai dengan kelayakan usaha berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh instansi teknis. 4. Membangung, memelihara prasarana lingkungan dan fasilitas tanah yang ada dalam lingkungan areal hak guna usaha. 5. Memelihara kesuburan tanah, mencegah kerusakan sumber daya alam dan menjaga kelestarian kemampuan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 6. Menyampaikan laporan tertulis setiap akhir tahun penggunaan hak guna usaha. 7. Menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan hak guna usaha kepada negara sesudah hak guna usaha hapus. 8. Menyerahkan sertifikat hak guna usaha yang telah hapus kepada kepala kantor pertanahan. Sedangkan hak dari pemegang hak adalah berhak menguasai dan mempergunakan tanah yang diberikan dengan Hak Guna usaha untuk melaksanakan usaha di bidang pertanian, perkebunan, perikanan dan perternakan. Hak Guna Usaha hapus karena 140 1. berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberian atau perpanjangannya; : 2. dibatalkan haknya oleh pejabat yang berwenang sebelum jangka waktunya berakhir karena: a. tidak terpenuhinya kewajiban-kewajiban pemegang hak danatau dilanggarnya ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 13 danatau Pasal 14; b. putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; c. dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir; 139 Pasal 12 ayat 1. 140 Pasal 17 ayat 1. Universitas Sumatera Utara 3. dicabut berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961; 4. ditelantarkan; 5. tanahnya musnah. Dalam hasil pelepasan asset tidak bergerak ada diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah, dikatakan dalam pasal 18 ayat 2 “Apabila bangunan, tanaman dan benda-benda sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 masih diperlukan untuk melangsungkan atau memulihkan pengusahaan tanahnya, maka kepada bekas pemegang hak diberikan ganti rugi yang bentuk dan jumlahnya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden,” dan juga Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : PER-02MBU2010 tentang Tata Cara Penghapusbukuan Dan Pemindahtanganan Aktiva Tetap Badan Usaha Milik Negara, dimana Pasal 31 ayat 1 dikatakan ”pembayaran atas transaksi pemindahtanganan disetorkan langsung ke kas BUMN dan dilakukan secara tunaisekaligus pada hari pelaksanaan pemindahtanganan dilakukan.” D. Analisa Hukum Tentang Tanggung Jawab Direksi BUMN Terhadap Hasil Pelepasan Asset Tidak Bergerak Yang Tidak Masuk Ke Kas Negara Dalam Putusan Nomor : 1491Pid.B2006PN-LP Dalam kasus tersebut diatas, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kelas I- B Lubuk Pakam Majelis telah memutus perkara Nomor 1491Pid.B2006PN-LP tertanggal 26 Maret 2007, dengan amar putusan 141 141 Putusan Pengadilan Negeri Kelas I-B Lubuk Pakam Nomor 1491Pid.B2006PN-LP tertanggal 26 Maret 2007 , hlm.184-188. yaitu : Universitas Sumatera Utara “M E NG A D I L I 1. Menyatakan Terdakwa Ir.H.Suwandi telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “korupsi secara bersama-sama; : 2. Menghukum Terdakwa H.Suwandi oleh karena itu dengan pidana penjara selama 1 satu tahun dan 6 enambulan denda sebesar Rp.100.000.000.- seratus juta rupiah, subsidair selama 6 enam bulan kurungan; 3. Menghukum PTPN.II agar membayar uang pengganti sebesar RP.8.805.730.030,60.- delapan milyar delapan seratus lima juta tujuh ratus tiga puluh ribu tiga puluh rupiah enam puluh sen untuk disetor ke Kas Negara; 4. Menetapkan masa tahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ; 5. Menetapkan bukti surat : 1. 1 satu lembar asli Surat Menteri BUMN Nomor: S-351MBU2004, tanggal 30 Juni 2004, perihal Persetujuan Pelepasan Aktiva Milik PTPN.II Persero yang ditujukan kepada Direksi PTPN-II ; 2. 3 tiga lembar Keputusan Direksi PTPN-II Nomor : II.0KptsR.04III2005 tentang Pembentukan Panitia Penaksir Harga Jual Aktiva Tetap Non Produktif milik PTPN-II berupa tanah selas + 3. 1 satu lembar lampiran Surat Keputusan Direksi PTPN-II Nomor : II.0KptsR.04III2005 tentang Pembentukan Panitia Penaksir Harga Jual Aktiva Tetap Non Produktif milik PTPN-II berupa tanah selas 59 Ha yang terletkak di kebun Tamora Desa Dagang Kerawang ; + 4. 3 tiga lembar asli Surat Perjanjian Pembayaran Nomor : II.0SP-V012005 tanggal 10 Mei 2005 oleh Notaris Ernawaty Lubis ; 59 Ha yang terletkak di kebun Tamora Desa Dagang Kerawang ; 5. 1 satu lembar fotocopy bukti penyetoran dengan slip Nomor : 226228 dan 226236 tanggal 14 Nopember 2005 berupa pembayaran ganti rugi tanah eks HGU PTPN-II senilai Rp.10.475.000.000.- dan Rp.314.250.000.- ; 6. 1 satu lembar asli Surat Sekretaris Kementrian Negara BUMN Nomor : S- 08MBU.S2006 tanggal 20 Januari 2006 ; 7. 2 dua berkas asli Surat Direksi PTPN-II Nomor : II.0X367V2004 tanggal 15 April 2004 hal Permohonan persetujuan penghapus bukan areal lahan Kebun Tamora milik PTPN Nusantara II yang diinvestasikan untuk Yayasan Pendidikan Nurul Amaliyah; 8. 5 lima lembar asli Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor : 42HGUBPN2002 tentang Pemberian Perpanjangan Jangka Waktu Hak Guna Usaha atas tanah terletak di Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara ; 9. 6 enam lembar asli lampiran Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor : 42HGUBPN2002 tentang Pemberian Perpanjangan Jangka Waktu Hak Guna Usaha atas tanah terletak di Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara ; 10. 2 dua lembar asli Surat Bupati Deli Serdang Nomor :5935083 tanggal 23 Desember 2005, hal Penjelasan atas Pelepasan areal 78,16 Ha eks HGU PTPN-II Tanjung Morawa di Desa Dagang Kerawang Tanjung Morawa ; 11. 1 satu lembar asli Surat Direksi PTPN-II Nomor : II.0X176.AV2005 tanggal 9 Mei 2005 hal Penangguhan Surat Perintah Setor ; 12. 1 satu lembar asli Surat Ketua Yayasan Pendidikan Nurul Amaliyah Nomor Universitas Sumatera Utara : 55YPNATMV2005 tanggal 04 Mei 2005 perihal Penangguhan Surat perintah Setor SPS ; 13. 1 satu lembar asli Surat Direksi PTPN-II Nomor : II.0X139IV2004 tanggal 12 April 2005 perihal Pelepasan areal eks HGU PTPN-II Kebun Tamora di Desa Dagang Kerawang Kecamatan Tanjung Morawa ; 14. 3 tiga lembar fotocopy Notulen Rapat Panitia Penaksiran Harga Jual Aktiva Tetap Non Produktif milik PTPN-II berupa tanah + 59 Ha yang terletak di kebun tamora Desa Dagang Kerawang Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tanggal 23 Maret 2005 ; 15. 1 satu lembar asli Surat Komisaris PTPN-II Nomor : DK.PTPN-IIV2004- 25 tanggal 17 Mei 2004 ; 16. 1 satu lembar asli Surat Direksi PTPN-II Nomor : II.0X136IV2005 tanggal 08 April 2005 perihal Pemberitahuan Pembayaran Surat Perintah SetorPSP ; 17. 2 dua lembar asli Surat Gubernur Sumut Nomor : 59319412004 tanggal 14 April 2004 hal Pengaturan Pemanfaatkan Tanah yang ditujukan kepada Menteri BUMN dp Direktur PTPN-II ; 18. 1 satu lembar asli Surat Estimasi HargaNilai Ganti Rugi Asset ; 19. 1 satu Examplar Sertifikat Hak Guna Usaha Asli Nomor : 1Dagang Kerawang ; 20. 1 satu lembar fotocopy Berita Acara Serah Terima tanggal 21 Mei 2003 ; 21. 1 satu lembar fotocopy Tanda Terima Sertifikat dari Ir.Dermawan kepada Drs.MM.Damanik selaku pegawai BPN Deli Serdang ; 22. 1 satu lembar Peta Ukur Nomor :731997 ;Terhadap bukti Surat yang asli dikembalikan kepada yang berhak dan terhadap bukti surat fotocopy tetap dilampirkan dalam berkas perkara ini ; Dan : a. uang sebesar Rp.1.402.055.343,40 pembulatan Rp.1.402.055.600.- terdiri dari Rp.1.301.832,343,40 + Rp.55.343.000.- + Rp.44.880.000.- yang disita dari Kas PTPN II Tanjung Morawa disetor ke Kas Negara ; b. 1 satu set Sertifikat HGU No.1 tahun 1989 dikembalikan kepada BPN Kabupaten Deli Serdang ; 6. Menghukum Terdakwa Ir.H.Suwandi untuk membayar ongkos perkara sebesar Rp.5.000.- lima ribu rupiah “; Atas putusan dari Pengadilan Negeri Kelas I-B Lubuk Pakam, Terdakwa mengajukan banding. Atas banding tersebut Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan menerima permintaan banding dari Terdakwa Suwandi dengan register perkara nomor : 397PID2007PT-MDN tertanggal 29 Oktober 2007. Bahwa adapun putusan Hakim Pengadilan Tinggi Medan Nomor:397PID2007PT-MDN tertanggal 29 Oktober 2007 yaitu membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Lubuk Pakam dan menyatakan perbuatan yang didakwakan kepada Terdakwa Suwandi terbukti, tetapi perbuatan itu Universitas Sumatera Utara bukan merupakan suatu tindak pidana dan juga mengembalikan uang yang disita oleh Jaksa Penuntut Umum sebesar Rp.1.402.055.343,40 ke kas PTPN.II. Atas putusan dari Pengadilan Tinggi Medan, Jaksa Penuntut Umum mengajukan kasasi. Atas kasasi tersebut Majelis Hakim Mahkamah Agung RI mengabulkan permohonan kasasi dari Jaksa Penuntut Umum dengan register pekara nomor : 798 KPid.Sus2008 tertanggal 12 September 2008. Bahwa adapun putusan Hakim Mahkamah Agung RI nomor : 798 KPid.Sus2008 tertanggal 12 September 2008 yaitu membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Medan, menghukum Terdakwa Ir.H.Suwandi dengan pidana penjara selama 2 dua tahun, menghukum terdakwa dengan pidana sebesar Rp.100.000.000.- seratus juta rupiah dengan ketentuan apabila pidana denda tersebut tidak dibayar maka terdakwa dikenakan hukuman pengganti berupa pidana kurungan selama 6 enam bulan dan juga menghukum PTPN.II agar membayar uang pengganti sebesar Rp.8.805.730.030,60.- delapan milyar delapan ratus lima juta tujuh ratus tiga puluh ribu tiga puluh rupiah enam puluh sen untuk disetor ke kas negara. Dalam kasus tersebut di atas ini berkaitan dengan tanggung jawab direksi terhadap tindakannya yang melakukan pelepasan asset BUMN tidak bergerak tanpa persetujuan dari Menteri BUMN dan perbedaan luas tanah yang akan dilepaskan. Padahal, pertimbangan hukum dari Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kelas I-B Lubuk Pakam tentang direksi juga bertanggung jawab atas penggunaan hasil pelepasan asset tidak masuk ke kas negara yang menyebabkan kerugian pada negara hal ini juga telah dikuatkan oleh Majelis Hakim Mahkamah Agung RI: Universitas Sumatera Utara 1. Hasil ganti rugi tanah eks HGU seluas 78,16 Ha yang terletak di Desa Dagang Kerawang, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang sebesar Rp.10.736.895.000.- seharusnya disetor ke kas negara akan tetapi oleh Terdakwa dengan surat perintah setornya disetorkan ke kas PTPN.II yang selanjutnya digunakan untuk kepentingan PTPN.II maka hal ini berarti berpotensi menimbulkan keuangan negara. Berdasarkan pasal 31 ayat 1 dari Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : PER-02MBU2010 tentang Tata Cara Penghapusbukuan Dan Pemindahtanganan Aktiva Tetap Badan Usaha Milik Negara, maka tindakan direktur utama yang memasukkan hasil pelepasan asset ke kas perusahaan tidak ke kas negara adalah salah yang menyebabkan kerugian pada negara. 2. Unsur “orang yang melakukan atau orang yang menyuruh lakukan atau turut melakukan perbuatan” itu dalam persidangan didapatkan fakta kalau Terdakwa Suwandi sebagai direktur utama PTPN.II telah menandatangani surat perintah setor nomor : II.0XI136IV2005 tentang pemberitahuan pembayaran tertanggal 8 April 2005 dan surat nomor : II.0X139IV2005 tertanggal 12 April 2005 tentang pelepasan areal eks HGU PTPN.II Kebun Tamora, Desa Kerawang, Kecamatan Tanjung Morawa dan surat nomor : II.0X176AV2005 tertanggal 9 Mei 2005 tentang penangguhan surat perintah setor, dengan demikian Terkdawa sebagai direktur utama PTPN.II tentunya orang paling bertanggung jawab atas perbuatannya. Serta dengan melihat posisi terdakwa saat itu sebagai direktur Universitas Sumatera Utara utama PTPN.II berarti sebagai orang yang paling bertanggung jawab dalam organisasi PTPN.II dan kewenangan untuk menentukan kebijakan akan dikemanakan uang ganti rugi tersebut sepenuhnya ada pada diri terdakwa dan juga terdakwa sebagai direktur utama PTPN.II adalah sebagai top manajer di unit PTPN.II, maka adalah wajar menurut hukum terdakwa sebagai orang yang paling bertanggung jawab. Sedangkan dari pertimbangan hukum dari Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan berbeda dengan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kelas I-B Lubuk Pakam yang telah dikuatkan oleh Majelis Hakim Mahkamah Agung RI : 1. Karena ada izin dari Menteri Negara BUMN, maka juga sangat menentukan peranan dari Gubernur Sumatera Utara yang telah merekomendasikan kepada Menteri BUMN, yang sebagai kepala daerah yang sudah mempunyai pandangan kedepan demi pembangunan daerah di Sumatera Utara yang akan dibuat sarana pendidikan, rumah sakit, pajak, dan lain-lain. 2. Gubernur Sumatera Utara dan Menteri BUMN telah mendukung program tersebut, maka penyerahan dengan ganti rugi tersebut adalah sah dan tidak merupakan perbuatan melawan hukum. 3. Menteri Negara BUMN dengan suratnya tertanggal 18 Juni 2007 No.S.409MBU2007 yang ditujukan kepada Terdakwa, dimana Surat Menteri Negara BUMN dijadikan bukti tambahan dalam perkara ini, yang secara jelas dan nyata bahwa tanah Desa Dagang Kerawang Tanjung Morawa yang telah habis Universitas Sumatera Utara masa berlakunya adalah merupakan asset PTPN.II dan uang hasil penyerahan ganti rugi itu harus disetor ke kas PTPN.II tidak ke kas negara. Dalam tugas pengurusan yang dilakukan direksi, Fred B.G. Tumbuan mengatakan: tugas pengurusan perusahaan oleh undang-undang dipercayakan kepada direksi sehingga melahirkan “fiduciary responsibility pada direksi”. Maka tidak salah bilamana dikatakan bahwa antara perseroan dan direksi terdapat hubungan fidusia atau kepercayaan fiduciary relationship yang melahirkan “fiduciary duties” bagi direksi yaitu “duty of loyalty and good faith” dan “duty of care, skill and diligence”. 142 Berkaitan dengan tugas pengurusan perseroan yang dipercayakan kepada direksi, perlu diperhatikan bahwa tidak wajar dan tidak adil mengharapkan apabila mewajibkan direksi untuk menjamin bahwa perseroan yang pengurusannya ditugaskan kepada direksi pasti untung. Oleh karena itu, dan ini pun ditegaskan dalam UUPT, direksi hanya dapat dipertanggung jawabkan atas kerugian perseroan apabila kerugian tersebut disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian direksi karena tidak menjalankan tugasnya dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. 143 Dalam konsep The business judgement rules both shields directors form liability when it’s five elements – a business decision, disinterestedness, due care, good faith and abuse of discretion – are present and creates a presumption in favor of 142 Fred B.G.Tambunan, Tugas dan Wewenang Organ Perseroan Terbatas Menurut Undang- Undang Tentang Perseroan Terbatas, Newsletter, Hukum dan Perkembangannya, No.70, Spetember 2007, hlm.16. 143 Pasal 97 ayat 2 dan 3 Undang-Undang Nomor.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Universitas Sumatera Utara the directors that each of these elements has been satisfied. 144 Dengan demikian, direksi sebagai eksekutif perseroan terbatas, harus mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik good corporate governance, yaitu mengikuti undang-undang, anggaran dasar perseroan, dan mekanisme pengambilan keputusan. Direksi mempunyai kekuasaan yang besar dalam mengambil keputusan berdasarkan business judgement rule. Direksi tidak dapat diganggu gugat perdata atau dituntut pidana, bila direksi mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan bahwa keputusan tersebut adalah sebaik-baiknya untuk kepentingan perseroan, telah sesuai dengan undang-undang, anggaran dasar perseroan, atau mekanisme pengambilan keputusan, serta berdasarkan itikad baik dan tanpa ada pertentangan kepentingan conflict of interest dengan dirinya pribadi. 145 Berikut dibawah ini akan membahas lebih lanjut mengenai duty of care dan standard of care, duty of loyalty serta duty of candor dalam hubungannya dengan business judgement rule.

1. Duty of Care and Standard of Care

a. Duty of Care

The duty of care requires that the directors, in the performance of their corporate responsibilities, exercise the care that an ordinarily prudent person 144 Dennis J.Block, et.al, Third Edition, The Business Judgement Rule, Fiduciary Duties Of Corporate Directors, NJ : Prentice Hall Law Business, 1989, hlm.29. 145 Erman Rajagukguk, Pengertian Keuangan Negara dan Kerugian Negara, Makalah disampaikan pada peran BUMN Dalam Mempercepat Pertumbuhan Perekonomian Nasional, Jakarta, 12-13 April 2007, hlm.7. Universitas Sumatera Utara would exercise under similar circumstances. As summing no other breach of fiduciary duties or violation of applicable law, a director who performs his duties in compliance with the applicable standard of care will be absolved of liability. 146 Direksi dalam menjalankan perusahaan berdasarkan kewenangan yang ada harus selalu waspada dan bertindak dengan perhitungan yang cermat. Dalam kebijakan yang dibuatnya, direksi harus selalu bertindak dengan hati-hati dan mempertimbangkan keadaan, kondisi dan biaya pengelolaan yang besar. Perlakuan demikian adalah adil terutama bagi direksi yang telah melaksanakan tugasnya dengan itikad baik, hati-hati, dan jujur semata-mata melaksanakan tugasnya sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan. 147 Dalam duty of care, direksi dituntut pertanggung jawaban secara hukum dan duty of care ini wajib diterapkan bagi direksi dalam membuat setiap kebijakan perseroan dan dalam mengawasi serta memonitoring kegiatan perseroan. Dengan adanya duty of care maka direksi diharuskan untuk bertindak dengan kehati-hatian dalam membuat segala keputusan dan kebijakan perseroan. Dalam membuat setiap kebijakan direksi harus tetap mempertimbangkan segala informasi-informasi yang ada secara patut dan wajar. 146 Dennis J.Block, et.al, Op Cit., hlm.28. 147 Misahardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham Minoritas Dalam Rangka Good Corporate Governence, Jakarta : PPs Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002, hlm.140, dalam Ridwan Khairandy dan Camelia Malik, Good Corporate Governence, Perkembangan Pemikiran dan Implementasinya DI Indonesia Dalam Perspektif Hukum, Yogyakarta :Kreasi Total Media, 2007, hlm.46. Universitas Sumatera Utara Seorang pengurus perseroan dikatakan sudah melanggar duty of care, apabila dia telah melakukan kelalaiannya negligence dan mis-management 148 1. Melakukan tindakan tanpa pembenaran yang rasional; , seperti: 2. Tidak mencurahkan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap perusahaan; 3. Tidak melakukan investigasi yang reasonable terhadap masalah-masalah perseroan; 4. Tidak menghadiri rapat-rapat direksi; 5. Tidak mengawasi bawahannya sehingga tindakan bawahannya tersebut merugikan perseroan; 6. Tidak mencari tahu secara layak tentang masalah-masalah perseroan; 7. Tidak melakukan tindakan-tindakan yang perlu dalam menjalankan tugasnya.

b. Standard of Care

Standard of care merupakan suatu standar yang mewajibkan seseorang dalam bertindak untuk tetap memperhatikan segala resiko, bahaya dan perangkap yang ada dan berupaya untuk meminimalisir munculnya resiko-resiko tersebut. Sehingga dalam bertindak seorang direksi harus menerapkan prinsip kehati-hatian dan ketelitian, supaya dapat menghindari segala kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan . Standar kehati-hatian standard of care 149 1. Pengurus perseroan yakni direktur tidak boleh melakukan kegiatan-kegiatan atas beban biaya perseroan, apabila tidak memberikan sama sekali atau memberikan sangat kecil manfaat kepada perseroan bila dibandingkan dengan manfaat pribadi yang diperoleh oleh direktur yang bersangkutan. Namun demikian hal ini dapat dikecualikan, apabila dilakukan atas beban biaya representasi jabatan dari direktur yang bersangkutan berdasarkan keputusan RUPS. antara lain: 148 Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Moderen dalam Corporate Law dan Eksistensinya dalam Hukum Indonesia, Op Cit, hlm.86. 149 Sutan Remy Sjahdeini, Tanggung Jawab Pemegang Saham Perseroan Pailit, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 14, Juli 2001, hlm.100. Universitas Sumatera Utara 2. Pengurus perseroan yang diwakilkan kepada seorang direktur tidak boleh menjadi pesaing bagi perseroan yang dipimpinnya, misalnya dengan mengambil sendiri kesempatan bisnis yang seharusnya disalurkan kepada dan dilakukan oleh perseroan yang dipimpinnya tetapi kesempatan bisnis itu disalurkan kepada perseroan lain yang didalamnya terdapat kepentingan pribadi direktur tersebut. 3. Pengurus perseroan yang diwakilkan kepada seorang direktur harus menolak untuk mengambil keputusan mengenai suatu hal yang diketahuinya atau sepatutnya diketahuinya akan mengakibatkan perseroan melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai perseroan diancam dikenakan sanksi oleh otoritas yang berwenang, misalnya dicabut izin usahanya atau digugat oleh pihak lain. 4. Pengurus perseroan yang diwakilkan kepada seorang direktur dengan sengaja atau karena kelalaiannya telah melakukan atau tidak cukup melakukan upaya atau tindakan yang perlu diambil untuk mencegah timbulnya kerugian bagi perseroan. 5. Pengurus perseroan yang diwakilkan kepada seorang direktur dengan sengaja atau karena kelalaiannya telah tidak melakukan atau telah tidak cukup melakukan upaya atau tindakan yang perlu diambil untuk meningkatkan keuntungan perseroan. Dalam penjelasan tersebut diatas sangat jelas bagi direksi untuk memahami dengan betul bahwa standar kehati-hatian merupakan keharusan dilaksanakan dalam pengelolaan peusahaan yang dipimpinnya. Tidak dilakukannya standar kehati-hatian merupakan pelanggaran terhadap duty of care yang pada akhirnya tidak dapat dilakukan pembelaan direksi melalui mekanisme business judgement rule.

2. Duty of Loyalty

Dokumen yang terkait

Penerapan Sita Umum Terhadap Aset Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Persero Pailit Terkait Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara

2 90 127

Analisis Kedudukan Keuangan Negara dalam Badan Usaha Milik Negara yang Sudah Di Privatisasi

4 88 116

Analisis Yuridis Terhadap Pengurusan Piutang Perusahaan Negara Dikaitkan dengan Non Performing Loan Pada Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN):(Studi Pada PT Bank Mandiri Tbk (Persero) Wilayah I Medan)

2 63 130

Analisis Kebijakan Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2010)

9 152 128

Analisis Hukum Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Melalui Pasar Modal: Studi Mengenai Go Public Pt. Krakatau Steel (Persero) Tbk

17 131 163

Kemitraan Usaha Kecil Menengah Dengan Badan Usaha Milik Negara Di Kota Medan (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) dan PT. Jamsostek (PERSERO) Cabang Kantor Medan)

0 56 199

Penyebaran Kepemilikan Saham Pemerintah Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Untuk Menciptakan Perusahaan Yang Sehat Dan Efisien

4 85 458

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Pemilihan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sebagai Tempat Kerja Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU)

1 86 77

Kedudukan, Peran Dan Tanggung Jawab Hukum Direksi Dalam Pengurusan BUMN

1 45 167

KEPAILITAN BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) YANG BERGERAK DI BIDANG KEPENTINGAN PUBLIK DIKAITKAN DENGAN KEDUDUKAN ASET NEGARA DALAM BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN).

1 1 1