bahwa kegemukan juga bisa terjadi karena tubuh cenderung untuk menyimpan makanan lebih lama, artinya proses metabolisme tubuh berjalan lambat. Selain itu
daya serap tubuh terhadap makanan pada setiap orang juga berbeda.
5.2 Kecukupan Zat Gizi Makro Siswa
Zat gizi makro merupakan zat yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar. Zat ini digunakan untuk membentuk dan memelihara jaringan sel-sel tubuh,
sebagai sumber tenaga agar bisa beraktivitas dan sebagai zat pegatur sistem didalam tubuh. Zat gizi yang termasuk dalam kelompok zat gizi makro adalah
energi, karbohidrat, protein dan lemak Irianto, 2014. Berdasarkan hasil penelitian dari 100 orang siswa mengenai kecukupan
energi, didapatkan bahwa paling dominan siswa yang mengalami kecukupan energi kurang dengan persentase sebanyak 44, kemudian siswa yang mengalami
kecukupan energi baik dengan persentase 27. Pemberian makanan yang mengandung energi yang melebihi kecukupan
akan disimpan sebagai cadangan di dalam berbentuk lemak jika terus menerus tersimpan akan menyebabkan gizi lebih hingga obesitas.. Akan tetapi jika tubuh
kita kekurangan energi akan mempengaruhi psikologis kita yaitu akan mengalami emosi yang tidak stabil, mudah tertekan dan mudah marah. Kemudian efek yang
buruk bagi tubuh akan terasa lemas sehingga sistem imun menurun dan artinya virus dan bakteri dengan mudah menyerang tubuh kita Mann dan Truswell 2012.
Sejalan dengan penelitian Fitrah dan Achadi 2013 mengenai hubungan zat gizi makro dengan serat kejadian obesitas pada penduduk usia 18 Tahun
mengatakan bahwa anasisis uivariat menunjukkan bahwa Sumatera Barat
Universitas Sumatera Utara
memiliki proporsi asupan energi 26,7 prevalensi obesitas lebih banyak dijumpai pada responden dengan asupan energi yang berlebih. Di Sumatera Barat,
terlihat perbedaan proporsi kejadian obesitas pada tingkat asupan energi berelebih, akan tetapi secara statistik tidak menunjukkan adanya kebermaknaan.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Jumirah, Lubis dan Aritonang 2008 mengatakan bahwa tabulasi silang antara tingkat konsumsi energi dan
status gizi menunjukkan bahwa anak yang status gizinya buruk berdasarkan BBU hanya 1 orang mempunyai tingkat konsumsi energi yang kurang. Sementara
anak yang berada pada status gizi baik 65 orang terdapat 27,7 yang mempunyai konsumsi energi defisit dan 13,9 konsumsi energi kurang. Hal ini
menunjukkan bahwa anak-anak yang berada pada keadaaan gizi baik saat ini mempunyai risiko untuk mengalami penurunan status gizi menuju gizi kurang dan
buruk bila tidak diperhatikan konsumsi makanan mereka. Sumber energi berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Asupan energi
ideal harus mengandung cukup energi dan semua zat esensial sesuai kebutuhan sehari-hari. Distribusi energi dalam keseimbangan diet balance diet makanan
anak adalah 50 berasal dari karbohidrat, 35 dari lemak. Dan 15 dari protein. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Utari 2016 mengenai
gambaran status gizi dan asupan zat gizi pada siswa sekolah dasar Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai mengatakan bahwa didapatkan responden dengan
asupan energi kurang sebanyak 45,5. Hal ini menunjukkan bahwa rerata asupan energi anak usia sekolah kurang dari AKG. Apabila konsumsi energi kurang pada
siswa akan mengalami penurunan berat badan dan pertumbuhan yang terhambat,
Universitas Sumatera Utara
maka status gizi siswa tidak terpenuhi akibat dari asupan energi kurang yang masuk kedalam tubuh.
Karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari, terutama bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hati, serta
karbohidrat dalam bentuk laktosa dapat dijumpai pada susu. Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh. Karbohidrat merupakan
sumber utama energi bagi penduduk di seluruh dunia, karena banyak di dapat di alam dan harganya relatif murah Proverawati, 2011.
Berdasarkan hasil penelitian dari 100 orang siswa mengenai kecukupan kabohidrat, didapatkan bahwa paling dominan siswa yang mengalami kecukupan
karbohidrat kurang dengan persentase sebanyak 47, kemudian siswa yang mengalami kecukupan karbohidrat baik dengan persentase 27.
Ada satu hal yang harus kita patuhi yaitu menjaga keseimbangan asupan karbohidrat yang terdapat pada tubuh kita. Jadi, jangan sampai salah satu
berlebihan atau kekurangan. Jika kita merasa tubuh kita sangat lemas, pusing, dan sering lelah itu tandanya anda kekurangan karbohidrat. Efek yang buruk jika
seseorang mengalami asupan karbohidrat kurang adalah sering merasa kebingungan, kemudian tremor, stamina berkurang dan parahnya lagi akan
mengalami hipoglikemia yaitu rendahnya gula darah dalam tubuh. Akan tetapi jika anda mengalami kelebihan karbohidrat anda akan mengalami diabetes
penyakit jantung dan darah tinggi. Jadi mulai sekarang perhatikanlah asupan karbohidrat dalam makanan anda. Cobalah untuk mengurangi gula tambahan dan
Universitas Sumatera Utara
perbanyaklah mendapatkan karbohidrat dengan mengonsumsi buah-buahan Irianto, 2014.
Sejalan dengan penelitian Waruis, dkk 2015 mengenai hubungan asupan energi dan zat gizi makro dengan status gizi pada pelajar SMP 13 Kota Manado
mengatakan bahwa dengan nilai p sebesar 1,00 p 0,05 sehingga dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan protein dengan status gizi pada
pelajar di SMP Negeri 13 Manado. Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang spesial, karena pada saat tersebut terjadi pertumbuhan yang pesat dan terjadi
perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan timbulnya pubertas. Perubahan pada masa remaja akan mempengaruhi kebutuhan, absorbsi, serta cara
penggunaan zat gizi. Pertumbuhan yang pesat dan masa pubertas pada masa remaja tergantung pada berat dan komposisi tubuh seseorang. Hal ini
menunjukkan bahwa status gizi memegang peranan penting dalam menentukan status kematangan fisiologis seseorang. Status gizi dibawah normal atau adanya
penyakit kronis dapat menghambat pubertas Proverawati, 2011. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Alawiyah 2015
menunjukkan bahwa status gizi, asupan zat gizi makro serta serat dan aktifitas fisik dengan kebugaran anak sekolah dasar dengan variabel umur, status gizi,
asupan protein, asupan karbohidrat, asupan serat, dan aktifitas fisik, tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kebugaran dengan nilai p 0,05.
Kemudian jenis kelamin, asupan energi, dan asupan lemak memiliki hubungan yang signifikan dengan kebugaran anak sekolah dasar kelas V usia 10-12 tahun
di SDN Talaga 2 Cikupa Tangerang dengan nilai p 0,05.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini juga tidak sejalan penelitian Sasmito 2015 mengatakan bahwa asupan zat gizi makro dengan kejadian obesitas pada remaja umur 13-15
tahun diperoleh rata-rata asupan karbohidrat pada remaja sebanyak 168.74 gram pada ± 67.658 gram dari total sampel 217 orang. Keadaan gizi yang baik dapat
dicapai dengan memperhatikan pola konsumsi makanan terutama energi, protein, dan zat gizi mikro. Hal tersebut dapat ditempuh dengan penyajian hidangan
bervariasi dan kombinasi. Anak-anak butuh makanan untuk pertumbuhan, perkembangan fisik dan psikologisnya dan tentunya pula sebagai penghasil energi
untuk kegiatan fisik Bahabol, 2013. Adapun penelitian ini sejalan dengan penelitian Agustina, dkk 2015
mengenai asupan zat gizi makro menurut status gizi anak usia 6-12 tahun mengatakan bahwa rata-rata asupan karbohidrat pada anak usia 6-12 tahun adalah
157,45 ghari, standar deviasi 58,01 gram. Terdapat perbedaan asupan protein berdasarkan status gizi anak di Pulau Sulawesi p0,05.
Menurut Irianto 2014 untuk mendapatkan keseimbangan asupan karbohidrat, maka anda harus memperhatikan keseimbangan gula. Gula dalam
tubuh memiliki fungsi untuk sumber energi dan juga dapat membersihkan saluran pencernaan. Untuk menjaga keseimbangan asupan karbohidrat, anda tidak harus
mengonsumsi roti, nasi, ataupun gandum. Karena anda bisa mendapatkan karbohdirat dari apa saja misalnya buah-buahan.
Berdasarkan hasil penelitian dari 100 orang siswa mengenai kecukupan protein, didapatkan bahwa paling dominan siswa yang mengalami kecukupan
Universitas Sumatera Utara
protein kurang dengan persentase sebanyak 27, kemudian siswa yang mengalami kecukupan protein baik dengan persentase 21.
Protein secara berlebihan tidak menguntungkan bagi tubuh karena makanan yang tinggi protein dapat menyebabkan obesitas, kerusakan hati dan
otak karena jika protein berlebihan akan menumpuk racun di dalam hati, jika racun terus menerus menumpuk akan mengenai jaringan otak.menyebabkan
kolesterol dan kerusakan ginjal bahkan dapat mengakibatkan kalsium keluar dari tubuh karena produksi asam terlalu tinggi yang dapat menyebabkan kemampuan
tulang menyerap kalsium menjadi lebih rendah dan menjadi penyebab osteoporosis Irianto, 2014.
Menurut Rahmawati 2006 salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk adalah tingkat kecukupan gizi, yang dihitung
berdasarkan besar kalori dan protein yang dikonsumsi. Konsumsi pangan dan gizi memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap status gizi dan kesehatan
siswa. Makanan berpengaruh terhadap perkembangan otak. Asupan asam amino dari protein yang kurang dapat menyebabkan terganggunya sintesis dari masing-
masing neurotransmiter, yang mana berhubungan dengan suasana hati mood dan sifat agresif anak. Akan tetapi, penambahan asam amino yang berlebihan dapat
menyebabkan kerusakan otak dan disabilitas intelektual. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Syukriawati 2011 menyatakan
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan status gizi anak usia 6-18 tahun berdasarkan indeks TBU p0,05. Sedangkan
berdasarkan indeks BBU menunjukkan hasil signifikan p0,05 artinya asupan
Universitas Sumatera Utara
protein berperan di dalam penentuan kekurangan gizi di masa kini akut yang digambarkan dengan indeks antropometri BBU, tetapi kurang berperan di dalam
menentukan keadaan gizi di masa lalu yang digambarkan TBU. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Dongoran 2015 terhadap siswa
SMP mengatakan bahwa siswa yang mendapat makan siang dari sekolah yang tergolong defisit protein sebanyak 49,9, normal 29,3 dan diatas anga
kebutuhan 20,7. Siswa SMP yang tidak mendapat makan siang dari sekolah yang tergolong defisit protein sebanyak 68,9 dan normal sebanyak 27,,6 dan
diatas angka kebutuhan 3,4. Berdasarkan hasil penelitian dari 100 orang siswa mengenai kecukupan
lemak, didapatkan bahwa paling dominan siswa yang mengalami kecukupan lemak kurang dengan persentase sebanyak 35, kemudian siswa yang mengalami
kecukupan lemak baik dengan persentase 20. Sebagian besar siswa mengonsumsi lemak secara lebih.
Jika seseorang mengonsumsi lemak secara berlebihan akan mengurangi konsumsi makanan lain. Akibatnya zat gizi lain tidak tepenuhi. Sehingga akan
mengalami kelebihan berat badan yaitu obesitas, sembelit karena organ lambung terutupi oleh lemak sehingga tertahan dan menyebabkan sistem pencernaan tidak
bisa bekerja dengan baik, kemudian lemak jenuh dapat merusak bagian hipotalamus yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan energi dan bila
gumpalan darah merintangi pembuluh darah yang mensuplai darah ke otak terjadilah serangan otak stoke, selanjutnya juga dapat menyebabkan kolesterol
atau lemak dalam darah terjadi karena penumpukan plak didalam pembuluh darah.
Universitas Sumatera Utara
Bagi seseorang yang sudah berlebihan mengonsumsi lemak harus segera menurunkan secara bertahap, dengan cara mengurangi konsumsi makanan
berlemak tinggi, termasuk mengurangi makan bersantan dan yang digoreng. Irianto, 2014.
Sejalan dengan penelitian Sasmito 2015 mengatakan rata-rata asupan lemak pada remaja dalam penelitian ini adalah 43,74 gram dengan ± 24,66 gram
dari total sampel 217 orang. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi makanan berlemak dengan kejadian obesitas p
≥0.05. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Agustina 2015 mengatakan
bahwa hasil analisis penelitian ini menunjukkan 79,1 dari polisi dengan nilai pangan campuran tinggi memiliki persen lemak tubuh tinggi tergolong obesitas.
Indeks glikemik pangan campuran memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian obesitas pada polisi laki-laki di Kabupaten Purwokerto. Selain itu
diketahui pula polisi dengan IG pangan campuran tinggi memiliki peluang 6,99 kali lebih besar untuk memuliki persen lemak tubuh tinggi obesitas
dibandingkan dengan IG pangan cmpurannya tidak tinggi. Serupa dengan penelitian Yulni 2013 hubungan asupan zat gizi makro
dengan status gizi pada anak sekolah di kota Makassar mengatakan bahwa asupan Lemak diperoleh responden asupan lemaknya kurang sebesar 83,3, cukup
10,7 dan lebih 5,3. berdasarkan asupan karbohidrat diperoleh responden asupan karbohidratnya kurang sebesar 42,7, cukup 48,7 dan lebih 8,7.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fitrah dan Achadi 2013 hubungan asupan zat gizi makro dan serat dengan kejadian obesitas pada usia 18
Universitas Sumatera Utara
tahun provinsi Sumatra barat, jawa barat, jawa tengah, dan sulawesi selatan mengatakan bahwa asupan lemak berlebih hampir sama pada 3 provinsi yaitu
Sumatera Barat 14,5, Jawa Barat 15,7, dan Jawa Tengah 14,5. Sedangkan pada Provinsi Sulawesi Selatan hanya 5,3 responden yang memiliki
asupan lemak berlebih. Menurut Irianto 2014 kosumsi lemak yang berlebihan pada usia remaja
tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan kolesterol dalam tubuh khususnya kadar kolesterol darah yaitu 25-30 dari kalori total. Kemudian jika asupan
lemak yang terlalu rendah juga mengakibatkan energi yang dikonsumsi tidak mencukupi, karena 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori.
5.3 Kecukupan Zat gizi Serat