Kecukupan Zat gizi Serat

tahun provinsi Sumatra barat, jawa barat, jawa tengah, dan sulawesi selatan mengatakan bahwa asupan lemak berlebih hampir sama pada 3 provinsi yaitu Sumatera Barat 14,5, Jawa Barat 15,7, dan Jawa Tengah 14,5. Sedangkan pada Provinsi Sulawesi Selatan hanya 5,3 responden yang memiliki asupan lemak berlebih. Menurut Irianto 2014 kosumsi lemak yang berlebihan pada usia remaja tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan kolesterol dalam tubuh khususnya kadar kolesterol darah yaitu 25-30 dari kalori total. Kemudian jika asupan lemak yang terlalu rendah juga mengakibatkan energi yang dikonsumsi tidak mencukupi, karena 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori.

5.3 Kecukupan Zat gizi Serat

Berdasarkan hasil penelitian dari 100 orang siswa mengenai kecukupan serat, didapatkan bahwa paling dominan siswa yang mengalami kecukupan serat kurang dengan persentase sebanyak 73, kemudian siswa yang mengalami kecukupan serat baik dengan persentase 27. Dikarenakan siswa lebih suka mengonsumsi makanan yang digoreng dan makanan cemilan daripada makanan yang di rebus seperti sayur dan buah karena kantin mereka juga lebih banyak menyediakan makanan yang mengandung protein dan lemak dibandingkan serat. Asupan serat yang rendah dapat mengakibatkan terjadinya gizi lebih dan dapat pula mengakibatkan terjadinya penyakit degeneratif diantaranya yaitu kadar gula darah tidak stabil, penyakit ginjal serta radang usus dan radang lambung Makaryani, 2013. Universitas Sumatera Utara Peran serat terhadap status gizi diantaranya menunda pengosongan lambung, mengurangi rasa lapar, dan dapat mengurangi terjadinya gizi lebih. Kecukupan asupan serat kini dianjurkan semakin tinggi, mengingat banyak manfaat yang menguntungkan untuk kesehatan Astawan, 2009. Sejalan dengan penelitian Ananda 2012 mengenai konsumsi serat makanan pada murid sekolah dasar mengatakan bahwa hasil pretest juga diperoleh informasi, masih banyak murid-murid yang tidak tahu atau belum mengetahui peran serat makanan untuk kesehatan dan bahaya makanan yang kurang serat terutama makanan cepat saji seperti fried chicken. Masih banyak murid yang menyatakan serat makanan berasal dari hewan seperti daging ayam dan daging sapi atau menyatakan tidak tahu sumber serat, yaitu masing-masing 25 dan 9.4, tentu saja hal ini tidak tepat karena serat makanan yang dimaksud bersumber dari tumbuhan. Pengetahuan murid-murid tentang peran serat untuk kesehatan juga relatif kurang, antara lain pengetahuan tentang manfaat serat untuk mencegah sulit buang air besar, mayoritas murid-murid tidak mengetahuinya yaitu sebanyak 56,3. Mayoritas murid juga tidak tahu manfaat serat untuk mencegah wazirambaien yaitu sekitar 59.3, sedangkan untuk mencegah penyakit kanker sebanyak 36 murid-murid tidak mengetahui manfaat tersebut. Makanan cepat saji fast food pada umumnya disukai oleh anak-anak terutama di daerah perkotaan sesuai dengan gaya hidup modern saat ini. Makanan cepat saji ini sebagai makanan yang kurang sehat karena mengandungkadar lemak yang tinggi tanpa ada kandungan serat sehingga dapat menimbulkan penyakit jantung dan diabetes mellitus sakit gula. Sebanyak 31.2 dan 36 murid- Universitas Sumatera Utara murid menyatakan tidak mengetahui bahwa makanan cepat saji dapat menyebabkan penyakit degeneratif Ananda, 2012. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Harahap 2010 mengenai pengetahuan mahasiswa kedokteran tentang serat makanan dan perilaku konsumsi serat makanan mengatakan bahwa Dari tabel diatas diketahui bahwa pada responden laki-laki diperoleh hasil perilaku konsumsi serat kurang adalah yang paling banyak, yaitu sebanyak 23 orang 60.5, sedangkan perilaku konsumsi serat terpenuhi pada responden laki-laki sebanyak 15 orang 39.5, dengan rata- rata konsumsi serat pada responden laki-laki adalah 36 gram per hari. Sedangkan perilaku konsumsi serat pada responden perempuan diperoleh hasil yang tidak berbeda jauh dimana responden dengan konsumsi serat kurang sebanyak 30 orang 50.8, sedangkan responden dengan perilaku konsumsi serat terpenuhi sebanyak 29 orang 49.2, dengan rata-rata konsumsi serat pada responden perempuan adalah 24 gram per hari. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang serat makanan ternyata perilaku konsumsi seratnya kurang yaitu 35 orang 36 yang merupakan kelompok yang paling banyak ditemukan. Sedangkan yang paling sedikit ditemukan adalah responden yang meskipun memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang serat makanan namun konsumsi seratnya terpenuhi sebanyak 5 5.2 orang. Berdasarkan hasil uji chi- square diperoleh p0.001 yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang serat makanan dengan konsumsi serat pada mahasiswa kedokteran FK USU. Universitas Sumatera Utara Penelitian ini juga tidak sejalan penelitian Baiti 2015 mengenai tentang hubungan pengetahuan konsumsi serat dengan status gizi remaja putri di SMK Batik Surakarta mengatakan bahwa hasil tingkat konsumsi serat diperoleh dari hasil wawancara recall makanan 3x24 jam dengan selang waktu. Rata-rata konsumsi serat remaja putri kelas XI SMK Batik Surakarta adalah 7,72 gram, dengan konsumsi terendah 5,50 gram dan konsumsi tertinggi yaitu 13,30 gram, serta standar deviasi 1.274.

5.4 Tabulasi Silang Status Gizi Berdasarkan Kecukupan Gizi