Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Komunitas ini semakin lama menjalar ke beberapa negara di dunia, salah satunya adalah Indonesia. Komunitas ini secara umum dipersepsi oleh sebagian masyarakat adalah kelompok yang identik dengan kerusuhan, narkoba, preman, gelandangan, seks bebas dan sebagainya. Dan selama ini di Indonesia, masyarakat lebih banyak melihat Punk sebagai gaya hidup dari pada musiknya. 4 Punk adalah fanatik dengan ideologi tertentu yaitu D.I.Y Do It Your Self, anarchy, 5 equality, 6 prosperity, 7 anti kemapanan, anti militerisme, anti rasisme, anti fasisme, anti imperialisme, dan anti kapitalisme. Pada umumnya Punkers biasa berkumpul pada lokasi tertentu dengan berpakaian lusuh dan atribut-atribut atau aksesoris-aksesoris yang dipakai seperti bretel sejenis pengikat celana yang menggantung ke bahu, ikat pinggang spike ikat pinggang yang ditempeli logam menyerupai paku atau logam yang tajam, kalung rantai, gelang spike, sepatu boots, jeans stretch ketat, kaos oblong, jaket kulit yang dipenuhi emblem, dan rambut dengan gaya mohawk seperti rambut suku Mohican Indian, spiky seperti paku, gladiator, corrison seperti durian yang dicat berwarna-warni, dan aksesoris lainnya yang dipakai tergantung kreatifitas Punkers dan sebagaian besar mereka juga ada yang tidak berpenampilan Punk. Berdandan dan bergaya Punk membutuhkan kepercayaan diri yang tinggi karena mereka menyadari timbulnya berbagai respon yang akan muncul dari masyarakat. Menurut mereka berdandan atau bergaya Punk adalah sebagai 4 Mumu, “Punk”, 28 Sepetember-4 Oktober 2000, Edisi 02. 5 Anarchy: Prinsip dalam Punk, yaitu paham yang menjunjung hak asasi manusia, menuntut kesetaraan, dan persamaan. 6 Equality: Prinsip dalam Punk, yaitu sikap persamaan dalam kedudukan di dalam kelompok. Tidak ada istilah senior junior. 7 Prosperity: Prisip dalam Punk, yaitu kesejahteraan bersama bagi anggota kelompok. ekspresi diri gaya rambut yang dicat berwarna-warni dan keinginan untuk menunjukkan bahwa mereka bukanlah kaum tersisih. Padahal tidak semua anak Punk berpenampilan seperti itu. Menurut penuturan beberapa Punkers, Punk sebagai soul dan tidak perlu ditonjolkan, karena pada hakikatnya esensi Punk bersifat subjektif hanya dirinyalah yang mengerti bahwa ia anak Punk atau bukan. Biasanya mereka tidak terlalu mencolok dalam berdandan, yang paling lazim dikenakan atau dibawa oleh anak Punk yaitu rantai, gembok, peniti, dan ring yang biasanya di tempatkan di tempat- tempat yang tidak lazim. Namun tidak dapat dihindari bahwa ada sebagian orang yang masuk ke dalam komunitas ini hanya sekedar ‘trend’ dengan ikut-ikutan bergaya Punker dari segi fashion tanpa memahami makna Punk itu sendiri, bersikap dengan sebebas-bebasnya dan mengabaikan nilai-nilai yang dianutnya. Di dalam diri manusia atau juga di alam ruhaninya, manusia tetap memiliki hasrat untuk menyakini dan mengadakan penyembahan terhadap kekuatan yang perkasa yang berada di luar dari dirinya. 8 Punkers tetap saja manusia biasa yang pasti mempunyai kebutuhan akan ruhaninya. Sebagaimana manusia pada umumnya, Punkers merasa jenuh, disreparisasi kehidupan diri dan sosial, kejenuhan yang menjadi kegelisahan, kegelisahan untuk berdiri dan bangkit mensubversi hegemoni hitam hati dalam diri dan hegemoni hitam budaya Punk itu sendiri. 8 Fuad Nashori, Rachmy Diana M., Mengembangkan Kreatifitas Dalam Perspektif Psikologi Islami, Yogyakarta: Menara Kudus, 2002, h. 68. Ada salah satu komunitas jalanan di sekitar terminal Pulogadung Jakarta Timur yang menamai diri mereka dengan komunitas Punk Muslim. Komunitas ini beranggotakan mantan Punk dan anak-anak jalanan yang sudah mengaji dan lebih terbina akhlaknya. Komunitas ini terbentuk karena Punk merasa ada kegelisahan dalam diri mereka selama menjalani hidup berdasarkan ideologi Punk tersebut. Mereka hidup tanpa tujuan, keluar dari norma-norma yang berlaku, dan anti dengan Tuhan. Keprihatinan Punk ini menjadi sebuah kepedulian untuk menyelamatkan diri mereka dan kehidupan kawan-kawan dari lubang yang mereka Punkers gali sendiri. Hal inilah yang menjadi awal dari kehadiran Punk Muslim sebagai sebuah komunitas yang ingin hidup bermanfaat bagi lingkungan sekitar. ‘Melawan arus’ adalah jalan yang Punk Muslim pilih karena berjalan dalam ladang yang tak bertuan jalanan yang sangat rentan dengan konflik. 9 Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengajian Terhadap Sikap Keberagamaan Pada Komunitas Punk Muslim di Terminal Pulogadung Jakarta Timur”. 9 http:punkmuslim.multiply.com

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan lebih memfokuskan dan membatasai penelitian ini mengenai pengaruh pengajian terhadap sikap keberagamaan komunitas Punk Muslim. Penulis akan meneliti proses pengajian rutin yang diadakan di base camp komunitas Punk Muslim yang berada di Terminal Pulogadung setiap Kamis malam pada periode bulan November 2010 sampai dengan Januari 2011. Kemudian juga pengaruh dari pengajian tersebut terhadap sikap keberagamaan yang meliputi masalah aqidah, akhlak, dan mu’amalah. Yang dimaksud dengan perubahan sikap di sini adalah adanya dampak positif pada anggota komunitas Punk Muslim setelah mereka mengikuti pengajian rutin yang dibimbing oleh Ustadz Ahmad Zaki.

2. Perumusan Masalah

Dengan demikian bisa difahami bahwa beberapa permasalahan dapat dituliskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengajian dalam komunitas Punk Muslim? 2. Apa saja pengaruh pengajian terhadap sikap keberagamaan komunitas Punk Muslim?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan keterangan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh pengajian terhadap perubahan sikap keberagamaan pada komunitas Punk Muslim. Yang meliputi pandangan atau pemahaman mereka tentang agama, kemauan membaca Al Qur’an, dan aktifitas mereka dalam menjalankan ibadah. Sedangkan berdasarkan tujuan penelitian di atas setidaknya ada dua manfaat dari penelitian ini, yaitu: 1. Akademis Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang perubahan sikap seseorang yang disebabkan karena aktifitas mereka mengikuti pengajian. 2. Praktis Sebagai bahan kebijakan bagi para pengambil kebijaksanaan di bidang pembinaan generasi-generasi muda.

D. Metodologi Penelitian 1. Sumber Data

Ada dua sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah data yang diperoleh saat penelitian, terutama saat observasi dan wawancara secara mendalam. Sumber data primer langsung diambil dari informan yang bersangkutan. Dalam penelitian ini data diperoleh dari wawancara langsung in depth interview dengan ustadz yang memberikan materi, anggota komunitas Punk Muslim, dan beberapa informan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari penelitian kepustakaan dan dokumentasi yang bersumber dari buku, jurnal, dan artikel yang memiliki relevansi dengan masalah penelitian ini. Sedangkan data sekunder penulis peroleh dari penelitian-penelitian terdahulu, artikel-artikel dari majalah dan internet serta dokumentasi dari Punk Muslim.

2. Metode Pendekatan a. Persiapan Penelitian

Dalam upaya mengungkapkan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bersifat penelitian lapangan field research dan dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Kualitatif bermakna kualitas atau mutu konsep atau data. Data kualitatif langsung dikerjakan di lapangan field dengan mencatat dan mendeskripsikan gejala-gejala sosial, dihubungkan dengan gejala yang lain. Kemudian penulisannya dilakukan secara deskriptif. Penulis berusaha memberikan gambaran mengenai aktifitas keberagamaan yang dilakukan oleh komunitas Punk Muslim serta pengaruhnya sesuai dengan apa yang ada di lapangan. Untuk meneliti masalah perubahan sikap cukup rumit dan karenanya tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu persiapan penelitian ini butuh waktu yang cukup panjang, dan yang