Sejarah Punk Muslim GAMBARAN UMUM TENTANG OBJEK PENELITIAN
                                                                                mensubversi hegemoni hitam hati dalam diri dan hegemoni hitam budaya Punk itu sendiri.  Kegelisahan  menjelma  menjadi  sebuah  keprihatinan  untuk  menjadi
sebuah  kepedulian  menyelamatkan  diri  dari  kehidupan  Punk  dari  lubang  yang mereka gali sendiri.
Dari  penuturan  beberapa  Punk  Muslim,  lama  kelamaan  mereka  merasa jenuh.  Mereka  ingin  tetap  nge-Punk  dalam  bermusik,  tapi  mereka  sudah  lelah
dengan  berbagai  budaya  Punk  yang  negatif.  Komunitas  Punk  Muslim  pun  lahir untuk  menjadi  wadah  bagi  bagi  mereka  memadukan  Punk  dan  mendalami  lagi
spiritualitas.  Komunitas  yang  didirikan  almarhum  Budi,  pendiri  komunitas Warung  Udix  Pulogadung,  masih  tetap  bermusik  dan  ber-Punk  ria  tapi  tanpa
narkoba tentunya. Pada  pertengahan  tahun  2007,  Punk  Muslim  dieksistensikan  untuk
menjadi  sebuah  komunitas  yang  bershafkan  Punkajian  pengajian,  pendidikan, seni  musik,  dan  akan  berkembang  menjadi  shaf-shaf  lainnya  termasuk  shaf
ekonomi  yang  sedang  Punk  Muslim  rintis.  Punk  Muslim  adalah  sekumpulan pemuda-pemudi  yang  ingin  hidup  bermanfaat  bagi  lingkungan  sekitarnya.
“Melawan  arus”  adalah  jalan  yang  dipilih  mereka  dan  dipilihkan-Nya.  Karena berjalan  dalam  ladang  yang  tidak  bertuan  jalanan,  yang  sangat  rentan  dengan
konflik. Dua  hal  yang  tidak  mungkin  disatukan,  Punk  yang  menyuarakan  anti
Tuhan  dan  Muslim  adalah  pelaku  ajaran  monotheis  Islam,  Punk  Muslim  tidak
bermaksud untuk menyatukan dua kata ini dalam pengertian yang harfiah. Karena memang antara Punk dan Islam Muslim tidak akan pernah bisa bersatu.
3
Punk  Muslim  mencoba  menjalankan  perintah  seperti,  “sampaikanlah walau  hanya  satu  ayat”,  “saling  ingat  mengingatkanlah  kalian  dalam  kebaikan”,
atau  ribuan  perintah-perintah  yang  lain.  Menurut  Punk  Muslim,  yang  baru  bisa mereka  kerjakan  dari  perintah-perintah  itu  satu,  dua  atau  tiga  saja.  Dan  mereka
mengkhususkan untuk menyampaikan kepada diri mereka sendiri dan merangkul kawan-kawan Punk yang terlanjur nge-Punk.
Lebih jauh lagi Punk Muslim ingin memberikan sebuah opsi kepada para Punkers, atau sebagai sebuah gerakan oposisi dalam “negara” yang bernama Punk
ini,  yang  sebenarnya  banyak  juga  kesenjangan  antara  para  pemikir  tokoh  dan pengekornya rakyat. Punk Muslim mencoba menemani kawan-kawan Punk yang
sudah mulai lelah dan payah dengan Punk yang telah mereka jalani. Kehadiran  komunitas  Punk  Muslim  tidak  melawan  para  Punkres,  yang
Punk  Muslim  lawan  adalah  sebuah  konsep  atau  sistem  yang  membuat  mereka seperti  sekarang,  melawan  pembiasan  makna  kebebasan  yang  ekstrim  dan
terlampau mengada-ada. Juga melawan dasar mereka turun ke jalan entah karena broken home atau sebab lain.
Muslim adalah sebuah subjek, dan Punk hanya sebuah objek. Terlepas dari letak susunan kata subjek dan objek, “Punk Muslim” atau “Muslim Punk”. Punk
3
Darma Putra, wawancara pribadi, Kamis 6 Desember 2010 pukul 23.00 WIB.
Muslim  hanyalah  anti-tesis  yang  mencoba  membuat  dialektika  dalam  Punk  itu sendiri.  Dan  Punk  Muslim  bukanlah  Punk  Islam  atau  Islam  Punk,  mereka  tetap
menyatakan dirinya Punk Muslim. Punk  Muslim  juga  dijuluki  sebagai  Nasyid  Underground  karena  aliran
musiknya yang banyak menyuarakan syair Islami tapi dengan gaya Punk. Seiring berjalannya  waktu,  banyak  kalangan  yang  dapat  menerima  gaya  bermusik  Punk
Muslim  hingga  permintaan  albumnya  pun  membludak.  Kini,  Punk  Muslim  telah berhasil merampungkan album keduanya.
Salah  satu  anggota  dari  Punk  Muslim  mengatakan  bahwa  dari  Punk Muslim  inilah  kita  dapat  belajar  satu  hal  bahwa  musik  adalah  sebuah  hal  yang
sifatnya  universal,  untuk  semua  kalangan  dan  “No  Boundaries”.  Dua  hal  yang sebelumnya seakan bertentangan dan mustahil disatukan ternyata mampu berjalan
beriring  bersama  dalam  melakukan  perubahan  bagi  lingkungan  masyarakat.  Dan hal itu dapat terwujud melalui media musik.
                