Faktor Intern: merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang itu

dalam pendidikan, yang memberikan landasan bagi individu untuk belajar. Bahkan pendidikan yang diterima seseorang di dalam keluarga terutama dari kedua orang tuanya akan menjadi dasar dari pembinaan kepribadian individu. 37 Al Qur’an Al Karim yang dibawa oleh Rasulullah SAW. untuk mendidikan umat manusia amat menekankan tentang peran dan tanggung jawab kedua orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dalam mengemban tugas mendidik anak. 38 Sebagaimana firman Allah SWT.:                        “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” QS: At Tahriim: 6 Pendidikan agama di lembaga pendidikan bagaimanapun akan memberi pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan pada individu. Namun demikian, besar kecilnya pengaruh tersebut sangat tergantung pada berbagai faktor yang dapat memotivasi seseorang untuk memahami nilai-nilai agama. 37 Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, Jakarta: Bulan Bintang, 1975, h. 43. 38 Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al Qur’an, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, h. 314. Sebab, pendidikan agama pada hakikatnya merupakan pendidikan nilai. Oleh karena itu, pendidikan agama lebih dititikberatkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntutan agama. 39

2. Indikator Sikap Keberagamaan

Menurut pendapat Glok dan Stark seperti yang telah dikutip Masri Singarimbun, untuk mengukur tingkat religiusitas seseorang dapat dipakai kerangka sebagai berikut: a. Keterlibatan tingkat ritual ritual involvement, yaitu tingkatan sejauh mana seseorang melakukan atau mengerjakan kewajiban ritual agama mereka. b. Keterlibatan ideologi ideological involvement, yiatu tingkat sejauh mana seorang menerima hal-hal yang dogmatis dalam agama mereka. c. Keterlibatan intelektual intellectual involvement, yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya, seberapa jauh aktifitas dalam menambah pengetahuan agama mereka. d. Keterlibatan pengalaman experimental involvement, yaitu tingkatan untuk menunjukkan apakah seseorang pernah mengalami pengalaman yang spektakuler yang merupakan keajaiban yang datang dari Tuhan. 39 Jalaluddin, Psikologi Agama, h. 232.