Identitas Sosial Pembahasan Penelitian 1 Triangulasi Perbandingan Hasil Data Observasi dan Wawancara

Universitas Sumatera Utara | 114 Informan 3: “James Bond itu kan tokoh fiksi, gak ada di dunia nyata. Kayak mana kita mau percaya sama produk yang dia pakai atau dia iklankan sedangkan tokohnya aja fiksi. Jadi jujur liat produk SONY disitu pun aku awalnya ragu produknya ada apa enggak ” Informan 4: “James Bond ini gak ada pengaruhnya sama pengetahuan dan kenyataan aku. Tokoh intel Inggris kok kerjaannya becewek aja, gak ada di kenyataan kayak gitu. Keren sih keren, cuma gak perlu lah kita jadikan panutan hidup, apalagi harus ngikutin gayanya. Masak gara-gara dia pake Xperia Z5 kita harus make juga? Tekor bandar lah hahaha”. Informan 5: “Pengaruh James Bond dalam kehidupan sehari-hari ya? Kayaknya gak ada ya. James Bond itu kan memang udah legend ya, udah pemain capek lah. Gak bisa ditiru di kehidupan nyata. Jadi kalau nonton film dia, ya tonton aja jangan dibawa ke kehidupan sehari- hari. Misalkan dia pakai produk SONY, jadi kita harus pakai juga? Kan engga, itu kan cuma di film aja”.

3. Identitas Sosial

Menurut teori ini identitas sosial, faktor identitas sosial seseorang ikut membentuk konsep diri dan memungkinkan orang tersebut menempatkan diri pada posisi tertentu dalam jaringan hubungan-hubungan sosial yang rumit Sarwono, 2005: 90. Kita mendapatkan sebagian besar identitas kita dari konstruksi yang ditawarkan dari berbagai kelompok sosial dimana kita menjadi bagian di dalamnya, seperti keluarga, komunitas, subkelompok budaya, dan berbagai ideologi berpengaruh. Tidak peduli apakah hanya ada satu dimensi atau beberapa dimensi identitas-gender, kelas sosial, ras, jenis kelamin – maka identitas itu dijalankan atau dilaksanakan menurut atau berlawanan dengan norma-norma dan harapan terhadap identitas bersangkutan. Dalam penelitian di lapangan, peneliti menemukan fakta bahwa faktor ke- Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara | 115 lompok sosial dimana informan menjadi bagian didalamnya turut menentukan identitas diri dari informan. Dimensi yang mempengaruhi pun beragam, mulai dari identitas, kelas sosial, dan ideologi kelompok. Dalam kaitan dengan penggunaan dan pemilihan ponsel cerdas, kelima informan memperlihatkan bagaimana kelompok sosialnya turut mengkonstruksi identitas diri masing-masing informan, mulai dari alasan menggunakan ponsel cerdas, alasan memilih sebuah merek ponsel cerdas, sampai kenapa hanya fokus menggunakan aplikasi-aplikasi tertentu dibandingkan dengan aplikasi lain di ponsel cerdas. Informan 1: “Alasan beli iPhone 5 ini, gara-gara kawan-kawan di kantor nyuruh beli ini. Mereka kan udah pake iPhone, terus ada rasa gengsi lah kalau gak pake iPhone juga. Rencana mau beli merek android kayak Samsung, tapi gak jadi, takutnya kalah gengsi nanti di kantor. Kalau untuk tujuan penggunaan smartphone ya balik lagi gara-gara kawan-kawan juga. Kawan pake smartphone ya awak pun pake juga. Kawan pake Line buat komunikasi, ya kita pun terpaksa juga ikut pakai juga. Tuntutan dari kelompok bisa dibilang gitu sih”. Informan 2: “Tujuan pakai smartphone? Ya supaya bisa connect sama kawan- kawan lah. Kawan-kawan di kampus, kawan-kawan di tempat main futsal, kawan-kawan UKM Futsal USU, kawan-kawan main FIFA PS4, sama keluarga, wah semualah. Udah wajib kita punya ponsel cerdas ini. susah kalau gak pake, ketinggalan info kalilah. Sekarang info di-share di grup Line. Kalau gak pake gawat lah ketinggalan terus. Selain komunikasi, smartphone aku pakai juga buat stalking mengintip akun IG cewek-cewek. Ya biasalah anak muda, siapa tau jodoh ya kan. Pokoknya intinya buat komunikasi sama kawan karena kawan aku semua pakai juga. ” Informan 3: “Alasan beli iPhone 5 gara-gara kawan udah banyak yang pakai. Terus pas ditawarin sama orangtua mau beli hape merek apa, ya aku minta beli iPhone aja. Mau beli iPhone 6 kan masih mahal kali tu, jadinya beli iPhone 5 aja. Pas udah aku beli, kawan-kawan aku lang- Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara | 116 sung ngajarin aku main game COC sama Get Rich itu” Informan 4: “Tujuan untuk pakai smartphone supaya bisa komunikasi dengan kawan-kawan. Soalnya kan susah juga, orang itu asal ngasi info pake Line sama Whatsapp. Jadinya mau gak mau kita harus pakai smartphone supaya bisa tetap komunikasi sama mereka. Satu lagi kan aku juga admin di MESIN, admin Instgram sama admin Twitter. Kalau misalkan ada info baru yang mau di-share sama follower kita, kan susah tuh kalau harus online di laptop. Ngidupin laptop, cari wifi dulu, kan susah kali. Makanya aku rasa aku wajib lah pakai smartphone satu supaya gampang ” Informan 5 : “Oh, kalau untuk tujuan penggunaan ponsel cerdas karena kebutuhan komunikasi sesama teman-teman. Teman-teman di alumni SMA Plus Sipirok, teman-teman di komunikasi Ilmu Komunikasi USU, sama teman-teman di FB. Entah ya, kalau sekarang zamannya memang harus aplikasi chatting kayak Line, Whatsapp, BBM, kayak-kayak gitu buat ngehubungin orang. Nomor hape udah gak perlu lagi, kalau mau telpon tinggal free call. Ya kalau kita gak ngikutin kawan-kawan, ketinggalan lah terus. Apalagi kayak kemaren pas ada acara reuni alumni SMA Plus, terbantu kali pakai smartphone ini, kan diskusinya dari Line sama Facebook aja.” Peneliti menyimpulkan bahwa tempat lingkungan sosial dimana informan menjadi bagian dari dirinya turut mempengaruhi identitas dari informan. Dari kelima informan, kesemuanya menyatakan bahwa tuntutan dari kelompok sosial masing-masing yang menyebabkan mereka merubah paradigma komunikasi, dari semula komunikasi dapat digunakan melalui pesan singkat SMS dan panggilan telepon sekarang berubah menjadi komunikasi online melalui aplikasi percakapan di ponsel cerdas. Selain pengaruh dari lingkungan sosial yang merubah paradigma media komunikasi, lingkungan sosial juga turut mempengaruhi alasan untuk membeli merek dari ponsel cerdas tertentu. Seperti ditemukan pada informan pertama dan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara | 117 ketiga, dimana saudara Wahyu dan Umar membeli ponsel cerdas merek iPhone 5 disebabkan tuntutan dari kelompok sosial masing-masing yang secara tidak langsung mengharuskan mereka menggunakan ponsel cerdas dengan merek tertentu.

4. Penempatan Produk