Pemaknaan Subjektif Penempatan Merek di Film

Universitas Sumatera Utara | 41 lingkup sosialnya adalah sebagai media komunikasi dan jaringan komunikasi antara anggota organisasi dan teman-temannya. Misalkan saja dengan sesama anggota komunitas penggemar karaoke online. Mereka mengatur jadwal untuk kegiatan bernyanyi atau saling bertukar pendapat melalui aplikasi chatting Line. Untuk sesama anggota Dit Sabhara Polda Sumut, informan menggunakan aplikasi Whatsapp untuk memudahkan komunikasi dengan para petugas kepolisian Polda Sumut. Dalam hubungan dengan anggota keluarga, informan menjelaskan bahwa hanya informan dan kedua abang-kakaknya saja yang menggunakan ponsel cerdas beserta aplikasi chatting Line. Karena hanya informan dan kedua saudaranya saja yang menggunakan aplikasi chatting di ponsel cerdas, maka hanya mereka bertiga sajalah yang dapat bertukar informasi seputar kehidupan sosial melalui ponsel cerdas. Ketika ditanya lebih memilih pulsa atau kuota internet, informan sedikit bingung untuk menjawab. Pada akhirnya setelah lama berpikir, informan menjawab lebih memilih pulsa daripada kuota paket internet. Informan menjelaskan bahwa dengan dirinya yang sudah bekerja, terlebih sebagai abdi negara, setiap anggota diwajibkan memiliki pulsa telepon sehingga jika sewaktu- waktu terjadi situasi atau kondisi darurat dapat menghubungi anggota dan teman- temannya yang lain.

Bagian 2: Pemaknaan Subjektif Penempatan Merek di Film

Informan menjelaskan bahwa mengetahui tentang produk-produk yang beriklan di dalam film atau sinetron di televisi, namun tidak mengetahui apa dan bagaimana proses iklan itu terjadi. Peneliti kemudian mencoba menjelaskan bahwa proses tersebut dinamakan penempatan merek dan sudah sangat lumrah terjadi didunia perfilman dunia maupun nasional. Untuk penempatan merek di film Spectre, informan tidak ingat jelas bagian mana dari film yang memuat pesan penempatan merek. Peneliti akhirnya kembali mengingatkan informan bahwa pesan penempatan merek terjadi di Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara | 42 adegan di menit sekian dan kejadiannya seperti apa. Akhirnya informan ingat dan dapat menjelaskan pandangannya terhadap penempatan merek di Spectre. Informan mengaku bahwa mengetahui ada sebuah ponsel cerdas yang beberapa kali menjadi sorotan di tengah-tengah adegan film, namun informan tidak mengetahui apa tipe dari ponsel tersebut. Informan juga menjelaskan bahwa porsi adegan dan pengambilan gambar yang memuat ponsel cerdas tersebut juga cukup banyak informan mulai menjelaskan adegan-adegan saat Sony Xperia Z5 digunakan oleh para aktor, dan kesemuanya benar. Informan mengaku bahwa sempat melihat label atau merek dari “SONY” terpampang di layar, namun dirinya tidak mengetahui varian dari ponsel Sony yang mana yang menjadi ponsel bagi James Bond dan kawan-kawan. Informan akhirnya mengetahui apa tipe dari ponsel cerdas yang ditampilkan dalam film yaitu Sony Xperia Z5 setelah peneliti memberi tahu tipe ponsel cerdas tersebut. Informan menjelaskan tidak ada persepsi khusus terhadap produk ponsel cerdas Sony yang dilihatnya setelah menonton film Spectre. Pada awalnya informan tidak percaya dengan fitur ponsel cerdas Sony yang ditampilkan di Spectre, karena banyak dari film-film dipasaran yang menggunakan efek komputer untuk menambah kesan canggih di produknya. Persepsi informan terhadap ponsel cerdas miliknya yaitu iPhone 5 ketika sudah selesai menonton film Spectre adalah tetap lebih memilih produk keluaran pabrikan Apple daripada produk berbasis Android seperti Samsung atau Sony. Bagi informan, setelah dua kali menonton Spectre, iPhone 5 miliknya masih dapat dikatakan „menang‟ daripada Sony Xperia Z5. Ketika ditanya terhadap persepsi informan terhadap merek ponsel cerdas lain setelah menonton film Spectre, informan menjawab bahwa persepsinya tidak banyak berubah. Informan berpendapat tiap merek ponsel cerdas memiliki fitur dan keunggulan masing-masing. Informan menambahkan tidak mungkin persepsinya terhadap merek ponsel cerdas merek lain berubah hanya karena melihat pabrikan ponsel cerdas tertentu beriklan dengan metode penempatan merek di film terkenal, seperti film James Bond. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara | 43 Untuk pertanyaan apakah ada motivasi dari informan untuk mengetahui lebih jauh tentang produk ponsel cerdas yang diiklankan, informan menjawab bahwa dirinya tidak merasa perlu untuk mencari lebih jauh tentang ponsel cerdas yang bersangkutan. Informan menjelaskan bahwa tanpa dicari lebih jauh, berita tentang ponsel cerdas yang bagus akan datang dengan sendirinya, baik dari mulut ke mulut atau melalui berita di media. Ketika ditanya tentang pengaruh karakter James Bond yang menggunakan produk Sony Xperia Z5 informan menjawab bahwa tidak terlalu berpengaruh kepada dirinya. Informan menjelaskan bahwa memang sudah dari lama film-film James Bond lekat dengan gawai dan perangkat yang canggih. Jadi tidak ada persepsi baru ketika melihat kecanggihan suatu produk saat digunakan oleh seorang James Bond. Informan menjelaskan bahwa tidak ada yang dapat memastikan ketika sebuah produsen mengiklankan produknya di film melalui penempatan merek, maka produk tersebut akan merubah persepsi yang signifikan di pasaran, apalagi menjadi produk yang laku keras. Informan menambahkan berkaitan dengan ponsel cerdas, konsumen masih memiliki beberapa stigma dan pandangan yang belum sepenuhnya hilang, seperti memakai barang dari Apple akan meningkatkan gengsi dan status sosial. Hal seperti ini masih banyak dijumpai, tidak hanya dikalangan masyarakat menengah kebawah dengan tingkat pendidikan yang rendah, melainkan juga masih dijumpai di masyarakat menengah keatas yang notabene sudah mengenyam pendidikan yang tinggi pula. Informan memberikan kesimpulan seperti itu karena melihat sendiri bagaimana masyarakat pengguna ponsel cerdas yang sudah mengenyam pendidikan tinggi pun masih berstigma bahwa ponsel dari Apple masih memiliki kualitas lebih baik daripada ponsel berbasis Android. Informan menyatakan masyarakat seperti ini banyak dijumpainya di lingkungan informan bekerja. Wawancara mendalam peneliti selesai di informan pertama. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara | 44 Informan 2 Syahbana Aidil Syahbana Aidil dipilih menjadi informan kedua dalam penelitian ini. Informan adalah mahasiswa stambuk 2012 Fakultas Hukum USU dengan konsentrasi pendidikan Hukum Internasional. Saat ini infoman fokus dalam penyelesaian praktik klinis peradilan dan penyusunan skripsi guna menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum USU. Dalam hal pemenuhan kriteria informan, saudara Aidil telah memenuhi kriteria dengan menggunakan jenis ponsel cerdas Sony Xperia Z1 Compact. Informan telah menonton film James Bond: Spectre sebanyak 2 kali, yakni sekali di bioskop dan sekali di rumah dengan memutarnya di laptop pribadi. Informan juga telah menggunakan Sony Xperia Z1 Compact miliknya selama kurun waktu kurang lebih 1 tahun 8 bulan, semenjak bulan Juli 2014.

B. Hasil Observasi