Universitas Sumatera Utara | 155
C. DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar Lampiran 1. Informan 1 Wahyu saat diobservasi
Gambar Lampiran 2. Informan 2 Aidil saat diwawancarai mendalam.
Gambar Lampiran 3. Informan 2 Aidil, kiri dan Informan 3 Umar, kanan saat wawancara pendahuluan penentuan informan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 156 Gambar Lampiran 4. Informan 3 Umar saat diwawancarai mendalam
Gambar Lampiran 5. Informan 5 Ardian saat diobservasi
Gambar Lampiran 6. Informan 5 Ardian saat diobservasi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 157
D. BIODATA PENELITI
Nama lengkap : Muhammad Faisal Hafiz
Nama panggilan : Faisal
NIM : 120904054
Tempat, tanggal lahir : Pangkalan Susu, 19 April 1994
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat peneliti : Jl. Karya Wisata Komplek J.City J.Elite I No. 20
Medan Johor, Medan No. Telepon Email
: fsl.hafizgmail.com
085370417993 Anak ke
: 1 dari 3 bersaudara Agama
: Islam Status
: Lajang Suku
: Melayu Nama orangtua
: Ayah
: H. Fauzi Ibu
: Hj. Evi Aryanti Alamat orangtua
: Jl. HOS Cokroaminoto No. 286 Lk. IV Kelurahan Beras Basah Kecamatan Pangkalan Susu
Nama Saudara Kandung :
Saudara pertama : Muhammad Fauzan Harris Saudara kedua : Muhammad Fachreza Hazizi
Pendidikan :
1998-1999 : TK Swasta Raja Garuda Mas RGM Besitang
2000-2004 : SD Swasta Raja Garuda Mas RGM Besitang
2004-2006 : SD Swasta Dharma Patra YKPP Pangkalan Susu
2006-2009 : SMP Negeri 1 Pangkalan Susu
2009-2012 : SMA Negeri 1 Medan
2012-2016 : Departemen Ilmu Komunikasi
FISIP USU
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 158
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JL. DR. A. Sofyan No. 1 Telp. 061 8217168
LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI NAMA
: M. FAISAL HAFIZ NIM
: 120904054 PEMBIMBING
: Drs. Syafruddin Pohan, M.Si, Ph.D
No
TANGGAL PERTEMUAN
PEMBAHASAN PARAF
PEMBIMBING
1 20 November 2015
Bimbingan Proposal I 2
10 Desember 2015 Bimbingan Proposal II dan
revisi 3
5 Januari 2016 ACC Seminar Proposal
4 15 Januari 2016
Bimbingan dan Revisi Bab 1,2,3
5 30 Januari 2016
Bimbingan Bab 1,2,3 6
20 Februari 2016 ACC Bab 1,2,3
ACC Penelitian 7
23 Maret 2016 Bimbingan Bab IV
8 19 April 2016
Revisi dan Bimbingan Bab IV 9
20 Mei 2016 Bimbingan Bab IV
10 1 Juni 2016
Bimbingan Bab IV 11
7 Juni 2016 Revisi Bab IV
12 10 Juni 2016
ACC Bab IV Revisi Bab V
13 15 Juni 2016
Revisi Bab V 14
16 Juni 2016 ACC Bab V
ACC Sidang Meja Hijau
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 128
DAFTAR REFERENSI
Ardianto, Elvinaro Bambang Q. Anees. 2007. Filsafat Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Bertens, K. 2004. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius Bungin, Burhan. 2011. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
____________.2006. Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi, Dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap
Peter L. Berger Thomas Luckmann. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
____________.2012. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: Lkis.Pelangi Yogyakarta.
Hasan. Iqbal. 2002. Pokok – pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya
Jakarta: Ghalil Indonesia Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif
dan Kuantitatif. Yogyakarta: Erlangga. Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi Disertai Contoh
Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran Edisi Pertama. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Kuswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: PT. Eresco Littlejohn, Stephen W. Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi Edisi 9. Jakarta:
Salemba Humanika McQuail, Denis. 2012. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Salemba Humanika
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Morrisan, M.A. 2009. Teori Komunikasi Massa. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Mulyana, Dedy. 2005. Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Hadari. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nuruddin, 2003. Komunikasi Massa. Malang: CESPUR Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS.
Poerwandari. 2001. Pendekatan Kualitatif untuk Peneliti Perilaku Manusia. Jakarta: LPSP3
– Universitas Indonesia. Rivers, William L. 2012. Media Massa Masyarakat Modern. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : PT.
Tiara Wacana Yogya. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Setiadi, Nugroho J. 2013. Perilaku Konsumen: Perspektif Kontemporer pada Motif, Tujuan, dan Keinginan Konsumen Edisi Revisi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 129 Shrum, LJ. 2010. Psikologi Media Entertainment. Yogyakarta: Jalasutra
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Anditama. Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Cetakan Kedua. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. Sutopo, HB. 2006. Metodologi Penelitian Kuaitatif dan Kuantitatif Dasar Teori
dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Usman, Hussaini Purnomo Setiady Akbar. 2008. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara. Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta :
Indeks Veeger, J. K. 1985. Realitas Sosial. Jakarta: PT. Gramedia.
West, Richard Lynn H. Turner. 2009. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Wibowo, Indiawan Seto Wahyu. 2011. Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sumber lain:
Michael Adiwiijaya S. Pantja Djati. 2006. Analisa Strategi Penempatan Merek Sebagai Bagian dalam Komunikasi Pemasaran Terpadu publikasi ilmiah:
tersedia. Surabaya: Universitas Kristen Petra. Diunduh pada tanggal 2 Desember 2015.
Panda, T. K. 2004. Consumer Response to Brand Placement in Films Role of Brand Congruity Modality of Presentation in Bringing Attitudinal
Change Among Consumer with Special Reference to Brand Placement in Hindi Films. South Asian Journal of Management, 11, 4, pp. 7
–25. Diunduh pada tanggal 4 Januari 2016.
Subambang, H. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Audience Terhadap ProductBrand Placement dalam Acara Televisi Studi
Kasus Pemirsa Bukan Empat Mata di Kota Medan publikasi ilmiah: tersedia di Repository USU. Medan: Universitas Sumatera Utara. Diunduh
pada tanggal 4 Januari 2016.
www.boxofficemojo.comspectre. Diakses pada tanggal 10 Februari 2016 pukul 23.11 WIB
id.wikipedia.orgspectre. Diakses pada tanggal 10 Februari 2016 pukul 23.30 WIB
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. P enelitian
kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi secara mendalam. Metode ini tidak mengutamakan populasi dan sampling, sehingga penelitian
tersebut bersifat subjektif yang hasilnya bukan untuk digeneralisasikan Kriyantono, 2008:35.
Analisis kualitatif merupakan analisis yang tidak menggunakan model matematik, model statistik dan ekonometrik atau model-model tertentu lainnya.
Analisis data yang dilakukan terbatas pada teknik pengolahan datanya, seperti pada pengecekan data dan tabulasi, dalam hal ini sekedar membaca tabel-tabel,
grafik-grafik, atau angka-angka yang tersedia, kemudian melakukan uraian dan penafsiran Hasan, 2002:98.
Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah bagian integral data, artinya peneliti ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan
demikian, peneliti menjadi instrumen penelitian yang harus terjun langsung di lapangan. Karena itu penelitian ini bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik
bukan untuk digeneralisasikan. Desain riset dapat dibuat bersamaan atau sesudah penelitian. Desain dapat berubah atau disesuaikan dengan perkembangan
penelitian Kriyantono, 2010: 57. Jenis dari penelitian ini adalah deskriptif yaitu hanya memaparkan proses,
makna atau situasi. Penelitian ini tidak mencari hubungan atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi Rakhmat, 2004:24.
Pada jenis deskriptif, peneliti diharapkan bisa mengemukakan konseptualisasi yang lebih jelas dan telah memiliki definisi konseptual dari gejala
yang akan diteliti yang sekaligus memperlihatkan dimensi-dimensi atau subdimensi dari konsepgejala permasalahan yang akan diteliti. Definisi
konseptual ini diperoleh setelah periset membuat kerangka konsep atau landasan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 20 teori. Biasanya dalam riset deskriptif, konsep yang akan diriset hanya tunggal,
karenanya tidak ada upaya mencari analisis hubungan antar konsep Kriyantono. 2010: 83
Untuk metode, peneliti menggunakan metode studi kasus. Studi kasus sendiri adalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data sebanyak
mungkin data yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu
program, organisasi atau peristiwa secara sistematis Kriyantono, 2010:65. Karena menggunakan sebanyak mungkin sumber data, peneliti dapat saja
menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipan, dokumentasi, rekaman, dan lainnya.
3.2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sesuatu yang menunjuk pada masalah atau tema yang sedang diteliti Idrus, 2009:91. Adapun objek dalam penelitian ini adalah
konstruksi identitas diri pengguna ponsel cerdas berdasarkan potongan adegan film James Bond: Spectre
Adegan Film James Bond: Spectre
Potongan adegan yang dipilih dalam film James Bond: Spectre adalah potongan adegan yang memuat unsur penempatan merek produk, dalam hal ini
produk ponsel cerdas Sony Xperia Z5.
Gambar 3.1: James Bond menggunakan Sony Xperia Z5 ketika menghubungi Moneypenny asisten M dalam adegan Spectre
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 21 Gambar 3.2: James Bond menggunakan Sony Xperia Z5 ketika menghubungi
Moneypenny asisten M dalam adegan Spectre
Gambar 3.3: Sony Xperia Z5 mengunduh downloading informasi musuh tanpa harus disentuh dengan fitur perintah suara voice assistant
Gambar 3.4 dan 3.5: M Kepala Dinas Intelijen Inggris M16 menggunakan Sony Xperia Z5 saat menerima surat elektronik dan saat membuat panggilan telepon
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 22 Gambar 3.6: Q Kepala Divisi Teknologi MI6 menggunakan Sony Xperia Z5 saat
menerima panggilan telepon dari M
3.3 Subjek Penelitian
Hasil penelitian kualiatif lebih bersifat kontekstual dan kausistik yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu sewaktu penelitian dilakukan, karena itu
pada penelitian kualitatif tidak dikenal istilah sampel melainkan informan. Untuk studi kasus, jumlah individu yang menjadi informan dipilih sesuai dengan tujuan
dan kebutuhan penelitian. Orang-orang yang dapat dijadikan informan adalah orang yang memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian, orang-orang dengan
peran tertentu dan tentu saja yang mudah diakses Bodgan, 1992:5. Subjek penelitian adalah oknum yang memiliki sifatkarakteristik keadaan
yang akan diteliti itu objek penelitian. Dalam penelitian ini, yang akan dimintai informasi atau data yang berkenaan dengan konstruksi identitas diri
adalah pengguna ponsel cerdas. Pemilihan subjek penelitian dalam penelitian ini
berdasarkan tiga kriteria , yaitu:
a. Menggunakan ponsel cerdas merek apapun b. Telah menggunakan ponsel cerdas minimal selama 1 tahun
c. Telah menonton film James Bond: Spectre
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 23
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Data ini merupakan bahan keterangan mengenai apa yang dialami oleh individu sebagai anggota masyarakat tertentu yang menjadi objek riset. Secara
garis besar data dalam penelitian kualitatif dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis:
1. Data yang diperoleh dari wawancara
2. Data yang diperoleh dari observasi 3. Data yang berupa dokumen, teks, atau karya seni yang kemudian
dinarasikan dikonservasikan ke dalam bentuk narasi.
1. Metode Wawancara
Adalah percakapan antara peneliti seseorang yang berharap mendapatkan informasi dan informan seseorang yang diasumsikan
mempunyai informasi penting tentang suatu objek. Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh
informasi langsung dari sumbernya. Agar mendapatkan data yang diharapkan, peneliti menggunakan
teknik panduan wawancara yaitu dengan membuat panduan pertanyaan wawancara untuk menggali pertanyaan guna mendapatkan pemahaman
yang mendalam. Dengan begitu, fokus penelitian dapat lebih terjaga dan dapat digunakan dalam waktu yang terbatas serta lebih sistematis.
Wawancara dalam riset kualitatif , yang disebut sebagai wawancara mendalam depth interview atau wawancara secara intensif intensive
interview dan kebanyakan tak berstruktur. Tujuannya untuk mendapat- kan data kualitatif yang mendalam. Metode wawancara mendalam adalah
metode riset dimana periset melakukan kegiatan wawancara tatap muka secara mendalam dan terus menerus lebih dari satu kali; dikenal dengan
nama intensive interviews untuk menggali informasi dari responden atau informan. Metode ini memungkinkan periset mendapatkan alasan detail
dari jawaban informan yang antara lain mencakup opininya, motivasinya,
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 24 nilai-nilai ataupun pengalaman-pengalamannya.
Dalam pelaksanaannya, metode wawancara mendalam ini dilakukan dengan frekuensi tinggi berulang-ulang secara intensif.
Selanjutnya dibedakan antara responden orang yang diwawancarai hanya sekali dengan informan orang yang ingin periset ketahuipahami dan
yang akan diwawancarai beberapa kali. Kriyantono, 2010: 64. Wawancara mendalam dilakukan dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antar pewawancara dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan secara
intensif dan peneliti tidak mempunyai kontrol atas informan, artinya informan bebas memberikan jawaban. Dengan demikian, keabsahan
wawancara mendalam adalah keterlibatan pewawancara dalam kehidupan informan Bungin, 2012:108.
2. Metode Observasi
Merupakan metode pengumpulan data yang digunakan pada riset kualitatif. Observasi diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung
tanpa mediator, sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersebut. Biasanya yang diobservasi adalah interaksi
perilaku dan percakapan yang terjadi di antara subjek yang diriset. Peneliti ketika memulai penelitian sebelumnya mengamati
informan mana yang memahami tentang objek penelitian, untuk bisa berbagi informasi awal tentang objek penelitian maupun infoman
penelitian. Suatu kegiatan observasi baru bisa dimasukkan sebagai kegiatan
pengumpulan data penelitian bila memenuhi syarat sebagai berikut Kriyantono. 2010: 110:
a. Observasi digunakan dalam riset dan telah direncakan secara sistematik.
b. Observasi harus berkaitan dengan tujuan riset yang telah ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 25 c. Observasi yang dilakukan harus dicatat secara sistematis dan
dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai sesuatu yang hanya menarik perhatian.
d. Observasi dapat dicek dan dikontrol mengenai validitas dan reliabilitasnya.
3.5. Penentuan Informan
Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mencari fenomena yang sedang terjadi. Kemudian peneliti memasuki situasi sosial tertentu
yaitu dengan melakukan pengamatan aktivitas orang yang akan diteliti. Selanjutnya untuk memperkecil ruang lingkup penelitian agar hasil penelitian ini
terfokus yaitu dengan menentukan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive yaitu teknik penentuan informan dengan
mempertimbangkan bahwa calon informan merupakan orang yang dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk penelitian ini.
Pemilihan informan dengan menggunakan teknik ini yaitu dengan menyusun kriteria-kriteria tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian. Kriteria
terpenting adalah subjek memiliki pengetahun yang cukup serta mampu menjelaskan keadaaan yang sebenarnya tentang objek penelitian Kriyantono,
2010: 158. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah: 1. Pengguna ponsel cerdas usia 20-24 tahun yang aktif menggunakan ponsel
cerdas di kehidupan sehari-hari 2. Pengguna ponsel cerdas berdomisili di Kota Medan
3. Pengguna ponsel cerdas telah menonton film James Bond: Spectre
3.6. Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan peneliti. Pada Penelitian ini
peneliti menggunakan teknik triangulasi untuk menguji keabsahan data dengan cara mengecek kredibilitas data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan
berbagai waktu Sugiono, 2009: 363-372.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 26 Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. Dezin dalam Moleong, 2010: 330 membedakan empat
macam triangulasi data diantaranya dengan memanfaatkan sumber, metode, peneliti dan teori. Dari keempat macam triangulasi data tersebut, peneliti hanya
menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber. Triangulasi data sumber adalah teknik pemerikasaan data dengan cara
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif Patton,
1987. Dalam mencapai kepercayaan tersebut, maka diambil langkah sebagai berikut:
1. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara. 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi. 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. 4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas. 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan Moleong, 2010:89
3.7. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti melalui perangkat metodologi tertentu. Analisis data
kualitatif digunakan bila data-data yang terkumpul dalam riset adalah data kualitatif. Data kualitatif dapat berupa kata-kata, kalimat-kalimat atau narasi-
narasi, baik yang diperoleh dari wawancara mendalam maupun observasi. Tahap analisis data memegang peranan penting dalam riset kualitatif, yaitu
sebagai faktor utama penilaian kualitas tidaknya riset. Artinya kemampuan peneliti memberi makna kepada data merupakan kunci apakah data yang
diperolehnya memenuhi unsur reliabiliatas dan validitas atau tidak. Reliabilitas
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 27 dan validitas data kualitatif terletak pada diri periset sebagai instrument riset.
Melalui pendekatan kualitatif, data yang diperoleh dari lapangan diambil kesimpulan yang bersifat khusus kepada yang bersifat umum kemudian disajikan
dalam bentuk narasi. Analisis data kualitatif memaparkan tentang kata-kata yang selalu disusun dalam sebuah teks yang diperluas dan dideskripsikan. Saat
memberikan makna pada data yang dikumpulkan maka pada saat itulah peneliti menganalisis data. Proses analisis data ini diawali dengan mengevaluasi data yang
diperoleh guna memastikan keakuratan data. Setelah itu, data diedit lalu ditafsirkan dan kemudian dipaparkan sebagai hasil penelitian serta membuat
kesimpulan akhir.
Proses Analisis Data Kualitatif Fakta Empiris
Sumber: Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. 2006. Hlm. 197 Gambar ini menjelaskan bahwa analisis data kualitatif dimulai dari analisis
berbagai data yang berhasil dikumpulkan periset di lapangan. Data tersebut terkumpul baik melalui observasi, wawancara mendalam, focus group discussion
maupun dokumen-dokumen. Kemudian data tersebut diklasifikasikan ke dalam kategori-kategori tertentu. Pengklasifikasian atau pengkategorian ini harus
mempertimbangkan kesahihan kevalidan, dengan memperhatikan kompetensi subjek penelitian, tingkat autentisitasnya dan melakukan triangulasi berbagai
sumber data. Berbagai Data di
Lapangan AnalisisKlasifikasi
Data Kategorisasi Ciri-Ciri Umum
Pemaknaan Interpretasi Ciri-Ciri
Umum
Keabsahan Data: - Kompetensi Subjek
- Authencity dan Triangulasi
- Intersubjectivy Agreement
Berteori Dan
Kontekstual
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 28 Setelah diklasifikasikan, periset melakukan pemaknaan terhadap data.
Pemaknaan ini merupakan prinsip dasar riset kualitatif, yaitu bahwa realitas ada pada pikiran manusia, realitas adalah hasil konstruksi sosial manusia. Dalam
melakukan pemaknaan atau interpretasi tersebut, periset dituntut berteori untuk menjelaskan dan berargumentasi.
Berteori ini penting untuk membantu periset mempertahankan argumentasinya blocking interpretation. Kegiatan berteori ini dikenal dengan
istilah conscientization. Selain itu, periset juga harus mendialogkan temuan data dengan konteks-konteks sosial, budaya, politik, dan lainnya yang melatarbela-
kangi fenomena yang ditelitinya. Contoh teknik analisis data kualitatif yang biasa digunakan adalah teknik
yang diperkenalkan oleh Glasser Strauss, Lincoln Guba yang disebut sebagai teknik komparatif konstan, teknik filling system-nya Wimmer Domminick,
dan teknik analisis domain-nya Burhan Bungin. Pada dasarnya ketiga teknik diatas menggunakan cara berpikir yang sama dan sama-sama menggunakan sistem
kategori. Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah
teknik komparatif konstan. Pada teknik komparatif konstan, peneliti melakukan wawancara mendalam dan observasi dengan beberapa informan dan
mengkategorikan sesuai dengan
tujuan penelitian. Kemudian
peneliti mendeskripsikan makna dari kategori yang membantu peneliti mengeksplorasi
teori. Peneliti mencari hubungan antarkategori, dan membuat sebuah generalisasi atau kesimpulan. Semua hasil analisis diintegrasikan ke dalam penjelasan yang
koheren. Kriyantono, 2006:200
3.8.Interpretasi Data
Merupakan tahap interpretasi terhadap hasil analisis data, melalui interpretasi data terhadap hasil analisis data. Interpretasi data adalah pencarian
pengertian yang lebih luas tentang data yang telah dianalisis. Atau dengan kata lain, interpretasi merupakan penjelasan yang terinci tentang arti yang sebenarnya
dari data yang telah dianalisis atau dipaparkan. Dengan demikian, memberikan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 29 interpretasi dari data berarti memberikan arti yang lebih luas dari data penelitian.
Pada bagian ini peneliti mendiskusikan hasil analisis data, dengan menggunakan kerangka pemikiran atau kerangka teori yang semula telah
ditetapkan. Interpretasi data bisa bersifat subjektif ilmiah karena berdasar pada pilihan teori dan logika periset dalam pemberian makna terhadap hasil analisis
Kriyantono, 2010: 87. Interpretasi mempunyai dua aspek, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk menegakkan keseimbangan suatu penelitian, dalam pengertian menghubungkan hasil suatu penelitian dengan penemuan penelitian
lainnya. 2. Untuk membuat atau menghasilkan suatu konsep yang bersifat
menerangkan atau menjelaskan Hasan, 2002:138
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Film James Bond: Spectre
Spectre adalah film ke-24 dari serial aksi petualangan agen dinas intelijen Inggris, James Bond. Spectre yang diproduksi oleh rumah produksi EON
Productions ini dirilis pada tanggal 26 Oktober 2015 di Britania Raya dan 6 November 2015 di bioskop seluruh dunia. Film ini disutradai oleh Sam Mendes
yang juga menyutradai film sebelumnya, Skyfall. Daniel Craig sendiri masih menjadi pemeran James Bond yang sudah menjalani peran ini selama 4 seri, mulai
dari Casino Royale, Quantum of Solace, Skyfall, dan Spectre. Film Spectre menjadi salah satu film dengan pemasukan paling besar di
tahun 2015. Dikutip dari boxofficemojo.com, ongkos pembuatan film Spectre diklaim mencapai angka 245 juta dollar Amerika, sedangkan keuntungan kotor
yang diraup di bioskop seluruh dunia mencapai 880 juta dollar Amerika lebih. Hal ini menjadikan Spectre menjadi film dengan pemasukan terbesar ke-42 sepanjang
sejarah perfilman dunia. Layaknya film-film lain, Spectre juga menggaet sponsor yang menyokong
pendanaan proses pra dan paska produksi. Seperti yang sudah dijelaskan peneliti dalam latar belakang penelitian, Spectre diklaim bekerja sama dengan 17
produsen yang menjadi sponsor didalam pembuatan film, mulai dari produsen mobil, pakaian, minuman keras, jam tangan, dan produsen produk lainnya.
Produsen yang sudah menjadi sponsor tentunya mendapatkan tempat atau slot penayangan dalam film. Hal inilah yang dikenal dengan nama metode
periklanan penempatan produk. Durasi dan adegan yang memuat penempatan produk dalam film bervariasi, tergantung perjanjian dan kontrak nilai yang
disepakati antara pengiklan dan produsen film. Adegan dalam film Spectre yang memuat pesan penempatan produk akan dijadikan bagian dari objek penelitian ini.
Produk yang diambil menjadi sampel adalah ponsel cerdas Sony Xperia Z5.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 31
4.1.1. Sony Xperia Z5
Sony Xperia Z5 adalah produk ponsel cerdas keluaran terbaru dari produsen ponsel cerdas Sony. Dirilis pada bulan Oktober 2015, varian terbaru Z5
hadir dengan fitur yang lebih mutakhir dan diklaim paling lengkap dikelasnya. Xperia Z5 sebelumnya didahului oleh varian ponsel cerdas Sony Xperia Z1, Z2,
Z3, dan Z4. Xperia Z5 menyasar segmentasi pasar kelas menengah keatas high-mid-
end, dengan banderol harga mencapai Rp 11.000.000,- per unitnya. Dengan segmentasi pasar yang menyasar kalangan menengah atas, Sony menggunakan
metode iklan penempatan produk di film Spectre. Tujuannya dapat dikaitkan dengan sosok James Bond yang identik dengan barang mewah dan premium,
sehingga tercipta citra Xperia Z5 yang mewah dan produk berkelas. Pemilihan produk Sony Xperia Z5 sebagai bagian dari objek penelitian
dari sekian banyak produk yang beriklan menggunakan metode penempatan merek di Spectre dilatarbelakangi beberapa alasan. Pertama, ponsel cerdas sudah
menjadi produk yang umum digunakan dalam masyarakat. Ponsel cerdas bukanlah menjadi barang tertier yang sulit untuk dijumpai. Beberapa golongan
masyarakat malah menjadikan ponsel cerdas sebagai kebutuhan primer, seperti jurnalis modern yang dituntut untuk gesit dan ringan tangan mobile.
Alasan yang kedua adalah terdapat ikatan dan hubungan yang unik antara ponsel cerdas dan penggunanya. Hal ini dapat dilihat jika mengamati secara
sekilas beberapa pengguna ponsel cerdas baik muda maupun tua. Terdapat tujuan- tujuan tertentu yang melatarbelakangi seseorang memilih dan menggunakan
ponsel cerdas dengan merek dan tipe tertentu. Dari alasan-alasan diatas, peneliti berpendapat bahwa penelitian ini akan
menggunakan ponsel cerdas sebagai bagian dari objek penelitian. Produk ponsel cerdas dinilai mewakili fenomena hangat yang sedang terjadi di masyarakat
sekarang ini. Dalam kaitannya dengan penelitian, maka ponsel cerdas yang dipilih adalah yang beriklan dengan penempatan merek di film Spectre, yaitu produk
Sony Xperia Z5.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 32
4.1.3 Tahap Pelaksanaan Pra-Penelitian
Pada bagian ini peneliti akan menguraikan proses pelaksanaan penelitian yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Sesuai dengan konteks
masalah yang menjadi sorotan peneliti yaitu tentang konstruksi realitas pengguna ponsel cerdas berdasarkan pesan penempatan merek dalam film James Bond:
Spectre, peneliti melakukan observasi dan wawancara terhadap pengguna ponsel cerdas yang dikategorikan sebagai informan penelitian. Setelah melakukan
observasi dan wawancara mendalam kepada semua informan, selanjutnya hasil di lapangan tersebut dianalisis.
Penelitian ini melibatkan 5 lima orang informan yang berusia antara 20- 24 tahun. Informan yang dicari adalah pengguna aktif ponsel cerdas merek apapun
dan telah menononton film James Bond: Spectre setidaknya satu kali. Para informan tersebut berdomisili di kota Medan sekitarnya.
Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah menentukan calon informan yang diasumsikan memenuhi kriteria sebagai informan tetap. Dengan
metode penentuan calon informan yang bersifat purposive sampling, peneliti menentukan beberapa nama yang sudah peneliti kenal sebelumnya. Kriteria
informan yang cukup umum dijumpai tidak menjadikan peneliti subjektif dan asal-asalan dalam menyeleksi calon informan dalam penelitian ini.
Setelah menentukan beberapa nama, didapatkan 15 orang calon informan. 15 orang ini nantinya akan diseleksi menjadi menjadi 5 orang informan tetap.
Kelima orang inilah yang nantinya akan menjadi informan tetap selama melakukan penelitian. Peneliti menghubungi calon informan ini dan meminta
kesempatan untuk melakukan wawancara pendahuluan. Wawancara pendahuluan dilakukan bertujuan untuk melihat apakah si calon informan tersebut layak untuk
dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini. Wawancara pendahuluan juga bertujuan lebih mengakrabkan diri antara peneliti dan calon informan.
Setelah melakukan wawancara pendahuluan terhadap 15 orang calon informan tersebut, peneliti mulai menyaring dan menyeleksi siapa saja dari calon
informan ini yang layak menjadi informan tetap penelitian. Peneliti betul-betul
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 33 selektif dalam menyeleksi calon informan ini. Selama 10 hari terhitung sejak
tanggal 1-10 Februari 2016, peneliti melakukan wawancara pendahuluan dan observasi terhadap 15 orang calon informan yang nantinya akan dikerucutkan
menjadi 5 orang saja. Pemilihan informan selain berdasarkan kriteria subjek penelitian, juga
berdasarkan latar belakang informan. Peneliti ingin mendapatkan informan dari jenis profesi pekerjaan dan lingkungan yang berbeda-beda. Tujuannya adalah
peneliti ingin menghasilkan penelitian yang lebih heterogen dan hasil yang tidak monoton.
Setelah menyeleksi 15 calon informan, didapatlah 5 orang informan untuk penelitian ini. Langkah selanjutnya adalah menentukan jadwal pertemuan untuk
melakukan observasi dan wawancara mendalam dengan para informan. Tidak ada kesulitan dalam menentukan jadwal wawancara, karena informan sangat bersedia
untuk diwawancarai. Tempat pelaksanaan wawancara juga disepakati oleh informan tanpa ada paksaan dari peneliti.
Dalam kriteria informan yang telah disebutkan, terdapat poin yang mengaharuskan informan adalah pengguna ponsel cerdas yang aktif. Untuk
melihat seberapa sering informan menggunakan ponsel cerdasnya, peneliti melakukan observasi terhadap informan. Peneliti meminta izin untuk menginap
dirumah masing-masing informan selamas satu malam untuk melihat intensitas penggunaan ponsel cerdas oleh informan.
Selama menginap dirumah informan, peneliti melakukan observasi untuk melihat keseharian aktifitas informan yang melibatkan ponsel cerdas didalamnya.
Data yang didapatkan dari observasi ini akan dibandingkan dengan data dari wawancara mendalam. Hal ini termasuk proses dari triangulasi data yang
dilakukan peneliti untuk menjaga keabsahan penelitian. Proses pengumpulan data melalui obeservasi dan wawancara mendalam
dilakukan selama bulan Maret 2016. Observasi dengan menginap dirumah para informan dimulai dari tanggal 2-6 Maret 2016. Proses ini terhitung sejak peneliti
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 34 pertama kali melalukan observasi responden pertama hingga berakhir di
responden terakhir. Setelah observasi, peneliti melakukan wawancara mendalam yang dimulai
dari tanggal 9-13 Maret dan 2-6 April 2016. Proses ini terhitung sejak peneliti pertama kali melalukan observasi dan mewawancarai responden pertama hingga
berakhir di responden terakhir. Proses wawancara dibantu dengan panduan pertanyaan dan alat perekam. Wawancara dilakukan di pos-pos tempat informan
sering beraktifitas, yaitu di rumah, di kantor, dan di tempat-tempat lain yang telah disepakati bersama oleh informan dan peneliti.
Total rentang waktu pengumpulan oleh adalah Februari - April 2016. Informasi yang diperoleh dari kelima orang informan dianggap sudah cukup dan
jenuh. Cukup artinya informasi yang didapat dari informan dianggap telah melengkapi data-data penelitian, sedangkan jenuh artinya informan terakhir tidak
lagi memberikan informasi yang baru dari informan sebelumnya.
Time Table Pengumpulan Data di Lapangan No
Tanggal Jenis Kegiatan
1 1-10 Februari 2016
Melakukan wawancara pendahuluan dengan 15 calon informan.
2 21 Februari 2016
Menghubungi 5 orang informan terpilih dan mengatur jadwal untuk melakukan observasi
dan wawancara mendalam 3
2-6 Maret 2016 Melakukan observasi dengan menginap di
rumah masing-masing informan selama 1 malam untuk tiap informan
4 9-13 Maret 2016
Melakukan wawancara mendalam dengan masing-masing informan secara terpisah.
5 2-6 April 2016
Melakukan wawancara mendalam II dengan masing-masing informan secara terpisah.
Tabel 4.1. Time-table penelitian saat proses pengumpulan data
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 35
4.1.4. Hasil Observasi dan Wawancara Mendalam
Berikut ini merupakan identitas dari para informan berikut hasil observasi dan wawancara dengan tiap informan.
Informan 1 Wahyu Andicha
Bripda Wahyu Andicha adalah informan pertama dalam penelitian ini. Informan tercatat sebagai anggota aktif Polda Sumut yang bertugas di
Dit Sabhara Kota Medan. Dalam kesehariannya, informan bertugas melakukan pengamanan di objek vital nasional seperti bank dan kantor pemerintah daerah.
Ketika terjadi aksi demonstrasi dan aksi kerusuhan, Bripda Wahyu juga turut diterjunkan untuk menjaga dan mengamankan situasi di lokasi kejadian.
Dalam hal pemenuhan kriteria informan, Bripda Wahyu telah memenuhi kriteria dengan menggunakan jenis ponsel cerdas iPhone 5. Informan telah
menonton film James Bond: Spectre sebanyak 2 kali, yakni sekali di bioskop dan sekali di rumah dengan pemutar DVD Digital Video Disc. Informan juga telah
menggunakan iPhone 5 miliknya selama kurun waktu 1 tahun, semenjak bulan Januari 2015.
B. Hasil Observasi
Observasi untuk informan pertama tidak dapat dilakukan di lingkungan kerja informan, yaitu di lingkungan Unit Sabhara Polda Sumut dengan alasan
keamanan dan menjaga sterilisasi lingkungan. Untuk itu obeservasi hanya dapat dilakukan setelah informan selesai bekerja.
Pelaksanaan observasi pada informan pertama dilakukan pada tanggal 2 Maret 2016 di kediaman informan di Jl. Garu 1 No. 29 Kota Medan. Peneliti telah
meminta izin kepada informan untuk menginap selama 1 malam guna melaksanakan kegiatan observasi terhadap kegiatan informan. Observasi
dilaksanakan mulai pukul 17.00 WIB dan selesai di pukul 07.00 WIB keesokan harinya.
Observasi dimulai saat peneliti datang ke kediaman informan pukul 16.30
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 36 WIB. Setelah menunggu selama 20 menit, informan tiba dirumah setelah selesai
bekerja. Peneliti lalu menjelaskan tentang prosedur dari observasi dimana peneliti akan melihat, mengamati, dan menuliskan apa yang dilakukan oleh informan.
Informan tidak perlu untuk menghiraukan peneliti, dan dapat mengabaikan keberadaan peneliti di sebelahnya.
Ketika memulai observasi, hal pertama yang informan lakukan adalah memeriksa ponsel cerdasnya dan mulai mengetik layar ponsel cerdasnya. Peneliti
memperhatikan bahwa informan sedang memberi kabar kepada pacarnya kalau dirinya telah tiba dirumah. Informan larut dalam kesibukan chatting nya selama
kurang lebih 15 menit. Setelah 15 menit saling chatting dengan pacarnya, informan bergegas
untuk mandi. Informan turut serta membawa ponsel cerdas miliknya ke dalam kamar mandi setelah dipasang pelindung anti-basah yang sudah banyak dijual di
pasaran. Ketika peneliti bertanya kenapa membawa ponsel cerdasnya ke dalam kamar mandi, informan menjawab untuk mendengarkan lagu sambil browsing
internet. Setelah informan memasuki kamar mandi, terdengar sayup-sayup suara
lagu yang diputar oleh informan dari dalam kamar mandi. Informan juga ikut bernyanyi didalam kamar mandi mengikuti lirik lagu yang sedang diputar. Peneliti
mencatat, kegiatan mandi – bernyanyi ini menghabiskan waktu 25 menit sampai
akhirnya informan keluar dari dalam kamar mandi. Setelah kembali ke dalam kamar tidur, informan melakukan salah satu
hobinya yaitu bernyanyi atau karaoke. Informan menjelaskan di zaman sekarang ketika hendak ingin berkaraoke tidak perlu pergi ke tempat karaoke dan
membayar mahal. Cukup dengan menggunakan aplikasi ponsel cerdas dan perangkat headset. Aplikasi ponsel cerdas yang bernama „Smule‟ kini sudah
mendukung penggunanya untuk berkaraoke mandiri atau duet dengan banyak orang diseluruh dunia, bahkan dengan artis dan penyanyi luar negeri.
Bernyanyi atau berkaraoke dengan ponsel cerdas ini merupakan kegiatan rutin dari informan. Dari pantauan peneliti, informan memang memiliki suara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 37 yang bagus. Informan terlihat sangat menikmati kegiatan bernyanyi dengan
aplikasi ponsel cerdasnya. Di sela-sela kegiatan bernyanyinya, informan berkata bahwa inilah pengusir rasa penat dan lelahnya sehabis bekerja di kantor.
Setelah solat maghrib, informan kembali menelpon pacarnya selama kurang lebih 3 jam dan selesai pukul 22.00 WIB. Setelah selesai menelpon
pacarnya, informan menutup telponnya untuk makan malam. Informan diketahui menjalin hubungan jarak jauh long distance relationship dengan pacarnya.
Peneliti mencatat bahwa disela-sela menelpon pacarnya, informan juga menggunakan ponsel cerdasnya. Sambil menelpon pacarnya, informan membuka
media sosial miliknya, seperti Instagram dan Path. Informan juga memeriksa grup percakapan group chat sesama anggota Polda Sumut tentang informasi
keamanan dan rencana kegiatan untuk besok hari. Selesai makan, informan kembali menggunakan aplikasi Smule untuk
berkaraoke. Informan menjelaskan bahwa dirinya tergabung dengan kelompok pecinta karaoke di aplikasi tersebut yang anggotanya terdiri dari pengguna seluruh
Indonesia. Informan menjelaskan bahwa hobi bernyanyi membuatnya mendapatkan teman-teman dan lingkungan pergaulan yang baru.
Peneliti tidak pernah meminta informan untuk menjelaskan atau mengajak peneliti berbincang-bincang. Informan sendiri yang terkadang mengajak peneliti
berbincang atau menjelaskan dengan sendirinya tentang kegiatan apa yang dilakukannya saat itu. Informan beralasan bahwa dirinya merasa risih dan tidak
enak hati jika mengabaikan peneliti. Informan bernyanyi selama 1 jam dimulai dari jam 22.30-23.30. Setelah
bernyanyi dengan aplikasi ponsel cerdasnya, peneliti kembali mengecek aktifitas media sosial dan group chat miliknya. Setelah informan merasa tidak ada berita
atau kejadian yang baru, informan mengisi daya ponsel cerdasnya lalu meminta izin untuk tidur karena besok akan diadakan apel pagi dikantornya.
Keesokan harinya, informan bangun jam 05.45 WIB. Informan langsung mandi, kali ini tanpa membawa ponsel cerdasnya. Durasi mandi pagi informan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara | 38 sangat cepat, hanya 5 menit, sangat berbanding terbalik dengan durasi mandi
sorenya yang mencapai 25 menit. Selesai berpakaian, informan menghidupkan ponsel cerdasnya lalu memeriksa sekilas aplikasi chatting Whatsapp dan Line.
Selesai dengan memeriksa aplikasi chatting, informan menghidupkan musik lewat perangkat headset lalu pergi menuju kantornya sambil bernyanyi mengikuti lirik
lagu yang diputarnya. Observasi peneliti selesai di informan pertama.
C. Hasil Wawancara Mendalam Bagian 1: Ponsel Cerdas dan Kebutuhan Sosial