Konstruksi Realitas Pengguna Ponsel Cerdas Berdasarkan Pesan Penempatan Merek dalam Film James Bond: Spectre

(1)

LAMPIRAN

A.

PANDUAN WAWANCARA

B.

TRANSKRIP WAWANCARA

C.

DOKUMENTASI PENELITIAN

D.

BIODATA PENELITI


(2)

A. PANDUAN WAWANCARA

1. Apa tipe/jenis/merek ponsel cerdas yang digunakan saat ini? 2. Berapa jumlah ponsel cerdas yang digunakan saat ini? 3. Bagaimana intensitas penggunaan ponsel cerdas perhari? 4. Berapa lama durasi penggunaan ponsel cerdas perhari?

5. Apa alasan membeli ponsel cerdas dengan tipe/jenis/merek seperti yang digunakan saat ini?

6. Apa tujuan menggunakan ponsel cerdas?

7. Apa kegunaan ponsel cerdas dalam kehidupan sehari-hari?

8. Apa saja kebutuhan-kebutuhan sosial sehari-hari yang harus dipenuhi dengan ponsel cerdas?

9. Dimana ruang lingkup lingkungan/kelompok sosial?

10.Apa fungsi ponsel cerdas bagi lingkungan/kelompok sosial atau keluarga? 11.Bagaimana pendapat tentang ponsel cerdas dan status sosial?

12.Lebih memilih pulsa atau paket data internet? 13.Apa fungsi ponsel cerdas?

14.Apa makna fungsi ponsel cerdas?

15.Berapa kali sudah menonton film Spectre?

16.Apakah sadar atau tidak tentang penempatan merek Sony Xperia Z5 di Spectre?

17.Apakah tahu atau tidak tentang nama merek/tipe/jenis ponsel cerdas yang diiklankan di dalam film Spectre?

18.Apa persepsi tentang produk Sony Xperia Z5 setelah menonton Spectre? 19.Apa persepsi tentang produk ponsel cerdas milik informan setelah melihat

penempatan merek Sony Xperia Z5 di Spectre?

20.Apa persepsi tentang produk ponsel cerdas lain etelah melihat penempatan merek Sony Xperia Z5 di Spectre?

21.Apakah informan memiliki usaha untuk mencari lebih jauh tentang produk ponsel cerdas yang diiklankan dalam film Spectre?

22.Apakah ada pengaruh dari seorang James Bond yang menggunakan ponsel cerdas Sony Xperia Z5 terhadap identitas diri informan?

23.Apakah ada pengaruh dari James Bond sebagai seorang tokoh terkenal terhadap identitas diri informan?


(3)

B. TRANSKRIP WAWANCARA Informan 1

Tanggal Pelaksanaan Wawancara Mendalam : 9 Maret 2016 / 2 April 2016 A. Identitas Informan

 Nama : Wahyu Andicha

 Tempat, Tanggal Lahir : Pematang Siantar, 17 September 1993

 Umur : 23 Tahun

 Pekerjaan : Brigadir Polisi Dua (Bripda)

Dit Sabhara Kepolisian Daerah Sumatera Utara

 Status : Lajang

 Alamat : Jl. Garu I No. 29  Kegemaran : Menyanyi, Futsal

 Agama : Islam

 Suku : Jawa

 Anak ke : 3 dari 3 bersaudara B. Hasil Wawancara Mendalam

P = PENELITI I = INFORMAN

P : Pak Wahyu sekarang ini pake smartphone merek apa pak? I : Aku sekarang lagi pakai hape iPhone 5, Sal.

P : Hape yang dipake sekarang ini cuman itu aja atau pake hape dua pak? I : Aku cuma pake hape ini ajalah, Sal. Belum ada duitku buat beli hape dua,

hahaha.

P : Kalau pake smartphone tiap hari itu intensitasnya gimana pak? Sering kah, jarang, atau gimana?

I : Wah, lumayan sering lah, Sal. Kalau dihitung-dihitung kira-kira bisa tiap 10 menit sekali buka hape. Tapi kalau lagi gak kerja ya, kalau lagi kerja mana bisa buka hape.

P : Alasan beli smartphone merek iPhone 5 yang sekarang dipakai ini apa pak?

I : Alasan beli iPhone 5 ini, gara-gara kawan-kawan di kantor nyuruh beli ini. Mereka kan udah pake iPhone, terus ada rasa gengsi lah kalau gak pake


(4)

iPhone juga. Rencana mau beli merek android kayak Samsung, tapi gak jadi, takutnya kalah gengsi nanti di kantor

P : Jadi karena gengsi lah ya Pak makanya beli merek iPhone ini? I : Siap, 86 Sal.

P : Kalau tujuan menggunakan smartphone itu apa ya pak?

I : Salah satu tujuan saya pakai ponsel cerdas ini ya, supaya bisa buka media sosial, kayak Instagram sama Path. Media sosial ini bukannya arena Saya biar eksis eksis kayak anak-anak gaul itu, bukan. Kalau saya buka Instagram misalkan nya ya kan, saya bisa buka informasi tentang apa-apa aja berita yang viral hari itu. Misalkan, berita tentang Jessica yang ngeracun Mirna pakek sianida itu. Pertama kali saya dapat informasinya ya dari Instagram, baru setelah itu saya buka detik.com untuk nyari tahu kekmana berita pastinya. Soalnya kan di Instagram cuma sekelak (sedikit) aja dia.

P : Selain itu ada lagi pak?

I : Tujuan beli hape ini ya selain buat buka medsos, ya buat cari-cari berita. Kalau kayak saya gini udah jarang kali buka-buka tv. Berita yang saya cari umumnya soal berita nasional, kriminal, perkembangan keadaan di masyarakat. Kalo polisi ya harus update (memperbaharui) wawasan lah, kalo gak susah lah kita jadi polisi tapi kabar pun gak tau.

Kalau mau cari berita dari hape ini aja, mau dimana aja bisa. Lagi boker (buang air besar) pun bisa hahaha. Satu lagi lah, biar bisa karaoke-an pakai Smule. Asik tu kalau udah pulang kerja bisa aku karaoke-an dikamar. P : Ada lagi pak?

I : Apa lagi ya? Oh, lupa. Ya buat chatting lah, pake Line, Whatsapp. Biar bisa gabung sama grup chatting satu kelompok di sabhara misalnya. Lagian sekarang orang kalau mau ngasi info malas pakai SMS, udah pakai Line, BBM, Whatsapp. Gitu –gitu ya kan. Selain itu ya ya balik lagi gara-gara kawan-kawan juga. Kawan pake smartphone ya awak pun pake juga. Kawan pake Line buat komunikasi, ya kita pun terpaksa juga ikut pakai juga. Tuntutan dari kelompok bisa dibilang gitu sih”.


(5)

lingkungan atau kelompok sosial, ada siapa saja pak?

I : Kalau aku udah pasti sama anggota Sabhara Polda (Sumut). Terus kalau aku sering gabung sama anggota grup Smule yang di grup Line itu. Ya kalau kami mau nyanyi sama, atau mau buat kontes biasanya nentuin jadwalnya dari grup Line ini. Terus sama anggota alumni SMA Negeri 1 Tebing Tinggi lah, sal. Kurasa itu aja lah

P : Kalau smartphone ini diantara kelompok sosial tadi atau sesama keluarga, fungsi utamanya apa pak?

I : Kalau itu udah pasti lah, Sal. Fungsinya jelas untuk memudahkan komunikasi. Yang jauh jadi dekat, yang dekat jadi makin dekat.

P : Memudahkan itu dalam artian bagaimana pak?

I : Kalau di anggota keluarga kan ada yang pakai smartphone juga, pakai Line dia, pakai Whastapp. Jadi kalau mau berhubungan atau mau komunikasi pakai aplikasi media sosial kan bisa. Kalau rindu kadang pakai video call. Itu maksudnya pak sal.

P : Oke pak. Kalau untuk status sosial atau gengsi dengan pemilihan ponsel cerdas, ada hubungannya gak?

I : Kalau ini aku rasa masih ada lah ya. Kayak aku aja lah, beli iPhone ini kan gara-gara gengsi sama kawan-kawan. Kalau ini masih ada ya, malahan mungkin gak bisa ilang ini, karen orang-orang masih kuat tertanam di otaknya kalau merek A misalnya, itu lebih bagus dari merek B.

P : Gitu ya pak. Kalau misalnya saya suruh pilih, antara pulsa sama kuota internet, milih mana pak?

I : Aduh milih mana ya? Susah ya pertanyaannya. Hahahaha Kalau aku milih pulsa aja lah.

P : Kenapa milih pulsa pak?

I : Sebenarnya aku kalau disuruh pilih, ya pilih kuota internet, cuma kan gini, aku ini kadang ke lapangan, ngebantu anggota ngamankan demo misalnya. Kalau ada apa-apa, mau laporan ke atasan, harus ditelpon lah. Nelpon kan pakai pulsa. Atasan aku bukan bisa dia pakai Line atau Whatsapp itu. Jadi aku lebih milih pulsa ajalah.


(6)

I : Makna smartphone buat aku ya, alat penghibur, alat untuk media komunikasi, pemberi informasi yang cepat, dan buat kita bisa pakek media sosial. Kalau menurut aku itu Sal.

P : Kalau menonton film Spectre udah berapa kali pak?

I : Udah dua kali Sal, sekali di bioskop sekali di rumah pakai laptop

P : Sadar gak pak, kalau ada proses penempatan merek smartphone merek Sony Xperia Z5 di film Spectre?

I : Aku kalau mereknya gak tahu Xperia Z berapa ya. Cuma aku lihat ada memang lambang SONY nya disitu. Penempatan produk di Spectre itu ada pas adegan balap-balapan di Italia itu, di Roma kalau gak salah. Nampak memang ada lambang Sony nya disitu, tapi gak tau mereknya apa. Ya pas dipake sama si Bond nya nampak juga. Cuma sampe disitu aja. Kalau pas filmnya habis, saya langsung keluar gak liat credit nya.

P : Ooh, jadi bapak tahu lah kalau penempatan merek disitu, cuma gak tahu mereknya apa ya?

I : Kalau ditanya apa sadar dengan penempatan merek, iya saya sadar. Pokonya kalau ada barang yang ditampilkan dalam film, tapi mereknya jelas-jelas nampak disitu atau gak disensor, itulah dia penempatan merek itu kan?

P : Iya pak, betul kali itu pak. Jadi nama produknya itu Sony Xperia Z5 pak. Kalau setelah melihat smartphone Sony ini, ada persepsi khusus yang timbul pak?

I : Persepsi khusus kayak mana maksudnya nih?

P : Maksudnya setelah menonton Spectre dan melihat ada produk smartphone merek Sony Xperia Z5 tampil di film tadi, apakah ada persepsi khusus tentang produknya pak. Misalnya persepsi bahwa produk nya canggih, cukup baik, dan lain sebagainya. Gitu pak.

I : Oooh, gitu ya. Aku rasa persepsi yang muncul malah aku ngerasa kalau produk hape tadi macam gak nyata.

P : Gak nyata maksudnya kayak mana pak?

I : Gini maksudnya, gak nyata itu gara-gara kita kan tahu produk yang dipakai James Bond kadang aneh-aneh dia. Hape bisa ngendalikan mobil,


(7)

mobil terbang, mobil nyelam, jam bisa meledak, gitu-gitu lah. Karena udah terbiasa aku ngelihat barang-barang James Bond yang gak nyata tadi, aku kepikiran kalau hape tadi pun sebenarnya gak nyata, cuma promosi SONY aja, tapi barang aslinya gak ada. Ini pun tahu kalau barangnya rupanya ada betulan pas dikasi tahu kau ini Sal.

P : Oh gitu ya pak. Kalau setelah melihat tayangan penempatan merek Sony Xperia Z5, persepsi tentang hape yang dipakai sekarang apa?

I : Oh, persepsi tentang iPhone aku lah ya? Kalau cuma kayak gitulah Xperia Z5 itu, masih menang lagi hape aku lah, Sal.

P : Menang kayak mana pak?

I : Kalau kubilang kayak mana ya, masih hebat lagi iPhone aku ini lah. Kalau sesuai yang ditayangkan itu ya, soalnya gak hebat-hebat kali pun kuliat. P : Kalau persepsi tentang produk ponsel cerdas lain merek lain diluar sana,

kayak Samsung, xiaoMi, Oppo, setelah melihat Xperia Z5, kayak mana pak?

I : Kayak mana ya, aku rasa setiap smartphone punya kelebihan dan kekurangan masing-masing ya. Kalau dibilang tergantung sama yang mau beli ini nya sekarang, mau yang buat selfie, ada Oppo ya kan. Yang tahan air, Sony. Yang kamera bagus, xiaoMi katanya ya. Jadi masing-masing udah ada kecanggihan masing-masing lah.

P : Setelah menonton Spectre, ada gak usaha bapak untuk mencari lebih jauh tentang produk Sony Xperia Z5 ini? Entah buka google, searching di internet, atau tanya-tanya kawan. Ada gak pak?

I : Kalau itu gak ada lah, orang saya pun gak pala (terlalu) peduli kok. P : Kenapa begitu pak?

I : Iyalah, kan gini. Ngapain juga saya sampe searching di google untuk nyari informasi kayak gitu, kan paling juga sebentar lagi keluar baliho atau iklannya di mana-mana. Gakusah kita caripun nanti dia muncul sendiri Sal. I : Oh gitu ya pak. Pak, pertanyaan terakhir nih pak, kalau karakter James Bond yang menggunakan smartphone Sony Xperia Z5 itu ada pengaruhnya gak buat bapak?


(8)

udah jadi produk umum, tokoh segala umat di dunia. Kayaknya apa aja yang dipakai sama James Bond udah memang keren-keren, jadi gak ada ngaruhnya sama hape Sony Z5 ini. Kalau aku pun gak terlalu fans sama dia, karena udah jadi milik bersama. Jadi kalau dibilang pengaruh, ya hampir gak ada lah. Mau dia pun terkenal, gak jadi pengaruh sama aku, soalnya kan karakter cuma boongan juga, ya kan?

P : Oke, pak. Terimakasih atas waktunya untuk wawancara ini. I : Ya, sama-sama sal.


(9)

Informan 2

Tanggal Pelaksanaan Wawancara Mendalam : 10 Maret 2016 / 3 April 2016 A. Identitas Informan

 Nama : Syahbana Aidil

 Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 11 April 1994

 Umur : 22 Tahun

 Pekerjaan : Mahasiswa Aktif Semester VIII

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

 Status : Lajang

 Alamat : Jl. Airlangga No. 25 Medan  Kegemaran : Futsal, Berenang, Travelling

 Agama : Islam

 Suku : Melayu

 Anak ke : 1 dari 3 bersaudara B. Hasil Wawancara Mendalam

P = PENELITI I = INFORMAN

P : Dil sekarang ini pake smartphone merek apa? I : Aku pakai Sony Xperia Z1 Compact wak.

P : Hape yang dipake sekarang ini cuman itu aja atau pake lebih dari satu? I : Aku cuma pake hape ini aja, Sal.

P : Kalau pake smartphone tiap hari itu intensitasnya gimana Dil? Sering, jarang, atau gimana?

I : Sering kali lah, Sal. Asal 10 menit sekali liat hape aku biasanya. Kalau dirata-ratain 6 jam kurasa ada lah ya.

P : Alasan beli Sony Xperia Z5 ini apa wak?

I : Alasan beli ini? Karna tahan airnya itu lah bos, kamera nya pun mantap. Terus aku liat di televisi kayaknya keren aja iklannya, bisa foto-foto di bawah air, terus gak rusak kalau direndam air. Ya gara-gara tv juga sih P : Kalau tujuan menggunakan smartphone itu apa Dil?

I : Fungsi dan tujuan makek smartphone ini….selain medsos, ya cari-cari berita. Dari berita bola, sampe berita gak penting kayak ini (sambil menunjukkan berita tentang salah satu artis dangdut Indonesia). Kalau liat


(10)

berita online kayak gini lah, gak bisa milih beritanya, kadang ntah apa yang keluar disitu

P : Ada lagi wak?

I : Ya supaya bisa connect sama kawan-kawan lah. Kawan-kawan di kampus, kawan-kawan di tempat main futsal, kawan-kawan UKM (Futsal USU), kawan-kawan main FIFA (PS4), sama keluarga, wah semualah. Udah wajib kita punya ponsel cerdas ini. susah kalau gak pake, ketinggalan info kalilah. Sekarang info di-share di grup Line. Kalau gak pake gawat lah ketinggalan terus. Selain komunikasi, smartphone aku pakai juga buat stalking (mengintip) akun IG cewek-cewek. Ya biasalah anak muda, siapa tau jodoh ya kan. Pokoknya intinya buat komunikasi sama kawan karena kawan aku semua pakai juga

P : Kalau berita yang dilihat biasanya berita apa Dil?

I : Kalo buka portal berita berita yang dicari yang pasti-pasti aja. Maksudnya yang aku suka aja lah, kayak berita bola tadi, atau berita soal film misalnya.

Selain itu aku liha berita bola. Jaman sekarang setiap orang udah bisa jadi komentator bola ya gara-gara semuanya pakek ponsel cerdas. Apa aja tinggal Googling, langsung dapat. Kayak aku kan hobi bola, seringnya itu ya buka info bola panditfootball.com. Itu isinya bahas-bahas seputar sepakbola, tapi dari sisi yang lain. Keren lah pokoknya. Kalau gak dari pandit, dari Instagram lah. Cuma kalau di Instagram sekilas aja dia, gak panjang. Misalkan, info pemain baru, info pelatih baru, siapa yang kenak pecat, biasanya cepat kalitu dari Instagram atau Twitter”

P : Oke Dil, kita ke pertanyaan selanjutnya. Kalau untuk lingkungan atau kelompok sosial biasanya siapa aja?

I : Anggota UKM Futsal USU, terus kawan-kawan pecinta FIFA, sama kawan-kawan aku latihan futsal lah palingan. Ya terakhir anak-anak Hukum lah yang pasti.

P : Fungsi smartphone diantara kelompok sosial tadi atau sesama keluarga apa ya?


(11)

Pake smartphone. Jadi kalau mau apa-apa ya tinggal pake Line biasanya. P : Del, kalau untuk status sosial atau gengsi dengan pemilihan ponsel cerdas,

menurut kau ada hubungannya gak?

I : Kalau ini menurut kau sebenarnya ya, udah gak ada lagi. Kalau dulu iya lah memang ada, orang semua mau pake iPhone. Sekarang udah gak gitu lagi, orang udah pinter ya kan. Masak masih mau ngeluarin sampe 10 juta buat hape aja? Kan gak lucu. Makanya keluar merek merek android kayak samsung yang versi murahnya, oppo, xiaoMi kayak punya kau kan? Jadi pilihan semakin banyak, dan gengsi itu udah gak ada lagi lah. Kalau kubilang bodoh kali lah orang gara-gara hape ngerasa naik gengsinya, apalgi pilih-pilih kawan gara-gara hape. Udah idiot kali itu.

P : Gitu ya. Kalau misalnya aku suruh pilih, antara pulsa sama kuota internet, milih mana Dil?

I : Ah, kalau aku mending pilih paket internet lah. P : Kenapa milih paket internet pula Dil?

I : Kayak mana aku mau buka medsos, nge-chat kawan, cewek, kalau paket gak ada? Lagian kan gini, kalau perkara pulsa buat nelpon orangtua, orangtua aku udah pakai Line sama Whatsapp. Ya kalau pulsa habis masih bisa aku hubungin pakai Line. Coba kalau paket internet yang habis? Dahlah, pening lah itu.

P : Oh gitu ya. Jadi, makna sebuah smartphone buat kau itu apa Dil?

I : Makna smartphone buat aku ya akses informasi, menggunakan media sosial, media komunikasi, alat penghibur, dan yaa, buat interaksi dengan lawan jenis lah coy.

P : Kalau menonton film Spectre udah berapa kali Dil?

I : Dua kali lah, sekali di bioskop pas premiere, sekali di rumah download di laptop.

P : Dil, kau sadar kalau ada proses penempatan merek smartphone merek Sony Xperia Z5 di film Spectre?

I : Product placement dalam film Spectre ada beberapa kali aku lihat. Misalkan pas jam Omega dikasi sama si Q (Kepala Divisi Teknologi MI6) untuk si Bond. Kalau untuk produk Sony Xperia Z5 aku juga lihat pas


(12)

dipakai James Bond di mobil, pas dipake sama M (Kepala MI6) pas lagi meeting itu. Cuma memang pertama kali gak tau itu hape Sony tipe yangc mana yang nampak disitu. Baru tau juga kalau rupanya tipe Xperia Z5. Ya kalau dilihat penampilan Xperia (Z5) itu ada yang ditampilkan pas dipakai,pas jadi dipajang aja di mobil, cuma kalau pas di akhir film aku gak ada liat.

P : Kalau setelah melihat smartphone Sony ini, ada persepsi khusus yang timbul gak dil?

I : Kalau untuk produk Sony Xperia Z5 nya gak ada persepsi khusus lah, kayak ini hape canggih kali, atau hebat kali hapenya, kalau itu gak ada. Soalnya kan memang semua produk smartphone akan semakin canggih dari waktu ke waktu. Teknologi kan memang gitu, selalu berkembang. Tapi kalau persepsi tentang hape aku (Sony Xperia Z1 Compact) abis nonton film itu aku ngerasa ada kayak rasa bangga gitu. Bangganya karna kan sama-sama pabrik Sony, jadi aku ngerasa ya, kayak ada bangga rupanya hape yang kupakai dipakai juga sama James Bond, gitulah.

P : Memang fans sama James Bond, Dil?

I : Kalau dibilang fans, ya enggak terlalu fans, cuma inspirasi lah ya. Cara dia kekmana ngedapatin cewek, gaya bicara, cool-nya itu, itu memang harus ditiru setiap lakik di dunia ini lah. Cuman, kalau buat niru apa yang dia pakai, bangkrut lah kita. Lagian, kalau James Bond memang udah wajib apa yang dipakainya harus nomor 1, kualitas bagus, lain daripada yang lain.

P : Oke, kalau persepsi tentang produk ponsel cerdas lain merek lain diluar sana, kayak Samsung, xiaoMi, Oppo, setelah melihat Xperia Z5, kayak mana Dil?

I : Setiap smartphone punya kelebihan dan kekurangan masing-masing , jadi gak ada yang menang atau yang kalah kalau menurut aku. Setiap smartphone punya perbedaan dari kelebihan dan kekurangan.

P : Setelah kau nonton Spectre, ada gak usaha untuk mencari lebih jauh tentang produk Sony Xperia Z5 ini? Misalnya buka google, searching di internet, atau tanya-tanya kawan. Ada gak?


(13)

I : Kalau itu ada. Cuma gak jumpa apa nama hapenya. P : Kenapa begitu?

I : Entah, aku pun gak tau juga. Abis nonton kan penasaran aku apa lah nama hape nya itu, soalnya biasanya yang dipakai si Bond biasanya produknya memang ada. Tapi abis googling, gak jumpa-jumpa aku. Ntah aku yang salah nyarinya, ntah lah.

I : Oh gitu ya. Dil, pertanyaan terakhir. Kalau karakter James Bond yang menggunakan smartphone Sony Xperia Z5 itu ada pengaruhnya gak buat kau?

I : Sebenarnya James Bond itu udah ganteng dan keren dari sananya ya, jadi mau pakai apa aja ya gak masalah. Jadi mau pake iPhone kek, mau pakai Sony kek, mau pakai Advan pun gak masalah dia. Cuma kan sekarang dia itu pake Sony, sama kayak hape awak. Jadi rasa bangga itu yang muncul, itupun pas ngeliat hape aku sendiri.

P : Oke, oke dil. Makasih atas waktunya untuk wawancara ini ya Dil. I : Oke, sama-sama wak.


(14)

Informan 3

Tanggal Pelaksanaan Wawancara Mendalam : 11 Maret 2016 / 4 April 2016 A. Identitas Informan

 Nama : Umar Arrasyidin S.Ked  Tempat, Tgl Lahir : Medan, 18 Agustus 1994

 Umur : 22 Tahun

 Pekerjaan : Mahasiswa Praktik Co-ast RS. Adam Malik Medan

 Status : Lajang

 Alamat : Jl. Sei Putih No. 29 Medan  Kegemaran : Game Online

 Agama : Islam

 Suku : Jawa

 Anak ke : 3 dari 3 bersaudara B. Hasil Wawancara Mendalam

P = PENELITI I = INFORMAN

P : Saudara Umar, sekarang inismartphone yang digunakan merek apa? I : Aku sekarang lagi pakai hape iPhone 5, Sal.

P : Hape yang dipake sekarang ini cuman itu aja atau pake hape lebih dari satu Mar?

I : Aku cuma pakai hape ini aja Sal.

P : Kalau kau pakai smartphone tiap hari itu intensitasnya gimana? Sering kah, jarang, atau gimana?

I : Yah gak pala sering kali lah. Biasa aja Sal.

P : Durasi untuk penggunaan smartphone biasanya sehari berapa lama Mar? I : Kira-kira aja lah ya, sekitar 2-3 jam lah, Sal.

P : Alasan beli smartphone merek iPhone 5 yang sekarang dipakai ini apa Mar?

I : Alasan beli iPhone 5 ini, gara-gara kawan-kawan aku Sal. Kawan-kawan aku banyak yang pake iPhone 5, jadi biar gak sama dan gak kalah saing aku beli iPhone 5 juga lah.


(15)

I : Dibilang gengsi, ya gak gengsi, cuma biar sama aja gitu, Sal. Alasan beli iPhone 5 gara-gara kawan udah banyak yang pakai. Terus pas ditawarin sama orangtua mau beli hape merek apa, ya aku minta beli iPhone aja. Mau beli iPhone 6 kan masih mahal kali tu, jadinya beli iPhone 5 aja. Pas udah aku beli, kawan-kawan aku langsung ngajarin aku main game COC sama Get Rich itu”

P : Ooh, oke-oke Mar. Kalau tujuan menggunakan smartphone itu apa ya? I : Buat cari berita sal. Ya kalau secara umum biasanya gak mungkin lah

orang udah beli ponsel cerdas tapi gak dipake untuk buka berita. Misalkan kayak aku cari-cari berita MU (Manchester United) di internet. Gampang ajalah, tinggal googling kayak biasa. Kalo info berita-berita Indonesia biasanya kalau aku dari detik.com.

P : Selain itu ada lagi, misalnya informasi khusus?

I : Informasi khusus gak ada lah, paling berita umum-umum aja. Kadang cari berita soal peraturan-peraturan baru yang muncul, kayak misalnya dilarang merokok di tempat kesehatan. Kayak-kayak gitulah ya.

Selain itu yang biasanya ku pake ya buat chatting Line, media sosial kayak Instagram sama Path, sama buat gaming lah.

P : Game biasanya apa yang dimainkan Mar?

I : biasanya kalau aku COC (Clash of Clans) sama Get Rich aja sal.

P : Oke, Mar kita ke pertanyaan selanjutnya. Kalau untuk lingkungan atau kelompok sosial, siapa aja Mar ?

I : Kalau aku biasanya sama anak anak FK (Fakultas Kedokteran), kalau udah pulang aku gabung sama anak-anak DOTA 2.

P : Smartphone diantara kelompok sosial atau sesama keluarga, fungsi utamanya menurut kau apa Mar?

I : Fungsinya ya untuk memudahkan komunikasi. Biasanya kan pakai grup chat LINE, jadi gampang buat ngasi-ngasi info.

P : Kalau untuk status sosial atau gengsi dengan pemilihan ponsel cerdas, ada hubungannya gak Mar?

I : Masih ada lah sal. Kalau misalkan gak ada, mana mungkin orang lomba-lomba buat beli merek yang kelas punya, kayak iPhone. Kalau aku liat


(16)

masih ada itu.

P : Gitu ya wak. Kalau misalnya aku suruh pilih, antara pulsa sama kuota internet, milih mana Mar?

I : Aku milih data internet lah Sal. Kalau aku gak punya punya pake data internet, susah kali tu. Gak bisa chatting, gak bisa maen game lah aku. P : Oke. Kalau untuk makna sebuah smartphone buat seorang Umar apa tu? I : Makna smartphone buat aku ada tiga sal. Komunikasi, informasi,

entertaining. Komunikasi dari segi aplikasi chattingnya, informasi dari segi karena aku selalu cari info-info terbaru dari hape kan, teus entertaining nya itu dari segi game nya. Kalau gak ada game ini gak jadi aku beli hape kemaren sal.

P : Nonton film Spectre udah berapa kali Mar?

I : Sekali aja sal. Di bioskop kemaren sama kawan-kawan.

P : Sadar gak Mar, kalau ada proses penempatan merek smartphone merek Sony Xperia Z5 di film Spectre?

I : Sadar sih sadar sal. Penempatan produk di Spectre aku cuman lihat waktu si Bond nya pakai di mobil, pas lagi nelpon Moneypenny (sekretaris M). Tapi kalau mereknya aku gak tau, gak ada dikasi tahu soalnya di film itu. P : Jadi kau tahu lah kalau penempatan merek disitu, cuma gak tahu mereknya

apa?

I : Kalau ditanya apa sadar dengan penempatan merek, ya sadar lah, orang mereknya ada. Cuma nama produknya itu yang gak tau. Ini baru tahu namanya Xperia Z5 abis kau kasi tahu lah Sal.

P : Oke oke. Gakpapa Mar. Nah, Kalau setelah melihat smartphone Sony ini, ada persepsi khusus yang timbul gak?

I : Kayaknya kalau kurasa gak ada lah yang muncul. Biasa aja. P : Kok bisa biasa aja Mar?

I : Gini wak, film action itu udah memang harus barang-barang yang canggih, ya kan? Jadi, kalau misalkan ada film action yang gak pake barang-barang keren, hape canggih, baru itu luar biasa. Kalau kayak Sony Xperia Z5 ini beriklan dengan dipake sam James Bond, kayaknya udah biasa lah.


(17)

P : Oh gitu ya. Kalau setelah melihat tayangan penempatan merek Xperia Z5, persepsi tentang hape yang dipakai sekarang kayak mana?

I : Persepsi tentang hape iPhone aku ini? Kalau kurasa masih lebih bagus lagi hape aku lah. Soalnya masih lebih unggul aja dari fitur kalau kurasa. Masi menang lah. Paling kalah nya soal gak tahan air aja Sal.

P : Kalau persepsi tentang produk ponsel cerdas lain merek lain diluar sana, kayak mana?

I : Kalau aku sih salut nengok merek-merek hape diluar sana. Makin canggih aja Sal. Kalau dulu iyalah Samsung aja kalau Android. Sekarang, ada Sony, Oppo ya kan. Wah canggih, udah maju-maju orang itu.

P : Setelah menonton Spectre, ada gak usaha untuk mencari lebih jauh tentang produk Sony Xperia Z5 ini? Kayak googling misalnya?

I : Kalau itu gak ada lah, paling juga 3 bulan lagi udah dikalahin sama merek lain. Namanya kan teknologi berkembang. Kalau saya gak terlalu hobi sih sama dunia gadget.

I : Pertanyaan terakhir Mar. Kalau karakter James Bond yang menggunakan smartphone Sony Xperia Z5 itu ada pengaruhnya buat kau?

I : Kalau pengaruh dari James Bond kayaknya gak ada lah. James Bond kan udah jadi produk umum, tokoh segala umat di dunia. Kayaknya apa aja yang dipakai sama James Bond udah memang keren-keren, jadi gak ada ngaruhnya sama hape Sony Z5 ini. Iklannya pun gak ada efek sampai teringat terus, apalagi dibawa pulang kerumah. Abis nonton kan aku makan tuh, yaudah sampai disitu aja. Pas lagi makan pun udah lupa iklannya dimana aja.

P : Kalau untuk karakter James Bond itu ada gak pengaruhnya buat kehidupan kau Mar?

I : James Bond itu kan tokoh fiksi, gak ada di dunia nyata. Kayak mana kita mau percaya sama produk yang dia pakai atau dia iklankan sedangkan tokohnya aja fiksi. Jadi jujur liat produk SONY disitu pun aku awalnya ragu produknya ada apa enggak. Kesimpulannya gak ada pengaruhnya lah Sal.


(18)

Informan 4

Tanggal Pelaksanaan Wawancara Mendalam : 12 Maret 2016 / 5 April 2016 A. Identitas Informan

 Nama : Agung Prasetyo

 Tempat, Tgl Lahir : Tebing Tinggi, 19 September 1993

 Umur : 23 Tahun

 Pekerjaan : Mahasiswa Tingkat Akhir

Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIPAP)

 Alamat : Jl. Pasar III Krakatau Medan  Kegemaran : Travelling, Hiking

 Agama : Islam

 Suku : Jawa

 Anak ke : 3 dari 4 bersaudara B. Hasil Wawancara Mendalam

P = PENELITI I = INFORMAN

P : Saudara Agung, sekarang inismartphone yang digunakan merek apa? I : Aku pake Samsung Galaxy Duos, Sal.

P : Hape yang dipake sekarang ini cuman itu aja atau pake hape lebih dari satu Gung?

I : Cuma ini ajalah Sal, gak ada yang lain. Beluma ada duit buat beli dua. Hahahaha...

P : Kalau kau pakai smartphone tiap hari itu intensitasnya gimana? Sering kah, jarang, atau gimana?

I : Sering sal, kalau dirata-ratain 4 jam ada kayaknya ya.

P : Alasan beli smartphone merek Samsung Galaxy DUOS yang sekarang dipakai ini apa Gung?

I : Alasan harga lah sal hahaha. Duit awak adanya kemaren pas segitu, yang dapat cuma DUOS, ya inilah yang kubeli Sal.

P : Jadi karena faktor ekonomi makanya beli DUOS ya Gung?

I : Ya itu lah sal. Alasan beli Samsung DUOS ya karena pas aja di kantong. Gak ada liat-liat iklan, brosur, atau baliho. Pas ke counter (tempat


(19)

penjualan) langsung tanya aja hape android yang harganya murah dan bagus merek apa. Udah, dikasi sama orang counternya ya ini

P : Oke Gung. Kalau tujuan menggunakan smartphone itu apa Gung?

I : Tujuan untuk pakai smartphone supaya bisa komunikasi dengan kawan-kawan. Soalnya kan susah juga, orang itu asal ngasi info pake Line sama Whatsapp. Jadinya mau gak mau kita harus pakai smartphone supaya bisa tetap komunikasi sama mereka.

Satu lagi kan aku juga admin di MESIN, admin Instgram sama admin Twitter. Kalau misalkan ada info baru yang mau di-share sama follower kita, kan susah tuh kalau harus online di laptop. Ngidupin laptop, cari wifi dulu, kan susah kali. Makanya aku rasa aku wajib lah pakai smartphone satu supaya gampang.

P : Selain itu apalagi Gung?

I : Buat cari berita sal. Ya semenjak pake ponsel cerdas, informasi luber seluber-lubernya lah. Mau cari aja bisa. Mau jahat mau jadi baik tergantung yang makek sekarang ini. Kalo aku biasanya cari info-info Vespa, kayak Vespa apa yang keluar, atau cara betulin Vespa yang matot (mati total) kekmana. Semua ada di internet. Ya kalau udah beli ponsel cerdas kalo bisa dipakek yang bagus-bagus ajalah. Kalo buka berita online gak ada yang dicari khusus. Paling semua berita aku baca aja. Sekalian nambah-nambah ilmu juga, jarang juga kan nonton tv.

P : Kalau untuk lingkungan atau kelompok sosial, siapa aja Gung ?

I : Aku banyak lah Sal, anak MESIN, anak STIPAP, sama anak-anak Vespa yang lain lah Sal.

P : Smartphone diantara kelompok sosial atau sesama keluarga, fungsi utamanya menurutmu apa Gung?

I : Memudahkan komunikasi. Itu udah pasti, dari pake aplikasi chatting, sampe media sosialnya.

P : Untuk status sosial atau gengsi dengan pemilihan ponsel cerdas, ada hubungannya gak?

I : Masih ada lah sal. Aku dulu pernah jumpa kawan-kawan aku yang isinya orang pakai iPhone semua. Jadi orang itu kayak geng gitu lah, satu geng


(20)

itu isinya orang yang make iPhone aja. Kan parah kali itu. Kalau ku bilang masih ada lah Sal, gengsi-gengsi itu.

P : Oke wak. Kalau misalnya aku suruh pilih, antara pulsa sama kuota internet, milih mana kau Gung ?

I : Mending pilih paket internet lah Sal. Jaman sekarang gak pake internet, aduh kacau kali lah. Mending gak bepulsa daripada minta-minta tetharing wifi dari orang Sal.

P : Iya ya. Kalau untuk makna sebuah smartphone buat kau apa artinya? I : Kalau aku untuk komunikasi dan media sosial. Membantu manusia dalam

mendekatkan diri dengan orang lain, ya caranya dengan medsos kayak Path, Instagram, sama aplikasi chatting Line , Whatsapp, sama BBM.

P : Nonton film Spectre udah berapa kali Gung? I : Dua kali, di rumah sama di bioskop.

P : Sadar gak kalau ada proses penempatan merek smartphone merek Sony Xperia Z5 di film Spectre?

I : Sadar sal, kan ada banyak aku lihat merek merek terkenal yang jadi sponsor disitu. Ya udah sama-sama tahu lah kalau itu sponsor, beriklan dia disitu. Ada Range Rover, ada Heineken, ada hape Sony, cuma karena sekilas itu aku gak tau tipe apa. Nampak jelas merek Sony nya waktu dipakai James Bond di mobil sama waktu dipakai nelpon sama si M. Cuma nama merek hapenya aku gak tau.

P : Jadi kalau dibilang kau tahu kalau penempatan merek disitu, cuma gak tahu tipenya?

I : Kalau ditanya, ya sadar lah. Ya memang banyak adegan iklan Sony itu di film, walaupun sikit-sikit dia, tapi ada diulang-ulang berapa kali. Tapi gak ada info soal nama merek dari hape Sony itu.

P : Kalau setelah melihat smartphone Sony ini, ada persepsi khusus yang timbul gak ?

I : Oh gini Sal. Aku ngeliatnya karena udah dipakai di film James Bond, ini hape kayaknya lumayan canggih Sal. Soalnya setau aku gak semua


(21)

produk-produk bisa dipakai jadi pendamping James Bond, apalagi kan ketat seleksinya, biasanya sih gitu.

P : Oke. Kalau setelah melihat tayangan penempatan merek Xperia Z5, persepsi tentang samrtphone yang kau pakai sekarang kayak apa?

I : Kalau aku ngelihat hape aku ini, kayakya udah saatnya lah untuk diganti. Udah jadul kali kurasa hape aku ini. Tapi bukan diganti sama Xperia Z5 ya, tekor lah aku. Memang cepat kali perkembangan teknologi hape ini ya. P : Kalau persepsi tentang produk ponsel cerdas lain merek lain diluar sana,

kayak apa?

I : Kalau aku bilang kayaknya masih banyak produk lain yang lebih bagus diluar sana, entah mungkin kayak Oppo, kayak Asus misalnya, tapi gak mampu bayar iklan besar kayak Sony ini yang beriklan di film James Bond. Aku rasa kayak gitu lah.

P : Nah, setelah nonton Spectre, ada gak usaha kau buat nyari lebih jauh tentang produk Sony Xperia Z5 ini? Entah kau googling kek, atau apa kek misalnya?

I : Kalau aku ini kan bukan pengamat atau penggemar dunia gadget, jadi gak ada niat untuk nyari – nyari info lebih jauh Sal hahaha.

I : Oke ini pertanyaan terakhir Gung. Kalau karakter James Bond yang menggunakan smartphone Sony Xperia Z5 itu ada pengaruhnya buat kau? I : James Bond ini gak ada pengaruhnya sama pengetahuan dan kenyataan

aku. Tokoh intel Inggris kok kerjaannya becewek aja, gak ada di kenyataan kayak gitu. Keren sih keren, cuma gak perlu lah kita jadikan panutan hidup, apalagi harus ngikutin gayanya. Masak gara-gara dia pake Xperia Z5 kita harus make juga? Tekor bandar lah Sal.

P : Terimakasih atas waktunya untuk wawancara ini. I : Oke, sal.


(22)

Informan 5

Tanggal Pelaksanaan Wawancara Mendalam : 13 Maret 2016 / 6 April 2016 A. Identitas Informan

 Nama : Ardian Suhendra Lubis  Tempat, Tgl Lahir : Sinunukan III / 15 Juni 1992

 Umur : 24 Tahun

 Pekerjaan : Mahasiswa Aktif Semester VIII

Departemen Ilmu Komunikasi FISIP

Universitas Sumatera Utara

 Alamat : Jl. Karya Wisata Gg. Nangka No. 18 Medan  Kegemaran : Bersepeda, Mengutak-atik sepeda motor

 Agama : Islam

 Suku : Mandailing

 Anak ke : 1 dari 2 bersaudara B. Hasil Wawancara Mendalam

P = PENELITI I = INFORMAN

P : Bang Hendra, sekarang inismartphone yang digunakan merek apa? I : Abang pakai Asus Zenfone 2 Sal.

P : Hape yang dipake sekarang ini cuman itu aja atau pake hape lebih dari satu Bang?

I : Abang cuma pakai hape ini aja lah sal, gak ada yang lain.

P : Kalau kau pakai smartphone intensitasnya gimana? Sering atau jarang bang?

I : Gak sering sal, cuma 1-3 jam perhari sal. Abang gak kayak anak-anak gaul itu yang pakai hape setiap menit hahaha.

P : Alasan beli Asus Zenfone 2 apa bang

I : Alasan beli hape ini (Asus Zenfone 2), karena harganya yang gak mahal-mahal kali ya. Abang kan butuh hape buat media sosial, buat pake Line sama BBM. Pas liat-liat di counter, teliat Asus ini. Abang tanya-tanya kok gak mahal-mahal kali, spek (spesifikasi)-nya pun lumayan. Ya langsung angkut lah. Cocok di kantong Sal.


(23)

I : Oh, kalau untuk tujuan penggunaan ponsel cerdas karena kebutuhan komunikasi sesama teman-teman. Teman-teman di alumni SMA Plus (Sipirok), teman-teman di komunikasi (Ilmu Komunikasi USU), sama teman-teman di FB. Entah ya, kalau sekarang zamannya memang harus aplikasi chatting kayak Line, Whatsapp, BBM, kayak-kayak gitu buat ngehubungin orang. Nomor hape udah gak perlu lagi, kalau mau telpon tinggal free call. Ya kalau kita gak ngikutin kawan-kawan, ketinggalan lah terus. Apalagi kayak kemaren pas ada acara reuni alumni SMA Plus, terbantu kali pakai smartphone ini, kan diskusinya dari Line sama Facebook aja

P : Selain itu ada lagi bang?

I : Buat cari berita kayaknya ya. Kalau abang biasanya buka Facebook kalau mau liat-liat berita baru. Cepat kali tu di FB (Facebook), kadang kalah tv dibuatnya. Kayak berita-berita nyeleneh yang gak ada hubungannya sama politik ya, biasanya dari media sosial duluan. Makanya Metro TV sampe buat acara Trending Topic ya kan, gara-gara itulah. Orang itu (Metro TV) aja bisa kalah sama FB, sama Twitter. Kadang pun beritanya bulat-bulat dikopi (ditiru) sama orang itu, saking pengen naek beritanya, hahahaha. P : Berita apa biasanya yang dicari bang?

I : Berita soal kampus dan dunia pendidikan lah. Karena awak ini masih mahasiswa jadi penting kali buat tahu lagi ada berita apa yang berkembang soal dunia kampus ini

P : Pertanyaan selanjutnya bang. Untuk lingkungan atau kelompok sosial, siapa aja bang ?

I : Pergaulan abang biasanya sama anak-anak alumni SMA Sipirok sama anak-anak komunikasi 2012 lah sal.

P : Smartphone diantara kelompok sosial atau sesama keluarga, fungsi utamanya menurut abang apa?

I : Memudahkan komunikasi sal. Apalagi dengan adek abang yang kuliah di Jogja, dia kan pakai BBM, jadi bisa komunikasi kami

P : Kalau untuk status sosial atau gengsi dengan pemilihan ponsel cerdas, ada hubungannya gak Mar?


(24)

I : Kalau itu masih ada ya. Abang sering liat kawan-kawan abang yang rela menabung berbulan-bulan hanya untuk beli iPhone. Biar gengsi katanya sal.

P : Kalau misalnya disuruh pilih, antara pulsa sama kuota internet, milih mana bang?

I : Tetap abang milih pulsa. Orangtua abang di kampung kan gak pakai smartphone, jadi kalau misalnya mau komunikasi harus tetap pakai panggilan telepon.

P : Makna sebuah smartphone buat abang apa?

I : Pertama, media komunikasi, dengan pakai aplikasi chatting kayak Line, BBM, Whatsapp. Itu penting kali ya. Kedua, sumber informasi, ini udah jelas kayak portal berita online itu kan. Ketiga, hiburan dek. Bisa abang main COC disini, udah paten kali itu hahaha.

P : Nonton film Spectre udah berapa kali bang?

I : Dua sal, sekali sama kakakmu (pacar), sekali di rumah pakai laptop.

P : Ada lihat, sadar juga lah kalau itu iklan ya. Waktu dipakai James Bond di mobil, nampak betul ada merek Sony nya disitu, tapi karena gak dijelasin itu tipe apa jadi cuma tahu merek Sony nya aja. Kalau abang lihat Xperia Z5 itu cuma pas lagi dipake aja sama si Bond. Iklan Sony itu di film memang ada beberap kali abang lihat ya, ada 4-5 kali adegan itu diulang. Memang sikit-sikit aja dia. Tapi merek atau tipenya abang gak tau.

P : Jadi abang tahu lah penempatan merekny aada, cuma gak tahu mereknya hape SONY nya itu apa?

I : Iya sal.

P : Kalau setelah melihat smartphone Sony ini, ada persepsi khusus yang timbul gak bang?

I : Gak ada Sal, orang kan memang film James Bond ini memang udah lekat dengan imej barang dan produk canggih. Jadinya gak heran kalau liat ada hape yang canggih. Dan persepsi orang pun jadinya biasa aja.


(25)

hape yang dipakai sekarang kayak mana bang?

I : Walah, kalau persepsi abang tentang hape abang ini, udah kayak ketinggalan jaman kali ya. Kayaknya dulu masih mantap lah spesifikasi hape abang ini, tapi sekarang udah ketinggalan kali. Memang perkembangan teknologi itu gak bisa dibendung Sal.

P : Persepsi tentang produk ponsel cerdas merek lain diluar sana, kayak apa? I : Gak ada persepi khusus juga, masing-masing hape pasti ada kelebihan dan

kekurangan masing-masing. Semua punya kehebatannya masing-masing P : Setelah menonton Spectre, ada gak usaha untuk mencari lebih jauh tentang

produk Sony Xperia Z5 ini? Kayak googling misalnya?

I : Gak ada dek, soalnya abang gak pala percaya sama iklan. Ya jadinya dibiarin lewat aja dikepala hahahaha.

I : Pertanyaan terakhir. Kalau karakter James Bond yang menggunakan smartphone Sony Xperia Z5 itu ada pengaruhnya buat identitas abang? I : Gak ada Sal, abang gak terlalu fans sama dia Sal hahaha.

P : Kalau untuk karakter James Bond itu ada gak pengaruhnya buat kehidupan abang?

I : Kayaknya gak ada juga Sal. James Bond itu kan tokoh internasional yang legend jadi gak perlu dicontoh semua tentang kehidupan dia. Terus dia itu kalau pakai apa aja tetap ganteng Sal, mau pakai hape jelek pun tetap keren aja.

P : Oke, Bang. Terimakasih atas waktunya untuk wawancara ini. I : Sama-sama bang


(26)

C. DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar Lampiran 1. Informan 1 (Wahyu) saat diobservasi

Gambar Lampiran 2. Informan 2 (Aidil) saat diwawancarai mendalam.

Gambar Lampiran 3. Informan 2 (Aidil, kiri) dan Informan 3 (Umar, kanan) saat wawancara pendahuluan penentuan informan


(27)

Gambar Lampiran 4. Informan 3 (Umar) saat diwawancarai mendalam

Gambar Lampiran 5. Informan 5 (Ardian) saat diobservasi


(28)

D. BIODATA PENELITI

Nama lengkap : Muhammad Faisal Hafiz Nama panggilan : Faisal

NIM : 120904054

Tempat, tanggal lahir : Pangkalan Susu, 19 April 1994 Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat peneliti : Jl. Karya Wisata Komplek J.City / J.Elite I No. 20 Medan Johor, Medan

No. Telepon / Email : fsl.hafiz@gmail.com / 085370417993

Anak ke : 1 dari 3 bersaudara

Agama : Islam

Status : Lajang

Suku : Melayu

Nama orangtua :

 Ayah : H. Fauzi

 Ibu : Hj. Evi Aryanti

Alamat orangtua : Jl. HOS Cokroaminoto No. 286 Lk. IV Kelurahan Beras Basah Kecamatan Pangkalan Susu

Nama Saudara Kandung :

 Saudara pertama : Muhammad Fauzan Harris  Saudara kedua : Muhammad Fachreza Hazizi

Pendidikan :

 1998-1999 : TK Swasta Raja Garuda Mas (RGM) Besitang  2000-2004 : SD Swasta Raja Garuda Mas (RGM) Besitang  2004-2006 : SD Swasta Dharma Patra YKPP Pangkalan Susu  2006-2009 : SMP Negeri 1 Pangkalan Susu

 2009-2012 : SMA Negeri 1 Medan

 2012-2016 : Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU


(29)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

JL. DR. A. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA : M. FAISAL HAFIZ

NIM : 120904054

PEMBIMBING : Drs. Syafruddin Pohan, M.Si, Ph.D

No

TANGGAL

PERTEMUAN PEMBAHASAN

PARAF PEMBIMBING 1 20 November 2015 Bimbingan Proposal I

2 10 Desember 2015 Bimbingan Proposal II dan revisi

3 5 Januari 2016 ACC Seminar Proposal 4 15 Januari 2016 Bimbingan dan Revisi Bab

1,2,3

5 30 Januari 2016 Bimbingan Bab 1,2,3 6 20 Februari 2016 ACC Bab 1,2,3

ACC Penelitian

7 23 Maret 2016 Bimbingan Bab IV

8 19 April 2016 Revisi dan Bimbingan Bab IV

9 20 Mei 2016 Bimbingan Bab IV

10 1 Juni 2016 Bimbingan Bab IV

11 7 Juni 2016 Revisi Bab IV

12 10 Juni 2016 ACC Bab IV

Revisi Bab V

13 15 Juni 2016 Revisi Bab V

14 16 Juni 2016 ACC Bab V


(30)

DAFTAR REFERENSI

Ardianto, Elvinaro & Bambang Q. Anees. 2007. Filsafat Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Bertens, K. 2004. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius

Bungin, Burhan. 2011. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

____________.2006. Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi, Dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L. Berger & Thomas Luckmann. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

____________.2012. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: RajaGrafindo Persada Eriyanto. 2001. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:

Lkis.Pelangi Yogyakarta.

Hasan. Iqbal. 2002. Pokok – pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya

Jakarta: Ghalil Indonesia

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Erlangga.

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Kuswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: PT. Eresco

Littlejohn, Stephen W. & Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi Edisi 9. Jakarta: Salemba Humanika

McQuail, Denis. 2012. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Salemba Humanika Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Morrisan, M.A. 2009. Teori Komunikasi Massa. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Mulyana, Dedy. 2005. Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nuruddin, 2003. Komunikasi Massa. Malang: CESPUR

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS.

Poerwandari. 2001. Pendekatan Kualitatif untuk Peneliti Perilaku Manusia. Jakarta: LPSP3 – Universitas Indonesia.

Rivers, William L. 2012. Media Massa & Masyarakat Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Setiadi, Nugroho J. 2013. Perilaku Konsumen: Perspektif Kontemporer pada Motif, Tujuan, dan Keinginan Konsumen Edisi Revisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


(31)

Shrum, LJ. 2010. Psikologi Media Entertainment. Yogyakarta: Jalasutra

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Anditama. Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Cetakan Kedua. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Sutopo, HB. 2006. Metodologi Penelitian Kuaitatif dan Kuantitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Usman, Hussaini & Purnomo Setiady Akbar. 2008. Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta: Bumi Aksara.

Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta : Indeks

Veeger, J. K. 1985. Realitas Sosial. Jakarta: PT. Gramedia.

West, Richard & Lynn H. Turner. 2009. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Wibowo, Indiawan Seto Wahyu. 2011. Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Sumber lain:

Michael Adiwiijaya S. Pantja Djati. 2006. Analisa Strategi Penempatan Merek Sebagai Bagian dalam Komunikasi Pemasaran Terpadu (publikasi ilmiah: tersedia). Surabaya: Universitas Kristen Petra. Diunduh pada tanggal 2 Desember 2015.

Panda, T. K. 2004. Consumer Response to Brand Placement in Films Role of Brand Congruity & Modality of Presentation in Bringing Attitudinal Change Among Consumer with Special Reference to Brand Placement in Hindi Films. South Asian Journal of Management, 11, 4, pp. 7–25. Diunduh pada tanggal 4 Januari 2016.

Subambang, H. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Audience Terhadap Product/Brand Placement dalam Acara Televisi (Studi Kasus Pemirsa Bukan Empat Mata di Kota Medan) (publikasi ilmiah: tersedia di Repository USU. Medan: Universitas Sumatera Utara. Diunduh pada tanggal 4 Januari 2016.

www.boxofficemojo.com/spectre. Diakses pada tanggal 10 Februari 2016 pukul 23.11 WIB


(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian

Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi secara mendalam. Metode ini tidak mengutamakan populasi dan sampling, sehingga penelitian tersebut bersifat subjektif yang hasilnya bukan untuk digeneralisasikan (Kriyantono, 2008:35).

Analisis kualitatif merupakan analisis yang tidak menggunakan model matematik, model statistik dan ekonometrik atau model-model tertentu lainnya. Analisis data yang dilakukan terbatas pada teknik pengolahan datanya, seperti pada pengecekan data dan tabulasi, dalam hal ini sekedar membaca tabel-tabel, grafik-grafik, atau angka-angka yang tersedia, kemudian melakukan uraian dan penafsiran (Hasan, 2002:98).

Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah bagian integral data, artinya peneliti ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian, peneliti menjadi instrumen penelitian yang harus terjun langsung di lapangan. Karena itu penelitian ini bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik bukan untuk digeneralisasikan. Desain riset dapat dibuat bersamaan atau sesudah penelitian. Desain dapat berubah atau disesuaikan dengan perkembangan penelitian (Kriyantono, 2010: 57).

Jenis dari penelitian ini adalah deskriptif yaitu hanya memaparkan proses, makna atau situasi. Penelitian ini tidak mencari hubungan atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi (Rakhmat, 2004:24).

Pada jenis deskriptif, peneliti diharapkan bisa mengemukakan konseptualisasi yang lebih jelas dan telah memiliki definisi konseptual dari gejala yang akan diteliti (yang sekaligus memperlihatkan dimensi-dimensi atau subdimensi dari konsep/gejala permasalahan yang akan diteliti). Definisi konseptual ini diperoleh setelah periset membuat kerangka konsep atau landasan


(33)

teori. Biasanya dalam riset deskriptif, konsep yang akan diriset hanya tunggal, karenanya tidak ada upaya mencari analisis hubungan antar konsep (Kriyantono. 2010: 83)

Untuk metode, peneliti menggunakan metode studi kasus. Studi kasus sendiri adalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data (sebanyak mungkin data) yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis (Kriyantono, 2010:65). Karena menggunakan sebanyak mungkin sumber data, peneliti dapat saja menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipan, dokumentasi, rekaman, dan lainnya.

3.2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sesuatu yang menunjuk pada masalah atau tema yang sedang diteliti (Idrus, 2009:91). Adapun objek dalam penelitian ini adalah konstruksi identitas diri pengguna ponsel cerdas berdasarkan potongan adegan film James Bond: Spectre

Adegan Film James Bond: Spectre

Potongan adegan yang dipilih dalam film James Bond: Spectre adalah potongan adegan yang memuat unsur penempatan merek produk, dalam hal ini produk ponsel cerdas Sony Xperia Z5.

Gambar 3.1: James Bond menggunakan Sony Xperia Z5 ketika menghubungi Moneypenny (asisten M) dalam adegan Spectre


(34)

Gambar 3.2: James Bond menggunakan Sony Xperia Z5 ketika menghubungi Moneypenny (asisten M) dalam adegan Spectre

Gambar 3.3: Sony Xperia Z5 mengunduh (downloading) informasi musuh tanpa harus disentuh dengan fitur perintah suara (voice assistant)

Gambar 3.4 dan 3.5: M (Kepala Dinas Intelijen Inggris M16) menggunakan Sony Xperia Z5 saat menerima surat elektronik dan saat membuat panggilan telepon


(35)

Gambar 3.6: Q (Kepala Divisi Teknologi MI6) menggunakan Sony Xperia Z5 saat menerima panggilan telepon dari M

3.3 Subjek Penelitian

Hasil penelitian kualiatif lebih bersifat kontekstual dan kausistik yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu sewaktu penelitian dilakukan, karena itu pada penelitian kualitatif tidak dikenal istilah sampel melainkan informan. Untuk studi kasus, jumlah individu yang menjadi informan dipilih sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Orang-orang yang dapat dijadikan informan adalah orang yang memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian, orang-orang dengan peran tertentu dan tentu saja yang mudah diakses (Bodgan, 1992:5).

Subjek penelitian adalah oknum yang memiliki sifat/karakteristik/ keadaan yang akan diteliti itu (objek penelitian). Dalam penelitian ini, yang akan dimintai informasi atau data yang berkenaan dengan konstruksi identitas diri adalah pengguna ponsel cerdas. Pemilihan subjek penelitian dalam penelitian ini berdasarkan tiga kriteria , yaitu:

a. Menggunakan ponsel cerdas merek apapun

b. Telah menggunakan ponsel cerdas minimal selama 1 tahun c. Telah menonton film James Bond: Spectre


(36)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data ini merupakan bahan keterangan mengenai apa yang dialami oleh individu sebagai anggota masyarakat tertentu yang menjadi objek riset. Secara garis besar data dalam penelitian kualitatif dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis:

1. Data yang diperoleh dari wawancara 2. Data yang diperoleh dari observasi

3. Data yang berupa dokumen, teks, atau karya seni yang kemudian dinarasikan (dikonservasikan ke dalam bentuk narasi).

1. Metode Wawancara

Adalah percakapan antara peneliti (seseorang yang berharap mendapatkan informasi) dan informan (seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek). Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.

Agar mendapatkan data yang diharapkan, peneliti menggunakan teknik panduan wawancara yaitu dengan membuat panduan pertanyaan wawancara untuk menggali pertanyaan guna mendapatkan pemahaman yang mendalam. Dengan begitu, fokus penelitian dapat lebih terjaga dan dapat digunakan dalam waktu yang terbatas serta lebih sistematis.

Wawancara dalam riset kualitatif , yang disebut sebagai wawancara mendalam (depth interview) atau wawancara secara intensif (intensive interview) dan kebanyakan tak berstruktur. Tujuannya untuk mendapat-kan data kualitatif yang mendalam. Metode wawancara mendalam adalah metode riset dimana periset melakukan kegiatan wawancara tatap muka secara mendalam dan terus menerus (lebih dari satu kali; dikenal dengan nama intensive interviews) untuk menggali informasi dari responden atau informan. Metode ini memungkinkan periset mendapatkan alasan detail dari jawaban informan yang antara lain mencakup opininya, motivasinya,


(37)

nilai-nilai ataupun pengalaman-pengalamannya.

Dalam pelaksanaannya, metode wawancara mendalam ini dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif. Selanjutnya dibedakan antara responden (orang yang diwawancarai hanya sekali) dengan informan (orang yang ingin periset ketahui/pahami dan yang akan diwawancarai beberapa kali. (Kriyantono, 2010: 64).

Wawancara mendalam dilakukan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antar pewawancara dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan secara intensif dan peneliti tidak mempunyai kontrol atas informan, artinya informan bebas memberikan jawaban. Dengan demikian, keabsahan wawancara mendalam adalah keterlibatan pewawancara dalam kehidupan informan (Bungin, 2012:108).

2. Metode Observasi

Merupakan metode pengumpulan data yang digunakan pada riset kualitatif. Observasi diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung tanpa mediator, sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersebut. Biasanya yang diobservasi adalah interaksi (perilaku) dan percakapan yang terjadi di antara subjek yang diriset.

Peneliti ketika memulai penelitian sebelumnya mengamati informan mana yang memahami tentang objek penelitian, untuk bisa berbagi informasi awal tentang objek penelitian maupun infoman penelitian.

Suatu kegiatan observasi baru bisa dimasukkan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian bila memenuhi syarat sebagai berikut (Kriyantono. 2010: 110):

a. Observasi digunakan dalam riset dan telah direncakan secara sistematik.


(38)

c. Observasi yang dilakukan harus dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai sesuatu yang hanya menarik perhatian.

d. Observasi dapat dicek dan dikontrol mengenai validitas dan reliabilitasnya.

3.5. Penentuan Informan

Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mencari fenomena yang sedang terjadi. Kemudian peneliti memasuki situasi sosial tertentu yaitu dengan melakukan pengamatan aktivitas orang yang akan diteliti. Selanjutnya untuk memperkecil ruang lingkup penelitian agar hasil penelitian ini terfokus yaitu dengan menentukan informan dengan menggunakan teknik

purposive sampling. Teknik purposive yaitu teknik penentuan informan dengan mempertimbangkan bahwa calon informan merupakan orang yang dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk penelitian ini.

Pemilihan informan dengan menggunakan teknik ini yaitu dengan menyusun kriteria-kriteria tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian. Kriteria terpenting adalah subjek memiliki pengetahun yang cukup serta mampu menjelaskan keadaaan yang sebenarnya tentang objek penelitian (Kriyantono, 2010: 158). Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah:

1. Pengguna ponsel cerdas usia 20-24 tahun yang aktif menggunakan ponsel cerdas di kehidupan sehari-hari

2. Pengguna ponsel cerdas berdomisili di Kota Medan

3. Pengguna ponsel cerdas telah menonton film James Bond: Spectre

3.6. Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan peneliti. Pada Penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi untuk menguji keabsahan data dengan cara mengecek kredibilitas data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu (Sugiono, 2009: 363-372).


(39)

Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. Dezin (dalam Moleong, 2010: 330) membedakan empat macam triangulasi data diantaranya dengan memanfaatkan sumber, metode, peneliti dan teori. Dari keempat macam triangulasi data tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber.

Triangulasi data sumber adalah teknik pemerikasaan data dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton, 1987). Dalam mencapai kepercayaan tersebut, maka diambil langkah sebagai berikut:

1. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara. 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 2010:89)

3.7. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti melalui perangkat metodologi tertentu. Analisis data kualitatif digunakan bila data-data yang terkumpul dalam riset adalah data kualitatif. Data kualitatif dapat berupa kata-kata, kalimat-kalimat atau narasi-narasi, baik yang diperoleh dari wawancara mendalam maupun observasi.

Tahap analisis data memegang peranan penting dalam riset kualitatif, yaitu sebagai faktor utama penilaian kualitas tidaknya riset. Artinya kemampuan peneliti memberi makna kepada data merupakan kunci apakah data yang diperolehnya memenuhi unsur reliabiliatas dan validitas atau tidak. Reliabilitas


(40)

dan validitas data kualitatif terletak pada diri periset sebagai instrument riset.

Melalui pendekatan kualitatif, data yang diperoleh dari lapangan diambil kesimpulan yang bersifat khusus kepada yang bersifat umum kemudian disajikan dalam bentuk narasi. Analisis data kualitatif memaparkan tentang kata-kata yang selalu disusun dalam sebuah teks yang diperluas dan dideskripsikan. Saat memberikan makna pada data yang dikumpulkan maka pada saat itulah peneliti menganalisis data. Proses analisis data ini diawali dengan mengevaluasi data yang diperoleh guna memastikan keakuratan data. Setelah itu, data diedit lalu ditafsirkan dan kemudian dipaparkan sebagai hasil penelitian serta membuat kesimpulan akhir.

Proses Analisis Data Kualitatif Fakta Empiris

Sumber: Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. 2006. Hlm. 197 Gambar ini menjelaskan bahwa analisis data kualitatif dimulai dari analisis berbagai data yang berhasil dikumpulkan periset di lapangan. Data tersebut terkumpul baik melalui observasi, wawancara mendalam, focus group discussion

maupun dokumen-dokumen. Kemudian data tersebut diklasifikasikan ke dalam kategori-kategori tertentu. Pengklasifikasian atau pengkategorian ini harus mempertimbangkan kesahihan (kevalidan), dengan memperhatikan kompetensi subjek penelitian, tingkat autentisitasnya dan melakukan triangulasi berbagai sumber data.

Berbagai Data di Lapangan

Analisis/Klasifikasi Data/ Kategorisasi

Ciri-Ciri Umum

Pemaknaan/ Interpretasi Ciri-Ciri

Umum

Keabsahan Data:

- Kompetensi Subjek - Authencity dan

Triangulasi - Intersubjectivy

Agreement

Berteori Dan Kontekstual


(41)

Setelah diklasifikasikan, periset melakukan pemaknaan terhadap data. Pemaknaan ini merupakan prinsip dasar riset kualitatif, yaitu bahwa realitas ada pada pikiran manusia, realitas adalah hasil konstruksi sosial manusia. Dalam melakukan pemaknaan atau interpretasi tersebut, periset dituntut berteori untuk menjelaskan dan berargumentasi.

Berteori ini penting untuk membantu periset mempertahankan argumentasinya (blocking interpretation). Kegiatan berteori ini dikenal dengan istilah conscientization. Selain itu, periset juga harus mendialogkan temuan data dengan konteks-konteks sosial, budaya, politik, dan lainnya yang melatarbela-kangi fenomena yang ditelitinya.

Contoh teknik analisis data kualitatif yang biasa digunakan adalah teknik yang diperkenalkan oleh Glasser & Strauss, Lincoln & Guba yang disebut sebagai teknik komparatif konstan, teknik filling & system-nya Wimmer & Domminick, dan teknik analisis domain-nya Burhan Bungin. Pada dasarnya ketiga teknik diatas menggunakan cara berpikir yang sama dan sama-sama menggunakan sistem kategori.

Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah teknik komparatif konstan. Pada teknik komparatif konstan, peneliti melakukan wawancara mendalam dan observasi dengan beberapa informan dan mengkategorikan sesuai dengan tujuan penelitian. Kemudian peneliti mendeskripsikan makna dari kategori yang membantu peneliti mengeksplorasi teori. Peneliti mencari hubungan antarkategori, dan membuat sebuah generalisasi atau kesimpulan. Semua hasil analisis diintegrasikan ke dalam penjelasan yang koheren. (Kriyantono, 2006:200)

3.8.Interpretasi Data

Merupakan tahap interpretasi terhadap hasil analisis data, melalui interpretasi data terhadap hasil analisis data. Interpretasi data adalah pencarian pengertian yang lebih luas tentang data yang telah dianalisis. Atau dengan kata lain, interpretasi merupakan penjelasan yang terinci tentang arti yang sebenarnya dari data yang telah dianalisis atau dipaparkan. Dengan demikian, memberikan


(42)

interpretasi dari data berarti memberikan arti yang lebih luas dari data penelitian.

Pada bagian ini peneliti mendiskusikan hasil analisis data, dengan menggunakan kerangka pemikiran atau kerangka teori yang semula telah ditetapkan. Interpretasi data bisa bersifat subjektif ilmiah karena berdasar pada pilihan teori dan logika periset dalam pemberian makna terhadap hasil analisis (Kriyantono, 2010: 87).

Interpretasi mempunyai dua aspek, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk menegakkan keseimbangan suatu penelitian, dalam pengertian menghubungkan hasil suatu penelitian dengan penemuan penelitian lainnya.

2. Untuk membuat atau menghasilkan suatu konsep yang bersifat menerangkan atau menjelaskan (Hasan, 2002:138 )


(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Film James Bond: Spectre

Spectre adalah film ke-24 dari serial aksi petualangan agen dinas intelijen Inggris, James Bond. Spectre yang diproduksi oleh rumah produksi EON

Productions ini dirilis pada tanggal 26 Oktober 2015 di Britania Raya dan 6 November 2015 di bioskop seluruh dunia. Film ini disutradai oleh Sam Mendes

yang juga menyutradai film sebelumnya, Skyfall. Daniel Craig sendiri masih menjadi pemeran James Bond yang sudah menjalani peran ini selama 4 seri, mulai dari Casino Royale, Quantum of Solace, Skyfall, dan Spectre.

Film Spectre menjadi salah satu film dengan pemasukan paling besar di tahun 2015. Dikutip dari boxofficemojo.com, ongkos pembuatan film Spectre diklaim mencapai angka 245 juta dollar Amerika, sedangkan keuntungan kotor yang diraup di bioskop seluruh dunia mencapai 880 juta dollar Amerika lebih. Hal ini menjadikan Spectre menjadi film dengan pemasukan terbesar ke-42 sepanjang sejarah perfilman dunia.

Layaknya film-film lain, Spectre juga menggaet sponsor yang menyokong pendanaan proses pra dan paska produksi. Seperti yang sudah dijelaskan peneliti dalam latar belakang penelitian, Spectre diklaim bekerja sama dengan 17 produsen yang menjadi sponsor didalam pembuatan film, mulai dari produsen mobil, pakaian, minuman keras, jam tangan, dan produsen produk lainnya.

Produsen yang sudah menjadi sponsor tentunya mendapatkan tempat atau slot penayangan dalam film. Hal inilah yang dikenal dengan nama metode periklanan penempatan produk. Durasi dan adegan yang memuat penempatan produk dalam film bervariasi, tergantung perjanjian dan kontrak nilai yang disepakati antara pengiklan dan produsen film. Adegan dalam film Spectre yang memuat pesan penempatan produk akan dijadikan bagian dari objek penelitian ini. Produk yang diambil menjadi sampel adalah ponsel cerdas Sony Xperia Z5.


(44)

4.1.1. Sony Xperia Z5

Sony Xperia Z5 adalah produk ponsel cerdas keluaran terbaru dari produsen ponsel cerdas Sony. Dirilis pada bulan Oktober 2015, varian terbaru Z5 hadir dengan fitur yang lebih mutakhir dan diklaim paling lengkap dikelasnya. Xperia Z5 sebelumnya didahului oleh varian ponsel cerdas Sony Xperia Z1, Z2, Z3, dan Z4.

Xperia Z5 menyasar segmentasi pasar kelas menengah keatas ( high-mid-end), dengan banderol harga mencapai Rp 11.000.000,- per unitnya. Dengan segmentasi pasar yang menyasar kalangan menengah atas, Sony menggunakan metode iklan penempatan produk di film Spectre. Tujuannya dapat dikaitkan dengan sosok James Bond yang identik dengan barang mewah dan premium, sehingga tercipta citra Xperia Z5 yang mewah dan produk berkelas.

Pemilihan produk Sony Xperia Z5 sebagai bagian dari objek penelitian dari sekian banyak produk yang beriklan menggunakan metode penempatan merek di Spectre dilatarbelakangi beberapa alasan. Pertama, ponsel cerdas sudah menjadi produk yang umum digunakan dalam masyarakat. Ponsel cerdas bukanlah menjadi barang tertier yang sulit untuk dijumpai. Beberapa golongan masyarakat malah menjadikan ponsel cerdas sebagai kebutuhan primer, seperti jurnalis modern yang dituntut untuk gesit dan ringan tangan (mobile).

Alasan yang kedua adalah terdapat ikatan dan hubungan yang unik antara ponsel cerdas dan penggunanya. Hal ini dapat dilihat jika mengamati secara sekilas beberapa pengguna ponsel cerdas baik muda maupun tua. Terdapat tujuan-tujuan tertentu yang melatarbelakangi seseorang memilih dan menggunakan ponsel cerdas dengan merek dan tipe tertentu.

Dari alasan-alasan diatas, peneliti berpendapat bahwa penelitian ini akan menggunakan ponsel cerdas sebagai bagian dari objek penelitian. Produk ponsel cerdas dinilai mewakili fenomena hangat yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini. Dalam kaitannya dengan penelitian, maka ponsel cerdas yang dipilih adalah yang beriklan dengan penempatan merek di film Spectre, yaitu produk Sony Xperia Z5.


(45)

4.1.3 Tahap Pelaksanaan Pra-Penelitian

Pada bagian ini peneliti akan menguraikan proses pelaksanaan penelitian yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Sesuai dengan konteks masalah yang menjadi sorotan peneliti yaitu tentang konstruksi realitas pengguna ponsel cerdas berdasarkan pesan penempatan merek dalam film James Bond:

Spectre, peneliti melakukan observasi dan wawancara terhadap pengguna ponsel cerdas yang dikategorikan sebagai informan penelitian. Setelah melakukan observasi dan wawancara mendalam kepada semua informan, selanjutnya hasil di lapangan tersebut dianalisis.

Penelitian ini melibatkan 5 (lima) orang informan yang berusia antara 20-24 tahun. Informan yang dicari adalah pengguna aktif ponsel cerdas merek apapun dan telah menononton film James Bond: Spectre setidaknya satu kali. Para informan tersebut berdomisili di kota Medan sekitarnya.

Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah menentukan calon informan yang diasumsikan memenuhi kriteria sebagai informan tetap. Dengan metode penentuan calon informan yang bersifat purposive sampling, peneliti menentukan beberapa nama yang sudah peneliti kenal sebelumnya. Kriteria informan yang cukup umum dijumpai tidak menjadikan peneliti subjektif dan asal-asalan dalam menyeleksi calon informan dalam penelitian ini.

Setelah menentukan beberapa nama, didapatkan 15 orang calon informan. 15 orang ini nantinya akan diseleksi menjadi menjadi 5 orang informan tetap. Kelima orang inilah yang nantinya akan menjadi informan tetap selama melakukan penelitian. Peneliti menghubungi calon informan ini dan meminta kesempatan untuk melakukan wawancara pendahuluan. Wawancara pendahuluan dilakukan bertujuan untuk melihat apakah si calon informan tersebut layak untuk dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini. Wawancara pendahuluan juga bertujuan lebih mengakrabkan diri antara peneliti dan calon informan.

Setelah melakukan wawancara pendahuluan terhadap 15 orang calon informan tersebut, peneliti mulai menyaring dan menyeleksi siapa saja dari calon informan ini yang layak menjadi informan tetap penelitian. Peneliti betul-betul


(46)

selektif dalam menyeleksi calon informan ini. Selama 10 hari terhitung sejak tanggal 1-10 Februari 2016, peneliti melakukan wawancara pendahuluan dan observasi terhadap 15 orang calon informan yang nantinya akan dikerucutkan menjadi 5 orang saja.

Pemilihan informan selain berdasarkan kriteria subjek penelitian, juga berdasarkan latar belakang informan. Peneliti ingin mendapatkan informan dari jenis profesi pekerjaan dan lingkungan yang berbeda-beda. Tujuannya adalah peneliti ingin menghasilkan penelitian yang lebih heterogen dan hasil yang tidak monoton.

Setelah menyeleksi 15 calon informan, didapatlah 5 orang informan untuk penelitian ini. Langkah selanjutnya adalah menentukan jadwal pertemuan untuk melakukan observasi dan wawancara mendalam dengan para informan. Tidak ada kesulitan dalam menentukan jadwal wawancara, karena informan sangat bersedia untuk diwawancarai. Tempat pelaksanaan wawancara juga disepakati oleh informan tanpa ada paksaan dari peneliti.

Dalam kriteria informan yang telah disebutkan, terdapat poin yang mengaharuskan informan adalah pengguna ponsel cerdas yang aktif. Untuk melihat seberapa sering informan menggunakan ponsel cerdasnya, peneliti melakukan observasi terhadap informan. Peneliti meminta izin untuk menginap dirumah masing-masing informan selamas satu malam untuk melihat intensitas penggunaan ponsel cerdas oleh informan.

Selama menginap dirumah informan, peneliti melakukan observasi untuk melihat keseharian aktifitas informan yang melibatkan ponsel cerdas didalamnya. Data yang didapatkan dari observasi ini akan dibandingkan dengan data dari wawancara mendalam. Hal ini termasuk proses dari triangulasi data yang dilakukan peneliti untuk menjaga keabsahan penelitian.

Proses pengumpulan data melalui obeservasi dan wawancara mendalam dilakukan selama bulan Maret 2016. Observasi dengan menginap dirumah para informan dimulai dari tanggal 2-6 Maret 2016. Proses ini terhitung sejak peneliti


(47)

pertama kali melalukan observasi responden pertama hingga berakhir di responden terakhir.

Setelah observasi, peneliti melakukan wawancara mendalam yang dimulai dari tanggal 9-13 Maret dan 2-6 April 2016. Proses ini terhitung sejak peneliti pertama kali melalukan observasi dan mewawancarai responden pertama hingga berakhir di responden terakhir. Proses wawancara dibantu dengan panduan pertanyaan dan alat perekam. Wawancara dilakukan di pos-pos tempat informan sering beraktifitas, yaitu di rumah, di kantor, dan di tempat-tempat lain yang telah disepakati bersama oleh informan dan peneliti.

Total rentang waktu pengumpulan oleh adalah Februari - April 2016. Informasi yang diperoleh dari kelima orang informan dianggap sudah cukup dan jenuh. Cukup artinya informasi yang didapat dari informan dianggap telah melengkapi data-data penelitian, sedangkan jenuh artinya informan terakhir tidak lagi memberikan informasi yang baru dari informan sebelumnya.

Time Table Pengumpulan Data di Lapangan

No Tanggal Jenis Kegiatan

1 1-10 Februari 2016 Melakukan wawancara pendahuluan dengan

15 calon informan.

2 21 Februari 2016 Menghubungi 5 orang informan terpilih dan

mengatur jadwal untuk melakukan observasi dan wawancara mendalam

3 2-6 Maret 2016 Melakukan observasi dengan menginap di

rumah masing-masing informan selama 1 malam untuk tiap informan

4 9-13 Maret 2016 Melakukan wawancara mendalam dengan

masing-masing informan secara terpisah.

5 2-6 April 2016 Melakukan wawancara mendalam II dengan

masing-masing informan secara terpisah. Tabel 4.1. Time-table penelitian saat proses pengumpulan data


(48)

4.1.4. Hasil Observasi dan Wawancara Mendalam

Berikut ini merupakan identitas dari para informan berikut hasil observasi dan wawancara dengan tiap informan.

Informan 1 Wahyu Andicha

Bripda Wahyu Andicha adalah informan pertama dalam penelitian ini.

Informan tercatat sebagai anggota aktif Polda Sumut yang bertugas di Dit Sabhara Kota Medan. Dalam kesehariannya, informan bertugas melakukan

pengamanan di objek vital nasional seperti bank dan kantor pemerintah daerah. Ketika terjadi aksi demonstrasi dan aksi kerusuhan, Bripda Wahyu juga turut diterjunkan untuk menjaga dan mengamankan situasi di lokasi kejadian.

Dalam hal pemenuhan kriteria informan, Bripda Wahyu telah memenuhi kriteria dengan menggunakan jenis ponsel cerdas iPhone 5. Informan telah menonton film James Bond: Spectre sebanyak 2 kali, yakni sekali di bioskop dan sekali di rumah dengan pemutar DVD (Digital Video Disc). Informan juga telah menggunakan iPhone 5 miliknya selama kurun waktu 1 tahun, semenjak bulan Januari 2015.

B. Hasil Observasi

Observasi untuk informan pertama tidak dapat dilakukan di lingkungan kerja informan, yaitu di lingkungan Unit Sabhara Polda Sumut dengan alasan keamanan dan menjaga sterilisasi lingkungan. Untuk itu obeservasi hanya dapat dilakukan setelah informan selesai bekerja.

Pelaksanaan observasi pada informan pertama dilakukan pada tanggal 2 Maret 2016 di kediaman informan di Jl. Garu 1 No. 29 Kota Medan. Peneliti telah meminta izin kepada informan untuk menginap selama 1 malam guna melaksanakan kegiatan observasi terhadap kegiatan informan. Observasi dilaksanakan mulai pukul 17.00 WIB dan selesai di pukul 07.00 WIB keesokan harinya.


(1)

Universitas Sumatera Utara | vii ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Konstruksi Realitas Pengguna Ponsel Cerdas Berdasarkan Pesan Penempatan Merek Dalam Film James Bond: Spectre”. Proses penempatan merek produk ponsel cerdas Sony Xperia Z5 dalam film ini diteliti hubungannya terhadap penonton yang merupakan pengguna ponsel cerdas dari berbagai latar belakang. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengguna ponsel cerdas menyesuaikan diri dengan kebutuhan sosialnya, bagaimana pemaknaan subjektif penggunaan Sony Xperia Z5 pada pesan penempatan merek di Film James Bond: Spectre, dan bagaimana identifikasi pengguna ponsel cerdas dengan lingkungan sosialnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab tiga perumusan masalah diatas. Metodologi penelitian ini bersifat kualitatif dengan teknik analisis data komparatif konstan. Paradigma yang menjadi acuan penelitian adalah paradigma konstrukstivisme, dimana sumber data diperoleh melalui metode observasi dan wawancara mendalam dengan mengutamakan kedalaman (kualitas) dari informan. Penempatan merek (branding placement) adalah salah satu metode iklan yang paling sering digunakan saat ini. Hampir semua film besar saat ini yang dijadikan medium dari penempatan merek berbagai macam produk. Penelitian ini akan menjelaskan bagaimana proses penempatan merek produk Sony Xperia Z5 di film James Bond Spectre mempengaruhi konstruksi realitas para pengguna ponsel cerdas yang juga menjadi penonton film agen 007 tersebut.


(2)

ABSTRACT

This study entitled "Construction of Reality of Smartphone User Based on Branding Placement Message in James Bond: Spectre Film". The research is going to examine the relations between the process of branding placement of Sony Xperia Z5 to the movie-viewer who use smartphone from a variety of backgrounds. Researcher focus on how smartphone users adapt to their social needs, how subjective meaning of Sony Xperia Z5 upon the branding placement message in James Bond: Spectre, and how smartphone user identify themselves with their social environment. The purpose of this research is to answer the three formulation of problems above. Methodology of the research is qualitative with comparative constant data analysis techniques. Paradigm of the research is constructivism, where the data sources obtained through observation and in-depth interviews with emphasise the quality and information-depth of the informants. Branding placement is one of an advertising method that is most often used today. Almost big movies nowdays are used as a medium of branding placement from many variety products. This research will explain how the process of branding placement of Sony Xperia Z5 in James Bond: Spectre influenced the construction of the reality of the smart phone users who intentionally a 007 movie viewer


(3)

Universitas Sumatera Utara | ix DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN... i

PERNYATAAN ORISINAL... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

KATA PENGANTAR... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR TABEL DAN BAGAN... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Konteks Masalah... 1

1.2Fokus Masalah... 6

1.3Tujuan Penelitian... 6

1.4Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Konstruktivisme... 8

2.2 Kerangka Teori...9

2.2.1 Komunikasi Massa... 10

2.2.2 Teori Konstruksi Realitas Sosial... 12

2.2.3 Teori Identitas Sosial... 15

2.2.4 Penempatan Produk...16

2.2.5 Teori Iklan Subliminal... 16

2.2 Kerangka Pemikiran... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian...19

3.2 Objek Penelitian... 20

3.3 Subjek Penelitian... 22

3.4 Teknik Pengumpulan Data... 23

Metode Wawancara...23

Metode Observasi... 23

3.5 Penentuan Informan... 25

3.6 Keabsahan Data... 25

3.7 Teknik Analisis Data... 26

3.8 Interpretasi Data... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 30


(4)

4.1.2 Sony Xperia Z5... 31

4.1.3 Tahap Pelaksanaan Pra-Penelitian... 32

4.1.4 Hasil Observasi dan Wawancara Mendalam... 35

Informan 1... 35

Informan 2... 44

Informan 3... 52

Informan 4... 60

Informan 5... 67

Tabel Kategorisasi Hasil Penelitian Melalui Observasi... 77

Tabel Kategorisasi Hasil Penelitian Wawancara Mendalam... 79

Tabel Kategorisasi Hasil Penelitian Wawancara Mendalam... 77

4.2 Pembahasan Penelitian... 86

4.2.1 Triangulasi Perbandingan Hasil Data Observasi dan Wawancara... 86

4.2.2 Penyajian Data... 95

4.2.3 Analisis Data... 105

Komunikasi Massa... 105

Konstruksi Realitas... 110

Identitas Sosial... 114

Penempatan Produk... 117

Iklan Subliminal... 120

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 124

5.2 Saran... 126

DAFTAR REFERENSI... 128

LAMPIRAN... 130

A. Panduan Wawancara... 131

B. Transkrip Wawancara... 132

C. Dokumentasi Penelitian... 155

D. Biodata Peneliti... 157


(5)

Universitas Sumatera Utara | xi DAFTAR GAMBAR

3.1 James Bond menggunakan Sony Xperia Z5 ketika menghubungi 20 Moneypenny (asisten M) dalam adegan Spectre

3.2 James Bond menggunakan Sony Xperia Z5 ketika menghubungi 21 Moneypenny (asisten M) dalam adegan Spectre

3.3 Sony Xperia Z5 mengunduh (downloading) informasi musuh tanpa 21 Harus disentuh dengan fitur perintah suara (voice assistant)

3.4 M (Kepala Dinas Intelijen Inggris M16) menggunakan Sony Xperia Z5 21 saat menerima surat elektronik dan saat membuat panggilan telepon

3.5 M (Kepala Dinas Intelijen Inggris M16) menggunakan Sony Xperia Z5 21 saat menerima surat elektronik dan saat membuat panggilan telepon

3.6 Q (Kepala Divisi Teknologi MI6) menggunakan Sony Xperia Z5 saat 22 menerima panggilan telepon dari M

3.7 Q (Kepala Divisi Teknologi MI6) menggunakan Sony Xperia Z5 saat 22 menerima panggilan telepon dari M

Gambar Lampiran 1. Informan 1 (Wahyu) saat diobservasi 155 Gambar Lampiran 2. Informan 2 (Aidil) saat diwawancarai mendalam 155 Gambar Lampiran 3. Informan 2 (Aidil, kiri) dan Informan 3 155 (Umar, kanan) saat wawancara pendahuluan penentuan informan

Gambar Lampiran 4. Informan 3 (Umar) saat diwawancarai mendalam 156 Gambar Lampiran 5. Informan 5 (Ardian) saat diobservasi 156 Gambar Lampiran 5. Informan 5 (Ardian) saat diobservasi 156


(6)

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

2.1 Kerangka Pemikiran 18

Moneypenny (asisten M) dalam adegan Spectre

3.1 Proses Analisis Data Kualitatif 27

4.1 Time-table penelitian saat proses pengumpulan data 34 Harus disentuh dengan fitur perintah suara (voice assistant)

4.2 Tabel Kategorisasi Hasil Penelitian Melalui Observasi 77 4.3 Tabel Kategorisasi Hasil Penelitian Wawancara Mendalam 79

“Ponsel Cerdas dan Kebutuhan Sosial

4.4 Tabel Kategorisasi Hasil Penelitian Wawancara Mendalam 82 “Pemaknaan Subjektif Penempatan Merek dalam Film”

4.5 Triangulasi Merek Ponsel Cerdas Yang Digunakan 86 4.6 Triangulasi Jumlah Ponsel Cerdas Yang Digunakan 86 4.7 Triangulasi Intensitas Penggunaan Ponsel Cerdas 87 4.8 Triangulasi Durasi Penggunaan Ponsel Cerdas 87 4.9 Triangulasi Alasan Membeli Ponsel Cerdas Dengan Merek Tertentu 88 4.10 Triangulasi Tujuan Menggunakan Ponsel Cerdas 89 4.11 Triangulasi Pemenuhan Kebutuhan Sosial Dengan Ponsel Cerdas 90 4.12 Triangulasi Ruang Lingkup Lingkungan Sosial 91 4.13 Triangulasi Fungsi Ponsel Cerdas di Kelompok Sosial/Keluarga 92 4.14 Triangulasi Hubungan Status Sosial Dengan Ponsel Cerdas 92 4.15 Triangulasi Pemilihan Pulsa atau Pake Data Internet 93

4.16 Triangulasi Makna Ponsel Cerdas 93

4.17 Tabel Analisis Teori Konstruksi Realitas 110 4.18 Tabel Analisis Teori Penempatan Produk 117