LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

3 rasa cinta kasih kepada sesama manusia, membantu kepentingan orang lain dan kepentingan umum. Dengan mewakafkan sebagian harta bendanya akan tercipta rasa solidaritas seseorang. Jalinan kebersamaan dalam kehidupan ini bisa diciptakan dengan mewakafkan harta yang mempunyai nilai spiritual sangat tinggi dan kualitas pahala yang tiada henti. 4 Dalam sejarah Islam, praktik wakaf sudah dimulai sejak awal Islam. Bahkan masyarakat sebelum Islam telah memperaktikkan sejenis wakaf, tetapi dengan nama lain, bukan wakaf. Karena praktik sejenis wakaf telah berada di masyarakat sebelum Islam. Sedang wakaf tunai mulai dikenal pada masa dinasti Ayyubiyah di Mesir. 5 Praktik sejenis wakaf di masyarakat sebelum Islam dibuktikan dengan adanya tempat-tempat ibadah yang dibangun di atas tanah yang pekarangannya di kelola dan hasilnya untuk membiayai perawatan dan honor yang merawat tempat ibadah tersebut. Masjid al-Haram di Mekkah dan Masjid al-Aqsha misalnya telah dibangun di atas tanah yang bukan hak milik siapapun, tetapi milik Allah. Kedua masjid itu dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat. Pertanyaannya, kenapa masyarakat sebelum Islam telah mempraktikan sejenis wakaf? Di masyarakat sebelum islam dikenal 4 Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan masyarakat Islam, 2006, h.21-22. 5 Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan masyarakat Islam, 2006, h.4. 4 praktik sosial itu adalah praktik menderma sesuatu dari seseorang demi kepentingan umum atau dari satu orang untuk semua keluarga. Karena praktik sejenis yang terjadi pada masyarakat sebelum Islam memiliki tujuan yang seiring dengan Islam, yaitu terdistribusinya kekayaan secara adil dan kemudian berjuang pada kesejahteraan secara adil dan kemudian berujung pada kesejahteraan bersama, maka Islam mengakomodirnya dengan sebutan wakaf. Pada tahun kedua hijriah, setelah nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah, disyari’atkanlah wakaf. 6 Secara sosial, wakaf memiliki peran yang cukup strategis di tengah- tengah kemiskinan yang menggurita umat islam Indonesia. Untuk itu pola penyadaran yang terus menerus dilakukan agar para pemilik harta orang kaya bisa meningkatkan volume beribadah yang berdimensi sosial. Karena wakaf memiliki kontribusi solutif terhadap persoalan-persoalan ekonomi kemasyarakatan. Kalau dalam tataran pendekatan keagamaan, wakaf berbicara tentang nilai- nilai pahala yang akan didapatkan oleh umat Islam yang menjalankannya, sedangkan pada pendekatan kesejahteraan sosial, wakaf menjadi jawaban konkrit dalam relitas problematika kehidupan sosial-ekonomi masyarakat. Karena secara ideologis, penguasaan harta kekayaan oleh seorang lembaga secara monopolistik akan bisa melahirkan eksploitasi oleh kelompok kaya terhadap miskin. Dan eksploitasi sosial-ekonomis ini 6 Ibid., h. 6 5 pada gilirannya nanti akan menimbulkan dis-harmoni sosial yang yang bisa mengakibatkan kesenjangan sosial yang tajam. Pemahaman secara sosial harus ditanamkan secara berkesinambungan, bahwa harta tidaklah cukup dimiliki dan dikuasai sendiri, melainkan juga harus dinikmati bersama. 7 Saat ini macam-macam wakaf berkembang, seperti wakaf benda bergerak dan wakaf benda tidak bergerak. Wakaf benda tidak bergerak seperti tanah dan properti. Sedangkan wakaf benda bergerak bisa berbentuk surat berharga, logam mulia atau wakaf uang. Dibanding model wakaf lain, wakaf uang memiliki keunggulan lebih fleksibel dan tidak mengenal batas pendistribusian, sehingga wakaf uang mempunyai keunggulan daripada wakaf benda tetap lainnya, diantaranya adalah: pertama, wakaf uang jumlahnya bisa bervariasi, sehingga seseorang yang memiliki dana terbatas sudah dapat memberikan dana wakafnya tanpa menjadi tuan tanah. Kedua, melalui wakaf uang dan asset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah kosong bisa diolah untuk lahan pertanian. Ketiga dana wakaf uang dapat membantu sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam yang cash flow nya terkadang naik turun. Keempat, dengan wakaf uang umat Islam dapat lebih mandiri dalam mengembangkan pendidikan tanpa mengggantungkan anggaran pendidikan negara yang semakin terbatas. 8 7 Ma’ruf, dan Tim penyusun buku, Strategi Pengembangan Wakaf tunai di Indonesia, Jakarta, 2006. Cet. II, h.26. 8 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf Jakarta: PT.Grasindo, 2006 h.68. 6 Keberadaan wakaf juga terbukti telah banyak membantu bagi pengembangan ilmu- ilmu medis melalui penyediaan fasilitas-fasilitas publik dibidang kesehatan. Untuk itu agar sektor kesehatan masyarakat lebih serius, perlu adanya upaya dari semua pihak, khususnya lembaga-lembaga kegamaan yang memiliki potensi ekonomi cukup tinggi untuk ikut serta berperan dalam persoalan tersebut. Selain melalui pemberdayaan ZIS zakat, infak dan sedekah, pemberdayaan dana wakaf tunai yang sudah dikembangkan bisa menjadi alternatif yang sangat menjanjikan. Paling tidak, dengan adanya dukungan sektor riil dari dana wakaf tunai, tugas-tugas pemerintah dalam bidang kesehatan dapat terbantu. Menurut asumsi Mustafa Edwin Nasution tentang potensi wakaf di Indonesia dengan jumlah umat muslim dermawan diperkirakan sebesar 10 juta jiwa dengan rata-rata penghasilan perbulan Rp. 500.000 hingga Rp. 10.000,000, maka paling tidak akan terkumpul dana sekitar 3 Triliun pertahun dari dana wakaf, seperti perhitungan tabel berikut ini : Tingkat Penghasilan bulam Jumlah Muslim Tarif Wakaf Uang Bulan Potensi Wakaf Uang bulan Potensi Wakaf Uang tahun Rp. 500.000 4 juta Rp 5000 Rp 20 Milyar Rp 240 Milyar Rp 1 juta – Rp 2 juta 3 juta Rp 10.000 Rp 30 Milyar Rp 360 Milyar Rp 2 juta – 5 juta 2 juta Rp. 50.000 Rp 100 Milyar Rp 1,2 Triliyun Rp 5 juta – 10 juta 1 juta Rp. 100.000 Rp 100 Milyar Rp 1,2 Triliyun Total Rp 3 Triliyun Sebesar apapun aset yang dimiliki bila tidak di tangani oleh SDM nazhir yang handal dan profesional, maka aset wakaf tetap diam, dan tidak bergerak ke arah produktif. Seperti yang terjadi pada aset wakaf berupa tanah. Ternyata benar tanah 7 wakaf yang kurang produktif itu berbanding lurus dengan kualitas pengelolaannya. Para nazhir ternyata tidak fokus dalam mengelola aset, mereka mayoritas bekerja sambilan dan tidak diberi upah 84, dan yang bekerja secara penuh dan terfokus ternyata amatlah minim 16. Selain itu wakaf di Indonesia lebih banyak dikelola oleh perseorangan 66 alias trradisional daripada organisasi profesional 16 dan berbadan hukum 18. 9 Penyelenggaraan pelayanan kesehatan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, sebagian besar dilakukan melalui puskesmas yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan dan mensejahterkan masyarakat khususnya dibidang kesehatan. Dalam rangka pengembangan wakaf secara maksimal, sebagaimana amanat Undang-Undang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, diperlukan lembaga profesional pengelola wakaf. Namun, tidak banyak lembaga yang mampu mengemban amanat sebesar ini. Namun, ditengah kerisauan itu, lahirlah sebuah lembaga nirlaba yang memfokuskan diri dibidang ini, yaitu Tabung wakaf Indonesia TWI. Salah satu kelebihan dari Tabung Wakaf Indonesia TWI yang layak untuk dijadikan sebagai salah satu percontohan adalah manajemen dibidang wakaf tunai. TWI merupakan lembaga wakaf yang didirikan oleh Dompet Dhuafa dan diresmikan pada tanggal 14 Juli 2005. TWI berperan sebagai lembaga yang melakukan 9 Wakaf Cente r, “Potensi Wakaf di Indonesia” artikel diakses pada 08 November 2011 dari http:amanah-sharia.comindex.php?option=com_contentview=articleid=63:potensi-wakaf-di- ind2catid.html 8 sosialisasi, edukasi dan advokasi wakaf kepada masyarakat sekaligus berperan sebagai lembaga penampung dan pengelola harta wakaf . 10 Tabung Wakaf Indonesia TWI merupakan yayasan yang kredibel dan memenuhi persyaratan sebagai nadzir wakaf berbentuk badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan bergerak dibidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan kegamaan Islam. Sehingga TWI merupakan salah satu wadah dalam menghimpun harta benda wakaf dari para wakif yang mempercayakan harta bendanya untuk diwakafkan dengan menunjuk TWI selaku nazhirnya. Khusus untuk wakaf tunai, TWI akan melakukan kegiatan penghimpunan yang dapat bekerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya baik langsung maupun tidak dalan kegiatan operasional lembaga keuangan atau perbankan syariah dengan mengeluarkan produk bersama antara TWI dan lembaga keuangan atau perbankan syariah tertentu dalam bentuk simpanan dana wakaf masyarakat pada perbankan syariah tersebut. Beberapa bukti konkrit program wakaf tunai untuk keadilan sosial yang dilakukan TWI salah satumya adalah kepedulian TWI dalam membantu kaum dhuafa dibidang kesehatan. TWI memiliki salah satu program dimana dari hasil wakaf uang yang digunakan untuk membiayai kesinambungan pengobatan sekelompok masyarakat miskin secara cuma-cuma yaitu Layanan Kesehatan Cuma-Cuma LKC yang merupakan layanan kesehatan gratis yang bertempat di Ciputat Tangerang Banten. Klinik kesehatan ini dibangun Dompet 10 Sudirman Setiono, “ Manajemen Wakaf Tunai di Tabung Wakaf Indonesia” artikel ini diakses pada 29 Januari 2011 dari http:sudirmansetiono.blogspot.com200912manajemen-wakaf- tunai-di-tabung-wakaf.html. 9 Dhuafa bertujuan untuk membantu kaum dhuafa dibidang layanan kesehatan tanpa memungut biaya sepeserpun. Kehadiran LKC ini adalah objek wakaf tunai yang efektif, memberi secercah harapan semangat hidup sehat kaum dhuafa. Dengan adanya lembaga layanan ini, golongan masyarakat dhuafa bisa memperoleh haknya tanpa perlu dibebankan oleh biaya-biaya seperti halnya rumah sakit-rumah sakit konvensional. Dalam hal wakaf uang, LKC berperan sebagai objek uang, berapapun nilainya dikelola untuk membantu kaum miskin dibidang kesehatan. 11 Penerimaan wakaf yang diterima TWI untuk periode yang berakhir 29 syaban 1431 H 2010 dan 29 Syaban 1430 H 2009 sebesar Rp.9.776.466.636 yang kemudian dana wakaf tersebut dialokasikan untuk wakaf dibidang soial, kesehatan, pendidikan, termasuk didalamnya untuk biaya operasional total wakaf seluruhnya sebesar Rp.742.955.200. Dan dana wakaf tersebut menghasilkan surplus sebesar Rp.9.003.511.436 dimana surplus wakaf tersebut yang akan disalurkan TWI untuk program-programnya, salah satunya program TWI dibidang kesehatan yaitu Layanan Kesehatan Cuma-Cuma LKC. 12 Layanan Kesehatan Cuma-Cuma LKC merupakan lembaga non-profit jejaring Dompet Dhuafa Republika khusus dibidang kesehatan yang melayani kaum dhuafa secara paripurna melalui pengelolaan dana sosial masyarakat ZIZWAF- 11 Suhardi K.Lubis, “ Prospek Wakaf Tunai dalam Pembinaan” artikel diakses pada 25 Januari 2011 dari http:suhrawardilubis.multiply.comjournalitem9. 12 Wawancara Pribadi dengan Mariana Ulfah , Accounting Tabung Wakaf Indonesia. Jakarta 15 Maret 2011. 10 zakat, infak, sedekah wakaf dan dana sosial masyarakat. Begitu juga untuk membayar dokter berasal dari dana ZISWAF dan dana sosial dari masyarakat. Jadi, LKC memberikan pelayanan kesehatan kepada kaum dhuafa tanpa membebankan biaya sepeserpun. 13 Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin meneliti dan mengkaji secara teoritis dan praktis mengenai pengelolaan hasil dana wakaf tunai untuk pengembangan Layanan Kesehatan Cuma- Cuma LKC bagi masyarakat miskin kaum dhuafa. Penulis menulisnya dalam sebuah skripsi yang berjudul: “PENGELOLAAN DANA DAN HASIL WAKAF TUNAI DI TABUNG WAKAF INDONESIA TWI UNTUK PENGEMBANGAN LAYANAN KESEHATAN CUMA-CUMA LKC.

B. Pembatasan Perumusan Masalah

Begitu luas pembahasan materi mengenai pengelolaan wakaf tunai. Oleh karena itu perlu ada batasan yang tegas agar tidak terjadi kekaburan wacana dan mencapai fokus yang diharapkan. Penulis membatasinya dengan beberapa hal, diantaranya: 1. Lembaga yang menjadi tempat studi penelitian adalah Tabung Wakaf Indonesia TWI. 2. Dana wakaf yang menjadi objek penelitian hanya dana wakaf tunai TWI saja. 13 Layanan Kesehatan Cuma-Cuma, “Program Pembiayaan Pasien”, artikel ini diakses pada 17 Maret 2011 dari http:lkc.or.idindex.phpprogrampembiayaan-pasien. 11 3. Program dari TWI yang menjadi fokus penulis hanya program Layanan Kesehatan Cuma-Cuma LKC. Perumusan masalah adalah suatu tahapan penting dalam suatu proses penelitian. Masalah yang diteliti diharapkan akan mencapai kejelasan dan fokus, dengan demikian masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penghimpunan dana wakaf tunai di Tabung Wakaf Indonesia? 2. Bagaimana perkembangan hasil pengelolaan wakaf tunai yang dikelola TWI semenjak berdiri dari tahun 1426 H 2005 – 1431 H 2010? 3. Bagaimana pengelolaan dana dan hasil wakaf tunai yang dilakukan TWI dalam pengembangan LKC?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, penulis berusaha untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu: 1. Untuk mengetahui penghimpunan dana wakaf tunai yang dilakukan TWI. 2. Untuk mengetahui pengelolaan wakaf uang yang dilakukan TWI dalam pengembangan LKC. 3. Untuk mengetahui perkembangan LKC sebagai salah satu program TWI yang dibangun dari wakaf tunai. 12 Sedangkan manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat bagi TWI dapat mengalokasikan hasil wakaf tunai secara profesional dan tepat sasaran, salah satunya yaitu dengan membuat program dibidang kesehatan seperti pengembangan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma LKC. 2. Manfaaat bagi lembaga keilmuan, tema ini memberikan informasi mengenai besarnya potensi wakaf tunai untuk kemaslahatan umat, khususnya kaum dhuafa. 3. Manfaaat bagi penulis dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan mengenai wakaf, khususnya wakaf tunai yang dikelola TWI untuk pengembangan LKC.

D. Review

Studi Terdahulu Tema yang peneliti angkat merupakan sesuatu yang belum banyak dikaji orang, juga tidak banyak mendapat perhatian orang. Sebagaimana studi awal yang dilakukan peneliti di Fakultas Syari’ah dan Hukum dan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah secara umum belum ada yang membahas mengenai pengelolaan wakaf tunai yang dilakukan TWI dalam pengembangan LKC. Uraian berikut akan memaparkan sebuah penelitian yang sudah dilakukan, sehingga menjadi jelas bagaimana penelitian ini relevan dan penting dilakukan. 1. Idik Komarudin melakukan penelitian dalam skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009, dengan judul Efektifitas Pengelolaan Wakaf Tunai di Tabung