Pendahuluan Pengelolaan dana dan hasil wakaf tabung wakaf Indonesia (TWI) untuk pengembangan layanan kesehatan cuma-cuma (LKC)

20 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG WAKAF TUNAI

A. Pengertian dan Dasar Hukum Wakaf Tunai

a. Pengertian Wakaf Kata “Wakaf” berasal dari bahasa Arab Waqafa yang menurut bahasa Waqafa artinya ﻠ menahan. 16 Menurut Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibary dalam kitab Fathul Mu’in, wakaf adalah: Artinya: “Menahan harta yang bisa dimanfaatkan dalam keadaan barangnya masih tetap dengan cara memutus pentasarrufannya, untuk diserahkan buat keperluan yang mubah dan berarah.” 17 Para ahli fiqih berbeda dalam mendefinisikan wakaf menurut istilah, sehingga mereka berbeda pula dalam memandang hakikat wakaf itu sendiri. Berbagai pandangan tentang wakaf menurut istilah sebagai berikut: 18 16 Muhammad Qadri Basya, Al- „Adli wal-Insofi fil-Qhadhai „ala Musykilati al-Auqaf Daa]russalam: 1428 H 2006 M, h.77. 17 Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibary, Fath ul Mu‟in, atau Fathul Mu‟in. Penerje mah Drs. H. Aliy As’ad Kudus: Menara Kudus, 1979, h. 344. 21 Menurut Abu Hanifah wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum tetap milik si wakif dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan. Berdasarkan definisi itu maka pemilikan harta wakaf tidak lepas dari si wakif, bahkan ia dibenarkan untuk menariknya kembali dan ia boleh menjualnya. Jika si wakif wafat, harta tersebut menjadi harta warisan buat ahli warisnya. Jadi yang timbul dari wakaf hanyalah “menyumbangkan manfaat”. Karena itu mazhab Hanafi mendefinisikan wakaf adalah : “Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus tetap sebagai hak milik, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu pihak kebajikan sosial, baik sekarang ataupun akan datang” 19 Menurut mazhab Malikiyah, Ibn Arafah mendefinisikan bahwa wakaf adalah memberikan manfaat sesuatu, pada batas waktu keberadaannya, bersamaan tetapnya wakaf dalam kepemilikan si pemberinya meski hanya perkiraan pengandaian. Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut: a Kalimat “memberikan manfaat” berarti mengecualikan pemberian barang. Seperti hibah. Maka orang yang berhibah memberi berarti memberikan barang kepada orang yang dihibahkan. b Kalimat “sesuatu” berarti selain manfaat atau uang atau yang diuangkan. Karena sesuatu itu cakupannya lebih umum, hanya saja dikhususkan dengan definisi tetapnya kepimilikan. 18 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Fiqh Wakaf Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2006, h.2 19 Ibid., h. 2