C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengawasan pemerintah terhadap perusahaan pelaksana
penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri. 2.
Untuk mengetahui kendala dalam pengawasan terhadap tenaga kerja Indonesia dan sanksi hukum pada pelanggaran tugas perusahaan pelaksana penempatan
Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri. 3.
Untuk mengetahui kebijakan yang harus diterapkan dalam penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat antara lain :
1. Secara teoritis
a. Sebagai bahan informasi bagi akademisi maupun sebagai bahan
perbandingan bagi para peneliti yang hendak melaksanakan penelitian tentang peranan pemerintah terhadap perusahaan pelaksana penempatan
tenaga kerja Indonesia di luar negeri. b.
Sebagai bahan bagi pemerintah Republik Indonesia dalam penyempurnaan peraturan Perundangan-undangan tentang pengaturan ketenagakerjaan,
khususnya yang berkaitan dengan peranan pemerintah terhadap perusahaan pelaksana penempatan tenaga kerja.
Universitas Sumatera Utara
c. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan
hukum, terutama hukum ketenagakerjaan Indonesia.
2. Secara praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak- pihak yang berhubungan langsung dengan permasalahan seputar perusahaan
pelaksana penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini difokuskan untuk meneliti tentang peran pemerintah terhadap perusahaan pelaksana penempatan tanaga kerja Indonesia, terutama lembaga-
lembaga yang telah menimbulkan kerugian terhadap kepentingan tenaga kerja Indonesia.
Berdasarkan penelusuran kepustakaan dari hasil-hasil penelitan yang pernah dilakukan, khususnya di Universitas Sumatera Utara, penelitian mengenai lembaga-
perusahaan pelaksana penempatan tenaga kerja di Indonesia sudah dilakukan, yaitu oleh Besty Habahaean, dengan judul : Peranan Perjanjian Antara Perusahaan Jasa
Tenaga Kerja Indonesia PPTKIS dengan Tenaga Kerja Indonesia TKI di Kota Medan, dengan perumusan masalah:
a. bagaimanakah bentuk perjanjian yang dibuat oleh Perusahaan Jasa
Tenaga Kerja Indonesia PPTKIS dengan Tenaga Kerja Indonesia TKI di Kota Medan ?
b. Bagaimanakah hak dan kerwajiban para pihak dengan adanya
perjanjian tersebut ? c.
Bagaimanakah peranan perjanjian terhadap Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia PPTKIS dengan Tenaga Kerja Indonesia TKI
Universitas Sumatera Utara
Namun penelitian mengenai Peranan Pemerintah Dalam Pengawasan Perusahaan Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta Di Luar Negeri,
belum pernah dilakukan, baik dari segi judul, permasalahan dan lokasi serta daerah penelitian yang belum pernah dilakukan oleh peneliti lain, maka berdasarkan hal
tersebut, maka dengan demikian, penelitian ini adalah asli, serta dapat dipertanggungjawabkan keasliannya secara ilmiah.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka teori
Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktifitas penelitian dan imajinasi sosial, juga sangat ditentukan oleh teori.
29
Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya mendudukkan
masalah penelitian yang telah dirumuskan di dalam kerangka teoritis yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut.
30
Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis si penulis mengenai sesuatu kasus
atau permasalahan problem yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis.
31
Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa setiap warganegara Indonesia berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak. Selama ini, Pemerintah Indonesia sudah mengatur masalah
29
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1982, hal. 6
30
Made Wiratha, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis, Edisi 1, Yogjakarta: Andi, 2006, hal. 6
31
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 1994, hal. 80
Universitas Sumatera Utara
perlindungan terhadap tenaga kerjanya di luar negeri, baik yang skala nasional maupun internasional. Sementara itu, selain berhak memperoleh pekerjaan, Pasal 38
ayat 2 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia lebih menegaskan lagi bahwa warga negara juga berhak dengan bebas memilih pekerjaan
yang disukainya. Perlindungan hukum tenaga kerja, ditinjau dari metode berpikir Liberalisme
32
, maka perlindungan hukum dapat diprediksi merupakan perlindungan terhadap hak
rakyat yang berdaulat. Hak rakyat yang berdaulat sama halnya dengan hak-hak asasi rakyat yang harus dikedepankan karena kedaulatan milik rakyat.
Bahwa perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerjaburuh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan
tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerjaburuh dan keluarganya.
Dengan demikian akan tampak titik temu dengan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik, di antaranya partisipasi masyarakat, yang dapat diakomodasi
dalam politik hukum. Dalam hubungannya dengan hak-hak asasi TKI, dapat dimengerti jika Mette Kjoer dan Klavs Kinnerup mengatakan bahwa secara
32
Budi Astuti, Sertifikasi Uji Kompetensi Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja IndonesiaTenaga Kerja Wanita Pelaksana Rumah Tangga .Tesis,Semarang: Universitas
Diponegoro. Hal. 7.
Universitas Sumatera Utara
konseptual akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan akan sejalan dengan hak asasi manusia.
33
Problem yang dialami oleh TKI di luar negeri pada dasarnya terletak pada persoalan perlindungan oleh negara ini terhadap warganya di luar negeri.
Perlindungan TKI yang meliputi perlindungan sejak pra penempatan, selama penempatan dan purna penempatan, belum terlaksana secara optimal. Masa Pra
Penempatan meliputi fungsi sosialisasi pengrekrutan calon TKI tidak optimal dilaksanakan, sehingga berakibat rendahnya kesiapan TKI. Umumnya calon TKI
yang berpendidikan rendah, kurang mampu menerima materi pelatihan dan pembekalan akhir pemberangkatan PAP, akibatnya tidak paham atas hak dan
kewajiban selama menjadi TKI. Aspek perlindungan terhadap penempatan tenaga kerja di luar negeri sangat
terkait pada sistem pengelolaan dan pengaturan yang dilakukan berbagai pihak yang terlibat pada pengiriman tenaga kerja Indonesia keluar negeri. Untuk langkah
penempatan tenaga kerja di luar negeri, Indonesia telah menetapkan mekanisme melalui tiga fase tanggung jawab penempatan yakni fase pra penempatan, selama
penempatan dan purna penempatan. Aspek hukum ketenagakerjaan
34
harus selaras dengan perkembangan ketenagakerjaan saat ini yang sudah sedemikian pesat, sehingga substansi kajian
33
Alfreddson, dikutip oleh Amrullah A. Politik Hukum Pidana Dalam Perlindungan Korban Kejahatan Ekonomi Di Bidang Perbankan. Malang: 2000, hal. 3.
34
Aris Ananta, Liberalisasi ekspor dan impor Tenaga Kerja suatu pemikiran awal, Yogyakarta: Pusat Penelitia Kependudukan UGM, 1996, hal. 245.
Universitas Sumatera Utara
hukum ketenagakerjaan tidak hanya meliputi hubungan kerja kerja semata, akan tetapi telah bergeser menjadi hubungan hukum antara pekerja, pengusaha, dan
pemerintah yang substansi kajian tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja during employment, tetapi setelah hubungan kerja post
employment. Konsepsi ketenagakerjaan inilah yang dijadikan acuan untuk mengkaji perangkat hukum yang ada sekarang, apakah sudah meliputi bidang- bidang tersebut
atau belum. Penempatan dan perlindungan calon TKITKI berasaskan keterpaduan,
persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, anti diskriminasi serta anti perdagangan manusia.
35
Penempatan dan perlindungan calon TKITKI bertujuan untuk 1 memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja
secara optimal dan manusiawi; 2 menjamin dan melindungi calon TKITKI sejak di dalam negeri, di negara tujuan, sampai kembali ke tempat asal di Indonesia; dan 3
meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya. Guna melindungi calon TKITKI,
orang perseorangan dilarang menempatkan warga negara Indonesia untuk bekerja di luar negeri.
Dianggap sebagai perbuatan menempatkan, setiap perbuatan dengan sengaja memfasilitasi dan mengangkut atau memberangkatkan warga negara
Indonesia untuk bekerja pada pengguna di luar negeri baik dengan memungut biaya maupun tidak, dari yang bersangkutan.
35
Mohd. Syaufii Syamsuddin, Norma Perlindungan Dalam Hubungan Industrial, Jakarta: Sarana Bhakti Persada, 2004, hal. 34.
Universitas Sumatera Utara
2. Konsepsi