B. Penyederhanaan Prosedur Penempatan TKI di Luar Negeri
Kebijakan dan Strategi Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri Kebijakan penempatan TKI di luar negeri diarahkan untuk memanfaatkan peluang
kerja di luar negeri dengan mengedepankan aspek perlindungan terhadap harkat dan martabat serta keselamatan dan kesehatan TKI sejak di daerah asal, selama di negara
tujuan sampai kembali ke daerah asal. Untuk itu, strategi yang telah dan akan
dilakukan oleh Pemerintah dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yakni:
1. Regulasi, dilakukan dengan menerbitkan Undang-Undang No. 39 Tahun 2004
tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri dan menyusun berbagai peraturan pelaksanaannya.
2. Kelembagaan, dilakukan dengan membagi kewenangan pusat dan daerah secara
jelas di dalam sistem penempatan dan perlindungan TKI. Tindakan, dilakukan dalam berbagai bentuk, antara lain: Melaksanakan Instruksi Presiden Nomor 06
Tahun 2006 tentang Reformasi Kebijakan Sistem Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri, dengan cara:
a. Penyederhanaan birokrasi pelayanan penempatan TKI seperti
penyederhanaan prosedur penempatan yang semula 24 simpul menjadi 14 simpul.
b. Meringankan beban biaya yang ditanggung oleh CTKI dengan
membebaskan biaya Fiskal, tidak menaikkan biaya Paspor, membebaskan
Universitas Sumatera Utara
biaya pengurusan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri KTKLN, membebaskan biaya PAP
Untuk penyederhanaan prosedur dan mekanisme serta peningkatan pelayanan penempatan Tenaga Kerja Indonesia telah dibentuk Balai Pelayanan Penempatan
Tenaga Kerja Indonesia BP2TKI di daerah provinsi pengirim Tenaga Kerja Indonesia. BP2TKI tersebut berfungsi sebagai pelayanan satu atap, untuk
mempermudah, mempermurah, mempercepat dan mengamankan proses penempatan Tenaga Kerja Indonesia. Perkembangan lebih lanjut pada Tahun 2004, telah terbit
Undang-Undang Nomor 39 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Pasal 5 menyatakan bahwa:Pemerintah bertugas mengatur,
membina, melaksanakan dan mengawasi penyelenggaraan penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri.
Meningkatkan kualitas TKI melalui pelatihan keterampilan, kemampuan, bahasa dan persiapan mental. Hanya akan menempatkan TKI yang dinilai sudah
memenuhi syarat kompetensi yang dibuktikan dengan sertifikat dari Lembaga
Sertifikasi Profesi LSP yang ditunjuk oleh Depnakertrans.
Birokrasi yang terlalu panjang menyebabkan praktik penempatan ilegal marak. Oleh karena itu, Apjati ingin bersama pemerintah untuk menyampaikan hasil
evaluasi terhadap penerapan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri serta
Universitas Sumatera Utara
implementasi Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2006 tentang Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.
93
C. Penegakan Hukum dalam Pengawasan Perusahaan Penempatan TKI