Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 184
kepercayaan 10 ternyata cukup signifikan
tahun sebelumnya adalah ǿ = -0,1174 hasil estimasi dari ǿ adalah negatif, dan t rationya
-3,2127 sehingga ǿ tidak cukup negative
jumlah elastisitas β yang diestimasi adalah
Tanda negatif koefisien dari elastisi
3. Hasil uji unit root untuk variabel manfaat ekonomi hutan lindung:
Koefisien dari logme_hl
-1
dari persamaan di atas adalah ǿ =0,7688 hasil
estimasi dari ǿ adalah positif, dan t ratio
adalah juga positif 3,2403, sehingga pengujian dari critical value pada tingkat
kepercayaan 0,05 tidak cukup negatif untuk menolak hipotesis non stationer, oleh karena
itu, agar model menjadi stabil, maka variabel log
me_hl menjadi first order AR process, variable ini harus di defference satu kali agar
menjadi stationer. Hasilnya adalah bahwa koefisien logme_hl ǿ= -0,0361 dan t
rationya = -0,1733. sehingga hasil estimasi ǿ dan t rationya cukup negatif untuk menolok
hipotesis non stationer karena critical value untuk t pada tingkat kepercayaan 0,01 1
ǿ = -3,8867 tingkat kepercayaan 0,05 ǿ= -3,0521 dengan jumlah n= 17. Sehingga
terima hipotesis H
1
yang menyatakan bahwa hasil estimasi adalah stationer. Berarti
dependent variabelnya
yakni manfaat
ekonomi hutan lindung harus memasukan 2 lag variabelnya dalam variable penjelas,
tetapi tetap diestimsi dengan penjumlahan nilai koefisiennya.
Setelah diestimasi antara variabel manfaat ekonomi hutan lindung dengan 2
variabel lagnya, maka diperoleh persamaan manfaat ekonomi hutan lindung yang
dipengaruhi oleh lagnya dalam jangka panjang. Sehingga jumlah elastisitas β yang
diestimasi adalah menjadi 0,7327. hal ini
berimplikasi bahwa saling hubungan jangka panjang dalam manfaat ekonomi hutan
lindung dapat diestimasi dengan: Kemudian, jika dihitug mean lag
untuk menyimpulkan lag strukturnya, dari variable dependentnya adalah:
Yang berarti
bahwa rata-rata
perubahan dalam lag manfaat ekonomi hutan lindung mengambil 0,049 periode sebelum
lag ini mempengaruhi manfaat ekonomi hutan lindung, maksudnya manfaat ekonomi
sekarang hanya dipengaruhi oleh manfaat ekonomi hutan lindung tahun sebelumnya
pada 0,049 periode atau lebih kurang 3 bulan lalu manfaat ekonomi hutan lindung
sebelumnya. Jika demikian halnya maka faktor nilai jasa lingkungan yang dihitung
dari nilai karbon menjadi faktor yang cukup berpengaruh di samping faktor lainnya.
4. Hasil uji unit root untuk variabel nilai jasa lingkungan:
Hasil uji unit root memperlihatkan bahwa variabel jasa lingkungan menjadi
stationer setelah di difference 1 kali, yang berarti harus memasukan dua variabel
lagnya ke dalam model manfaat ekonomi hutan lindung. Nilai t
statistic Augmented Dickey-Fuller test adalah sebesar -3,0179
dan ternyata tidak cukup negatif untuk mampu menolak hipotesis non stationer
pada tingkat kepercayaan 1 dan 5 yang nilai t sattistiknya masing-masing sebesar
-4,2971 dan -3,2127. tetapi pada tingkat
Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 185
kepercayaan 10 ternyata cukup signifikan untuk menolak non stationer yakni t
rationya adalah sebesar -2, 7475. Berarti untuk variable nilai jasa lingkungan harus
memasukkan 2 lag variabelnya untuk dapat mempengaruhi manfaat ekonomi hutan
lindung. Implikasinya, nilai jasa lingkungan
yang diambil dari nilai karbon yang akan mempengaruhi nilai manfaat ekonomi hutan
lindung adalah apabila nilai karbon dua tahun yang lalu, atau nilai karbon yang relatif
lebih padat yang ditunjukkan oleh semakin lebatnya daun pohon tegakan hutan. Semakin
lebat daun pohon tegakan hutan, semakin padat karbon yang dihasilkan. Sehingga nilai
jasa lingkungan berupa kandungan karbon di hutan lindung sangat dipengaruhi oleh
seberapa padat nilai karbon yang diperoleh pada 2 tahun sebelumnya. Hasil estimasinya
adalah sebagai berikut:
Elastisitas dari jasa lingkungan tahun sebelumnya adalah ǿ = -0,1174 hasil
estimasi dari ǿ adalah negatif, dan t rationya adalah juga negative yakni sebesar -0,3227
sehingga pengujian critical value dengan tingkat kepercayaan 0,05 adalah sebesar
-3,2127 sehingga ǿ tidak cukup negative untuk dapat menolok hipotesis non stationer,
tetapi pengujian critical value dengan tingkat kepercayaan 0,10 adalah sebesar -2,7477
cukup negatif untuk mampu menolak hipotesis non stationer. Artinya, variabel
jasa lingkungan harus dimasukan satu variabel lagnya untuk dapat mempengaruhi
nilai manfaat ekonomi hutan lindung. Setelah diestimasi antara variabel
manfaat ekonomi hutan lindung dengan variabel jasa lingkungan dengan satu lag
variabelnya, maka diperolehlah persamaan manfaat ekonomi hutan lindung sebagai
berikut:
Berdasarkan hasil estimasi ini, maka jumlah elastisitas β yang diestimasi adalah
-3,5215 hal ini menunjukkan bahwa saling hubungan jangka panjang antara manfaat
ekonomi hutan nilai dengan nilai jasa lingkungannya terutama nilai kandungan
karbon dapat diestimasi dengan:
Tanda negatif koefisien dari elastisi- tasnya menunjukkan hubungan yang terba-
lik antara manfaat ekonomi hutan lindung dengan nilai jasa lingkungan terutama jum-
lah karbon yang tersedia. Artinya, apabila jumlah karbon berkurang sebesar 1 persen,
maka manfaat ekonomi hutan lindung untuk non hutan akan bertambah sebesar Rp 3,52
jutaha, demikian pula sebaliknya.
5. Hasil uji unit root untuk variabel stumpage value