Nilai Ekonomi Hutan Lindung dan Pertambangannya

Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 183 2,68 juta ton terutama di kecamatan X Koto dan Payung Sekaki. Terakhir potensi batubara dengan tingkat keyakinan geologi hipotetik paling besar itu terdapat di kabupaten Solok Selatan sebesar 229,43 juta ton, kabupaten Pesisir Selatan sebesar 36,03 juta ton dan kabupaten Tanah Datar sebesar 25 juta ton. Terdapat 7 kabupaten dan kota yang memiliki potensi batubara dengan tingkat keyakinan geologi hipotetik tersebut, tetapi empat kabupaten potensial tersebut ternyata potensi batubaranya terdapat di kawasan hutan lindung yakni kabupaten Pesisir Selatan, Pasaman, Solok Selatan dan Dharmasraya. Kendala yang dihadapi selama ini adalah upaya penyelidikan terhambat dan mendapat tantangan dari status lahan hutan dan lahan diatasnya. Hampir semua penye- lidikan geologi yang dilakukan di kawasan hutan harus mendapat izin terlebih dahulu dari Departemen Kehutanan yang mengang- gap bahwa lahan hutan itu sendiri berada di bawah kewenangannya. Semua kawasan penyelidikan geologi yang dilakukan selalu diklaim sebagai kawasan hutan lindung, pada hal vegetasi yang ada disana tidak menunjukkan cirri-ciri sebagai hutan lind- ung. Hal ini ditemui di kabupaten Solok dan kabupaten Pasaman. Maka untuk membuat potensi pertambangan Sumatera Barat da- pat dikatahui kelayakan ekonominya, maka diperlukan koordinasi dan kemudahan periz- inan dari dinas kehutanan di kabupaten Kota yang bersangkutan. Jika koordinasi lintas di- nas ini belum dapat dilaksanakan maka po- tensi pertambangan dan sumber daya min- eral di Sumatera Barat tidak dapat diketahui kelayakan ekonominya.

2. Nilai Ekonomi Hutan Lindung dan Pertambangannya

Penghitungan manfaat ekonomi hu- tan lindung dengan segala potensinya adalah dengan menggunakan model ekonometrika dinamik. Variable dependennya adalah man- faat ekonomi hutan lindung yang nilainya diperoleh dari manfaat hutan dari sektor kehutanan sendiri dan manfaat hutan lin- dung yang mengandung nilai ekonomi tam- bang yang nilainya diambil dari nilai PDRB Sumatera Barat dari sektor pertambangan. Sedangkan variable independennya adalah nilai jasa lingkungan yang datanya dipe- roleh dari nilai karbon per ha yang dihasilkan dari luasan hutan lindung yang ada, dimana untuk satu hektar luasan hutan lindung akan mengandung 71,65 tonha karbon, variabel bebas berikutnya adalah nilai timber yang diperoleh dari nilai stumpage hutan lindung yang ada, dan terakhir adalah variabel nilai ekonomi tambang untuk semua jenis bahan galian tambang. Sebelum model diregresikan dengan menggunakan data time series, maka dilakukan terlebih dahulu pengujian unit root unit root test yang bertujuan untuk mengetahui apakah semua variabel dalam error correction model ECM adalah stationer atau non stationer Thomas, 1997 dan Verbeek, 2000, pada order process yang keberapa model time series yang dimiliki stationer atau sesuai, yang pada akhirnya dapat terhindar dari regressi palsu spurious regression. menjadi lebih teridentfikasi bahkan pada Sumatera Barat yang diklasifikasikan atas juta ton terdiri dari tidak teridentifikasi 10.823,30 juta ton telah teridentifikasi. Total Barat lebih besar tidak teridentifikasi jika dibandingkan dengan yang teridentifikasi, menjadi teridenfikasi dengan kategori : Diagram Sistem Klasifikasi Sumberdaya Mineral Sumatera Barat Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 184 kepercayaan 10 ternyata cukup signifikan tahun sebelumnya adalah ǿ = -0,1174 hasil estimasi dari ǿ adalah negatif, dan t rationya -3,2127 sehingga ǿ tidak cukup negative jumlah elastisitas β yang diestimasi adalah Tanda negatif koefisien dari elastisi

3. Hasil uji unit root untuk variabel manfaat ekonomi hutan lindung: