Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 119
Hasil  identifikasi  awal  Dinas  Pertanian, Peternakan,  dan  Perkebunan  Kabupaten
Kepulauan  Mentawai    mengungkapkan kerusakan tanaman padi sawah,  sagu, talas,
dan pisang masing-masing hanya seluas 80, 5, 37,dan 108 ha Tabel 4.
Kelapa  merupakan    tanaman  yang paling  luas  mengalami  kerusakan  akibat
gempa dan tsunami dengan total luas 1.286 ha dan sekitar 75,8 dari luas kerusakan ini
terjadi di Kecamatan Pagai Selatan. Luasnya kerusakan  tanaman  kelapa  ini  disebabkan
sebagian  besar  terhampar  pada  kawasan pantai dan berdekatan dengan pusat gempa.
Sedangkan  tanaman  perkebunan  lain  yang mengalami kerusakan adalah tanaman  kakao,
pinang, dan nilam masing-masing sebesar 69, 32, dan 5 ha Tabel 5. Kerusakan tanaman
kelapa tidak hanya karena musibah  tsunami tapi  juga  disebabkan  pengaruh  lainnya
Tabel 4. Kerusakan Komoditas  pangan utama pada beberapa kecamatan dan desa akibat
Gempa Tsunami Mentawai. Tahun 2010
Tabel 5. Kerusakan tanaman perkebunan pada beberapa kecamatan dan desa  akibat gempa
tsunami Mentawai. Tahun 2010
No Kecamatan Desa
Jenis Tanaman ha Padi Sawah
Sagu Talas
Pisang 1.
Pagai Selatan Malakopak
Bulasat 70
10 5
- 3
30 8
75
2. Pagai Utara
Betu Monga Silabu
Saumanganyak
3. Sipora Selatan
Beriulou Bosua
4 22
3 Jumlah
80 5
37 108
No Kecamatan Desa
Kelapa ha Kakao ha
Pinang ha Nilam ha
1. Pagai Selatan
Malakopak Bulasat
Ma 765
234 36
8 5
- 5
-
2. Pagai Utara
Betu Monga Silabu
Saumanganyak 143
2,5 3,5
20 -
27 -
- -
- -
3. Sipora Selatan
Beriulou Bosua
70 68
3 2
- -
- -
Jumlah 1.286
69 32
5 Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan Kabupaten Kepulauan Mentawai 2010
Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan Kabupaten Kepulauan Mentawai 2010
Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 120
yang perlu dikaji lebih mendalam. Luasnya kerusakan  kelapa  yang  berwarna  kuning
diperkirakan  mencapai  400  ha  di  Dusun Surat Aban.  Kerusakan  yang  sama  ternyata
meluas  pada  beberapa  areal  perkebunan kelapa di Kepulauan Mentawai.
Usaha peternakan yang paling besar mengalami  kematian  akibat  gempa  dan
tsunami adalah ayam buras dan babi dengan jumlah  masing-masing  sebesar  4.618  dan
1.166  ekor.  Selanjutnya,  anjing  dan  itik merupakan  usaha  peternakan  penduduk
yang  mengalami  kerusakan  masing-masing sebesar 185 dan 203 ekor.
Dari    hasil identifikasi  kerusakan  awal  terhadap  usaha
tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan ini  terungkap bahwa kerusakan yang paling
besar  terjadi  di  Kecamatan  Pagai  Selatan. Untuk  itu,  kegiatan  identifikasi  mendalam
akibat gempa dan tsunami ini perlu dilakukan
pada  lokasi  korban  bencana  yang  mewakili karakteristik kerusakan di Kecamatan Pagai
Selatan Tabel 6.
3.2  Kerusakan Lahan Dusun Purorougat
Hasil  pengamatan  transek  garis penampang  pada  lahan  Dusun  Purorougat
terlihat bahwa tinggi tempat pada lahan yang jaraknya 750 km dari garis pantai mencapai
14 meter. Kondisi ini memperlihatkan bahwa ketinggian lokasi  14 meter termasuk lahan
pertanian  dan  pemukiman  yang  aman  dan tidak mengalami kerusakan akibat tsunami.
Transek  dari  studi  kasus  pada  wilayah musibah ini dibagi atas  Segmen I S I dengan
vegetasi  sebelumnya  tanaman  talas  dan sagu,  Segmen  II  S  II  daerah  pemukiman,
Segmen  III  S  III  areal  kebun  kelapa,  dan Segmen IV S IV kebun campuran.
Hasil  pengukuran  salinitas  tanah Dusun  Purourogat  memperlihatkan  tingkat
salinitas  pada  lokasi  100  meter  dari  laut  S I 1 bulan setelah tsunami termasuk kategori
sedang,  sedangkan  pengukuran  sepanjang 1.000  meter  umumnya  termasuk  kategori
ringan.
Tabel 6. Kerusakan ternak pada beberapa kecamatan dan desa akibat Gempa Tsunami
Mentawai. Tahun 2010
Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan Kabupaten Kepulauan Mentawai No
Kecamatan Desa Jenis Ternak ekor
Ayam buras Babi
Anjing Itik
1. Pagai Selatan
Malakopak Bulasat
Ma 1.400
992 210
501 -
15 -
100 2.
Pagai Utara Betu Monga
Silabu Saumanganyak
1.098 -
163 591
- 2
95 -
- 81
- -
3. Sipora Selatan