Seleksi Potensi Jurnal Volume 1 No. 2 2013

Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 172 Yudoamijoyo, R. M., T. Zoelfikar, S.R. Prangdimurti, E. 2001. Probiotik dan efek perlindungannya terhadap kanker kolon. Makalah Falsafah Sains PPS 702. Program Pasca Sarjana S3. IPB. Bogor. Rao, A.V. and L. G. Rao 2003. Lycopene and human health. Nutritional Geromics and Functional Food. 1:35-44. Salminem, S, M. Deighton and S. Gorbach 1993. Lactid acid bacteria in health and disease, in: S. Salminen and A.V. Wright Eds. Lactid Acih Bacteria. Marcel Dekker Inc. Newyork. Surono, I. S, J.K. D. Saono, A. Tomatsu, A. Matsuyama and A. Hosono 1983. Tradisional milk product made from buffalo milk use of higher plant as coagulant in Indonesia. Jpn J Dairy and Food Sci, 32:A103-A110. Surono, I, S., D. Nurani dan A. A. Dharmawati

1997. Seleksi

bakteri asam laktat dadih sebagai stater susu fermentasi. Jurnal IPTEK – Institute Teknologi Indonesia No. VII: 39-43. Surono, I.S., and A. Hosono 1996. Antimutagenicity of milk cultured with lactid acid bacteria isolated from dadih. Milchwissenschaft; 51 91:493 – 497. Setiyanto, H., Z. Muhammad 2005. Dadih, Kendala dan pemecahannya dalam Proseding Seminar Nasional Teknologi inovatif Pascapanen, 7 – 8 September, 2005. Bogor 419 – 423. Sugitha, I. M. 1995. Dadih: Olahan susu kerbau tradisional minang, manfaat, kendala dan prospek dalam era industrilisasi Sumatera Barat, di dalam Iswari, et, al., 2009. Kajian teknologi pemerahan susu kerbau dengan TPC max 10 6 CFUml dan perbaikan mutu dadih di tingkat peternak Sumbar BPTP – Sumatera Barat. Suryono 2003. Dadih, produk olahan susu fermentasi tradisional. E-mail jambitelkom.net . Widowati, S., S. Lubis dan M. Hadifernata 2009. Teknologi pengolahan pan- gan fungsional berbasis padi. Buletin teknologi pasca panen pertanian. Balai Besar dan Pengembangan Pasca panen Pertanian. Bogor. Widyaningrum. H. 2011. Sirsak sibuah ajaib 10.000 x lebih hebat dari kemoterapi. Penerbit Med Press anggota IKAPI. Yogyakarta. Wollowski, I., G. Rechkemmer, and B.L. Pool-Zobel 2001. Protective role of porbiotics in colon cancer. Am J Clin Nutr; 732:451s – 455s. Wirakartakusuma, K. Abdullah, A. Syarif 1992. Sifat-sifat pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Bogor. Widjayanti, E.,

B. Haryanto

dan Sumaryono

2004. Potensi

dan prospek pangan fungsional Indigenous Indonesia. Seminar Nasional Pangan Fungsional Indigenous Indonesia. Potensi, Regulasi, Keamanan, Efikasi dan Peluang Pasar. Bandung, 6 – 7 Oktober 2004. Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 173 Yudoamijoyo, R. M., T. Zoelfikar, S.R. Herastuti, A. Tomomatsu. A. Matsuyama and A. Hosono 1983. Chemical and Microbiological aspects of dadih in Indonesia. Jpn j of Dairy and Food Sci: 321; 1-10. Zuhud. E. AM. 2011. Bukti kedahsyatan sirsak menumpas kanker. Penerbit PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. Zakaria, Y. 2002. Aktivitas mitogen dari polysakarida yang diproduksi oleh bakteri asam laktat yang diisolasi dari dadih. Dalam:Prosiding Seminar Teknologi Peternakan dan Veteriner. Ciawi – Bogor. 30 September – 1 Oktober, 95 – 98. Regulasi, Keamanan, Efikasi dan Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 174 lindung Sumatera Barat dapat diklasifikasikan atas dua yakni batu bara dan pertambangan dan bahan galian lainnya berdasarkan KLUI dan data I-O sebenarnya adalah sebesar 25.067,66 juta ton terdiri dari tidak teridentifikasi sebesar 14.244,36 juta ton dan sebesar 10.823,30 juta ton telah teridentifikasi. Total potensi sumber daya mineral Sumatera Barat lebih besar tidak teridentifikasi jika dibandingkan dengan yang teridentifikasi, akibatnya tingkat kelayakan ekonominya lebih kecil karena tingkat keyakinan geologinya semakin rendah pula. Kedua Dampak kegiatan kuasa penambangan terhadap aspek fisik dan lingkungan di wilayah penambangan dapat dilihat dari proporsi nilai jasa lingkungan terutama kandungan carbon yang ada dalam menentukan manfaat ekonomi hutan lindung di Sumatera Barat hanyalah sebesar 2,29 pada tahun sekarang dan sebesar 43,06 pada tahun sebelumnya. Artinya, nilai carbon yang besar itu proporsinya adalah nilai carbon tahun lalu, implikasinya adalah bahwa semakin lama umur hutan lindung, maka nilai kandungan carbonnya semakin tinggi. terhadap kehilangan karbon 2,29 per hektarnya. Fungsi kelestarian ekologi dan produksi menjadi beban tanggung jawab fungsi kelestarian social ekonomi. Implikasinya izin-izin KP yang diberikan; terutama hanya izin tambang dalam SIPD, harus menjamin berjalannya fungsi kelestarian ekologi dan produksi. Kata kunci: Potensi pertambangan, hutan lindung, dan hutan multiguna OPTIMASI MANFAAT EKONOMI PERTAMBANGAN DI WILAYAH HUTAN LINDUNG UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT Oleh Ansofino OPTIMIZATION OF THE ECONOMIC BENEFITS OF MINING IN PROTECTED FOREST AREA TO BOOST ECONOMIC GROWTH WESTERN SUMATRAN ABSTRACT The prime focus of this research are calculation of optimal economic benefit of mining in the forest conservation area of West Sumatra. How the potential of mining in forest protection area at West Sumatera, and how impact the power of mining toward fisical and social economic aspect on society in the west Sumatra, if when carry out transfers of the forest purpose to mining function. This research use of quantitative approach, and population and sampel are household, government and private of firm which execute the mining in the protection forest at west Sumatra, especially Pasaman regency, Solok and South of Solok regency. The research result refer to the First: the Potential of mining to protected forest in the west Sumatra be found of two clasification namely coal and other mineral based on KLUI and I-O data. Estimated more than 25.067,66 ton not identified and more than 14.244,36 ton and 10.823,30 ton already identification. The total potensial of mineral resources in west Sumatra greather than not identified, if compare with it identification. Consequences, the degree of significance of economic very small because the geology conviction is very low. The Second: the impact of mining activity about environment and fisical aspect in mining region can seen from proportion for value of environmental services most important the carbon contents in make certain about protected of forest economic benefit in west Sumatra only 2.29 the present of years and 43.06 lag of years. It mean the big proportion of value carbon is the last years of value of carbon. It implication are more and more ages the protected of forest, than the value of it carbon very hight, so when the execute of falling protected forest and the mining will be impact to loss of carbon 2,29 per hectar. Ecology and production function of forest area become quaranted economic and social function. The implication KP permit to give up only indeep mining permit. Key word: Potential mining, protected forest area, and multi purpose forestry ABSTRAK Fokus utama penelitian ini adalah mengkaji optimasi manfaat ekonomi pertambangan di wilayah hutan lindung Sumatera Barat, bagaimana potensi pertambangan di wilayah hutan lindung Sumatera Barat, dan bagaimana dampak kegiatan kuasa penambangan terhadap aspek fisik dan sosial ekonomi masyarakat di provinsi Sumatera Barat, jika dilakukan alih fungsi hutan ke fungsi pertambangan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah rumah tangga, perusahaan swasta dan perusahaan pemerintah yang melakukan penambangan di wilayah hutan lindung Sumatera Barat. Naskah masuk : 18 November 2013 Naskah diterima : 27 Desember 2013 Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 175 Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertama: Potensi pertambangan pada kawasan hutan lindung Sumatera Barat dapat diklasifikasikan atas dua yakni batu bara dan pertambangan dan bahan galian lainnya berdasarkan KLUI dan data I-O sebenarnya adalah sebesar 25.067,66 juta ton terdiri dari tidak teridentifikasi sebesar 14.244,36 juta ton dan sebesar 10.823,30 juta ton telah teridentifikasi. Total potensi sumber daya mineral Sumatera Barat lebih besar tidak teridentifikasi jika dibandingkan dengan yang teridentifikasi, akibatnya tingkat kelayakan ekonominya lebih kecil karena tingkat keyakinan geologinya semakin rendah pula. Kedua: Dampak kegiatan kuasa penambangan terhadap aspek fisik dan lingkungan di wilayah penambangan dapat dilihat dari proporsi nilai jasa lingkungan terutama kandungan carbon yang ada dalam menentukan manfaat ekonomi hutan lindung di Sumatera Barat hanyalah sebesar 2,29 pada tahun sekarang dan sebesar 43,06 pada tahun sebelumnya. Artinya, nilai carbon yang besar itu proporsinya adalah nilai carbon tahun lalu, implikasinya adalah bahwa semakin lama umur hutan lindung, maka nilai kandungan carbonnya semakin tinggi. Sehingga apabila dilakukan penebangan dan penambangan di hutan lindung akan berdampak terhadap kehilangan karbon 2,29 per hektarnya. Fungsi kelestarian ekologi dan produksi menjadi beban tanggung jawab fungsi kelestarian social ekonomi. Implikasinya izin-izin KP yang diberikan; terutama hanya izin tambang dalam SIPD, harus menjamin berjalannya fungsi kelestarian ekologi dan produksi. Kata kunci: Potensi pertambangan, hutan lindung, dan hutan multiguna PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Luas penutupan lahan hutan di provinsi Sumatera Barat menurut SK Menteri Kehutanan dan perkebunan RI No: 422KPTS-II1999 masih cukup besar yakni mencapai 2,6 juta ha atau sebesar 61,4 dari luas provinsi Sumatera Barat yang mencapai seluas 4,2 juta ha. Diantara luas kawasan hutan tersebut, jika dilihat menurut fungsinya ternyata luas penutupan lahan hutan Sumatera Barat didominasi oleh hutan lindung dengan luas 910.533 ha atau sebesar 37,77 persen dari luas hutan yang ada, disusul oleh hutan suaka alam dan wisata seluas 846.175 ha atau sebesar 35,09 persen. Sedangkan hutan produksi seluas 407.840 ha atau 16,92 persen dan hutan produksi terbatas mencapai 246.383 ha atau hanya 10,22 persen dari luas hutan yang ada. Luas penutupan lahan hutan ini terus mengalami penurunan, dimana tahun 2008 luas penutupan lahan hutan menjadi 1.831.320 ha yang didominasi oleh fungsi hutan kawasan suaka alam KSA dan kawasan hutan perlindungan alam KPA dengan luas 608.450 ha atau sebesar 33,2 persen disusul oleh hutan lindung seluas 556.880 ha atau 30,4 persen. Sedangkan hutan produksi yang dapat dikonversi itu hanya seluas 93.240 ha atau sebesar 5,1 persen. Selebihnya adalah hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas masing masing mencapai 136.600 ha 7,5 persen dan 274.890 ha 15 persen. Berdasarkan data di atas, ternyata wilayah provinsi Sumatera Barat itu didominasi oleh kawasan hutan lindung dan kawasan hutan suaka alam dan perlindungan alam, tetapi luas hutan lindung itu terus mengalami penurunan sebesar 38,8 persen selama periode 1999 sampai tahun 2008. Penurunan fungsi kawasan hutan terbesar itu berada pada kawasan hutan produksi Ansofino The prime focus of this research are calculation of optimal economic benefit of mining in the forest conservation area of West Sumatra. How the potential of mining in forest protection area at West Sumatera, and how impact the power of mining toward fisical and social economic mining function. This research use of quantitative approach, and population and sampel are household, government and private of firm which execute the mining in the protection forest at west Sumatra, especially Pasaman regency, Solok and South of Solok regency. The research result refer to the First: the Potential of mining to protected forest in the west Sumatra be found of two clasification namely coal and other mineral based on KLUI and I-O data. Estimated more than 25.067,66 ton not identified and more than 14.244,36 ton and 10.823,30 ton already identification. The total potensial of mineral resources in west Sumatra greather than not identified, if compare with it identification. Consequences, the degree of significance of economic very small because the geology conviction is very low. The Second: the impact of mining activity about environment and fisical aspect in mining region can seen make certain about protected of forest economic benefit in west Sumatra only 2.29 the present of years and 43.06 lag of years. It mean the big proportion of value carbon is the last years of value of carbon. It implication are more and more ages the protected of forest, than the value of it carbon very hight, so when the execute of falling protected forest and the mining will be impact to loss of carbon 2,29 per hectar. Ecology and production function of forest area become quaranted economic and social function. The implication KP permit to give up only indeep mining permit. Key word: Potential mining, protected forest area, and multi purpose forestry Fokus utama penelitian ini adalah mengkaji optimasi manfaat ekonomi pertambangan di wilayah hutan lindung Sumatera Barat, bagaimana potensi pertambangan di wilayah hutan lindung Sumatera Barat, dan bagaimana dampak kegiatan kuasa penambangan terhadap aspek fisik dan sosial ekonomi masyarakat di provinsi Sumatera Barat, jika dilakukan alih fungsi hutan ke fungsi pertambangan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah rumah tangga, perusahaan swasta dan perusahaan pemerintah yang melakukan penambangan di wilayah hutan lindung Sumatera Barat. Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 176 secara signifikan telah mampu mendorong yang efektif dan efisien dalam pengelolaan penambangan terhadap aspek fisik dan Menginventarisasi dan mengidentifikasi terhadap aspek fisik dan aspek sosial benefit yang dapat dikonversi yakni mencapai 50,8 persen, disusul oleh menurunnya luas hutan produksi terbatas yang mencapai 44,6. Sedangkan kawasan hutan yang relatif sedikit menurunnya adalah fungsi hutan KSA-KPA dan hutan wisata. Untuk lebih detilnya lihat tabel 1 di bawah. Pada sisi lain, sumbangan sub sektor kehutanan terhadap pembentukan PDRB provinsi Sumatera Barat itu tahun 1991 sampai 2008 terus mengalami kenaikan dari sebesar Rp 34.705 juta tahun 1991 atau 1,8 persen menjadi Rp 468.217 juta atau 1,4 persen, tetapi sharenya terhadap nilai PDRB Sumatera Barat mengalami penurunan. Hal ini berarti bahwa eksploitasi terhadap pemanfaatan hasil hutan terus mengalami peningkatan terutama untuk hasil hutan kayu dan non kayu, tetapi nilai produksi hasil hutan terus menurun dan juga mengindikasikan bahwa peran sub sektor kehutanan dalam pembentukan nilai PDRB terus berkurang. Luasan penutupan lahan hutan terbesar pada tahun 1991 adalah fungsi hutan untuk hutan lindung yakni mencapai 910.533 ha atau sekitar 35 persen dari luas penutupan hutan di tahun 1991 tersebut. Tetapi setelah satu dekade sampai tahun 2008 ini fungsi hutan yang paling luas adalah fungsi hutan untuk peruntukan KSA-KPA yakni seluas 608.540 ha atau 32,69 persen. Namun demikian luasan total penutupan hutan di wilayah Sumatera Barat mengalami penurunan sampai mencapai 28,4 persen, inilah laju deforestasi di Sumatera Barat selama sepuluh tahun terakhir. Laju berkurangnya luasan penutupan lahan hutan terbesar itu ada pada fungsi peruntukan hutan untuk HPK, HPT dan HL, semuanya diatas rata-rata deforestasi di wilayah Sumatera Barat. Hal inilah penyebab terjadi menurunnya terus share sub sektor kehutanan dalam pembentukan nilai PDRB Sumatera Barat. Artinya, melemahnya peran sub sektor kehutanan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi ternyata telah digantikan oleh semakin menguatnya peran sektor pertambangan terutama sub sektor bahan galian strategis, galian vital dan bahan galian industri. Jadi, sektor yang dominan mendo- rong pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada satu dekade terakhir ini adalah sektor pertambangan dan galian, disamping sek- tor pertanian dan perdagangan, hotel serta restoran. Data menunjukkan bahwa sum- bangan sub sektor pertambangan terhadap pembentukan nilai PDRB tahun 1991 adalah Rp 25.946 juta atau hanya 1,3 persen, terus mengalami kenaikan tahun 2008 menjadi Rp 1.028.828 juta atau 3,1 persen. Kenaikan terbesar ternyata dialami oleh sub sektor ba- han galian yakni dari 0,7 tahun 1991 men- jadi 2,5 tahun 2008. Sumber daya hutan menghasilkan bermacam manfaat mulai dari manfaat jasa lingkungan, hasil hutan non kayu, sampai kepada potensi bahan tambang terutama bahan galian strategis golongan A misalnya minyak bumi dan batu bara, bahkan sumber daya hutan juga mengandung bahan galian vital golongan B seperti emas, timah hitam, pasir besi, dan biji besi. Termasuk bahan galian yang akan dijadikan input untuk industri yakni batu kali batu gamping, batu kapur, obsidian, dan lain sebagainya. Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian Semakin meningkatnya aktifitas per- tambangan terutama bahan galian di berba- gai kabupaten dan Kota di Sumatera Barat Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 177 secara signifikan telah mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dari sub sektor per- tambangan dan bahan galian ini, tetapi di sisi lain, ternyata telah menyebabkan semakin berkurangnya luasan penutupan hutan teru- tama pada hutan produksi yang dapat dikon- versi dan hutan lindung. Artinya, terdapat trade off antara peningkatan pertumbuhan ekonomi disatu sisi dengan penurunan luasan lahan hutan lindung disisi lain. Oleh sebab itu, penelitian ini akan mencoba menelusuri potensi pertambangan di hutan lindung yang memungkinkan diterapkannya teknologi yang efektif dan efisien dalam pengelolaan potensi pertambangan dan kerusakan lahan hutan di hutan lindung dapat diminimalisir. Sehubungan dengan permasalahan ini, maka dapat diajukan pertanyaan penelitian yang lebih rinci yakni: 1. Bagaimana potensi pertambangan pada kawasan hutan lindung di Sumatera Barat ? 2. Bagaimana dampak kegiatan kuasa penambangan terhadap aspek fisik dan sosial ekonomi masyarakat di provinsi Sumatera Barat ? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini secara umum adalah mengambarkan potensi dan peluang ke arah pengembangan investasi bahan tambang dan bahan galian yang terdapat dalam sumber daya alam wilayah Sumatera Barat, sehingga akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat. Tujuan yang lebih rinci adalah: 1. Menginventarisasi dan mengidentifikasi wilayah potensial pengembangan per- tambangan pada kawasan hutan lindung Sumatera Barat. 2. Memperkirakan dan menghitung dampak kegiatan kuasa penambangan terhadap aspek fisik dan aspek sosial ekonomi masyarakat di sekitar wilayah pertambangan itu berada dan dampak ekonominya terhadap perekonomian ka- bupaten kota dan Sumatera Barat. METODOLOGI 1. Kerangka Analisis dan Wilayah Penelitian Unit analisis yang digunakan adalah luasan penutupan lahan hutan yang dikategorikan sebagai hutan lindung sesuai dengan penetapan kawasan lindung oleh pemerintah melalui Departemen Kehutanan. Optimasi pemanfaatan lahan hutan lindung baik nilai kayu, nilai habitat dan nilai bahan galian atau bahan tambang yang terdapat dibawahnya, dengan memperhatikan kendala trade off antara manfaat ekonomi hutan dari hasil kayu dan jasa lingkungannya dengan manfaat lahan hutan dari potensi bahan galian dan tambang yang ada di dalam lapisan tanahnya. Pemanfaatan lahan hutan dominan. Optimasi pemanfaatan lahan hutan secara optimal untuk pemanfaatan multi guna terkendala oleh adanya potensi bahan galian dan tambang yang memberikan aliran benefit yang lebih besar bagi masyarakat lokal. Manakah yang lebih menguntungkan antara mempertahankan hutan lindung atau melakukan penambangan bahan galian dan bahan tambang? nilai ekonomi hutan lindung akan dihitung dan dibandingkan dengan nilai ekonomi bahan galian dan bahan tambang di hutan lindung, sehingga dengan memperhatikan biaya-biaya sosial dari kedua model pemanfaatan lahan hutan multiguna ini, kemudian dapat diperoleh suatu keputusan apakah pemanfatan lahan Semakin meningkatnya aktifitas per Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 178 β = adalah vektor dari parameter yang ά = intersep dari model kerangka system klasifikasi sumber daya dan sumber daya mineral menjadi teridentifikasi tinggi. Tidak teridentifikasi yang terdiri pertambangan Sumatera Barat diklasifikasi- system klasifikasi ini, maka dapat dikemu diklasifikasikan atas dua yakni batu bara dari tidak teridentifikasi sebesar 14.244,36 teridentifikasi. Jumlah total potensi sumber daya mineral yang tidak teridentifikasi da pat pula diklasifikasikan atas hipotetik dan ber daya mineral dengan klasifikasi hipote untuk klasifikasi spekulatif tidak ada. Pada hutan multiguna lebih cenderung untuk nilai jasa lingkungannya atau untuk diekploitasi bagi usaha bahan galian atau bahan tambang. Penelitian dilakukan dengan meng- ambil tempat di lahan hutan lindung yang ada di provinsi Sumatera Barat yang sekaligus memiliki potensi dan usaha penggalian dan penambangan potensi pertambangan. Selanjutnya penentuan lokasi sampel ditentukan oleh keberadaan usaha pengalian dan penambangan yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi baik oleh perusahaan swasta, masyarakat lokal maupun perusahaan pemerintah, sehingga dengan teknik random dipililah masing masing satu lokasi yang mewakili usaha dan kuasa penambangan di hutan lindung oleh ketiga pelaku ekonomi tersebut diatas, sehingga lokasi penelitian adalah kabupaten Pasaman, kabupaten Solok dan kabupaten Solok Selatan.

2. Penarikan Sampel