Hasil uji unit root untuk variabel stumpage value Hasil uji unit root untuk variable nilai tambang dan galian.

Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 185 kepercayaan 10 ternyata cukup signifikan untuk menolak non stationer yakni t rationya adalah sebesar -2, 7475. Berarti untuk variable nilai jasa lingkungan harus memasukkan 2 lag variabelnya untuk dapat mempengaruhi manfaat ekonomi hutan lindung. Implikasinya, nilai jasa lingkungan yang diambil dari nilai karbon yang akan mempengaruhi nilai manfaat ekonomi hutan lindung adalah apabila nilai karbon dua tahun yang lalu, atau nilai karbon yang relatif lebih padat yang ditunjukkan oleh semakin lebatnya daun pohon tegakan hutan. Semakin lebat daun pohon tegakan hutan, semakin padat karbon yang dihasilkan. Sehingga nilai jasa lingkungan berupa kandungan karbon di hutan lindung sangat dipengaruhi oleh seberapa padat nilai karbon yang diperoleh pada 2 tahun sebelumnya. Hasil estimasinya adalah sebagai berikut: Elastisitas dari jasa lingkungan tahun sebelumnya adalah ǿ = -0,1174 hasil estimasi dari ǿ adalah negatif, dan t rationya adalah juga negative yakni sebesar -0,3227 sehingga pengujian critical value dengan tingkat kepercayaan 0,05 adalah sebesar -3,2127 sehingga ǿ tidak cukup negative untuk dapat menolok hipotesis non stationer, tetapi pengujian critical value dengan tingkat kepercayaan 0,10 adalah sebesar -2,7477 cukup negatif untuk mampu menolak hipotesis non stationer. Artinya, variabel jasa lingkungan harus dimasukan satu variabel lagnya untuk dapat mempengaruhi nilai manfaat ekonomi hutan lindung. Setelah diestimasi antara variabel manfaat ekonomi hutan lindung dengan variabel jasa lingkungan dengan satu lag variabelnya, maka diperolehlah persamaan manfaat ekonomi hutan lindung sebagai berikut: Berdasarkan hasil estimasi ini, maka jumlah elastisitas β yang diestimasi adalah -3,5215 hal ini menunjukkan bahwa saling hubungan jangka panjang antara manfaat ekonomi hutan nilai dengan nilai jasa lingkungannya terutama nilai kandungan karbon dapat diestimasi dengan: Tanda negatif koefisien dari elastisi- tasnya menunjukkan hubungan yang terba- lik antara manfaat ekonomi hutan lindung dengan nilai jasa lingkungan terutama jum- lah karbon yang tersedia. Artinya, apabila jumlah karbon berkurang sebesar 1 persen, maka manfaat ekonomi hutan lindung untuk non hutan akan bertambah sebesar Rp 3,52 jutaha, demikian pula sebaliknya.

5. Hasil uji unit root untuk variabel stumpage value

Hasil uji unit root untuk variabel nilai stumpage value memperlihatkan bahwa Nilai t statistic Augmented Dickey-Fuller test adalah sebesar -4,3009 dan ternyata sangat cukup negatif untuk mampu menolak Koefisien dari logme_hl persamaan di atas adalah ǿ =0,7688 hasil estimasi dari ǿ adalah positif, dan t me_hl menjadi first order AR process koefisien logme_hl ǿ= -0,0361 dan t rationya = -0,1733. sehingga hasil estimasi ǿ ǿ = -3,8867 tingkat kepercayaan 0,05 ǿ= -3,0521 dengan jumlah n= 17. Sehingga nilai koefisiennya. panjang. Sehingga jumlah elastisitas β yang statistic Augmented Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 186 1-ǿ= 1-0,3277 = 0,6723 hutan lindung ini untuk koefisien ǿβ β yakni ǿβ Berdasarkan nilai koefisien β yang dengan koefisien determinasi R  signifikan pada semua leve signifikan pada level kepercayaan 10 + , -.01 201 4 55 678 5 hipotesis non stationer pada semua tingkat kepercayaan 1 , 5 dan 10 yang nilai t statistiknya masing-masing sebesar -3,8574 dan -3,0404 serta -2,6606. Sehingga variabel nilai stumpage value tidak perlu dimasukkan variabel lagnya dalam model manfaat ekonomi hutan lindung.

6. Hasil uji unit root untuk variable nilai tambang dan galian.

Hasil uji unit root memperlihatkan bahwa nilai t statistic Augmented Dickey- Fuller test adalah -4,5348 sangat cukup negative untuk menolak hipotesis non satationer pada semua tingkat kepercayaan yakni 1 adalah sebesar -3,8868 selang kepercayaan 5 adalah -3,0522 dan selang kepercayaan 10 adalah -2,6665. Sehingga variabel nilai tambang dan bahan galian pada hutan lindung berada pada first order process AR1 yang berarti harus memasukan satu variabel lagnya dalam mode. Selanjutnya dengan meregresikan variabel manfaat ekonomi hutan lindung dengan variabel nilai tambang dan galian bersama satu variabel lagnya, maka diperoleh hasilnya sebagai berikut: Maka jumlah elastisitas β yang da- pat diestimasi adalah menjadi 0,8974 hal ini menujukkan bahwa saling hubungan jangka panjang antara manfaat ekonomi hutan lin- dung dengan variabel nilai pertambangan dan galian dapat diestimasi dengan: Tanda positif koefisien dari elastisi- tasnya menjelaskan bahwa hubungan searah antara manfaat ekonomi hutan lindung den- gan dengan variable nilai pertambangan dan galian sebagai nilai non hutan yang terdapat di hutan lindung, dimana peningkatan nilai tambang dan bahan galian sebesar 1 di hutan lindung, maka akan menyebabkan se- makin meningkatnya manfaat ekonomi hu- tan lindung sebesar Rp 89,74 juta. Berdasarkan hasil uji unit root yang telah dilakukan, maka dapat katakan bahwa masing-masing variable yang mempengaruhi manfaat ekonomi hutan lindung berada pada first order process AR 1 , kemudian variable dependennya yakni manfaat ekonomi hutan lindung memiliki satu lagnya, yang mencerminkan bahwa manfaat ekonomi hutan lindung juga dipengaruhi oleh manfaat ekonomi pada tahun sebelumnya. Tabel 1 di bawah memperlihatkan bahwa hanya variable stumpage value yang dapat diestimasi tanpa menggunakan lagnya karena pada tingkat level, variable ini telah menjadi stationer. Sedangkan variabel lainnya berada pada first order process AR 1 termasuk juga variable dependentnya. Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 187 Implikasi dari keadaan diatas, adalah bahwa model manfaat ekonomi hutan lindung hanya dapat diestimasi dengan metoda maximum likelihood auto reggresive conditional heteroskedastisitas ML-ARCH yang ada dalam paket Eview 4.1. Hasil estimasi setelah memasukkan variabel lagnya baik variable dependent maupun variable independentnya dengan menggunakan metoda Auto Reggresive moving average ARMA. Maka berdasarkan model ARMA ini, manfaat ekonomi hutan lindung dapat diestimasi untuk meramalkan manfaat ekonomi hutan lindung Sumatera Barat dengan hasil estimasi sebagai berikut: Dari hasil estimasi diperoleh nilai parameter variabel lag manfaat ekonomi hutan lindung yakni: 1-ǿ= 1-0,3277 = 0,6723 Kemudian dapat ditentukan nilai parameter lag variable manfaat ekonomi hutan lindung ini untuk koefisien ǿβ sebagai berikut: β = = 1,1352 Sehingga apabila dikalikan dengan nilai lag variable manfaat ekonomi hutan lindung akan memberikan nilai konstanta yakni ǿβ = 0,7632 yang akan memberikan keyakinan bahwa perubahan pada variable penjelas, maka nilai manfaat ekonomi hutan lindung itu adalah sebesar Rp 763, 2 juta tahun ini adalah nilai manfaat ekonomi hutan lindung tanpa nilai tegakan kayu, jasa lingkungan dan nilai tambangnya. Berdasarkan nilai koefisien β yang sudah diperoleh, maka dapat dikemukakan persamaan nilai manfaat ekonomi hutan lindung sekarang dan masa depan yakni: Interpretasi terhadap model manfaat ekonomi hutan lindung ini adalah bahwa dengan koefisien determinasi R 2 sebesar 0,996 berarti 99 variasi dalam variable independent dapat menjelaskan variasi pada dependent variable atau variasi dalam No Variabel Order AR Proses untuk mencapai Stationer Nilai  yang dapat diestimasi Statistik Augmented Dickey-Fuller ADF 1. Manfaat ekonomi HL AR 1 0,7327 -4,3317 2. Nilai Jaslink carbon AR 1 -3,5215 -3,0179 3. Stumpage Value AR -0,0199 -4,3009 4. Nilai Tambgali AR 1 0,8974 -4,5348 Tabel 1: Hasil uji unit root manfaat ekonomi hutan lindung signifikan pada semua level kepercayaan 1, 5, 10 signifikan pada level kepercayaan 10 + , -.01 201 4 55 678 5 first order process Maka jumlah elastisitas β yang da Tanda positif koefisien dari elastisi lindung berada pada first order process variable stumpage value first order process Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 188 hutan lindung antara aktifitas pertambangan, total benefitnya sebesar Rp 3.162 triliun dengan nilai koefisien produksi untuk eksploitasi sebesar 6,82 dan nilai koefisien Tabel 2 diatas memperlihatkan bahwa proporsi nilai jasa lingkungan terutama kandungan karbon yang ada dalam menentukan manfaat ekonomi hutan lindung di Sumatera Barat hanyalah sebesar 2,29 pada tahun sekarang dan sebesar 43,06 pada tahun sebelumnya. Artinya, nilai karbon yang besar itu proporsinya adalah nilai karbon tahun lalu, implikasinya adalah bahwa semakin lama umur hutan lindung, maka nilai kandungan karbonnya semakin tinggi. Sedangkan proporsi stumpage value adalah sebesar 6,80 yang menentukan manfaat ekonomi hutan lindung di Sumatera Barat, artinya pemanfaatan kayu dan non kayu dalam hutan lindung lebih kecil proporsi manfaat ekonominya dari nilai karbon apabila dipertahankan tegakannya pada tahun sebelumnya. Implikasinya adalah bahwa karena nilai kayu pada hutan lindung lebih kecil perannya dalam membentuk nilai manfaat hutan lindung, maka tegakan kayu harus terus tidak ditebang agar nilai karbonnya semakin besar, sebab nilai karbon yang dihitung adalah dari daun-daun kayu yang ada di dalam hutan lindung. manfaat ekonomi hutan lindung. Kemudian dengan nilai AIC dan BIC yang lebih kecil juga dapat memberikan pengujian yang dapat dipercaya bahwa model manfaat ekonomi hutan lindung ini dapat menjelaskan variasi dalam manfaat ekonomi hutan lindung di Sumatera Barat. Oleh karena itu, berdasarkan pengujian keseluruhan, maka model ini dapat diterima dan dapat digunakan untuk menjelaskan nilai manfaat ekonomi di Hutan Lindung Sumatera Barat. Proporsi Nilai manfaat ekonomi hutan lindung yang disebabkan oleh perubahan variabel dependennya lebih kecil dari pada perubahan yang disebabkan oleh variabel dependennya sendiri. Diantara jumlah proporsi dari seluruh variabel independennya yang mempengaruhi manfaat ekonomi hutan lindung itu adalah nilai ekonomi pertambangan dan bahan galian, untuk lebih detilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. No Variabel Order AR Proses untuk mencapai Stationer Koefisien manfaat ekonomi HL Proporsi Manfaat Ekonomi HL Statistik Augmented Dickey-Fuller ADF Variabel independent 1. Nilai Jaslink carbon t AR -0,0067 2,29 -0,5414 2. Nilai Jaslink carbon t-1 AR 1 -0,1261 43,06 -3,0179 3. Stumpage Value AR -0,0199 6,80 -4,3009 4. Nilai Tambgali t AR 0,7312 249,73 -1,0447 5. Nilai Tambgali t-1 AR 1 -0,1430 48,84 -4,5348 6. Jumlah Proporsi manfaat ekonomi HL setelah dikalikan dengan ∑ ǿ = 0,6723 0,4355 0,2928 Lag Dependent Variable Manfaat ekonomi HL t-1 AR 1 0,3277 48,74 -4,3317 Jumlah Proporsi penyesuaian manfaat ekonomi HL 0,6723 Tabel 2: Hasil Uji Ekonometrika Dinamik Manfaat Ekonomi Hutan Lindung Sumatera Barat signifikan pada semua level kepercayaan 1, 5, 10 signifikan pada level kepercayaan 10 Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 189 Berikutnya, proporsi nilai pertam- bangan dan bahan galian ternyata paling besar dalam menentukan nilai manfaat ekonomi hutan lindung yakni 2,5 kali lipat dari nilai karbon dan nilai tegakan kayunya yakni mencapai 249,74 untuk tahun sekarang dan sebesar 48,84 pada tahun sebelumnya. Implikasinya adalah bahwa nilai sekarang dari manfaat ekonomi sumber daya hutan lebih tinggi dari pada nilai manfaat ekonomi hutan lindung dari pada tahun sebelumnya, oleh karena itu, usaha untuk mengkonservasi hutan lindung bagi kepentingan manfaat ekonomi masa sekarang akan lebih baik daripada melakukan eksploitasi pada tahun sebelumnya. Nilai manfaat ekonomi hutan lindung dengan adanya potensi tambang adalah sebesar 48,84, tetapi apabila potensi pertambangan dan bahan galian itu akan ditambang atau diolah, maka nilai manfaat ekonomi hutan lindung akan menjadi 2,5 kali lipat daripada belum dieksploitasi. Jadi, berdasarkan analisis ekono- metrika dinamik ini dapat dikatakan bahwa nilai ekonomi hutan lindung itu di Sumatera Barat di dominasi oleh nilai ekonomi pertambangan dan bahan galian, nilai tegakkan kayu dan nilai jasa lingkungan relative lebih kecil dibandingkan dengan nilai pertambangan dan bahan galiannya. Semakin tua umur hutan lindung semakin tinggi nilai jasa lingkungan terutama nilai kandungan carbon yang dimilikinya. Namun jika di bandingkan dengan nilai ekonomi pertambangan dan bahan galian yang terkadung didalamnya, maka semakin lama umur hutan lindung, semakin rendah nilai ekonomi pertambangan dan bahan galiannya, karena nilai ekonomi pertambangan dan bahan galian ini semakin besar pada waktu sekarang daripada waktu sebelumnya. Artinya, discount factor terhadap umur pemanenan hasil pertambangan dan bahan galian akan sangat menentukan dalam menilai manfaat ekonomi hutan lindung. Semakin mendekati masa sekarang, maka semakin tinggi nilai ekonomi pertambangannya. Oleh karena itu, keputusan untuk memanen bahan tambang dan galian di hutan lindung sangat menguntungkan di masa sekarang dibandingkan dengan di masa lalu, apabila menunda masa pemanenan bahan tambang dan bahan galian, maka nilai ekonomi bahan tambang semakin besar.

7. Optimasi Pemanfaatan Hutan Lindung Sumatera Barat