Penggunaan dana pinjaman dari LKM-A

Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 106 per tahun relatif lamban rendah 4,03 Tabel 1. Dengan memperhatikan kapasitas ekonomi dari masing-masing subsektor dan laju pertumbuhan nilai tambah kontribusi masing-masing subsektor dalam pereko- nomian daerah akan diketahui potensi ekonomi subsektor yang mendapat prioritas pengembangan Bappeda 2012. Disini peran LKM-A secara mikro diharapkan mampu mendorong perumbuhan subsektor prioritas dalam sektor pertanian guna mendukung ketahanan dan kemandirian pangan di Sumatera Barat. Jumlah modal LKM-A yang sudah terealisasi mendukung pengembangan usaha produktif petani anggota gapoktan sampai tahun 2012 berjumlah Rp. 995,0 Milyar. Modal tersebut sudah berkembang, karena sebagian LKM-A telah berjalan sejak tahun 2008 dan setiap tahun jumlah LKM-A yang memperoleh bantuan modal dana PUAP terus bertambah, sehingga pada akhir tahun 2012 jumlah LKM-A yang memperoleh bantuan modal PUAP berjumlah 995 buah GapoktanLKM-A. LKM-A tersebut terus berkembang dan sebagian LKM-A sudah berkerjasama dengan Bank untuk tambahan modal dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat KUR guna memenuhi permintaan petani anggotanya. Jumlah dana yang tersedia di pedesaan untuk pengembangan usaha produktif bidang pertanian tersebut cukup besar, bila digunakan sesuai tujuan program. Usaha produktif petani bervariasi, karena itu alokasi penggunaan modal LKM-A menurut kelompok usaha tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan usaha non budidaya seperti pengolahan hasil skala rumah tangga dan pemasaran skala kecil menjadi relatif kecil, apalagi bila dipilah menurut jenis komoditas usaha. Tanaman pangan yang dominan diusahakan adalah padi sawah dan jagung dengan jumlah petani pengguna terbanyak dibanding kelompok usaha lainnya Tabel

2. Penggunaan dana pinjaman dari LKM-A

tersebut umumnya digunakan untuk perbaikan teknik produksi dan benihbibit varietas unggul menuju paket teknologi rekomendasi, agar supaya produktifitas meningkat dan pengelolaan usaha menjadi efisien. Pada gilirannya diharapkan pendapatan petani meningkat. No. Sektorsubsektor Kontribusi terhadap PDRB 2011 Nilai PDRB Rp. Juta Laju pertumbuhan 2007 2011 Pertanian 22,81 8.039 9.414 4,03 1. Tanaman Pangan dan hortikultura 11,44 4.030 4.723 4,05 2. Perkebunan 5,75 2.024 2.375 4,08 3. Peternakan 1,84 631 758 4,69 4. Kehutanan 1,24 468 513 2,32 5. Perikanan 2,53 885 1.043 4,19 Tabel 1. Kontribusi dan pertumbuhan PDRB subsektor dan sektor pertanian selama lima tahun 2007-2011 di Sumatera Barat. Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 107 POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN LKM-A Potensi LKM-A 1. Sejak tahun 2008-2012 dimana Gapoktan dan LKM-A dikembangkan, jumlah gapoktan yang tumbuh sebanyak 995 unit dengan jumlah LKM-A aktif dan menjalankan peran sesuai tupoksinya sebanyak 842 unit yang tersebar pada 18 kabupatenkota. Perkembangan aset LKM-A tersebut bervariasi tergantung kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat Tabel 3. Sekretariat PUAP, 2012 LKM-A secara bertahap berkembang menuju lembaga keuangan mikro yang profesional, melalui pendampingan yang intensif oleh Penyelia Mitra Tani PMT dan penyuluh pendamping di setiap nagari kelurahandesa. Sasaran akhirnya adalah LKM-A menjadi lembaga keuangan yang mampu bermitra dengan perbankan atau BUMND agar kinerjanya lebih optimal mendorong pembangunan ekonomi di wilayah kerjanya dalam arti luas. Penggunaan Modal Usaha Rata-rata alokasi dana PUAP Rp.000 Persentase Jumlah Petani Persentase Komoditi Utama Pangan 48.773.236,4 40,0 62.998 52,01 Padi, jagung Hortikultura 18.289.963,6 15,0 14.472 11,95 Cabe, ketang, hortikultura lainnnya Perkebunan 6.096.654,5 5,0 8.090 6,68 Kakao, karet, gambir Peternakan 14.631.970,9 12,0 15.986 13,20 Unggas, Ternak kecil, Sapi potong Usaha non budidaya 34.141.265,5 28,0 17.875 14,76 Produk olahan pemasaran hasil skala kecil Jumlah 121.933.091,0 100,0 121.108 100,00 Tabel 2. Rata-rata penggunaan dana PUAP dan jumlah petani pengguna menurut kelompok usaha periode tahun 2008-2012, di Sumatera Barat No. KabupatenKota Jumlah gapoktan unit Jumlah LKM-A unit Jumlah petani anggota orang Jumlah asset Desember 2012 Rp000 1. Dharmasraya 66 51 8132 9.994.591 2. Pesisir Selatan 111 79 10545 11.403.100 3. Sijunjung 68 54 6757 8.066.101 4. Agam 88 79 6220 12.347.486 5. Pasaman 41 39 5163 4.567.078 6. Pasaman Barat 64 60 7822 10.206.759 7. Lima Puluh Kota 98 93 18681 12.215.876 8. Solok Selatan 38 36 3878 4.714.733 9. Solok 74 68 11760 8.250.000 10. Padang Pariaman 78 76 8607 8.601.374 11. Tanah Datar 71 68 14940 9.755.289 12. Ko. Padang 48 34 6363 5.417.080 13. Ko. Pariaman 65 55 4953 6.935.319 14. Ko. Payakumbuh 33 29 2415 4.001.556 15. Padangpanjang 15 9 1842 1.588.000 16. Ko. Solok 9 2 825 918.000 17. Ko. Sawahlunto 14 4 1200 1.427.000 18. Ko. Bukittinggi 14 6 1005 1.523.749 Jumlah 995 842 121.108 121.933.091 Sumber:Sekretariat PUAP 7 Sumber : Sekretariat PUAP, 2012 Tabel 3. Distribusi jumlah gapoktanLKM-A dan pertumbuhan aset tahun 2008-2012 menurut kabupatenkota di Sumatera Barat. rekomendasi, agar supaya produktifitas efisien. Pada gilirannya diharapkan Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 108 Berbagai upaya telah dilakukan untuk pemberdayaan LKM-A menuju tercapainya sasaran akhir di atas. Peningkatan kapasitas SDM pengelola telah dilakukan baik oleh pemerintah propinsi maupun kabupatenkota termasuk pihak perbankan diantaranya Bank Indonesia BI dan Bank Nagari. PMT telah dilatih sebagai konsultan keuangan mitra bank KKMB oleh BI. Berbagai fasilitas untuk kelancaran operasional juga sudah difasilitasi seperti perangkat komputer diikuti dengan pelatihan operasional software agar supaya LKM-A menjadi profesional. Namun, keberhasilan LKM-A tergatung pada keberhasilan petani dalam mengembangkan usaha produktif mereka dan begitu juga sebaliknya. Pembiayaan bagi pelaku usaha menjadi produktif, menguntungkan dan berkembang sehingga tidak terjadi kredit macet. Oleh karena itu LKM-A ini dibangun atas prinsip saling membutuhkan dan partisipasi masyarakat dalam membangun LKM-A merupakan kunci sukses LKM-A ke depan. Dampak keberadaan LKM-A secara umum sudah mampu menggerakkan roda perekonomian di pedesaan dengan bergu- lirnya dana penguatan modal awal dengan total kumulatif selama kurun waktu 5 tahun 2008-2012 dengan modal awal sebesar Rp. 99,5 milyar dan berkembang menjadi Rp. 121,9 milyar pada akhir tahun 2012 deng- an pertumbuhan selama lima tahun 22,5. Dukungan berbagai pihak untuk penguatan lembaga keuangan mikro ini ke depan san- gat diharapkan. Pendampingan oleh perso- nallembaga independen di samping tenaga fungsional sesuai tupoksinya perlu menda- pat perhatian serius oleh pemerintah provin- si dan kabupatenkota. Tantangan Pengembangan LKM-A 2. LKM-A sebagai lembaga keuangan mikro milik petani untuk pemberdayaan memerlukan minimal 4 hal pokok yaitu: i Pendampingan berkelanjutan; ii Sumberdaya pengelola yang terampil dan amanah; iii Fasilitas operasional yang memadai diantaranya kantor yang layak aman, nyaman dan tata letak strategis, fasilitas mendukung kenyamanan bekerja dan sistem administrasi yang tertib dan terukur; iv Legalitas hukum. Khusus untuk mendukung penguatan LKM-A Kementerian Pertanian menunjuk dan menempatkan sejumlah tenaga pendamping yaitu Penyelia Mitra Tani PMT pada setiap kabupatenkota pelaksana program PUAP. Pendamping usaha produktif dan kelembagaan petani ditetapkan penyuluh pendamping setempat melalui Surat Keputusan Bupatiwalikota. Jumlah PMT terbatas dan sampai tahun 2013 rasio PMT per LKM-A adalah 24-25 LKM-A per PMT. Sementara kondisi ideal adalah 15-20 LKM-A per PMT, tergantung pada sebaran lokasi dan kondisi infrstruktur wilayah kabupatenkota. Dampaknya negativenya adalah sekitar 15 LKM-A belum berjalan sesuai harapan dan LKM-A yang sudah aktif pertumbuhan asset relativ lamban. LKM-A sebagai pelayanan jasa keuangan merupakan faktor kunci keber- hasilan gapoktan dalam mendorong pengem- bangan usaha pertanian, agar eksistensinya dirasakan manfaat oleh petani dan masyarakat di wilayah kerja nagari kelurahandesa secara umum. Kapasitas SDM pengelola LKM-A bervariasi dan rata-rata relatif lemah. Meskipun sistim pendampingan formal oleh PMT belum berakhir, namun memerlukan fasilitasi Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 109 pemberdayaan SDM oleh pemangku kepentingan guna percepatan kemandirian LKM-A. LKM-A sebagai unit jasa keuangan dibawah naungan kelembagaan seperti disajikan pada Gambar 1, gapoktan ber-peran mendorong pemberdayaan LKM-A. Kewenangan LKM-A adalah diberikan kewenangan mengelola modal untuk pembiayaan usaha produktif atas kesepakatan bersama. Hubungan struktural dan fungsional antara gapoktan dan LKM-A belum sepenuhnya berjalan baik. Kekompakan antara gapoktan dan LKM-A perlu dibina agar pemahaman tentang kelembagan ini menjadi kuat dan persepsi yang sama agar supaya kelembagaan petani keberadaannya sudah menyeluruh ini menjadi kondusif. Jumlah pengelola LKM-A tergan- tung struktur LKM-A yang disepakati dalam musyawarah anggota.Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2012 , Badan PSDM Pertanian. 2007, Hendaryana R. 2010. Pertanian. Sebagian LKM-A dikelola oleh 5 orang yaitu: manejer umum, pembiayaan, pembukuan, penggalangan dana dan kasir, dan sebagian lagi ada LKM-A yang dikelola oleh 3 orang yaitu: manejer umum merangkap pembiayaan, pembukuan merangkap penggalangan dana dan kasir. LKM-A secara langsung atau tidak langsung mampu mengatasi masalah modal petani dan menciptakan kesempatan kerja. Dengan adanya LKM-A, eksistensi gapoktan sebagai kelembagaan petani sudah dirasakan manfaatnya oleh petani. Gambar 1. Kedudukan LKM-A sebagai sumber pembiayaan bagi petani dalam sebuah kelembagaan tani Gapoktan. USAHA PRODUKTIF PETANIPELAKU USAHA on-farm dan off-farm Pembinaan dan pendampingan oleh PMT dan penyuluh Penyaluran pinjaman modal usaha produktif ke petani anggota Gapoktan Pengembangan usaha perbaikan teknik produksi dan skala usaha Laporan keuangan ke pengurus Gapoktan Pengembalian pinjaman ke LKM-A Pembinaan dan pendampingan oleh penyuluh Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 110 usaha mikro karena sifatnya yang fleksibel implementasinya LKM dianggap lebih efisien Legalitas hukum menjadi mutlak diperlukan, terkait dengan fungsi LKM-A sebagai jasa keungan. Sampai saat ini sebagian LKM-A berlindung dibawah badan hukum koperasi serba usaha gapoktan dan sebagian kecil berbadan hukum koperasi simpan pinjam KSP. LKM-A lainnya dikukuhkan dengan akte notaris. Undang- undang Republik Indonesia No. 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro mengisyaratkan bahwa LKM diarahkan berbadan hukum koperasi atau perseroan terbatas PT. Undang-undang ini harus dipahami oleh berbagai pihak terkait dalam pemberdayaan LKM-A ke depan, agar supaya LKM-A yang sudah tumbuh dan berkembang, esksistensinya tetap berjalan. KERAGAMAN KINERJA LKM-A Perkembangan asset LKM-A tidak sepenuhnya ditentukan oleh umur jangka waktu berjalannya sebuah LKM-A tersebut, terbukti bahwa ada LKM-A yang berdiri tahun 2008 asetnya lebih rendah dibanding yang berdiri tahun 2009 dan sebaliknya. Kajian Hosen et al.Hosen, N., Harmaini, Nirwansyah dan Nurnayetti. 2012 fokus untuk melihat pertumbuhan asset dengan membanding tahun awal berdiri dengan asset awal rata-rata Rp. 100 juta per LKM-A dengan jumlah asset keadaan Juni tahun 2012. Percepatan pertumbuhan asset tersebut bervariasi antar LKM-A, begitu juga pertumbuhan jumlah anggota LKM-A tersebut. Rata-rata peningkatan anggota berbanding lurus dengan peningkatan asset LKM-A Tabel 4. Asset LKM-A menunjukkan peningkatan selama kurun waktu 4-5 tahun. Peningkatan asset ini belum menunjukkan angka yang signifikan, namun ada kecenderungan meningkat berarti perguliran dana berjalan lancar. Kepercayaan masyarakat sudah mulai tumbuh dengan indikator terjadi peningkatan jumlah anggota. Semakin banyak anggota berarti berarti potensi simpanan anggota akan semakin besar dan sekaligus akan memperkuat permodalan LKM-A. Bila anggota sedikit dan bahkan cenderung berkurang, berarti kepercayaan masyarakat terhadap LKM-A masih kurang dan perguliran dana akan lamban dan bahkan bisa stagnan, akhirnya asset akan tidak berkembang. Secara total selama 5 tahun program PUAP berjalan 2008-2012 di Sumatera Barat, LKM-A telah menyalurkan pembiayaan untuk pengembangan usaha mikro sektor pertanian menurut kelompok usaha sebagai berikut: untuk pengembangan tanaman pangan 40,0, hortikultura 15,0, perkebunan 5,0, peternakan 12,0, dan sisanya 28,0 untuk usaha non budidaya pengolahan hasil skala rumah tangga dan pemasaran hasil skala kecil. LKM-A adalah lembaga keuangan yang menyediakan jasa keuangan miikro yang tidak berbentuk bank dan juga tidak berbentuk koperasi sudah diminati khususnya oleh masyarakat tani di pedesaan. Hal ini ditunjukkan oleh semakin meningkatnya jumlah anggota yang akses permodalan ke LKM-A Tabel 4. Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 111 Tabel 4. Perkembangan jumlah anggota dan asset LKM-A Gapoktan PUAP contoh pada beberapa kabupatenkota pelaksana PUAP 2008 dan 2009 di Sumatera Barat Kabupaten Kota Tahun Nama LKM-A, Nagari Keadaan Awal Keadaan Juli 2012 Pertum buhan Anggota Pertum buhan asset Jumlah Anggota Jumlah asset Rp.000 Jumlah anggota Jumlah asset Rp.000 Limapuluh Kota 2008 Sabatang Manjadi, Taeh Baruah, Payakumbuh 80 100.000 447 236.905,- 458,7 136,9 2008 Genta Kobra Prima, Koto Baru, Payakumbuh 75 100.000 167 125.190,- 123 25,2 2009 Bulakan Sri Cahaya, Tj. Gadang Rumah, Lareh Sago Halaban 92 100.000 207 150.131,- 125 50,1 2009 Sitanang Terpadu, Sitanang, Lareh sago Halaban 59 100.000 120 111.540,- 103 11,5 Tanah Datar 2008 Bina karya, Balimbing, Rambatan 90 100.000 217 228.841,- 141 128,8 2008 Mitra Bersama, Situmbuk, salimpaung 100 100.000 141 135.367 41 35,4 2009 Elok Basamo, Rambatan 76 100.000 300 161.239,- 295 61,2 2009 Lona Saiyo, Parambahan, V Kaum 47 100.000 111 123.500,- 136 23,5 Padang Pariaman 2008 Awan bajuntai, V Koto Kp. Dalam 30 100.000 37 192.950,- 23 92,9 2008 Saiyo Sakato, Sei. Geringging 35 100.000 37 107.747,- 6,0 7,7 2009 Usaha Bersama, Sungai Durian, Patamuan 53 100.000 63 150.000,- 18,9 50,0 2009 Mitra S-3, Sei. Sariak 50 100.000 50 121.412,- 21,4 Solok 2008 Mutiara Sukarami, Linjung Koto Tinggi, G. Talang 100 100.000 140 180.141,- 40 80,1 2008 Telaga Zam-Zam, Bukik Sileh, Lembang Jaya 120 100.000 211 115.000,- 75,8 15,0 2009 Gema Lunanti, Selayo 139 100.000 145 163.638,- 4,3 63,6 2009 Kubang Meja, Paninjauan, X Koto Diatas 143 100.000 150 130.159,- 4,9 30,2 Hasil kajian Yekti, A. 2009 yang dilakukan di Kecamatan Piyungan, Yogya- karta bahwa LKM dibawah naungan gapoktan sebagai LKM non formal lebih mengena dikalangan pelaku usaha yang ditunjukkan oleh jumlah petani 100 yang pernah akses terhadap LKM, sedangkan ke sumber modal lainnya seperti Bank Umum, koperasi, pegadaian sumber pinjaman informal lain-nya relatif tendah. Menurut Wijoyo 2005 bahwa LKM lebih cocok bagi pelaku usaha mikro karena sifatnya yang fleksibel dan sesuai dengan sifat dan skala usaha petani. Direktorat Pembiayaan Kementerian Pertanian Direktorat Pembiayaan. 2004 mengemukakan bahwa LKM dikembangkan berdasarkan semangat untuk membantu dan memfasilitasi masyarakat miskin atau berpendapatan rendah, baik untuk konsumtif maupun produktif keluarga miskin. Dalam implementasinya LKM dianggap lebih efisien dari lembaga keuangan yang lain karena kedekatannya pada masyarakat yang dilayani dan mengurangi biaya-biaya transaksi. belum menunjukkan angka yang signifikan, Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 112 PENUTUP Kesimpulan Usaha pertanian ra i kyat mempunyai konstribusi cukup besar dalam perekonomian Sumatera Barat tercermin dari kontribusi pertanian secara umum dalam BDRB. Untuk meningkatkan kontribusi sektor pertanian oleh petani kecil diperlukan sumber pembiayaan yang mudah diakses dan jasa keuangan yang murah salah satunya adalah dari LKM-A. Jumlah LKM-A yang sudah tumbuh ii dan berkembang sebanyak 842 unit, berpotensi tumbuh lebih banyak sesuai jumlah gapoktan 955 unit sampai akhir tahun 2012 yang diberdayakan melalui program PUAP Kementerian Pertanian. LKM-A sebagai Lembaga Keuangan iii Mikro, fokus memberikan solusi terhadap kendala modal bagi petani kecil, sudah menunjukkan keberhasilan dalam pengelolaan keuangan dengan indikator berkembangnya asset secara total sejak tahun 2008 dengan modal awal Rp. 95,5 milyar dan pada tahun 2012 berkembang mencapai Rp. 121 milyar yang tersebar pada 955 unit gapoktan. Modal tersebut digunakan untuk pembiayaan pengembangan usaha pertanian tanaman pangan 40, hortikultura 15, perkebunan 5, peternakan 12 dan usaha non budidaya pengolahan hasil dan pemasaran 28. Tantanngan ke depan adalah system iv pendampingan yang mampu memacu percepatan pemberdayaan LKM-A dan legalitas hukum yang cocok. Rekomendasi Saran ke depan adalah LKM-A sebagai sumber pembiayaan untuk pengembangan usaha produktif petani, perlu mendapat perhatian serius dalam bentuk pembinaan dan pendampingan secara berkelanjutan oleh pemangku kepentingan menuju keswadayaan, profesional dan legal. DAFTAR PUSTAKA Astuti, M dan Joko Christanto. 2000. PRA berperspektif SAGA Socio- Economic and Gender Analysis. Modul Lokakarya SAGA. Kerjasama ARM-II Badan Litbang Pertanian dengan PSW-UGM. Yogyakarta. Badan PSDM Pertanian. 2007. Konsep Dasar LKM-Agribisnis. Materi dalam TOT PUAP di Ciawi 2007. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2010. OBMNE ”Outcome Based Monitoring and Evaluation. Petunjuk Teknis. BBP2TP Bogor, Badan Litbang Pertanian. Bappeda 2012. Road map penguatan system inovasi daerah SIDa Provinsi Sumatera Barat. Badan Perencanan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Barat. Padang. BPS Sumatera Barat. 2012. Sumatera Barat Dalam Angka. Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Sumatera Barat. Padang. Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2012. Profil LKM-A “ Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis”. Dinas Pertanian Tanaman pangan Provinsi Sumatera Barat. Padang. Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 113 Direktorat Pembiayaan. 2004. Kelembaga- an dan pola pelayanan keuangan mikro untuk sektor pertanian pedoman dan kebijakan. Direktorat Pembiayaan- Dirjen BSP. Kementerian Pertanian. Jakarta. Hendaryana R. 2010. Apresiasi pengelolaan dan operasional LKM-Agribisnis. Petunjuk operasional. BBP2TP Bogor, Badan Litbang Pertanian. Hosen, N., Harmaini, Nirwansyah dan Nurnayetti. 2012. Akselerasi Adopsi Inovasi dan Pengembangan LKM-A pada kegiatan Usaha Bersama Berbasis Komoditas Gapoktan pelaksana PUAP tahun 2008 dan 2009 di Sumatera Barat. Laporan Teknis. BPTP Sumatera Barat. Kementan, 2013. Pedoman umum Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan PUAP tahun 2013. Kementerian Pertanian. Jakarta Kementan. 2008. Pedoman umum Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan PUAP tahun 2008. Departemen Pertanian. Jakarta. Sekretariat PUAP, 2012. Laporan perkembangan PUAP 2008-2012 di Sumatera Barat. Sekretariat PUAP. Tim Pembina PUAP Provinsi Sumatera Barat. Wijoyo, Wiloeyo Wiryo. 2005. Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro Sebagai Salah satu Pilar Sistem Keuangan Nasional: Upaya konkrit memutus mata rantai kemiskinan. Jurnal “ kajian Ekonomi dan Keuangan” edisi khusus Desember 2005. Jakarta. Yekti, A. 2009. Peranan Lembaga Keuangan Formal dan Informal bagi masyarakat pertanian di Indonesia. Jurnal pertanian. STTP Yogyakarta. Hal 91-103. Profil LKM-A “ Lembaga Keuangan Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 114 STUDI KASUS GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BIOFISIK LAHAN PERTANIAN DI KEPULAUAN MENTAWAI SUMATERA BARAT Edy Mawardi dan Ramlan BPTP Sumatera Barat dan BPTP Aceh CASE STUDY OF EARTHQUAKE AND TSUNAMI AND ITS INFLUENCE ON BIOPHYSICAL AGRICULTURAL LAND IN THE MENTAWAI ISLANDS WEST SUMATRA Abstract This case study aims to determine the effect of the earthquake and tsunami Mentawai against damage farmlands and recommend handling the problem . This case study is a descriptive quantitative and qualitative research through support and prime secondary data obtained in the form of free survey and laboratory analysis . Earthquake followed by tsunami that caused extensive damage to agricultural land located in coastal areas within 0-750 meters from the shoreline of 0-14 meters high from sea level . Soil salinity levels decreased significantly due to high precipitation, the texture is quite rough , and the conditions that enable the acceleration region fisografi dry salt . Soil fertility levels throughout the Mentawai Islands offshore wilkayah general category is low . Advice given from the results of this case study is 1 to relocate the residential and agricultural area should be directed at the food crop area is more than 750 meters from the seafront or in an area of over 14 meters high from the sea level , 2 Planting return oil as the region’s major flagship commodity requires the selection of seeds, and pembibitannya techniques , 3 pewilayahan commodities in disaster-prone areas is economically profitable and has ability to minimize impacts, and 4 develop agricultural systems by considering the conditions local social and cultural community Keywords: earthquake, tsunami, biophysical, land, disaster Abstrak Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gempa bumi dan tsunami Mentawai terhadap kerusakan lahan pertanian dan merekomendasikan penanganan masalahnya. Studi kasus ini merupakan penelitian deskriptif kuantitif dan kualitatif melalui dukungan data skunder dan primer dalam bentuk survey lapangan dan analisis laboratorium. Gempa yang diikuti tsunami menyebabkan kerusakan yang luas terhadap lahan pertanian berada pada wilayah pesisir dalam jarak 0-750 meter dari garis pantai dengan tinggi tempat 0-14 meter dari permukaan laut. Tingkat salinitas tanah menurun secara nyata karena tingginya curah hujan, tekstur agak kasar, dan kondisi fisiografi daerah yang memungkinkan percepatan pencucian garam. Tingkat kesuburan tanah sepanjang wilayah pesisir Kepulauan Mentawai umumnya termasuk kategori rendah. Saran yang diberikan dari hasil studi kasus ini adalah 1 merelokasi kawasan pemukiman dan areal pertanian tanaman pangan perlu diarahkan pada kawasan yang berjarak lebih dari 750 meter dari pinggir laut atau pada daerah dengan tinggi tempat diatas 14 meter dari permukaan laut, 2 Penanaman kembali tanaman kelapa sebagai komoditas unggulan utama daerah ini membutuhkan pemilihan benih unggul dan teknik pembibitannya, 3 pewilayahan komoditas pada kawasan yang rawan bencana ini yang menguntungkan secara ekonomis dan mempunyai kemampuan dalam meminimalkan dampak, dan 4 mengembangkan sistem usaha pertanian dengan mempertimbangkan kondisi sosial dan budaya lokal masyarakat Kata Kunci: Gempa, tsunami, biofisik, lahan, bencana Naskah masuk : 24 Oktober 2013 Naskah diterima : 15 Desember 2013 Naskah masuk : 24 Oktober 2013 Naskah diterima : 5 Desember 2013 Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 115 PENDAHULUAN Latar Belakang Gempa bumi 7,2 SR disertai tsunami yang terjadi di Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat merupakan salah satu dari tiga musibah bencana nasional yang terjadi pada tanggal 25 Oktober 2010. Tsunami bahasa Jepang: tsu=pelabuhan, nami=gelombang yang terbentuk akibat gempa bumi ini menghancurkan sebagian besar kawasan sepanjang pesisir barat Pulau Pagai Selatan. Kerusakan yang sama terjadi pada beberapa dusun di Desa Silabu dan Betumonga yang teletak di pantai bagian barat Pagai Utara dan kerusakan yang lebih kecil melanda sebagian dusun di Desa Bosua dan Berlolou di Sipora Selatan. Wilayah yang lebih aman terletak pada kawasan sepanjang pantai timur Pagai Selatan, Pagai Utara,dan Sipora Selatan. Musibah gempa dan tsunami ini menyebabkan kematian penduduk dan hilang lebih dari 500 orang serta menyebabkan kerusakan infrastruktur pemukimannya. Data lapangan ini menunjukkan terjadinya kerusakan prasarana berupa jembatan dan jalan, rumah penduduk rusak berat maupun rusak ringan, fasilitas umum dan sosial dan beberapa sarana pelayanan umum lainnya tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Kerusakan yang lebih parah ternyata terjadi juga pada sektor pertanian akibat kerusakan lahan pertanian yang selama ini menjadi tulang punggung kehidupan sebagian besar masyarakat di daerah ini. Mustafa 2010 mengungkapkan bahwa potensi gempa dan tsunami Kepulauan Mentawai Sumatera Barat terdapat pada episentrum laut pada segmen Siberut dan segmen Sipora-Pagai. Sedangkan episentrum darat Sumatera Barat yang tidak akan menimbulkan tsunami berpotensi terjadi pada segmen Singkarak, Sianok, dan Muara Labuah. Dalam kasus tsunami Mentawai tahun 2010, musibah ini terjadi pada episentrum Sipora-Pagai yang berpusat disebelah barat Pulau Pagai Selatan dan berdampak juga pada sebagian wilayah Pulau Pagai Utara dan Sipora. Selanjutnya, Emzalmi 2010 mengemukakan jejak sejarah tsunami pada wilayah sepanjang pantai barat Pulau Sumatera pernah terjadi di Bengkulu 1883, Sumatera Barat 1861, Krakatau 1883, dan Aceh 2004. Untuk itu, penanganan dan antisipasi masalah kawasan yang rawan musibah bencana ini perlu diformulasikan guna meminimalkan dampaknya baik terhadap korban manusia maupun infrastruktur daerah pemukimannya termasuk sektor pertanian. Pengalaman musibah tsunami Aceh menunjukkan bahwa areal pertanian yang terlanda bencana alam ini berubah menjadi lahan bermasalah akibat tanah tertutup sedimen salin setebal 1-10 cm. Permukaan tanah menjadi keras dan retak-retak bila kekeringan yang menyebabkan sebagian besar lahan tersebut tidak produktif untuk usaha pertanian untuk waktu yang cukup lama. Selanjutnya, Puslitbang Tanah dan Agroklimat melaporkan bahwa lahan pertanian yang terkena intrusi air laut akibat gelombang tsunami akan mengalami salinisasi sedang sampai berat pada jarak 0-3 km dari pantai. Tingkat kerusakan tanaman yang disebabkan salinitas tergantung pada jenis tanaman, varietas, fase pertumbuhan, high from sea level . Soil salinity levels decreased significantly due to high precipitation, the texture is quite rough , and the conditions that enable the acceleration region fisografi dry salt . Soil fertility meters high from the sea level , 2 Planting return oil as the region’s major flagship commodity requires the selection of seeds, and pembibitannya techniques , 3 pewilayahan commodities in disaster-prone areas is economically profitable and has ability to minimize impacts, and 4 Keywords: earthquake, tsunami, biophysical, land, disaster ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gempa bumi dan tsunami jarak 0-750 meter dari garis pantai dengan tinggi tempat 0-14 meter dari permukaan laut. Tingkat secara nyata karena tingginya curah hujan, tekstur agak kasar, dan kondisi fisiografi daerah yang memungkinkan percepatan pencucian garam. Tingkat kesuburan tanah sepanjang wilayah pesisir Kepulauan Mentawai umumnya termasuk kategori rendah. areal pertanian tanaman pangan perlu diarahkan pada kawasan yang berjarak lebih dari 750 laut, 2 Penanaman kembali tanaman kelapa sebagai komoditas unggulan utama daerah ini membutuhkan pemilihan benih unggul dan teknik pembibitannya, 3 kemampuan dalam meminimalkan dampak, dan 4 mengembangkan Kata Kunci: Gempa, tsunami, biofisik, lahan, bencana Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 116 dilakukan pembuatan lobang profil tanah ring sampel untuk analisis sifat fisika tanah.   dan faktor lingkungannya Puslitbangtanak, 2005. Perubahan yang terjadi pada kawasan terlanda gelombang tsunami Kepulauan Mentawai sangat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan masyarakat. Upaya pemulihan daerah yang dilanda bencana pasca tsunami ini membutuhkan kajian lapangan tentang pengaruh tsunami terhadap biofisik lahan pertanian dan pemukiman sebagai upaya rehabilitasi kehidupan masyarakat Kepulauan Mentawai dalam jangka panjang. Untuk itu, permasalahan yang timbul akibat tsunami Kepulauan Mentawai perlu diidentifikasi secara cepat untuk dijadikan dasar penataan selanjutnya. Serangkaian upaya penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi sebagaimana tercantum dalam UU No. 24 tahun 2007 Kabuik, 2010. Tujuan kegiatan Studi kasus ini merupakan langkah awal yang dilakukan secara cepat untuk mengetahui kondisi kerusakan areal pertanian Kepulauan Mentawai pasca bencana gempa bumi dan tsunami dengan rincian tujuan sebagai berikut: 1 Melakukan identifikasi tingkat kerusakan tanaman dan sifat fisik maupun kimia tanah akibat gempa dan tsunami Mentawai 2 Memberikan saran kebijakan rehabilitasi dan penataan lahan pertanian aman dan berkelanjutan pada kawasan rawan bencana gempa dan stunami Mentawai. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitif dan kualitatif. Langkah penelitian meliputi pemilihan lokasi, survey lapangan dan analisis laboratorium dalam rangka pengumpulan dan analisis data lokasi pasca bencana gempa dan tsunami. Pemilihan Lokasi Kegiatan studi kasus pengaruh gempa dan tsunami Kepulauan Mentawai terhadap biofisik lahan pertanian dilakukan pada Dusun Purorougat Desa Malakkopak dan Dusun Surat Aban Desa Bulasat di Kecamatan Pagai Selatan. Penetapan kedua dusun ini sebagai lokasi penelitian berdasarkan tingkat keparahan yang merupakan representasi kawasan yang cukup parah terkena musibah bencana gempa dan stunami Kepulauan Mentawai. Kegiatan survey lapangan dilaksanakan mulai tanggal 23 sampai 28 November 2010. Sedangkan analisis tanah dan tanaman dilaksanakan pada laboratorium BPTP Sumatera Barat. Survey Lapang Kegiatan survey lapang dilakukan untuk mendapatkan beberapa data sebagai berikut: Kerusakan Tanaman dan Ternak 1 Untuk mendapatkan data tentang kerusakan tanah dan tanaman dilakukan dengan mempedomani data skunder dari tim survey lainnya dan observasi langsung di lapangan. Lokasi observasi diprioritaskan pada lahan-lahan utama pertanian yang mencakup lahan sawah, palawija dan lahan perkebunan. Pada setiap lokasi dilakukan pengambilan sampel tanah komposit kedalam Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 117 0-20, 20-40, dan 40-60 cm. Sampel tanah diambil berdasarkan homogenitas tanah dan transek yaitu tegak lurus dari garis kontur dan untuk dataran pantai mengikuti sequent daerah pesisir. Sampel tanaman pasca Tsunami diambil pada tanaman yang rusak layu atau mati dan tanaman sehat tanaman yang tidak kena tsunami. Untuk tanaman semusim diambil daun tanaman yang telah membuka sempurna daun dewasa atau seluruh tanaman yang masih muda umur 1-2 bulan. Sedangkan untuk tanaman tahunan diambil daun yang telah dewasa masing-masing 250 gram. Khusus untuk tanaman kelapa dan sawit diambil daun sepertiga pelepah bagian tengah dari pelepah ke 17 dari atas biasanya pada deretan putaran lingkaran pelepah yang ketiga dari pucuk. Daun tanaman dibersihkan dan dikeringanginkan serta disimpan dalam kantong kertas karsing atau kertas koran. 2 Kerusakan Tanah Untuk pengamatan yang lebih rinci dilakukan pembuatan lobang profil tanah dengan ukuran 100-150 x 150 x 150 cm. Pada salah satu dinding yang tidak terkena cahaya mata hari dilakukan pengamatan terhadap susunan horizonlapisan. Pada setiap horizon atau lapisan diambil sampel tanah untuk analisis kimia dan contoh tanah tidak terusik undistrubed sample menggunakan ring sampel untuk analisis sifat fisika tanah. Pengambilan contoh tanah diawali pada horizon terbawah dan secara berurutan sampai horizonlapisan teratas top soil. Pada lapisan atas perlu pula dicatat tebal lapisan timbunan lumpur dan pasir sekaligus diambil sampel tanah untuk analisis kimia. Bersamaan dengan pengambilan contoh tanah diamati pula keadaan drainase, bentuk wilayah, kelerengan, vegetasi dominan, dan penggunaan lahan. 3 Pengukuran salinitas Pengukuran salinitas menggunakan alat Grund Conductivity Meter GCM Elctromacnetic Induction EM 38 dengan cara meletakkan diatas permukaan tanah secara horizontal EMh dan vertical EMv. Pengukuran secara horizontal memperoleh data kadar salinitas permukaan tanah antara 0 – 35 cm dan secara vertical diperoleh kadar salinitas pada kedalaman tanah 35 – 150 cm. Dari hasil pengukuran dengan EM 38 akan diperoleh data dalam mSm mili siment per meter. Rumus yang digunakan dalam mengukur salinitas adalah : dSm = mSm  100 Dimana : mSm = Hasil Pengukuran EM 38 dSm = deci Siment per meter Ece = Slope x ECe + Intercept  Dimana : Eca = Apparent Elctrical Con- ductivity Pengukuran dilapangan Ece = Extract Elctrical Conductivity Slope dan intercept = Konstanta tentang pengaruh tsunami terhadap biofisik diidentifikasi secara cepat untuk dijadikan Melakukan identifikasi tingkat kerusakan tanaman dan sifat fisik terhadap biofisik lahan pertanian dilakukan Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 118 Hasil identifikasi awal Dinas Pertanian, HASIL DAN PEMBAHASAN Saksi mata penduduk lokal Pulau Pagai Selatan yang selamat dari musibah mengungkapkan bahwa stunami yang terjadi 15 menit setelah gempa terjadi 3 kali gelombang air dengan tinggi berkisar antara 9-15 meter. Gelombang besar ini membawa batu karang yang menghancurkan kawasan pertanian dan pemukiman pada hamparan 0-700 meter dari pinggir pantai kearah daratan. Kerusakan yang terjadi diperparah akibat hilangnya hutan bakau, terutama di daerah pemukiman. Kerusakan Tanaman dan Ternak Kecamatan Pagai Selatan, Pagai Utara, dan Sipora Selatan merupakan daerah terkena lansung dampak Gempa dan tsunami tanggal 25 Oktober 2010. Tabel 1. Penilaian Konstanta Konversi dari Eca ke ECe Tabel 2. Standar Salinitas Tanah Berdasarkan Tekstur Tabel 3. Batas Toleransi Tidak Terjadi Kehilangan Hasil Ayer Westcot, 1976 Saturation percentage SP Ece = slope x Eca + intercept SP TEKSTUR SLOPE INTERCEPT 30 Lempung berpasir 6,9 -0,9 40 Lempung 5,4 -1,5 50 Liat ringan 4,0 -1,9 60 Liat 3,3 -2,1 70 Sangat liat 2,8 -2,1 TEKSTUR Persentase Pasir ECa dSm Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Pasir Berlempung 25 – 35 0,4 0,4 – 0,7 0,7 – 1,3 1,3 Lempung 35 – 45 0,4 0,7 – 1,1 1,1 – 1,9 1,9 Liat berlempung – liat ringan 45 – 55 1,0 1,0 – 1,5 1,5 – 2,5 2,5 Liat Sedang – Berat 55 – 70 1,25 1,25 – 1,9 1,9 – 3,0 3,0 No Jenis Tanaman ECe dSM Batas Toleransi Tidak Terjadi Kehilangan Hasil 1. Padi 2 – 3 2. Jagung 1,7 3. Kacang Tanah 3,2 4. Kacang Kedelai 1,5 – 2 5. Semangka 1,5 – 2 6. Kubis 2 - 3 7. Wortel 1,5 – 2 8. Timun 2 – 3 9. Bawang Merah 1,5- 2 10. Terong 2,5 – 3 11. Cabai 2 – 3 12. Tomat 2,5 – 5 Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 119 Hasil identifikasi awal Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan Kabupaten Kepulauan Mentawai mengungkapkan kerusakan tanaman padi sawah, sagu, talas, dan pisang masing-masing hanya seluas 80, 5, 37,dan 108 ha Tabel 4. Kelapa merupakan tanaman yang paling luas mengalami kerusakan akibat gempa dan tsunami dengan total luas 1.286 ha dan sekitar 75,8 dari luas kerusakan ini terjadi di Kecamatan Pagai Selatan. Luasnya kerusakan tanaman kelapa ini disebabkan sebagian besar terhampar pada kawasan pantai dan berdekatan dengan pusat gempa. Sedangkan tanaman perkebunan lain yang mengalami kerusakan adalah tanaman kakao, pinang, dan nilam masing-masing sebesar 69, 32, dan 5 ha Tabel 5. Kerusakan tanaman kelapa tidak hanya karena musibah tsunami tapi juga disebabkan pengaruh lainnya Tabel 4. Kerusakan Komoditas pangan utama pada beberapa kecamatan dan desa akibat Gempa Tsunami Mentawai. Tahun 2010 Tabel 5. Kerusakan tanaman perkebunan pada beberapa kecamatan dan desa akibat gempa tsunami Mentawai. Tahun 2010 No Kecamatan Desa Jenis Tanaman ha Padi Sawah Sagu Talas Pisang 1. Pagai Selatan Malakopak Bulasat 70 10 5 - 3 30 8 75

2. Pagai Utara