Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 106
per tahun relatif lamban rendah 4,03 Tabel 1. Dengan memperhatikan kapasitas
ekonomi dari masing-masing subsektor dan laju pertumbuhan nilai tambah kontribusi
masing-masing subsektor dalam pereko- nomian daerah akan diketahui potensi
ekonomi subsektor yang mendapat prioritas pengembangan
Bappeda 2012. Disini peran LKM-A secara mikro diharapkan mampu
mendorong perumbuhan subsektor prioritas dalam sektor pertanian guna mendukung
ketahanan dan kemandirian pangan di Sumatera Barat.
Jumlah modal LKM-A yang sudah
terealisasi mendukung pengembangan usaha produktif petani anggota gapoktan sampai
tahun 2012 berjumlah Rp. 995,0 Milyar. Modal tersebut sudah berkembang, karena
sebagian LKM-A telah berjalan sejak tahun 2008 dan setiap tahun jumlah LKM-A yang
memperoleh bantuan modal dana PUAP terus bertambah, sehingga pada akhir tahun
2012 jumlah LKM-A yang memperoleh bantuan modal PUAP berjumlah 995 buah
GapoktanLKM-A. LKM-A tersebut terus berkembang dan sebagian LKM-A sudah
berkerjasama dengan Bank untuk tambahan modal dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat
KUR guna memenuhi permintaan petani anggotanya. Jumlah dana yang tersedia
di pedesaan untuk pengembangan usaha produktif bidang pertanian tersebut cukup
besar, bila digunakan sesuai tujuan program.
Usaha produktif petani bervariasi, karena itu alokasi penggunaan modal LKM-A
menurut kelompok usaha tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan
usaha non budidaya seperti pengolahan hasil skala rumah tangga dan pemasaran
skala kecil menjadi relatif kecil, apalagi bila dipilah menurut jenis komoditas
usaha. Tanaman pangan yang dominan diusahakan adalah padi sawah dan jagung
dengan jumlah petani pengguna terbanyak dibanding kelompok usaha lainnya Tabel
2. Penggunaan dana pinjaman dari LKM-A
tersebut umumnya
digunakan untuk
perbaikan teknik produksi dan benihbibit varietas unggul menuju paket teknologi
rekomendasi, agar supaya produktifitas meningkat dan pengelolaan usaha menjadi
efisien. Pada gilirannya diharapkan pendapatan petani meningkat.
No. Sektorsubsektor
Kontribusi terhadap PDRB 2011
Nilai PDRB Rp. Juta Laju pertumbuhan
2007 2011
Pertanian 22,81
8.039 9.414
4,03 1.
Tanaman Pangan dan hortikultura 11,44
4.030 4.723
4,05 2.
Perkebunan 5,75
2.024 2.375
4,08 3.
Peternakan 1,84
631 758
4,69 4.
Kehutanan 1,24
468 513
2,32 5.
Perikanan 2,53
885 1.043
4,19
Tabel 1. Kontribusi dan pertumbuhan PDRB subsektor dan sektor pertanian selama lima tahun
2007-2011 di Sumatera Barat.
Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 107
POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN LKM-A
Potensi LKM-A 1.
Sejak tahun 2008-2012 dimana Gapoktan dan LKM-A dikembangkan,
jumlah gapoktan yang tumbuh sebanyak 995 unit dengan jumlah LKM-A aktif
dan menjalankan peran sesuai tupoksinya sebanyak 842 unit yang tersebar pada 18
kabupatenkota. Perkembangan aset LKM-A tersebut bervariasi tergantung kondisi sosial
ekonomi masyarakat setempat Tabel 3.
Sekretariat PUAP, 2012 LKM-A secara bertahap berkembang
menuju lembaga keuangan mikro yang profesional, melalui pendampingan yang
intensif oleh Penyelia Mitra Tani PMT dan penyuluh pendamping di setiap nagari
kelurahandesa. Sasaran akhirnya adalah LKM-A menjadi lembaga keuangan yang
mampu bermitra dengan perbankan atau BUMND agar kinerjanya lebih optimal
mendorong pembangunan ekonomi di wilayah kerjanya dalam arti luas.
Penggunaan Modal Usaha
Rata-rata alokasi dana PUAP Rp.000
Persentase Jumlah Petani Persentase Komoditi Utama
Pangan 48.773.236,4
40,0 62.998
52,01 Padi, jagung
Hortikultura 18.289.963,6
15,0 14.472
11,95 Cabe, ketang, hortikultura
lainnnya Perkebunan
6.096.654,5 5,0
8.090 6,68
Kakao, karet, gambir Peternakan
14.631.970,9 12,0
15.986 13,20
Unggas, Ternak kecil, Sapi potong
Usaha non budidaya 34.141.265,5
28,0 17.875
14,76 Produk olahan pemasaran
hasil skala kecil Jumlah
121.933.091,0 100,0
121.108 100,00
Tabel 2. Rata-rata penggunaan dana PUAP dan jumlah petani pengguna menurut kelompok
usaha periode tahun 2008-2012, di Sumatera Barat
No. KabupatenKota
Jumlah gapoktan unit
Jumlah LKM-A unit
Jumlah petani anggota orang
Jumlah asset Desember 2012 Rp000
1. Dharmasraya
66 51
8132 9.994.591
2. Pesisir Selatan
111 79
10545 11.403.100
3. Sijunjung
68 54
6757 8.066.101
4. Agam
88 79
6220 12.347.486
5. Pasaman
41 39
5163 4.567.078
6. Pasaman Barat
64 60
7822 10.206.759
7. Lima Puluh Kota
98 93
18681 12.215.876
8. Solok Selatan
38 36
3878 4.714.733
9. Solok
74 68
11760 8.250.000
10. Padang Pariaman
78 76
8607 8.601.374
11. Tanah Datar
71 68
14940 9.755.289
12. Ko. Padang
48 34
6363 5.417.080
13. Ko. Pariaman
65 55
4953 6.935.319
14. Ko. Payakumbuh
33 29
2415 4.001.556
15. Padangpanjang
15 9
1842 1.588.000
16. Ko. Solok
9 2
825 918.000
17. Ko. Sawahlunto
14 4
1200 1.427.000
18. Ko. Bukittinggi
14 6
1005 1.523.749
Jumlah 995
842 121.108
121.933.091
Sumber:Sekretariat PUAP
7
Sumber : Sekretariat PUAP, 2012
Tabel 3. Distribusi jumlah gapoktanLKM-A dan pertumbuhan aset tahun 2008-2012 menurut
kabupatenkota di Sumatera Barat. rekomendasi, agar supaya produktifitas
efisien. Pada gilirannya diharapkan
Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 108
Berbagai upaya telah dilakukan untuk pemberdayaan LKM-A menuju tercapainya
sasaran akhir di atas. Peningkatan kapasitas SDM pengelola telah dilakukan baik oleh
pemerintah propinsi maupun kabupatenkota termasuk pihak perbankan diantaranya Bank
Indonesia BI dan Bank Nagari. PMT telah dilatih sebagai konsultan keuangan mitra
bank KKMB oleh BI. Berbagai fasilitas untuk kelancaran operasional juga sudah
difasilitasi seperti perangkat komputer diikuti dengan pelatihan operasional software
agar supaya LKM-A menjadi profesional. Namun, keberhasilan LKM-A tergatung pada
keberhasilan petani dalam mengembangkan usaha produktif mereka dan begitu juga
sebaliknya. Pembiayaan bagi pelaku usaha menjadi produktif, menguntungkan dan
berkembang sehingga tidak terjadi kredit macet. Oleh karena itu LKM-A ini dibangun
atas prinsip saling membutuhkan dan partisipasi masyarakat dalam membangun
LKM-A merupakan kunci sukses LKM-A ke depan.
Dampak keberadaan LKM-A secara umum sudah mampu menggerakkan roda
perekonomian di pedesaan dengan bergu- lirnya dana penguatan modal awal dengan
total kumulatif selama kurun waktu 5 tahun 2008-2012 dengan modal awal sebesar Rp.
99,5 milyar dan berkembang menjadi Rp. 121,9 milyar pada akhir tahun 2012 deng-
an pertumbuhan selama lima tahun 22,5.
Dukungan berbagai pihak untuk penguatan lembaga keuangan mikro ini ke depan san-
gat diharapkan. Pendampingan oleh perso- nallembaga independen di samping tenaga
fungsional sesuai tupoksinya perlu menda- pat perhatian serius oleh pemerintah provin-
si dan kabupatenkota.
Tantangan Pengembangan LKM-A 2.
LKM-A sebagai lembaga keuangan mikro milik petani untuk pemberdayaan
memerlukan minimal 4 hal pokok yaitu: i
Pendampingan berkelanjutan;
ii Sumberdaya pengelola yang terampil dan
amanah; iii Fasilitas operasional yang memadai diantaranya kantor yang layak
aman, nyaman dan tata letak strategis, fasilitas mendukung kenyamanan bekerja
dan sistem administrasi yang tertib dan terukur; iv Legalitas hukum.
Khusus untuk mendukung penguatan LKM-A Kementerian Pertanian menunjuk dan
menempatkan sejumlah tenaga pendamping yaitu Penyelia Mitra Tani PMT pada
setiap kabupatenkota pelaksana program
PUAP. Pendamping usaha produktif dan
kelembagaan petani ditetapkan penyuluh pendamping
setempat melalui
Surat Keputusan Bupatiwalikota. Jumlah PMT
terbatas dan sampai tahun 2013 rasio PMT per LKM-A adalah 24-25 LKM-A per
PMT. Sementara kondisi ideal adalah 15-20 LKM-A per PMT, tergantung pada sebaran
lokasi dan kondisi infrstruktur wilayah kabupatenkota. Dampaknya negativenya
adalah sekitar 15 LKM-A belum berjalan sesuai harapan dan LKM-A yang sudah aktif
pertumbuhan asset relativ lamban.
LKM-A sebagai pelayanan jasa keuangan merupakan faktor kunci keber-
hasilan gapoktan dalam mendorong pengem- bangan usaha pertanian, agar eksistensinya
dirasakan manfaat oleh petani dan masyarakat di wilayah kerja nagari
kelurahandesa secara umum. Kapasitas SDM pengelola LKM-A bervariasi dan
rata-rata relatif lemah. Meskipun sistim pendampingan formal oleh PMT belum
berakhir, namun memerlukan fasilitasi
Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 109
pemberdayaan SDM
oleh pemangku
kepentingan guna percepatan kemandirian LKM-A.
LKM-A sebagai unit jasa keuangan dibawah naungan kelembagaan seperti
disajikan pada Gambar 1, gapoktan ber-peran
mendorong pemberdayaan
LKM-A. Kewenangan LKM-A adalah diberikan kewenangan mengelola modal
untuk pembiayaan usaha produktif atas kesepakatan bersama. Hubungan struktural
dan fungsional antara gapoktan dan LKM-A belum sepenuhnya berjalan baik.
Kekompakan antara gapoktan dan LKM-A perlu dibina agar pemahaman tentang
kelembagan ini menjadi kuat dan persepsi yang sama agar supaya kelembagaan petani
keberadaannya sudah
menyeluruh ini
menjadi kondusif. Jumlah pengelola LKM-A tergan-
tung struktur LKM-A yang disepakati dalam musyawarah
anggota.Dinas Pertanian
Tanaman Pangan. 2012 , Badan PSDM Pertanian. 2007, Hendaryana R. 2010.
Pertanian. Sebagian LKM-A dikelola oleh 5 orang yaitu: manejer umum, pembiayaan,
pembukuan, penggalangan
dana dan
kasir, dan sebagian lagi ada LKM-A yang dikelola oleh 3 orang yaitu: manejer umum
merangkap pembiayaan,
pembukuan merangkap penggalangan dana dan kasir.
LKM-A secara langsung atau tidak langsung mampu mengatasi masalah modal petani
dan menciptakan kesempatan kerja. Dengan adanya
LKM-A, eksistensi
gapoktan sebagai kelembagaan petani sudah dirasakan
manfaatnya oleh petani.
Gambar 1. Kedudukan LKM-A sebagai sumber pembiayaan bagi petani
dalam sebuah kelembagaan tani Gapoktan.
USAHA PRODUKTIF PETANIPELAKU USAHA
on-farm dan off-farm Pembinaan dan pendampingan
oleh PMT dan penyuluh
Penyaluran pinjaman modal usaha produktif ke petani
anggota Gapoktan
Pengembangan usaha perbaikan teknik produksi
dan skala usaha Laporan keuangan
ke pengurus Gapoktan
Pengembalian pinjaman ke LKM-A
Pembinaan dan pendampingan oleh
penyuluh
Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 110
usaha mikro karena sifatnya yang fleksibel implementasinya LKM dianggap lebih efisien
Legalitas hukum menjadi mutlak diperlukan, terkait dengan fungsi LKM-A
sebagai jasa keungan. Sampai saat ini sebagian LKM-A berlindung dibawah badan
hukum koperasi serba usaha gapoktan dan sebagian kecil berbadan hukum koperasi
simpan pinjam KSP. LKM-A lainnya dikukuhkan dengan akte notaris. Undang-
undang Republik Indonesia No. 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro
mengisyaratkan bahwa LKM diarahkan berbadan hukum koperasi atau perseroan
terbatas PT. Undang-undang ini harus dipahami oleh berbagai pihak terkait dalam
pemberdayaan LKM-A ke depan, agar supaya LKM-A yang sudah tumbuh dan
berkembang, esksistensinya tetap berjalan.
KERAGAMAN KINERJA LKM-A
Perkembangan asset LKM-A tidak sepenuhnya ditentukan oleh umur jangka
waktu berjalannya sebuah LKM-A tersebut, terbukti bahwa ada LKM-A yang berdiri
tahun 2008 asetnya lebih rendah dibanding yang berdiri tahun 2009 dan sebaliknya.
Kajian Hosen et al.Hosen, N., Harmaini,
Nirwansyah dan Nurnayetti. 2012 fokus
untuk melihat pertumbuhan asset dengan membanding tahun awal berdiri dengan
asset awal rata-rata Rp. 100 juta per LKM-A dengan jumlah asset keadaan Juni
tahun 2012. Percepatan pertumbuhan asset tersebut bervariasi antar LKM-A, begitu
juga pertumbuhan jumlah anggota LKM-A tersebut. Rata-rata peningkatan anggota
berbanding lurus dengan peningkatan asset LKM-A Tabel 4. Asset LKM-A
menunjukkan peningkatan selama kurun waktu 4-5 tahun. Peningkatan asset ini
belum menunjukkan angka yang signifikan, namun ada kecenderungan meningkat berarti
perguliran dana berjalan lancar. Kepercayaan masyarakat sudah mulai tumbuh dengan
indikator terjadi peningkatan jumlah anggota. Semakin banyak anggota berarti berarti
potensi simpanan anggota akan semakin besar dan sekaligus akan memperkuat
permodalan LKM-A. Bila anggota sedikit dan bahkan cenderung berkurang, berarti
kepercayaan masyarakat terhadap LKM-A masih kurang dan perguliran dana akan
lamban dan bahkan bisa stagnan, akhirnya asset akan tidak berkembang.
Secara total
selama 5
tahun program PUAP berjalan 2008-2012 di
Sumatera Barat, LKM-A telah menyalurkan pembiayaan untuk pengembangan usaha
mikro sektor pertanian menurut kelompok usaha sebagai berikut: untuk pengembangan
tanaman pangan 40,0, hortikultura 15,0, perkebunan 5,0, peternakan 12,0, dan
sisanya 28,0 untuk usaha non budidaya pengolahan hasil skala rumah tangga dan
pemasaran hasil skala kecil. LKM-A adalah lembaga keuangan yang menyediakan jasa
keuangan miikro yang tidak berbentuk bank dan juga tidak berbentuk koperasi sudah
diminati khususnya oleh masyarakat tani di pedesaan. Hal ini ditunjukkan oleh semakin
meningkatnya jumlah anggota yang akses permodalan ke LKM-A Tabel 4.
Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 111
Tabel 4. Perkembangan jumlah anggota dan asset LKM-A Gapoktan PUAP contoh pada
beberapa kabupatenkota pelaksana PUAP 2008 dan 2009 di Sumatera Barat
Kabupaten Kota
Tahun Nama LKM-A, Nagari
Keadaan Awal Keadaan Juli 2012
Pertum buhan
Anggota Pertum
buhan asset
Jumlah Anggota
Jumlah asset
Rp.000 Jumlah
anggota Jumlah
asset Rp.000
Limapuluh Kota 2008
Sabatang Manjadi, Taeh Baruah, Payakumbuh
80 100.000
447 236.905,-
458,7 136,9
2008 Genta Kobra Prima, Koto Baru,
Payakumbuh 75
100.000 167
125.190,- 123
25,2 2009
Bulakan Sri Cahaya, Tj. Gadang Rumah, Lareh Sago
Halaban 92
100.000 207
150.131,- 125
50,1 2009
Sitanang Terpadu, Sitanang, Lareh sago Halaban
59 100.000
120 111.540,-
103 11,5
Tanah Datar 2008
Bina karya, Balimbing, Rambatan
90 100.000
217 228.841,-
141 128,8
2008 Mitra Bersama, Situmbuk,
salimpaung 100
100.000 141
135.367 41
35,4 2009
Elok Basamo, Rambatan 76
100.000 300
161.239,- 295
61,2 2009
Lona Saiyo, Parambahan, V Kaum
47 100.000
111 123.500,-
136 23,5
Padang Pariaman
2008 Awan bajuntai, V Koto Kp.
Dalam 30
100.000 37
192.950,- 23
92,9 2008
Saiyo Sakato, Sei. Geringging 35
100.000 37
107.747,- 6,0
7,7 2009
Usaha Bersama, Sungai Durian, Patamuan
53 100.000
63 150.000,-
18,9 50,0
2009 Mitra S-3, Sei. Sariak
50 100.000
50 121.412,-
21,4 Solok
2008 Mutiara Sukarami, Linjung
Koto Tinggi, G. Talang 100
100.000 140
180.141,- 40
80,1 2008
Telaga Zam-Zam, Bukik Sileh, Lembang Jaya
120 100.000
211 115.000,-
75,8 15,0
2009 Gema Lunanti, Selayo
139 100.000
145 163.638,-
4,3 63,6
2009 Kubang Meja, Paninjauan, X
Koto Diatas 143
100.000 150
130.159,- 4,9
30,2
Hasil kajian Yekti, A. 2009 yang dilakukan di Kecamatan Piyungan, Yogya-
karta bahwa LKM dibawah naungan gapoktan sebagai LKM non formal lebih mengena
dikalangan pelaku usaha yang ditunjukkan oleh jumlah petani 100 yang pernah
akses terhadap LKM, sedangkan ke sumber modal lainnya seperti Bank Umum, koperasi,
pegadaian sumber pinjaman informal lain-nya relatif tendah. Menurut Wijoyo
2005 bahwa LKM lebih cocok bagi pelaku usaha mikro karena sifatnya yang fleksibel
dan sesuai dengan sifat dan skala usaha petani. Direktorat Pembiayaan Kementerian
Pertanian Direktorat Pembiayaan. 2004
mengemukakan bahwa LKM dikembangkan berdasarkan semangat untuk membantu
dan memfasilitasi masyarakat miskin atau berpendapatan rendah, baik untuk konsumtif
maupun produktif keluarga miskin. Dalam implementasinya LKM dianggap lebih efisien
dari lembaga keuangan yang lain karena
kedekatannya pada masyarakat yang dilayani dan mengurangi biaya-biaya transaksi.
belum menunjukkan angka yang signifikan,
Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 112
PENUTUP Kesimpulan
Usaha pertanian ra i
kyat mempunyai konstribusi
cukup besar
dalam perekonomian
Sumatera Barat
tercermin dari kontribusi pertanian secara umum dalam BDRB. Untuk
meningkatkan kontribusi
sektor pertanian oleh petani kecil diperlukan
sumber pembiayaan yang mudah diakses dan jasa keuangan yang murah
salah satunya adalah dari LKM-A. Jumlah LKM-A yang sudah tumbuh
ii dan berkembang sebanyak 842 unit,
berpotensi tumbuh lebih banyak sesuai jumlah gapoktan 955 unit sampai
akhir tahun 2012 yang diberdayakan melalui program PUAP Kementerian
Pertanian. LKM-A sebagai Lembaga Keuangan
iii Mikro, fokus memberikan solusi
terhadap kendala modal bagi petani kecil, sudah menunjukkan keberhasilan
dalam pengelolaan keuangan dengan indikator berkembangnya asset secara
total sejak tahun 2008 dengan modal awal Rp. 95,5 milyar dan pada tahun
2012 berkembang mencapai Rp. 121 milyar yang tersebar pada 955 unit
gapoktan. Modal tersebut digunakan untuk pembiayaan pengembangan
usaha pertanian tanaman pangan 40, hortikultura 15, perkebunan
5, peternakan 12 dan usaha non budidaya
pengolahan hasil
dan pemasaran 28.
Tantanngan ke depan adalah system iv
pendampingan yang mampu memacu percepatan pemberdayaan LKM-A dan
legalitas hukum yang cocok.
Rekomendasi
Saran ke depan adalah LKM-A sebagai sumber pembiayaan untuk pengembangan
usaha produktif petani, perlu mendapat perhatian serius dalam bentuk pembinaan
dan pendampingan secara berkelanjutan oleh
pemangku kepentingan
menuju keswadayaan, profesional dan legal.
DAFTAR PUSTAKA Astuti, M dan Joko Christanto. 2000.
PRA berperspektif SAGA Socio- Economic and Gender Analysis.
Modul Lokakarya SAGA. Kerjasama ARM-II Badan Litbang Pertanian
dengan PSW-UGM. Yogyakarta.
Badan PSDM Pertanian. 2007. Konsep
Dasar LKM-Agribisnis. Materi dalam TOT PUAP di Ciawi 2007.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2010. OBMNE
”Outcome Based Monitoring and Evaluation.
Petunjuk Teknis.
BBP2TP Bogor, Badan Litbang Pertanian.
Bappeda 2012. Road map penguatan
system inovasi
daerah SIDa
Provinsi Sumatera Barat. Badan Perencanan Pembangunan Daerah
Provinsi Sumatera Barat. Padang.
BPS Sumatera Barat. 2012. Sumatera
Barat Dalam Angka. Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah
Propinsi Sumatera Barat. Padang.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2012.
Profil LKM-A “ Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis”. Dinas Pertanian
Tanaman pangan Provinsi Sumatera Barat. Padang.
Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 113
Direktorat Pembiayaan. 2004. Kelembaga-
an dan pola pelayanan keuangan mikro untuk sektor pertanian pedoman dan
kebijakan. Direktorat Pembiayaan- Dirjen BSP. Kementerian Pertanian.
Jakarta.
Hendaryana R. 2010. Apresiasi pengelolaan
dan operasional LKM-Agribisnis. Petunjuk
operasional. BBP2TP
Bogor, Badan Litbang Pertanian.
Hosen, N., Harmaini, Nirwansyah dan Nurnayetti. 2012. Akselerasi Adopsi
Inovasi dan Pengembangan LKM-A pada
kegiatan Usaha
Bersama Berbasis
Komoditas Gapoktan
pelaksana PUAP tahun 2008 dan 2009 di Sumatera Barat. Laporan
Teknis. BPTP Sumatera Barat.
Kementan, 2013. Pedoman umum Program
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan PUAP tahun 2013.
Kementerian Pertanian. Jakarta
Kementan. 2008. Pedoman umum Program
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan PUAP tahun 2008.
Departemen Pertanian. Jakarta.
Sekretariat PUAP, 2012. Laporan
perkembangan PUAP 2008-2012 di Sumatera Barat. Sekretariat
PUAP. Tim Pembina PUAP Provinsi Sumatera Barat.
Wijoyo, Wiloeyo
Wiryo. 2005.
Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro Sebagai Salah satu Pilar Sistem
Keuangan Nasional: Upaya konkrit memutus mata rantai kemiskinan.
Jurnal “ kajian Ekonomi dan Keuangan” edisi khusus Desember
2005. Jakarta.
Yekti, A. 2009. Peranan Lembaga Keuangan
Formal dan Informal bagi masyarakat pertanian
di Indonesia.
Jurnal pertanian. STTP Yogyakarta. Hal
91-103. Profil LKM-A “ Lembaga Keuangan
Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 114
STUDI KASUS GEMPA BUMI DAN TSUNAMI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BIOFISIK LAHAN PERTANIAN DI KEPULAUAN MENTAWAI
SUMATERA BARAT Edy Mawardi
dan Ramlan
BPTP Sumatera Barat dan BPTP Aceh
CASE STUDY OF EARTHQUAKE AND TSUNAMI AND ITS INFLUENCE ON BIOPHYSICAL AGRICULTURAL LAND
IN THE MENTAWAI ISLANDS WEST SUMATRA Abstract
This case study aims to determine the effect of the earthquake and tsunami Mentawai against damage farmlands and recommend handling the problem . This case study is a descriptive quantitative
and qualitative research through support and prime secondary data obtained in the form of free survey and laboratory analysis . Earthquake followed by tsunami that caused extensive damage to
agricultural land located in coastal areas within 0-750 meters from the shoreline of 0-14 meters
high from sea level . Soil salinity levels decreased significantly due to high precipitation, the texture is quite rough , and the conditions that enable the acceleration region fisografi dry salt . Soil fertility
levels throughout the Mentawai Islands offshore wilkayah general category is low . Advice given from the results of this case study is 1 to relocate the residential and agricultural area should be
directed at the food crop area is more than 750 meters from the seafront or in an area of over 14
meters high from the sea level , 2 Planting return oil as the region’s major flagship commodity requires the selection of seeds, and pembibitannya techniques , 3 pewilayahan commodities
in disaster-prone areas is economically profitable and has ability to minimize impacts, and 4 develop agricultural systems by considering the conditions local social and cultural community
Keywords: earthquake, tsunami, biophysical, land, disaster
Abstrak Studi kasus
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gempa bumi dan tsunami Mentawai terhadap
kerusakan lahan pertanian dan merekomendasikan penanganan masalahnya. Studi kasus ini merupakan penelitian deskriptif kuantitif dan kualitatif melalui dukungan data skunder dan
primer dalam bentuk survey lapangan dan analisis laboratorium. Gempa yang diikuti tsunami menyebabkan kerusakan yang luas terhadap lahan pertanian berada pada wilayah pesisir dalam
jarak 0-750 meter dari garis pantai dengan tinggi tempat 0-14 meter dari permukaan laut. Tingkat salinitas tanah menurun
secara nyata karena tingginya curah hujan, tekstur agak kasar, dan kondisi fisiografi daerah yang memungkinkan percepatan pencucian garam. Tingkat kesuburan
tanah sepanjang wilayah pesisir Kepulauan Mentawai umumnya termasuk kategori rendah. Saran yang diberikan dari hasil studi kasus ini adalah 1 merelokasi kawasan pemukiman dan
areal pertanian tanaman pangan perlu diarahkan pada kawasan yang berjarak lebih dari 750 meter dari pinggir laut atau pada daerah dengan tinggi tempat diatas 14 meter dari permukaan
laut, 2 Penanaman kembali tanaman kelapa sebagai komoditas unggulan utama daerah ini membutuhkan pemilihan benih unggul dan teknik pembibitannya, 3 pewilayahan komoditas
pada kawasan yang rawan bencana ini yang menguntungkan secara ekonomis dan mempunyai kemampuan dalam meminimalkan dampak, dan 4 mengembangkan sistem usaha pertanian
dengan mempertimbangkan kondisi sosial dan budaya lokal masyarakat Kata Kunci: Gempa, tsunami, biofisik, lahan, bencana
Naskah masuk : 24 Oktober 2013 Naskah diterima : 15 Desember 2013 Naskah masuk : 24 Oktober 2013 Naskah diterima : 5 Desember 2013
Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 115
PENDAHULUAN Latar Belakang
Gempa bumi 7,2 SR disertai tsunami yang terjadi di Kabupaten Kepulauan
Mentawai Sumatera Barat merupakan salah satu dari tiga musibah bencana nasional
yang terjadi pada tanggal 25 Oktober 2010. Tsunami bahasa Jepang: tsu=pelabuhan,
nami=gelombang yang terbentuk akibat gempa bumi ini menghancurkan sebagian
besar kawasan sepanjang pesisir barat Pulau Pagai Selatan. Kerusakan yang sama terjadi
pada beberapa dusun di Desa Silabu dan Betumonga yang teletak di pantai bagian
barat Pagai Utara dan kerusakan yang lebih kecil melanda sebagian dusun di Desa Bosua
dan Berlolou di Sipora Selatan. Wilayah yang lebih aman terletak pada kawasan
sepanjang pantai timur Pagai Selatan, Pagai Utara,dan Sipora Selatan.
Musibah gempa dan tsunami ini menyebabkan kematian penduduk dan hilang
lebih dari 500 orang serta menyebabkan kerusakan infrastruktur pemukimannya.
Data lapangan ini menunjukkan terjadinya kerusakan prasarana berupa jembatan dan
jalan, rumah penduduk rusak berat maupun rusak ringan, fasilitas umum dan sosial dan
beberapa sarana pelayanan umum lainnya tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Kerusakan yang lebih parah ternyata terjadi juga pada sektor pertanian akibat kerusakan
lahan pertanian yang selama ini menjadi tulang punggung kehidupan sebagian besar
masyarakat di daerah ini. Mustafa 2010 mengungkapkan
bahwa potensi
gempa dan
tsunami Kepulauan Mentawai Sumatera Barat
terdapat pada
episentrum laut
pada segmen Siberut dan segmen Sipora-Pagai.
Sedangkan episentrum darat Sumatera Barat yang tidak akan menimbulkan tsunami
berpotensi terjadi pada segmen Singkarak, Sianok, dan Muara Labuah. Dalam kasus
tsunami Mentawai tahun 2010, musibah ini terjadi pada episentrum Sipora-Pagai yang
berpusat disebelah barat Pulau Pagai Selatan dan berdampak juga pada sebagian wilayah
Pulau Pagai Utara dan Sipora. Selanjutnya, Emzalmi 2010 mengemukakan jejak
sejarah tsunami pada wilayah sepanjang pantai barat Pulau Sumatera pernah terjadi
di Bengkulu 1883, Sumatera Barat 1861, Krakatau 1883, dan Aceh 2004. Untuk
itu, penanganan dan antisipasi masalah kawasan yang rawan musibah bencana ini
perlu diformulasikan guna meminimalkan dampaknya baik terhadap korban manusia
maupun infrastruktur daerah pemukimannya termasuk sektor pertanian.
Pengalaman musibah tsunami Aceh menunjukkan bahwa areal pertanian yang
terlanda bencana alam ini berubah menjadi lahan bermasalah akibat tanah tertutup
sedimen salin setebal 1-10 cm. Permukaan tanah menjadi keras dan retak-retak bila
kekeringan yang menyebabkan sebagian besar lahan tersebut tidak produktif untuk
usaha pertanian untuk waktu yang cukup lama. Selanjutnya, Puslitbang Tanah dan
Agroklimat melaporkan
bahwa lahan
pertanian yang terkena intrusi air laut akibat gelombang tsunami akan mengalami
salinisasi sedang sampai berat pada jarak 0-3 km dari pantai. Tingkat kerusakan tanaman
yang disebabkan salinitas tergantung pada jenis tanaman, varietas, fase pertumbuhan,
high from sea level . Soil salinity levels decreased significantly due to high precipitation, the texture is quite rough , and the conditions that enable the acceleration region fisografi dry salt . Soil fertility
meters high from the sea level , 2 Planting return oil as the region’s major flagship commodity requires the selection of seeds, and pembibitannya techniques , 3 pewilayahan commodities
in disaster-prone areas is economically profitable and has ability to minimize impacts, and 4
Keywords: earthquake, tsunami, biophysical, land, disaster
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gempa bumi dan tsunami
jarak 0-750 meter dari garis pantai dengan tinggi tempat 0-14 meter dari permukaan laut. Tingkat secara nyata karena tingginya curah hujan, tekstur agak kasar, dan
kondisi fisiografi daerah yang memungkinkan percepatan pencucian garam. Tingkat kesuburan tanah sepanjang wilayah pesisir Kepulauan Mentawai umumnya termasuk kategori rendah.
areal pertanian tanaman pangan perlu diarahkan pada kawasan yang berjarak lebih dari 750 laut, 2 Penanaman kembali tanaman kelapa sebagai komoditas unggulan utama daerah ini
membutuhkan pemilihan benih unggul dan teknik pembibitannya, 3 kemampuan dalam meminimalkan dampak, dan 4 mengembangkan
Kata Kunci: Gempa, tsunami, biofisik, lahan, bencana
Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 116
dilakukan pembuatan lobang profil tanah
ring sampel untuk analisis sifat fisika tanah.
dan faktor lingkungannya Puslitbangtanak,
2005. Perubahan
yang terjadi
pada kawasan terlanda gelombang tsunami
Kepulauan Mentawai sangat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan masyarakat. Upaya
pemulihan daerah yang dilanda bencana pasca tsunami ini membutuhkan kajian lapangan
tentang pengaruh tsunami terhadap biofisik lahan pertanian dan pemukiman sebagai
upaya rehabilitasi kehidupan masyarakat Kepulauan Mentawai dalam jangka panjang.
Untuk itu, permasalahan yang timbul akibat tsunami Kepulauan Mentawai perlu
diidentifikasi secara cepat untuk dijadikan dasar penataan selanjutnya. Serangkaian
upaya penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi sebagaimana tercantum dalam
UU No. 24 tahun 2007 Kabuik, 2010.
Tujuan kegiatan
Studi kasus ini merupakan langkah awal yang dilakukan secara cepat untuk
mengetahui kondisi kerusakan areal pertanian Kepulauan Mentawai pasca
bencana gempa bumi dan tsunami dengan rincian tujuan sebagai berikut:
1 Melakukan identifikasi tingkat
kerusakan tanaman dan sifat fisik maupun kimia tanah akibat gempa
dan tsunami Mentawai 2 Memberikan
saran kebijakan
rehabilitasi dan penataan lahan pertanian aman dan berkelanjutan
pada kawasan rawan bencana gempa dan stunami Mentawai.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitif dan kualitatif. Langkah
penelitian meliputi pemilihan lokasi, survey lapangan dan analisis laboratorium dalam
rangka pengumpulan dan analisis data lokasi pasca bencana gempa dan tsunami.
Pemilihan Lokasi
Kegiatan studi kasus pengaruh gempa dan tsunami Kepulauan Mentawai
terhadap biofisik lahan pertanian dilakukan pada Dusun Purorougat Desa Malakkopak
dan Dusun Surat Aban Desa Bulasat di Kecamatan Pagai Selatan. Penetapan
kedua dusun ini sebagai lokasi penelitian berdasarkan
tingkat keparahan
yang merupakan representasi kawasan yang
cukup parah terkena musibah bencana gempa dan stunami Kepulauan Mentawai. Kegiatan
survey lapangan dilaksanakan mulai tanggal 23 sampai 28 November 2010. Sedangkan
analisis tanah dan tanaman dilaksanakan pada laboratorium BPTP Sumatera Barat.
Survey Lapang
Kegiatan survey lapang dilakukan untuk mendapatkan beberapa data sebagai
berikut:
Kerusakan Tanaman dan Ternak 1
Untuk mendapatkan data tentang kerusakan tanah dan tanaman dilakukan
dengan mempedomani data skunder dari tim survey lainnya dan observasi langsung
di lapangan. Lokasi observasi diprioritaskan pada lahan-lahan utama pertanian yang
mencakup lahan sawah, palawija dan lahan perkebunan. Pada setiap lokasi dilakukan
pengambilan sampel tanah komposit kedalam
Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 117
0-20, 20-40, dan 40-60 cm. Sampel tanah diambil berdasarkan homogenitas tanah dan
transek yaitu tegak lurus dari garis kontur dan untuk dataran pantai mengikuti sequent
daerah pesisir. Sampel tanaman pasca Tsunami
diambil pada tanaman yang rusak layu atau mati dan tanaman sehat tanaman yang tidak
kena tsunami. Untuk tanaman semusim diambil daun tanaman yang telah membuka
sempurna daun dewasa atau seluruh tanaman yang masih muda umur 1-2 bulan.
Sedangkan untuk tanaman tahunan diambil daun yang telah dewasa masing-masing
250 gram. Khusus untuk tanaman kelapa dan sawit diambil daun sepertiga pelepah
bagian tengah dari pelepah ke 17 dari atas biasanya pada deretan putaran lingkaran
pelepah yang ketiga dari pucuk. Daun tanaman dibersihkan dan dikeringanginkan
serta disimpan dalam kantong kertas karsing atau kertas koran.
2 Kerusakan Tanah
Untuk pengamatan yang lebih rinci dilakukan pembuatan lobang profil tanah
dengan ukuran 100-150 x 150 x 150 cm. Pada salah satu dinding yang tidak terkena
cahaya mata hari dilakukan pengamatan terhadap susunan horizonlapisan. Pada setiap
horizon atau lapisan diambil sampel tanah untuk analisis kimia dan contoh tanah tidak
terusik undistrubed sample menggunakan ring sampel untuk analisis sifat fisika tanah.
Pengambilan contoh tanah diawali pada
horizon terbawah dan secara berurutan sampai horizonlapisan teratas top soil. Pada
lapisan atas perlu pula dicatat tebal lapisan timbunan lumpur dan pasir sekaligus
diambil sampel tanah untuk analisis kimia. Bersamaan dengan pengambilan contoh
tanah diamati pula keadaan drainase, bentuk wilayah, kelerengan, vegetasi dominan, dan
penggunaan lahan.
3 Pengukuran salinitas
Pengukuran salinitas menggunakan alat Grund Conductivity Meter GCM
Elctromacnetic Induction EM 38 dengan cara meletakkan diatas permukaan tanah
secara horizontal EMh dan vertical EMv. Pengukuran secara horizontal
memperoleh data kadar salinitas permukaan tanah antara 0 – 35 cm dan secara vertical
diperoleh kadar salinitas pada kedalaman tanah 35 – 150 cm. Dari hasil pengukuran
dengan EM 38 akan diperoleh data dalam mSm mili siment per meter.
Rumus yang digunakan dalam mengukur salinitas adalah :
dSm = mSm
100 Dimana :
mSm = Hasil Pengukuran EM 38 dSm = deci Siment per meter
Ece = Slope x ECe + Intercept
Dimana : Eca = Apparent Elctrical Con-
ductivity Pengukuran dilapangan
Ece = Extract Elctrical Conductivity
Slope dan intercept = Konstanta
tentang pengaruh tsunami terhadap biofisik
diidentifikasi secara cepat untuk dijadikan
Melakukan identifikasi tingkat kerusakan tanaman dan sifat fisik
terhadap biofisik lahan pertanian dilakukan
Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 118
Hasil identifikasi awal Dinas Pertanian,
HASIL DAN PEMBAHASAN
Saksi mata penduduk lokal Pulau Pagai Selatan yang selamat dari musibah
mengungkapkan bahwa stunami yang terjadi 15 menit setelah gempa terjadi 3 kali
gelombang air dengan tinggi berkisar antara 9-15 meter. Gelombang besar ini membawa
batu karang yang menghancurkan kawasan pertanian dan pemukiman pada hamparan
0-700 meter dari pinggir pantai kearah daratan. Kerusakan yang terjadi diperparah
akibat hilangnya hutan bakau, terutama di daerah pemukiman.
Kerusakan Tanaman dan Ternak
Kecamatan Pagai Selatan, Pagai Utara, dan Sipora Selatan merupakan
daerah terkena lansung dampak Gempa dan tsunami tanggal 25 Oktober 2010.
Tabel 1. Penilaian Konstanta Konversi dari Eca ke ECe
Tabel 2. Standar Salinitas Tanah Berdasarkan Tekstur
Tabel 3. Batas Toleransi Tidak Terjadi Kehilangan Hasil Ayer Westcot, 1976
Saturation percentage SP Ece = slope x Eca + intercept
SP TEKSTUR
SLOPE INTERCEPT
30 Lempung berpasir
6,9 -0,9
40 Lempung
5,4 -1,5
50 Liat ringan
4,0 -1,9
60 Liat
3,3 -2,1
70 Sangat liat
2,8 -2,1
TEKSTUR Persentase Pasir
ECa dSm Rendah
Sedang Tinggi
Sangat Tinggi Pasir Berlempung 25 – 35
0,4 0,4 – 0,7
0,7 – 1,3 1,3
Lempung 35 – 45 0,4
0,7 – 1,1 1,1 – 1,9
1,9 Liat berlempung – liat ringan 45 – 55
1,0 1,0 – 1,5
1,5 – 2,5 2,5
Liat Sedang – Berat 55 – 70 1,25
1,25 – 1,9 1,9 – 3,0
3,0
No Jenis Tanaman
ECe dSM Batas Toleransi Tidak Terjadi Kehilangan Hasil
1. Padi
2 – 3 2.
Jagung 1,7
3. Kacang Tanah
3,2 4.
Kacang Kedelai 1,5 – 2
5. Semangka
1,5 – 2 6.
Kubis 2 - 3
7. Wortel
1,5 – 2 8.
Timun 2 – 3
9. Bawang Merah
1,5- 2 10.
Terong 2,5 – 3
11. Cabai
2 – 3 12.
Tomat 2,5 – 5
Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 119
Hasil identifikasi awal Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan Kabupaten
Kepulauan Mentawai mengungkapkan kerusakan tanaman padi sawah, sagu, talas,
dan pisang masing-masing hanya seluas 80, 5, 37,dan 108 ha Tabel 4.
Kelapa merupakan tanaman yang paling luas mengalami kerusakan akibat
gempa dan tsunami dengan total luas 1.286 ha dan sekitar 75,8 dari luas kerusakan ini
terjadi di Kecamatan Pagai Selatan. Luasnya kerusakan tanaman kelapa ini disebabkan
sebagian besar terhampar pada kawasan pantai dan berdekatan dengan pusat gempa.
Sedangkan tanaman perkebunan lain yang mengalami kerusakan adalah tanaman kakao,
pinang, dan nilam masing-masing sebesar 69, 32, dan 5 ha Tabel 5. Kerusakan tanaman
kelapa tidak hanya karena musibah tsunami tapi juga disebabkan pengaruh lainnya
Tabel 4. Kerusakan Komoditas pangan utama pada beberapa kecamatan dan desa akibat
Gempa Tsunami Mentawai. Tahun 2010
Tabel 5. Kerusakan tanaman perkebunan pada beberapa kecamatan dan desa akibat gempa
tsunami Mentawai. Tahun 2010
No Kecamatan Desa
Jenis Tanaman ha Padi Sawah
Sagu Talas
Pisang 1.
Pagai Selatan Malakopak
Bulasat 70
10 5
- 3
30 8
75
2. Pagai Utara