Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 178
β = adalah vektor dari parameter yang ά = intersep dari model
kerangka system klasifikasi sumber daya dan
sumber daya mineral menjadi teridentifikasi
tinggi. Tidak teridentifikasi yang terdiri
pertambangan Sumatera Barat diklasifikasi-
system klasifikasi ini, maka dapat dikemu
diklasifikasikan atas dua yakni batu bara
dari tidak teridentifikasi sebesar 14.244,36 teridentifikasi. Jumlah total potensi sumber
daya mineral yang tidak teridentifikasi da pat pula diklasifikasikan atas hipotetik dan
ber daya mineral dengan klasifikasi hipote untuk klasifikasi spekulatif tidak ada. Pada
hutan multiguna lebih cenderung untuk nilai jasa lingkungannya atau untuk diekploitasi
bagi usaha bahan galian atau bahan tambang.
Penelitian dilakukan dengan meng- ambil tempat di lahan hutan lindung yang ada
di provinsi Sumatera Barat yang sekaligus memiliki potensi dan usaha penggalian
dan penambangan potensi pertambangan. Selanjutnya
penentuan lokasi
sampel ditentukan oleh keberadaan usaha pengalian
dan penambangan yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi baik oleh perusahaan
swasta, masyarakat lokal maupun perusahaan pemerintah, sehingga dengan teknik random
dipililah masing masing satu lokasi yang mewakili usaha dan kuasa penambangan di
hutan lindung oleh ketiga pelaku ekonomi tersebut diatas, sehingga lokasi penelitian
adalah kabupaten Pasaman, kabupaten Solok dan kabupaten Solok Selatan.
2. Penarikan Sampel
Setelah ditentukan lokasi penelitian di daerah hutan lindung yang memiliki
aktifitas pertambangan oleh tiga aktor ekonomi yakni rumah tangga masyarakat
dalam bentuk penambangan individual rumah
tangga, pelaku
penambangan yang berasal dari perusahaan swasta dan
perusahaan pemerintah, kemudian dari ketiga pelaku aktifitas penambangan di hutan
lindung ini ditentukan jumlah sampelnya
yakni unit rumah tangga yang melakukan penambangan di hutan lindung, unit usaha
perusahaan yang melakukan penambangan di hutan lindung. Sedangkan jumlah sampel
yang akan diambil pada ketiga kategori sampel ini, akan dilakukan dengan teknik
purposive sampling.
3. Data dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diper-
oleh dari unit analisis dengan cara wawan- cara berstruktur dan wawancara mendalam,
dimana pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan
melalui kuisioner, menyangkut dengan data pribadi unit analisis yang sudah ditentukan,
data sosial ekonomi rumah tangga, perusa- haan swasta dan pemerintah yang melaku-
kan usaha penambangan baik yang menda- pat izin kuasa penambangan maupun yang
belum mendapat izin penambangan illegal minning.
Data sekunder digunakan untuk memperoleh informasi tentang luasan lahan
hutan lindung, lokasi penambangan di hutan lindung dan potensi bahan tambang yang
sudah disurvey dan di deteksi oleh Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan DGTL
Departemen Sumber daya Energi dan Mineral berserta jajaran dinasnya di daerah
kabupaten kota yang ada di provinsi Sumatera Barat, termasuk semua informasi untuk
membangun model optimasi pemanfaatan hutan multiguna dengan kendala nilai habitat
dan nilai potensi lahan tambang.
4. Metoda Analisis
Untuk analisis pemanfaatan lahan hutan lindung secara optimal digunakan
model Hartmann 1976 yang menspesifikasi model pengelolaan hutan lindung sebagai
hutan multi guna yakni sebagai berikut:
Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 179
Dimana: U = Utility dari pengguna hutan lindung
V = nilai manfaat ekonomi hutan khusus timbernya
H = nilai ekonomi habitat hutan seperti jasa
lingkungan, satwa,
dan biodiversity
M = nilai ekonomi bahan galian dan bahan tambang pada lahan hutan lindung
yang diamati. Model Hedonic Pricing, dimana
model ini menaksir pemanfaatan hutan yang dilindungi protected areas dengan
menggunakan konsep
hedonic yakni,
menaksir nilai barang dan jasa dari manfaat lahan hutan lindung dengan mengagregatkan
nilai atribut yang terkait dengan manfaat hutan lindung itu sendiri bagi kepentingan
ekonomi dan lingkungan masyarakat. Modelnya
mengambil bentuk
fungsi persamaan linear yakni:
Dimana: Y
i
= nilai perunit dari barang dan jasa yang melekat pada manfaat hutan
lindung seperti nilai kayu, nilai non kayu, nilai potensi tambang, dll
β = adalah vektor dari parameter yang diestimasi,
ά = intersep dari model X
i
= adalah variabel
independennya yang terdiri dari: luas lahan hutan
lindung, stumpage value, nilai jasa lingkungan, nilai habitat, nilai bahan
talan, jarak lokasi kepemukiman penduduk, kandungan sumber daya
air, nilai biodiversity, dan nilai lahan.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Potensi Pertambangan dan Bahan Galian di Hutan Lindung Sumatera
Barat
Dalam melihat potensi sumber daya pertambangan dan mineral dapat digunakan
kerangka system klasifikasi sumber daya dan cadangan mineral yang dikemukakan oleh
Mc. Kerlvey 1973 yang membagi total sumber daya mineral menjadi teridentifikasi
yakni mulai dari tereka, terindikasi, dan terukur, maka semakin terukur sumber daya
mineral itu, semakin bernilai ekonomis tinggi. Tidak teridentifikasi yang terdiri
dari perkiraan spekulatif dan hipotetis, pada kondisi ini potensi sumber daya pertam-
bangan memiliki nilai ekonomi yang rendah dan tingkat keyakinan geologi yang rendah
pula. Untuk lebih jelasnya lihat diagram di atas.
Potensi sumber daya mineral dan pertambangan Sumatera Barat diklasifikasi-
kan atas dua secktor menurut KLUI dan I-O Sumatera Barat tahun 2007 yakni batubara
30 dan penambangan dan penggalian lain- nya 31. Sehingga dengan mengacu kepada
system klasifikasi ini, maka dapat dikemu- kakan bahwa secara aggregate jumlah total
sumber daya mineral Sumatera Barat yang diklasifikasikan atas dua yakni batu bara
dan pertambangan dan bahan galian lainnya berdasarkan KLUI dan data I-O sebenarnya
adalah sebesar 25.067,66 juta ton terdiri dari tidak teridentifikasi sebesar 14.244,36
juta ton dan sebesar 10.823,30 juta ton telah teridentifikasi. Jumlah total potensi sumber
daya mineral yang tidak teridentifikasi da- pat pula diklasifikasikan atas hipotetik dan
spekulatif, dan ternyata jumlah potensi sum- ber daya mineral dengan klasifikasi hipote-
tik berjumlah 14.244,36 juta ton sedangkan untuk klasifikasi spekulatif tidak ada. Pada
aktifitas pertambangan oleh tiga aktor
ketiga pelaku aktifitas penambangan di hutan
model Hartmann 1976 yang menspesifikasi
Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 180
juta ton terdiri dari tidak teridentifikasi daya mineral yang teridentifikasi adalah
tambang lainnya yang teridentifikasi itu, sisi lain, jumlah potensi sumber daya mi-
neral yang teridentifikasi dapat diklasifikasi- kan menjadi tertunjuk dan tereka, sehingga
jumlah yang tertunjuk adalah sebesar 228,15 juta ton yang semuanya dikategorikan teru-
kur sedangkan kategori terindikasi tidak ada. Sebaliknya untuk klasifikasi tereka adalah
sebesar 10.595,15 juta ton. Sehingga dapat dikatakan bahwa total potensi sumber daya
mineral Sumatera Barat lebih besar tidak teri- dentifikasi jika dibandingkan dengan yang
teridentifikasi, akibatnya tingkat kelaya- kan ekonominya lebih kecil karena tingkat
keyakinan geologinya semakin rendah pula. Maka untuk membuat kelayakan ekonomin-
ya semakin tinggi, maka tingkat keyakinan geologinya juga seharusnya semakin tinggi
pula. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan penyelidikan
geologinya menjadi teridenfikasi dengan kategori terukur dan terindikasi.
Jumlah total potensi pertambangan batu bara adalah sebesar 457,19 juta ton yang
terdiri dari tak teridentifikasi dengan tingkat keyakinan geologi pada keyakinan hipotetik
adalah sebesar 308,4 juta ton atau 67,46 persen dari total sumber daya batu bara yang
dimiliki Sumatera Barat, dan potensi sumber daya batubara yang teridentifikasi dengan
tingkat keyakinan geologi tereka adalah sebesar 35,43 juta ton atau 7,75 persen, serta
potensi batubara yang teridentifikasi dengan tingkat keyakinan geologi terukur adalah
sebesar 113,36 juta ton atau 24,79 persen.
Potensi pertambangan batubara de- ngan tingkat keyakinan geologi terukur yang
sangat besar itu terdapat di Kota Sawahlunto yakni sebesar 112 juta ton kabupaten Solok
sebesar 1,26 juta ton. Sedangkan potensi batubara dengan tingkat keyakinan geologi
tereka paling besar terdapat di kabupaten Sijunjung sebesar 32 juta ton terutama di ke-
camatan Sinamar dan Lubuak Tarab, dan ka- bupaten Solok sebesar 2,68 juta ton terutama
di kecamatan X Koto dan Payung Sekaki. Terakhir potensi batubara dengan tingkat
keyakinan geologi hipotetik paling besar itu terdapat di kabupaten Solok Selatan sebesar
229,43 juta ton, kabupaten Pesisir Selatan sebesar 36,03 juta ton dan kabupaten Tanah
Datar sebesar 25 juta ton. Artinya, setidaknya terdapat 7 kabupaten dan kota yang memi-
liki potensi batubara dengan tingkat keyaki- nan geologi hipotetik tersebut, tetapi empat
kabupaten potensial tersebut ternyata po- tensi batubaranya terdapat di kawasan hu-
tan lindung yakni kabupaten Pesisir Selatan, Pasaman, Solok Selatan dan Dharmasraya.
Gambar 1: Tingkat Keyakinan Geologi Sumberdaya Batubara
Sumatera Barat tahun 2009
Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 181
Gambar di atas memperlihatkan bah- wa potensi sumber daya batubara Sumatera
Barat paling besar berada pada tingkat keya- kinan geologi hipotetik, disusul oleh terukur
dan yang paling kecil adalah tereka. Apabila tingkat keyakinan geologi hipotetik ini da-
pat ditingkatkan tingkat keyakinannya mela- lui penyelidikan geologi yang lebih intensif,
maka dapat dipastikan potensi sumber daya batubara Sumatera Barat dapat memberikan
sumbangan yang sangat besar bagi doron- gan pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat
ke depan. Kendala yang dihadapi selama ini adalah upaya penyelidikan terhambat dan
mendapat tantangan dari status lahan hutan dan lahan diatasnya. Hampir semua penye-
lidikan geologi yang dilakukan di kawasan hutan harus mendapat izin terlebih dahulu
dari Departemen Kehutanan yang mengang- gap bahwa lahan hutan itu sendiri berada di
bawah kewenangannya. Selanjutnya, potensi pertambangan
dan bahan galian lainnya yang dimiliki Sumatera Barat adalah sebesar 25.067,66
juta ton terdiri dari tidak teridentifikasi dengan tingkat keyakinan geologi tingkat
hipotetik adalah sebesar 13.935,96 juta ton atau sebesar 57 persen, dan total sumber
daya mineral yang teridentifikasi adalah berjumlah 10.674,51 juta ton atau 43,37
persen. Diantara total sumber daya bahan tambang lainnya yang teridentifikasi itu,
maka paling besar adalah berada pada tingkat
keyakinan geologi tereka yang berjumlah 10.559,72 juta ton atau sebesar 98,93 persen,
sedangkan tingkat keyakinan geologi terukur hanya sebesar 114, 79 juta ton dan terindikasi
tidak ada. Berarti untuk potensi sumber daya pertambangan dan bahan galian lainnya ini
didominasi oleh tereka yang berada setingkat di bawah terindikasi dan terukur. Barangkali
itulah sebabnya
usaha penambangan
jenis ini dominan dilakukan oleh usaha pertambangan
rakyat, karena
tingkat keyakinan geologinya masih belum tinggi,
akibatnya corporate yang bermodal besar belum berani untuk melakukan penanaman
investasi, tetapi sungguhpun demikian nilai ekonominya lebih tinggi dari batubara
dalam memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi dan peningkatan nilai
tambah ekonomi.
Gambar 2: Tingkat Keyakinan Geologi Potensi Bahan Tambangan
dan Galian Lainnya di Sumatera Barat neral yang teridentifikasi dapat diklasifikasi
Sebaliknya untuk klasifikasi tereka adalah
dentifikasi jika dibandingkan dengan yang teridentifikasi, akibatnya tingkat kelaya
geologinya menjadi teridenfikasi dengan
terdiri dari tak teridentifikasi dengan tingkat
daya batubara yang teridentifikasi dengan potensi batubara yang teridentifikasi dengan
Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 182
Gambar diatas
memperlihatkan bahwa
potensi pertambangan
dan bahan galian lainnya paling dominan
berada pada tingkat keyakinan geologi hipotetik dan tereka, sedangkan tingkat
keyakinan tereka dan terukur relatif kecil persentasenya. Implikasinya adalah masih
harus dilakukan eksplorasi lebih intensif agar tingkat keyakinan geologi ini dapat
menjadi lebih teridentfikasi bahkan pada tingkat terukur, karena pada tingkat inilah
usaha pertambangan besar dapat memulai mengucurkan investasinya di wilayah
Sumatera Barat. Salah satu hambatan yang paling besar itu di dalam melakukan
penyelidikan geologi yang lebih intensif adalah permasalahan dengan status lahan
hutan di atasnya. Hal ini ditemui di kabupaten Solok dan kabupaten Pasaman. Maka untuk
membuat potensi pertambangan Sumatera Barat dapat diketahui kelayakan ekonominya,
maka diperlukan koordinasi dan kemudahan perizinan dari dinas kehutanan di kabupaten
Kota yang bersangkutan. Jika koordinasi lintas dinas ini belum dapat dilaksanakan
maka potensi pertambangan dan sumber daya mineral di Sumatera Barat tidak dapat
diketahui kelayakan ekonominya. Berdasarkan kepada gambar 3 di
bawah, jumlah total sumber daya mineral Sumatera Barat yang diklasifikasikan atas
dua yakni batu bara dan pertambangan dan
bahan galian lainnya berdasarkan KLUI dan data I-O sebenarnya adalah sebesar 25.067,66
juta ton terdiri dari tidak teridentifikasi sebesar 14.244,36 juta ton dan sebesar
10.823,30 juta ton telah teridentifikasi. Total potensi sumber daya mineral Sumatera
Barat lebih besar tidak teridentifikasi jika dibandingkan dengan yang teridentifikasi,
akibatnya tingkat kelayakan ekonominya
lebih kecil karena tingkat keyakinan geologinya semakin rendah pula. Untuk
membuat kelayakan ekonominya semakin tinggi, maka tingkat keyakinan geologinya
juga seharusnya semakin tinggi pula. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
meningkatkan penyelidikan
geologinya menjadi teridenfikasi dengan kategori
terukur dan terindikasi.
Total Sumberdaya Mineral 25.067 juta ton Teridentifikasi 10.823 juta ton
Tidak Teridentifikasi 14.244 juta ton Tertunjuk 228 juta ton
Tereka 10.595 juta ton
Hipotetik 14.244 juta ton
spekulatif Terukur 228 juta ton
Terindikasi Ekonomis
Cadangan Sub
ekonomis Para marginal
Sumberdaya Mineral Sub marginal
Gambar 3
: Diagram Sistem Klasifikasi Sumberdaya Mineral Sumatera Barat Potensi pertambangan batu bara
dengan tingkat keyakinan geologi terukur yang sangat besar itu terdapat di Kota
Sawahlunto yakni sebesar 112 juta ton kabupaten Solok sebesar 1,26 juta ton.
Sedangkan potensi batubara dengan tingkat keyakinan geologi tereka paling besar
terdapat di kabupaten Sijunjung sebesar 32 juta ton terutama di kecamatan Sinamar dan
Lubuak Tarab, dan kabupaten Solok sebesar
Jurnal Penelitian, Volume 1, Nomor 2, Desember 2013 183
2,68 juta ton terutama di kecamatan X Koto dan Payung Sekaki. Terakhir potensi batubara
dengan tingkat keyakinan geologi hipotetik paling besar itu terdapat di kabupaten Solok
Selatan sebesar 229,43 juta ton, kabupaten Pesisir Selatan sebesar 36,03 juta ton dan
kabupaten Tanah Datar sebesar 25 juta ton. Terdapat 7 kabupaten dan kota yang
memiliki potensi batubara dengan tingkat keyakinan
geologi hipotetik
tersebut, tetapi empat kabupaten potensial tersebut
ternyata potensi batubaranya terdapat di kawasan hutan lindung yakni kabupaten
Pesisir Selatan, Pasaman, Solok Selatan dan Dharmasraya.
Kendala yang dihadapi selama ini adalah upaya penyelidikan terhambat dan
mendapat tantangan dari status lahan hutan dan lahan diatasnya. Hampir semua penye-
lidikan geologi yang dilakukan di kawasan hutan harus mendapat izin terlebih dahulu
dari Departemen Kehutanan yang mengang- gap bahwa lahan hutan itu sendiri berada
di bawah kewenangannya. Semua kawasan penyelidikan geologi yang dilakukan selalu
diklaim sebagai kawasan hutan lindung, pada hal vegetasi yang ada disana tidak
menunjukkan cirri-ciri sebagai hutan lind- ung. Hal ini ditemui di kabupaten Solok dan
kabupaten Pasaman. Maka untuk membuat potensi pertambangan Sumatera Barat da-
pat dikatahui kelayakan ekonominya, maka diperlukan koordinasi dan kemudahan periz-
inan dari dinas kehutanan di kabupaten Kota yang bersangkutan. Jika koordinasi lintas di-
nas ini belum dapat dilaksanakan maka po- tensi pertambangan dan sumber daya min-
eral di Sumatera Barat tidak dapat diketahui kelayakan ekonominya.
2. Nilai Ekonomi Hutan Lindung dan Pertambangannya