Hakikat Bermain, Permainan dan Permainan Bahasa

pengaturan waktu yang menentukan cepat lambatnya seseorang dalam berujara ataupun membaca.

c. Ekspresi

Setiap orang selalu berekspresi. Menurut Nur‟aini Indriyani 2008, hlm. 33 “Ekspresi adalah mimik wajah yang menunjukkan perasaan hati senang, sedih ,bahagia.” Sementara menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional 2003, hlm. 291 “Ekspresi adalah pandangan air muka yang memperlihatkan perasaan seseorang. ” Jadi, melalui ekspresi yang diperlihatkan, maka orang lain dapat mengetahui perasaan yang sedang kita rasakan ataupun maksud yang ingin kita sampaikan. Macam-macam ekspresi meliputi ekspresi bahagia atau gembira atau senang, sedih atau haru, bersemangat, heran atau tidak percaya, terkejut, takut, marah, bosan, cemas, bingung, malu-malu.

D. Penerapan PermainanGet, Match and Read

1. Hakikat Bermain, Permainan dan Permainan Bahasa

Bagi anak-anak, bermain merupakan suatu rutinitas yang tidak boleh terlepas dari kehidupannya sehari-hari.Bermain berasal dari dorongan atau naluri diri anak itu sendiri, sehingga ada keharusan untuk menyalurkannya. Jika tidak, maka anak akan merasa tertekan. Seperti halnya pendapat dari Smith dalam Djuanda, hlm. 86 yang mengatakan bahwa. Bermain merupakan dorongan langsung dari dalam diri setiap individu, yang bagi anak-anak merupakan pekerjaan, sedangkan bagi orang dewasa lebih dirasakan sebagai kegemaran. Anak usia SD merupakan usia bermain. Mereka belum dapat membedakan dunia nyata dan bermain. Baru setelah semakin dewasa mereka paham bahwa ada dua dunia yaitu dunia bermain dan dunia nyata atau dunia kerja. Belajar tidak bisa dipaksakan. Jadi, bermain merupakan aktivitas alamiah yang melekat pada diri anak. Untuk itu, cara belajar anak-anakpun dilakukan melalui kegiatan bermain yang tidak disadari oleh anak bahwa sedang belajar, karena belajar yang baik adalah dalam suasana tanpa tekanan dan paksaan menyenangkan. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian bermain dan permainan menurut para ahli. Menurut Ismail 2006, hlm. 14 “Bermain dapat bermakna sebagai kegiatan anak ya ng menyenangkan dan dinikmati.” Sementara itu, Munandar dalam Ismail, 2006, hlm. 16 menjelaskan definisi bermain secara lebih kompleks yaitu „Bermain merupakan suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik secara fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional. ‟ Jadi, bermain merupakan kegiatan anak yang menyenangkan serta dinikmati anak. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mencapai perkembangan anak secara menyeluruh. Jadi, dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan aktivitas yang penting dilakukan oleh anak-anak. Dengan bermain anak akan menambah pengetahuan dan pengalamannya, karena dunia anak adalah dunia bermain. Djuanda 2006, hlm. 86 , menyatakan bahwa“Para ahli pendidikan modern berpendapat bahwa permainan merupakan alat pendidikan. Pendidikan yang baik akan menggunakan bermain sebagai alat pendidikan. ” Menurut pernyataan tersebut, penerapan permainan merupakan hal yang penting diterapkan dalam dunia pendidikan. Bermain akan mengembangkan kognitif, sosial, emosi dan fisik anak. Melalui bermain juga akan meningkatkan kemampuan berbahasa anak, karena anak berkomunikasi langsung dengan teman-temannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Abbas 2006, hlm. 10: jika bermain dianggap sebagai proses yang mendorong anak belajar bahasa dan pengembangannya, maka kondisi bermain itu sebagai suatu proses belajar perlu diciptakan dalam pembelajaran, sehingga dapat dipergunakan sebagai suatu kondisi dalam kelas yang dapat melayani berbagai macam tujuan. Bermain dapat dilakukan dalam bentuk permainan. Permainan merupakan bagian dari kegiatan bermain.Namun, permainan mempunyai aturan dan menuntut partisipasi minimal dua orang anak.Permainan juga bersifat kompetitif yaitu ada pihak yang kalah dan ada pihak yang menang.Permainan juga merupakan konsep pembelajaran yang dapat dilakukan untuk mengajarkan konsep materi pelajaran yang abstrak dan sulit untuk dipahami anak apabila dijelaskan melalui kata-kata saja. Menurut Suparno dalam Djuanda, 2006, hlm. 94: permainan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas untuk memperoleh suatu keterampilan tertentu dengan cara yang menggembirakan. Apabila keterampilan yang diperoleh dalam permainan itu berupa keterampilan bahasa tertentu, permainan tersebut dinamakan permainan bahasa. Oleh karena itu, penerapan permainan saat belajar bahasa akan membuat pembelajaran lebih efektif. Hal ini didukung oleh pernyataan Menurut Brierly dalam Djuanda, 2006, hlm. 88 yang menyatakan bahwa. Bermain dan bereksplorasi akan membantu perkembangan otak anak, yaitu meningkatkan kemampuan berbahasa, bersosialisasi, bernalar dan perkembangan motoriknya. Bermain akan membuat anak lebih mengerti subyek yang dipelajarinya melalui eksplorasi, imajinasi, berdiskusi, bernyanyi, bereksperimen, mengubah bentuk dan bermain peran. Menurut pendapat di atas, bermain mempunyai banyak manfaat bagi perkembangan otak anak, baik itu perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotor anak. Penerapan permainan dalam pembelajaran bahasa dapat dilakukan melalui permainan bahasa. Permainan bahasa menurut Resmini Djuanda 2007, hlm. 255: permainan bahasa mempunyai tujuan ganda, yaitu untuk memperoleh kegembiraan sebagai fungsi bermain, dan untuk melatih keterampilan berbahasa tertentu sebagai materi pelajaran. Bila ada permainan yang menggembirakan tetapi tidak melatih keterampilan berbahasa, tidak dapat disebut permainan bahasa.Demikian juga sebaliknya, bila permainan itu tidak menggembirakan, meskipun melatihkan keterampilan bahasa tertentu, tidak dapat dikatakan permainan bahasa.Untuk dapat disebut permainan bahasa, harus memenuhi kedua syarat yaitu menggembirakan dan melatihkan keterampilan berbahasa. Jadi, syarat utama permainan bahasa yaitu harus menggembirakan hati anak sekaligus melatih keterampilan berbahasa anak.Permainan bahasa dapat dilakukan dalam situasi dan kondisi apapun. Asalkan jangan sampai mengganggu kelas yang lain. Menurut Suparno dalam Djuanda, 2006, hlm. 94 „Ada empat faktor yang menentukan keberhasilan permainan bahasa di kelas, yaitu faktor situasi dan kondisi, faktor peraturan permainan, faktor pemain dan faktor pemimpin permainan.‟ Keempat faktor di atas merupakan syarat utama penerapan permainan di kelas. Ciri utama permainan yang membedakannya dengan bermain yaitu adanya peraturan.Peraturan tersebut harus diketahui, dipahami, ditaati dan disetujui oleh seluruh pemain.Guru juga harus mengelola kelas agar tetap kondusif, jangan sampai permainan di kelas membuat suasana menjadi gaduh dan dapat mengganggu kelas yang lain. Guru juga harus membentuk beberapa tim siswa yang kekuatannya seimbang.Selain itu, melalui permainan guru harus menanamkan konsep berbagi, menunggu giliran, bermain jujur dan harus mampu menerima kekalahan apabila usaha anak kurang maksimal.Dalam permainan, guru bertindak sebagai pemimpin permainan atau juri, sedangkan siswa sebagai pelaku permainan. Selain hal-hal di atas, ada lagi hal penting yang harus diperhatikan pada penerapan permainan bahasa yaitu seperti halnya yang dikemukakan oleh Suyatno dalam Djuanda, 2006, hlm. 88 bahwa. Permainan sebagai teknik pembelajaran memerlukan keterampilan tersendiri yang harus dikuasai guru. Keterampilan tersebut memerlukan semacam kajian terlebihdulu, yaitu: membaca bahan-bahan teoretis yang ada, kasus-kasus nyata, mencari contoh-contoh yang relevan, menyusun aturan permainan, menyiapkan alat permainan, dan seterusnya. Menurut pendapat di atas, sebelum menerapkan permainan bahasa pada proses pembelajaran, ada beberapa persiapan yang harus dilakukan oleh guru pada saat perencanaan. Persiapan tersebut salahsatunya yaitu guru harus menyusun aturan dan langkah-langkah permainan, agar permainan yang akan diterapkan memunyai prosedur yang jelas. Jadi, permainan tidak hanya diterapkan begitu saja, akan tetapi dibutuhkan beberapa persiapan yang harus dilakukan dan dikuasai guru agar pada penerapannya, permainan tersebut dapat mencapai tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan.

2. Permainan Get, Match and Read