Teori Belajar Konstruktivisme Teori Belajar yang Mendukung Metode Pembelajaran KooperatifTipe

Berdasarkan pendapat Piaget di atas, pada awalnya bermain hanya sekedar suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Namun seiring berjalannya waktu, kesenangan tersebut akan berubah menjadi suatu cara untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi, secara tidak sadar, melalui bermain anak justru sedang belajar mempelajari sesuatu. Pernyataan selanjutnya dari Piaget dalam Djuanda, 2006, hlm. 89 yang menyatakan pentingnya bermain bagi proses belajar anak yaitu „Bermain merupakan upaya anak dalam memanfaatkan peluang-peluang tertentu untuk mengatasi tantangan-tantangan yang dalam kenyataannya belum tentu bisa dikuasai.‟ Jadi, bermain merupakan proses memanfaatkan peluang, yang mana pada saat itu anak mengalami proses asimilasi dan akomodasi. Namun, pada saat proses akomodasi tidak menutup kemungkinan akan terjadi ekuilibrasi, yang mana siswa mengalami ketidakpahaman pada pengetahuan baru yang diterimanya, karena pengetahuan baru tersebut tidak sesuai dengan pengetahuan awal yang diterimanya.

3. Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.Menurut Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran 2006, hlm. 226 “Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.Manusia harus membangun pengetahuan itu untuk memberi makna melalui pengalaman yang nyata. ” Jadi, teori konstruktivisme berpandangan bahwa konsep bukanlah hal yang tidak penting sebagai bagian integral dari pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa.Akan tetapi, bagaimana konsep pengetahuan siswa itu dapat memberikan pedoman nyata untuk diaktualisasikan dalam kondisi nyata. Oleh karena itu, dalam teori ini, unsur yang diutamakan dalam proses pembelajaran untuk menghubungkan setiap konsep dengan kenyataan adalah strategi yang digunakan, bukannya penekanan terhadap seberapa banyak pengetahuan yang harus diingat oleh siswa. implikasi bagi guru dalam menerapkan teori ini, guru harus mampu membimbing siswa mendapatkan makna dari setiap konsep yang dipelajari siswa. Menurut Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran 2006, hlm. 227 “Pembelajaran akan dirasakan memiliki makna apabila secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan pengalaman sehari-hari yang dialami oleh para siswa itu sendiri. ” Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Djuanda 2006, hlm. 14 hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses mengajar berdasarkan pandangan konstruktivisme meliputi. a. Siswa harus aktif selama pembelajaran berlangsung. b. Proses aktif ini adalah proses membuat sesuatu masuk akal, pembelajaran tidak terjadi melalui transmisi tetapi mellau interpretasi. c. Interpretasi selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya skemata. d. Interpretasi juga dibantu oleh metode instruksi yang memungkinkan negosiasi pikiran bertukar pikiran melalui diskusi, tanya jawab dan lain-lain. e. Tanya jawab didorong oleh kegiatan inkuiri para siswa. Jadi, kalau siswa tidak bertanyatidak bicara pada waktu diskusi, berarti siswa tidak belajar secara optimal. f. Proses belajar mengajar tidak sekedar pengalihan pengetahuan, tapi juga pengalihan keterampilan dan pengetahuan. Maka dari itu, guru harus kreatif dan inovatif dalam menerapkan strategi, pendekatan, model, media, metode dan teknik pembelajaran yang membuat siswa mampu memaknai konsep pengetahuan yang diterimanya agar siswa aktif mencari dan menemukan sendiri kaitan antara konsep yang dipelajari dengan pengalamannya.

4. Teori Bermain