Dasar dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006, hlm. 22-29, kompetensi dasar pembelajaran membaca puisi siswa yaitu.
Tabel 2.1 Kompetensi Dasar Pembelajaran Membaca Puisi di Tingkat Sekolah
Dasar Kelas
Kompetensi Dasar
I 7.2 Membaca puisi anak yang terdiri atas 2-4 baris dengan lafal
dan intonasi yang tepat. II
3.2 Menjelaskan isi puisi anak yang dibaca. III
7.2 Membaca puisi dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat.
V 3.3 Membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat.
VI 6.3 Membacakan puisi karya sendiri dengan ekspresi yang tepat.
Berdasarkan pendapat di atas, bahwa pembelajaran membaca puisi di SD, siswa harus dilatih agar mampu membaca puisi dengan lafal, intonasi dan ekspresi
yang tepat. Adapun, kriteria kemampuan yang harus dicapai oleh siswa pada setiap jenjangnya akan berbeda, pada saat kelas rendah, siswa masih pada tahap
perkenalan terhadap lafal, intonasi dan ekspresi. Namun, saat menginjak kelas tinggi, siswa dituntut untuk mampu mengembangkan kemampuan membaca
puisinya secara optimal dengan memperhatikan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sukini Iskandar 2008, hlm. 90
yang mengemukakan bahwa pembacaan puisi harus dibacakan dengan: a.
pengucapan yang jelas, b.
intonasi lagu kalimat yang tepat, c.
jeda tempat berhenti pada saat membaca baris-baris puisi yang tepat, d.
ekspresi yang tepat gerak-gerak tubuh benar-benar berfungsi untuk menjiwai isi puisi.
Agar dapat membaca puisi dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat, maka siswa harus terus-menerus dilatih, sehingga tujuan pembelajaran membaca
puisi yang telah ditentukan dapat tercapai sebagaimana mestinya.
6. Lafal, Intonasi dan Ekspresi
Lafal, intonasi dan ekspresi merupakan indikator yang diteliti dari keterampilan membaca puisi.
a.Lafal
Lafal merupakan cara pengucapan bunyi. Bunyi bahasa Indonesia meliputi vokal, konsonan, diftong dan gabungan konsonan. Menurut Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional 2003, hlm. 623 “Lafal adalah cara seseorang atau sekelompok orang di suatu masyarakat dalam mengucapkan bunyi bahasa.
” Definisi tersebut, sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nur‟aini
Indriyani 2008, hlm. 32 “Lafal adalah cara pengucapan bunyi.” Sementara itu, menurut Samidi Puspitasari 2008, hlm. 104 “Lafal merupakan cara
mengucapkan kata-kata secara jelas, enak dan mudah didengar sesuai dengan makna yang terkandung dalam kata-
kata yang diucapkan.” Lafal perlu diperhatikan dalam berbahasa, karena lafal merupakan cara pengucapan bunyi
bahasa. Apabila pengucapannya asal saja, maka seseorang tersebut tidak memperhatikah kaidah berbahasa yang baik. Aspek-aspek yang harus
diperhatikan dalam mengucapkan lafal yaitu sebagai berikut.
1 Artikulasinya jelas
Pengucapan pada setiap sukukata dalam puisi harus jelas dan terang. Artikulasi menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional 2003, hlm.
66 a dalah “Lafal, pengucapan kata.” Maka dari itu, artikulasi merupakan bagian
dari lafal yang harus diperhatikan.
2 Volume suara nyaring
Suara saat membaca puisi harus nyaring agar bisa terdengar jelas oleh semua penonton.
3 Kelancaran tidak terbata-bata
Saat membaca puisi harus lancar, tidak terbata-bata.
b. Intonasi
Saat berbicara atau berbahasa lisan, dibutuhkan intonasi yang berbeda- beda sesuai dengan maksud yang ditujukan. Intonasi menurut Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional2003, hlm. 440 adalah “Lagu kalimat; ketepatan penyajian tinggi rendah nada.
” Apabila seseorang berbahasa, harus disesuaikan dengan intonasi yang tepat bagi kalimat yang diucapkannya.
Sementara itu, menurut Samidi Puspitasari 2008, hlm. 104 “Intonasi mencakup tempo, jeda dan tekanan suara. Tekanan berhubungan dengan keras
atau lemahnya suatu kata dan frase yang diucapkan. ” Selain itu, Suyatno. dkk.
2008, hlm. 50 mengemukakan bahwa “Intonasi adalah naik turunnya nada dalam membaca.” Jadi, intonasi merupakan lagu kalimat atau naik turunnya nada
berbicara yang mencakup tempo, jeda dan tekanan suara. Berdasarkan pendapat tersebut, maka aspek-aspekyang harus diperhatikan dalam ketepatan intonasi
yaitu.
1 Jeda
Setiap kata dalam puisi harus diucapkan dengan jelas dan tidak tergesa- gesa. Untuk itu, diperlukan jeda saat membaca puisi. Menurut Suyatno. dkk.
2008, hlm. 106 “Jeda disebut juga perhentian”, sedangkan menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasiona
l 2003, hlm. 464 “Jeda adalah hentian sebentar dalam ujaran
.” Saat berujar, harus memperhatikan waktu berhenti sejenak untuk menarik nafas maupun tidak. Di bawah ini merupakan tanda jeda
yang terdapat dalam membaca puisi. Tanda : tanda untuk berhenti sebentar jeda pendek.
Tanda : tanda untuk berhenti lama jeda panjang. Saat membaca, penempatan jeda harus tepat. Jika salah menempatkan jeda,
maksud kalimata akan salah. Contohnya seperti berikut ini. a Ibu Sari pergi ke mana? yang pergi Sari, bukan Ibu
b Ibu Sari pergi ke mana? yang pergi Ibu
2 Tekanan kata
Memberikan tekanan terhadap kata tertentu, sehingga kata tersebut terdengar lebih menonjol dibandingkan kata-kata yang lainnya. Jadi, saat
membaca puisi, ada beberapa kata tertentu yang harus diberi penekanan pada saat membacanya. Hal tersebut juga bertujuan untuk memberi penegasan makna pada
bagian kata puisi yang dibaca.
3 Tempo
Memperhatikan tempo yaitu mengatur cepat lambat saat membaca puisi, tidak boleh boleh terlalu cepat dan tidak boleh terlalu lambat. Menurut Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional 2003, hlm. 1169 “Tempo adalah penundaan waktu
.” Maksudnya saat berujar, waktu yang digunakan dalam berujar jangan terlalu lambat ataupun terlalu cepat, akan tetapi harus disesuaikan.
Sementara itu, menurut Suyatno. dkk. 2008, hlm. 50 “Tempo adalah cepat atau lambatnya pengucapan.” Jadi, dapat disimpulkan bahwa tempo merupakan
pengaturan waktu yang menentukan cepat lambatnya seseorang dalam berujara ataupun membaca.
c. Ekspresi