keempat pendekatan di atas, tetapi dalam banyak hal justru ditentukan oleh tekanan kelompok, intimidasi, dan paksaan dari kelompok atau pemimpin tertentu.
2.3.2 Partisipasi Politik
Partisipasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan berdemokrasi. Asumsi yang mendasari demokrasi dan partisipasi adalah orang yang
paling tahu tentang apa yang baik bagi dirinya adalah orang itu sendiri. Karena keputusan politik yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan
memengaruhi kehidupan warga masyarakat, maka warga masyarakat berhak ikut serta menentukan isi keputusan politik. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan
partisipasi politik ialah keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau memengaruhi hidupnya.
48
Dampak dari adanya komunikasi politik yang efektif adalah adanya partisipasi politik rakyat yang sering diperhatikan dalam pelaksanaan pemilihan umum di
negara-negara demokratis. Karena itu, tingkat partisipasi politik masyarakat di negara berkembang merupakan masalah yang menarik bagi para ahli politik. Secara umum
defenisi partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang yang ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan
negara dan secara langsung dan tidak langsung memengaruhi kebijakan pemerintah
48
Ibid, hal. 179-180.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
public policy. Kegiatan berpartisispasi tersebut di antaranya, memberikan suara pada Pemilu, menghadiri rapat umum kampanye, menjadi anggota parpol atau
organisasi sosial politik yang underbauw partai politik, mengadakan hubungan dengan pejabat pemerintah atau parlemen yang bertujuan politik.
Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam bukunya No Easy Choice: Political Participation in Developing Countries menyatakan bahwa: partisipasi
politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi
bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif.
49
Partisipasi dapat berbentuk otonom autonomous participation dan partisipasi yang dimobilisasi mobilized participation. Pada umumnya orang beranggapan
Pemikiran mengenai partisipasi politik bagi negara demokratis berangkat dari prinsip kedaulatan adalah di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan
bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan menduduki jabatan-jabatan publik dan politis.
Jadi partisipasi politik merupakan pengejawantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh masyarakat. Dalam negara demokratis makin banyak
masyarakat mengambil peran maka akan makin baik proses demokrasi terlaksana.
49
Budiardjo, Miriam, Prof., Dasar-dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008, hal. 368.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
bahwa demonstrasi, teror, pembunuhan lawan politik, dan bentuk kekuasaan lain yang bermotif politik juga merupakan bentuk partisipasi. Namun Verba
50
Menurut Surbakti, ada beberapa rambu-rambu partisipasi politik: tidak mau
masuk dalam bentuk partisipasi yang rumit tersebut, akan tetapi membatasi diri pada tindakan-tindakan yang legal. Metode atau cara berpartisipasi, intensitasnya terkait
dengan keterikatan atau posisi politik yang dimiliki seseorang.
51
Dalam pandangan Surbakti ini, pada sistem politik yang mantap, melembaga, dan mendapat dukungan, hanya kegiatan konvensional dan tidak berupa kekerasan
Pertama, partisipasi politik yang dimaksudkan berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga negara biasa yang dapat diamati, bukan perilaku dalam yang berupa
sikap dan orientasi. Hal ini perlu ditegaskan karena sikap dan orientasi individu tidak selalu termanifestasikan dalam perilakunya. Kedua, kegiatan itu diarahkan untuk
memengaruhi pemerintah selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik.
Termasuk ke dalam pengertian ini, seperti kegiatan mengajukan alternatif kebijakan umum, alternatif pembuat dan pelaksana keputusan politik dan kegiatan mendukung
ataupun menentang keputusan politik yang dibuat pemerintah. Ketiga, baik kegiatan yang berhasil efektif maupun yang gagal memengaruhi pemerintah termasuk dalam
konsep partisipasi politik. Keempat, kegiatan memengaruhi pemerintah tanpa menggunakan perantara individu dapat dilakukan secara langsung ataupun secara
tidak langsung. Kegiatan yang langsung berarti individu memengaruhi pemerintah melalui pihak lain yang dianggap dapat dilakukan melalui prosedur yang wajar
konvensional dan tidak berupa kekerasan nonviolence seperti ikut memilih dalam pemilihan umum, mengajukan petisi, melakukan kontak tatap muka, dan menulis
surat, maupun dengan cara-cara diluar prosedur yang wajar tak konvensional dan berupa kekerasan violence, seperti demonstrasi unjuk rasa, melakukan
pembangkangan halus seperti lebih memilih kotak kosong daripada memilih calon yang disodorkan pemerintah, huru-hara, pembangkangan sipil, serangan bersenjata,
dan gerakan-gerakan politik seperti kudeta dan revolusi.
50
Ibid.
51
Ramlan Surbakti, op. cit, hal. 180-181.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
yang dimasukkan ke dalam kategori partisipasi politik. Partisipasi politik di negara- negara yang menerapkan sistem politik demokrasi merupakan hak warga negara,
tetapi dalam kenyataannya, persentase warga negara yang berpartisipasi berbeda dari satu negara dengan negara lain.
2.4 Sistem Politik Orde Baru dan Pasca-Orde Baru