Perkembangan Sistem Pemilihan Kepala Daerah .1 Mengembalikan Kedaulatan ke Tangan Rakyat

Karakteristik • Kekuasaan presiden sebagai kepala negara dan pemerintahan sangat tinggi. • Partai politik dibatasi jumlah dan peran politiknya. • Pemilu terselenggara teratur setiap lima tahun; tapi partai politik pemenangnya sudah dapat dipastikan. • Tidak ada pergantian kekuasaan politik, Soeharto berkuasa selama lima periode Pemilu. • Rekruitmen politik bersifat tertutup. • Peran militer sangat kuat dengan konsep dwi-fungsi ABRI. • Kebebasan pers dibatasi, Pembreidelan media massa kerap terjadi. • Sistem pemerintahan sentralistik. Karakteristik • Sistem pemerintahan presidensial, tetapi parlemen terdiri dari banyak partai multi-partai. • Sistem pemilihan langsung untuk presiden dan kepala daerah. • Pemilu setiap lima tahun dengan asas luber dan jurdil. • Lembaga perwakilan dibagi menjadi DPR dan DPD. • Peran militer dikurangi, menjadi hanya alat pertahanan negara kembali ke barak. • Lahir komisi-komisi independen negara. • Pers bebas. • Desentralisasi kekuasaan dengan model otonomi daerah. Sumber: Diolah dari Kompas, 13 Agustus 2010. 2.5 Perkembangan Sistem Pemilihan Kepala Daerah 2.5.1 Mengembalikan Kedaulatan ke Tangan Rakyat Salah satu tujuan reformasi adalah untuk mewujudkan suatu Indonesia baru, yaitu Indonesia yang lebih demokratis. Hal ini bisa dicapai dengan mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat. Selama ini, baik di masa orde baru maupun di era Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara reformasi, kedaulatan sepenuhnya berada di tangan lembaga-lembaga eksekutif, dan di tangan lembaga legislatif. Bahkan di era reformasi ini, kedaulatan seolah-olah berada di tangan partai politik. Partai politik, melalui fraksi-fraksinya di MPR dan DPR, dapat melakukan apapun yang berkaitan dengan kepentingan bangsa dan negara, bahkan dapat memberhentikan presiden sebelum berakhir masa jabatannya, seperti layaknya pada negara dengan sitem parlementer padahal negara kita menganut sistem presidentil. Di daerah-daerah, DPRD melalui pemungutan suara, dapat menjatuhkan kepala daerah sebelum berakhir masa jabatannya. Kekuasaan yang dimiliki partai politik ini, antara lain disebabkan oleh sistem Pemilu yang kita anut di masa lalu, yaitu sistem proporsional. Dalam sistem ini para pemilih hanya memilih tanda gambar partai politik tertentu. Selanjutnya, partai politiklah yang berhak menentukan siapa-siapa yang akan duduk sebagai wakil rakyat wakil partai politik? di DPR atau DPRD. Akibatnya anggota dewan lebih merasakan dirinya sebagai wakil partai politik, dari pada sebagai wakil rakyat sehingga mereka lebih banyak berbuat untuk kepentingan partai dari pada kepentingan rakyat. Dalam sistem ini seseorang yang tidak disukai dan tidak didukung oleh rakyat pemilih, sepanjang yang bersangkutan masih disukai pimpinan partainya, keberadaannya di dewan akan selalu terjamin. Satu-satunya hak politik yang masih dimiliki rakyat adalah hak memberikan suara pada saat Pemilu berlangsung. Sesudah itu semua hak politik yang dimiliki Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara rakyat beralih kepada partai politik sehingga rakyat tidak memiliki apa-apa lagi, bahkan sudah dilupakan sama sekali. Untuk mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat, sistem Pemilu harus diubah, dengan sistem yang memberi peluang kepada rakyat pemilih, untuk dapat menggunakan hak pilihnya secara langsung. Melalui amandemen UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, dengan menambahkan pasal 6A dan pasal 22E, sistem Pemilu kita diubah menjadi Pemilu secara langsung, baik untuk Pemilu legislatif, maupun untuk Pemilu presiden dan wakil presiden. Untuk Pemilu legislatif yang diatur dengan pasal 22E, selanjutnya dijabarkan pada UU No. 12 tahun 2003 dan selanjutnya diubah menjadi UU No. 10 tahun 2008, sedangkan untuk Pemilu presiden dan wakil presiden, diatur dalam pasal 6A yang selanjutnya dijabarkan dalam UU No. 23 tahun 2003, dan selanjutnya diubah menjadi UU No. 42 tahun 2008. Sementara itu, pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung sesuai dengan undang-undang nomor 32 tahun 2004, merupakan jawaban atas tuntutan pemberian otonomi daerah yang lebih luas. Karena daerah, sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, dalam melakukan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, sudah seharusnya sinkron dengan pemilihan presiden dan wakil presiden, yaitu pemilihan secara langsung. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Warga masyarakat di daerah, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia secara keseluruhan, juga berhak atas kedaulatan yang merupakan hak asasi mereka yang telah dijamin oleh konstitusi kita, UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945. Oleh karena itu, warga masyarakat di daerah, berdasarkan kedaulatan yang mereka miliki, harus diberikan kesempatan untuk ikut menentukan masa depan daerahnya masing-masing, antara lain dengan memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung. Pemilihan Kepala daerah secara langsung ini sangat penting, antara lain untuk: 56

1. Legitimasi yang sama antara Kepala DaerahWakil Kepala Daerah dengan

DPRD Seperti kita ketahui, anggota DPRD dipilih secara langsung oleg rakyat pemilih melalui sistem proporsional dengan daftar calon terbuka. Apabila kepala daerah dan wakil kepala daerah tetap dipilih oleh DPRD, bukan dipilih langsung oleh rakyat, tingkat legitimasi anggo ta DPRD jauh lebih tinggi dari tingkat legitimasi yang dimiliki oleh kepala daerah dan wakil kepala daerah.

2. Kedudukan yang Sejajar Antara Kepala DaerahWakil Kepala Daerah

dengan DPRD 56 Abdullah, H. Rozali, Prof. SH., Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005, hal. 53-55. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pemetaan Daerah Pemilihan

0 52 7

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Tidak Menggunakan Hak Pilihnya Pada Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013 (Studi Kasus : Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun)

2 62 126

Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013 Di Kecamatan Medan Helvetia

0 54 79

Etnisitas Dan Pilihan Kepala Daerah (Suatu Studi Penelitian Kemenangan Pasangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir)

3 45 67

Perilaku Memilih Birokrat Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

1 48 200

Political Marketing Partai Politik Dalam Pemilihan Umum Presiden 2009 Di Sumut Studi Kasus: DPD Sumut Partai Demokrat

0 42 107

Pengaruh Isu Politik yang Berkembang Saat Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 Terhadap Preferensi Politik Pemilih (Studi Kasus: Mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nomennsen)

0 40 170

Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Terjadinya Konflik Antara Empat Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Padang 2008 dengan KPU Kota Padang (Studi Kasus : Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Padang 2008).

0 1 8

Proses, Kriteria dan Faktor yang Mempengaruhi Rekrutmen Calon Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Oleh Partai Politik di Kabupaten Pesisir Selatan.

0 0 6

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keterpilihan Kepala Daerah Petahana pada Pemilihan Umum Kepala Daerah 2015 - UNS Institutional Repository

0 0 15