Profil Pasangan Calon Terpilih .1 Profil Torang Lumbantobing

1 Protestan 57 89,06 2 Katolik 6 9,38 3 Islam 1 1,56 J u m l a h 64 100 Dari tabel di atas terlihat bahwa mayoritas informan adalah beragama protestan, yaitu sebesar 89,06 sedangkan yang paling sedikit adalah yang beragama Islam, sebesar 1,56 . Tetapi meskipun penduduk Kabupaten Tapanuli Utara mayoritas beragama Protestan, persentase agama informan tersebut tidak menggambarkan persentase agama penduduk Kabupaten Tapanuli Utara. 4.3 Profil Pasangan Calon Terpilih 4.3.1 Profil Torang Lumbantobing Torang Lumbantobing lahir di Tarutung 53 tahun yang lalu, tepatnya 15 Agustus 1958, dilahirkan oleh seorang ibu bernama Nurma Hutagalung dan ayahnya bernama Tagak Lumbantobing, dan merupakan anak ke-3 tiga dari 8 delapan bersaudara. Dari pernikahannya dengan Elly Marsaulina Manalu, Torang Lumbantobing dikaruniai 4 anak, 2 putra dan 2 putri. Torang Lumbantobing lulus dari SD HKI bersubsidi Tarutung tahun 1973, dan lulus dari SMP Negeri 2 Tarutung tahun 1976, sedangkan SLTA dia tamatkan dari STM Sekolah Teknologi Menengah Negeri Pansur Napitu, Tapanuli Utara dan lulus tahun 1980. Selama masa sekolah prestasi Torang Lumbantobing tergolong Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara “pas-pasan”. Namun pekerjaan rumah senantiasa dilakoni sejak usia sekolah dasar. Sewaktu sekolah di SD, pulang sekolah Torang melakukan pekerjan sekaligus hobbynya memancing ikan di sungai. Setelah sekolah di SMP, Torang meninggalkan hobbynya memancing ikan dan mulai sering main sepak bola dan mencari kayu bakar ke hutan untuk dipakai memasak di rumah. Perjalanan sepanjang sekitar 7 km dilakukannya setiap hari sambil memilkul kayu dengan kondisi jalan tikus dan turun naik gunung. Hari libur sekolah bagi Torang bukanlah libur dari pekerjaan rumah, tetapi pekerjan mencari dan memikul kayu bakar dilakukan lebih sering, menjadi dua kali sehari. Memasuki usia remaja, yaitu saat sekolah di STM, Torang mulai sering mengajak teman-temannya melakukan berbagai kegiatan secara bersama-sama, seperti bermain sepak bola. Pada saat itu Torang juga menggagasi klub sepak bola, Perseptu Persatuan Sepak Bola Pansur Napitu Tapanuli Utara yang semua pemainnya berasal dari sekolahnya STM Pansur Napitu. Torang Lumbantobing saat itu berperan sebagai ketuanya sekaligus pelatih dan kapten. Saat itu, dengan usia yang masih belia, Torang sudah berani mengundang Klub Pardedetex, salah satu klub sepak bola yang cukup populer saat itu di Medan untuk bertanding melawan klub binaannya di Tarutung. Saat sekolah di STM tersebut, “bibit” kepemimpinan sudah mulai tampak pada sosok Torang, yaitu dengan sering melakukan gerakan yang “melawan” Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara berbagai kebijakan sekolah, di antaranya adalah main sepak bola saat jam belajar. Selain itu, Torang juga sering melakukan aksi menutup gerbang sekolah supaya siswa tidak bisa masuk sekolah. Hal ini dilakukan karena pihak sekolah sering menaikkan SPP Sumbangan Pembinaan Pendidikan dan uang pembangunan secara semena- mena. 93 Penggemar mata pelajaran matematika ini merasakan bahwa meski dirinya telah lulus STM, tetapi masih menganggap dirinya hanya lulus SMP karena tidak mempunyai keterampilan sebagaimana layaknya tamatan STM. Hal ini selain karena Torang sering bolos dari sekolah, juga karena dirasakan kompetensi pengajar relatif rendah. Saat itu guru di STM Pansur Napitu kebanyakan PNS dari kantor bupati yang tidak berlatang belakang guru, karena ketiadaan guru pada masa itu. 94 Pada saat sekolah, dukungan orang tua merupakan “tragedi” yang tidak dapat dilupakan Torang. Ayahnya saat itu lebih mementingkan dirinya sendiri ketimbang memikirkan sekolah anak-anaknya. Seringkali uang sekolah tidak diberikan orang tua, sehingga ada rasa malu saat ditagih di kelas. Ironisnya, hal ini bukan karena keadaan ekonomi yang tidak mampu, tetapi ketidak-relaan orang tua memenuhinya. 93 Wawancara dengan Torang Lumbantobing 53, calon BupatiBupati terpilih, tanggal 26 September 2011, di Kecamatan Tarutung. 94 Ibid Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Rasa malu saat ditagih karena tidak membayar uang sekolah ini juga merupakan salah satu pemicu sering bolosnya Torang dari sekolah. 95 Kepahitan hidup sejak masih kecil sudah dialami Torang hingga menginjak usia dewasa. Di waktu kecil, Torang bersama saudara-saudaranya harus terlebih dahulu manggadong makan ubi baru makan nasi, asa hatop butong supaya cepat kenyang. Menginjak usia dewasa, Torang sempat menjadi kenek truk dan lama menjadi supir truk milik orang tuanya. Karena pengalaman yang pahit ini, membuat niat Torang untuk maju semakin terangsang, namun dalam hidupnya tidak pernah ada cita-cita, tetapi mengalir dengan sendirinya. . Belajar berwiraswasta sejak masih sekolah di STM sudah dialami Torang walau tidak sengaja. Hal ini terjadi karena Torang dilibatkan bekerja di proyek yang merupakan pekerjaaan orang tuanya. Torang dididik situasional karena orang tuanya lebih percaya pada keluarga dan anak-anaknya. Juga dengan pertimbangan bahwa kalau mempekerjakan orang lain pasti akan digaji, sementara kalau menyuruh anak- anak tidak perlu digaji. 96 Torang Lumbantobing mulai menekuni dunia organisasi secara formal sejak tahun 80-an dengan menjadi Bendahara AMPI tahun 1983-1984; Ketua IPK Tapanuli Utara tahun 1985-1992, Wakil Ketua IPK Sumatera Utara tahun 1992-sekarang, 95 Ibid 96 Ibid Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Wakil Ketua Partai Golkar tahun 1999-2005, dan menjadi Ketua DPD Partai Golkar Tapanuli Utara sejak tahun 2005 sampai sekarang. Sebelum menjadi Bupati pada periode 2004-2009, Torang Lumbantobing adalah PNS Pemkab Tapanuli Utara sejak tahun 1981-1998 yang akhirnya mengundurkan diri sebagai PNS karena memilih masuk partai politik dan terpilih menjadi Anggota DPRD Tapanuli Utara periode 1999-2004, dan terpilih menjadi Ketua. Sepanjang karirnya, Torang Lumbantobing pernah menerima berbagai piagam penghargaan, antara lain adalah Piagam Penghargaan dari Kwarnas Gerakan Pramuka Lencana Panca Warsa III Tahun 2003, Piagam Penghargaan dari Ka BKKBN Pusat Manggala Karya Kencana Tahun 2005, Piagam Penghargaan dari Kwarnas Gerakan Pramuka Lencana Panca Warsa IV, Piagam Penghargaan dari Kwarnas Gerakan Pramuka Lencana Dharma Bhakti Tahun 2006, dan yang terakhir adalah Piagam Penghargaan dari Kwarnas Gerakan Pramuka Lencana Melati Tahun 2007.

4.3.2 Profil Bangkit Parulian Silaban, SE

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Bangkit Parulian Silaban, SE, lahir di Siborongborong, tanggal 27 Pebruari 1975 dari seorang ibu bernama Tinorma br. Nababan dan ayah bernama Tumpal Pardamean Silaban. Dari pernikahannya dengan Tiurma Lumbantoruan, Bangkit Parulian dikaruniai 2 dua orang putri. Bangkit menamatkan sekolah dasar di SD Negeri 5 Siborongborong tahun 1987, dan SMP di SMP Negeri 1 Siborongborong tahun 1990, sedangkan SMA dijalani pada dua sekolah, kelas 1 di SMA Negeri Siborongborong, dan memasuki kelas 2 pindah ke SMA Negeri 2 Jakarta dan lulus dari sana tahun 1993. Pendidikan tinggi dijalani Bangkit di UNAI Universitas Advent Indonesia jurusan Ekonomi Akuntansi. Selama mengikuti perkuliahan di kampus UNAI Parompong, Cisarua, Bangkit bertempat tinggal di asrama putra dan mengikuti rutinitas yang sudah ditetapkan sesuai aturan asrama dan kampus, yang terkesan kaku dan ketat. Selama masa kuliah, Bangkit tidak ada memasuki organisasi ekstrakurikuler, selain klub badminton yang diikuti bersama-sama teman sekampusnya. Kegiatan rutinnya sehari-hari adalah kebaktian pagi, olah raga, belajar dan kebaktian sore. Tidak pernah ada unjuk rasa di kampus mereka, meski saat itu jaman reformasi, hampir seluruh elemen kampus di tanah air bergolak dan melakukan unjuk rasa besar-besaran. Dan jika keluar dari asrama tidak boleh sembarangan, tetapi harus ada ijin dari kepala asrama. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Bangkit menamatkan studinya dari perguruan tinggi, UNAI, tahun 1998, bersamaan dengan terjadinya pergolakan reformasi di Indonesia. Seusai kuliah, selama beberapa bulan Bangkit tinggal di Jakarta tetapi tidak sempat bekerja. Rencana kuliah ke Filipina juga batal karena diminta ibunya membantu menjalankan usaha jasa angkutan di Tapanuli Utara dan di Pekan Baru, Propinsi Riau, dan sempat ikut serta mengoperasikan truk angkutan mereka. Ibunya saat itu sangat mengharapkan bantuan anaknya, Bangkit, karena ayahnya sendiri telah meninggal dunia saat Bangkit masih sekolah di SMP. Setelah menetap di Siborongborong, Tapanuli Utara, bersama teman- temannya Bangkit bergabung dalam sebuah “perkumpulan” di daerahnya bernama IAS Ikatan Anak Siborongborong. Kegiatan mereka saat itu adalah mengorganisir berbagai acara hiburan dan pacuan kuda. Berawal dari IAS, dan dari sesama mereka yang bergabung di IAS, ada usulan supaya “perkawanan” mereka dimanajemen lebih baik, dibicarakan supaya organisasinya jangan hanya IAS tapi masuk partai, dan akhirnya dimasukilah PDIP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Bangkit terpilih menjadi ketua PAC Pengurus Anak Cabang Kecamatan Siborongborong, tahun 2000. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Menurut Bangkit, dia tidak pernah bercita-cita menjadi apapun, dan awalnya masuk partai baginya hanya sebagai kompensasi hiburan karena di Tapanuli Utara nyaris tidak ada hiburan padahal saat tinggal di Jakarta, relatif banyak hiburan. 97 Pada Pilkada Tapanuli Utara yang lalu, terdapat 6 enam pasangan calon yang mendaftar dan ditetapkan KPU Tapanuli Utara sebagai pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. Empat pasangan calon di antaranya diusung oleh partai politik yang memenuhi syarat, yaitu mendapatkan dukungan dari gabungan partai politik yang memenuhi perolehan sekurang-kurangnya 15 lima belas persen dari jumlah kursi DPRD atau 15 lima belas persen dari akumulasi perolehan suara sah dalam Pemilihan Umum anggota DPRD tahun 2004 di Kabupaten Tapanuli Utara. Setelah menjadi Ketua PAC PDIP Kecamatan Siborongborong periode 2000- 2005, selanjutnya Bangkit juga menjadi Ketua DPC Dewan Pimpinan Cabang PDIP Kabupaten Tapanuli Utara periode 2005-2010. Sampai terpilih menjadi Wakil Bupati Kabupaten Tapanuli Utara, Bangkit menjadi manager perusahaan keluarga yang dirintis oleh orang tuanya, sejak tahun 1998. Selain itu, Bangkit juga menjadi Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tapanuli Utara periode 2004-2010.

4.4 Proses Pencalonan

Dokumen yang terkait

Pemetaan Daerah Pemilihan

0 52 7

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Tidak Menggunakan Hak Pilihnya Pada Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013 (Studi Kasus : Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun)

2 62 126

Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013 Di Kecamatan Medan Helvetia

0 54 79

Etnisitas Dan Pilihan Kepala Daerah (Suatu Studi Penelitian Kemenangan Pasangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir)

3 45 67

Perilaku Memilih Birokrat Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

1 48 200

Political Marketing Partai Politik Dalam Pemilihan Umum Presiden 2009 Di Sumut Studi Kasus: DPD Sumut Partai Demokrat

0 42 107

Pengaruh Isu Politik yang Berkembang Saat Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 Terhadap Preferensi Politik Pemilih (Studi Kasus: Mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nomennsen)

0 40 170

Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Terjadinya Konflik Antara Empat Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Padang 2008 dengan KPU Kota Padang (Studi Kasus : Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Padang 2008).

0 1 8

Proses, Kriteria dan Faktor yang Mempengaruhi Rekrutmen Calon Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Oleh Partai Politik di Kabupaten Pesisir Selatan.

0 0 6

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keterpilihan Kepala Daerah Petahana pada Pemilihan Umum Kepala Daerah 2015 - UNS Institutional Repository

0 0 15