BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Demokrasi dan Pemilu
Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya, atau disebut juga pemerintahan
rakyat.
11
Kata demokrasi yang dalam bahasa Inggrisnya democracy berasal dari bahasa Perancis democratie yang baru dikenal abad ke 16, yang dirujuk dari bahasa Yunani
Greek demokratia yang berasal dari kata demos berarti rakyat people dan kratos berarti tanaman rule
Demokrasi juga dapat diartikan sebagai gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua
warga negara. Demokrasi dan Pemilu sering disederhanakan sebagai dua hal yang sama. Ada
klaim bahwa sebuah negara dikatakan demokratis manakala telah dilaksanakannya Pemilu di negara tersebut. Padahal demokrasi tidak identik dengan Pemilu, meskipun
keduanya tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Tidak ada demokrasi tanpa Pemilu, tetapi diselenggarakannya Pemilu bukanlah indikasi dari demokrasi.
12
11
Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 2008, Ed. Ketiga, Cetakan Kelima, hlm. 249.
12
Held, David, Model of Democracy, Stanford University Press, Cambridge, 1996, hlm. 1.
. Saat ini, demokrasi identik dengan legitimasi kehidupan politik modern, walaupun makna demokrasi menunjukkan modern yang sangat
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
beragam dan luas, mulai dari pemerintah bervisi teknokrat sampai pada konsepsi kehidupan sosial yang ditandai oleh ektensifnya partisipasi politik.
Demokrasi merupakan sebuah konsep yang berarti pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi atau kedaulatan ada di tangan rakyat atau sering juga dikatakan
bahwa demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat atau pemerintahan mayoritas. Salah satu defenisi demokrasi yang paling umum, bahwa demokrasi adalah
pemerintahan oleh rakyat di mana kekuasaan tertinggi di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem
pemilihan bebas. Dari batasan ini, tampak beberapa unsur penting ciri demokrasi, di antaranya adanya unsur kekuasaan yang dilaksanakan secara langsung atau melalui
perwakilan, kedaulan di tangan rakyat, sistem pemilihan yang bebas. Prinsip kedaulatan rakyat dan kebebasan sangat penting dalam konsepsi tersebut di atas.
Selain prinsip-prinsip maka demokrasi juga mengandung unsur seperangkat praktek dan prosedur dari sebuah proses pelembagaan kebebasan yang panjang dan berliku.
Dari prakteknya, maka demokrasi dapat dibedakan atas dua bentuk: langsung dan tidak langsung sering disebut ‘demokrasi perwakilan’. Demokrasi langsung
adalah sistem demokrasi yang semua warga biasanya aktif terlibat di dalam pembuatan keputusan-keputusan atau kebijakan-kebijakan yang dihasilkan oleh
negara; mereka tidak mewakilkan pandangan, pikiran, atau kepentingan mereka pada orang lain yang mengatasnamakan mereka. Demokrasi langsung adalah yang lebih
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
tua atau lebih dikenal sebagai demokrasi masa Yunani kuno atau demokrasi Athena. Demokrasi model ini biasanya dilaksanakan dalam sebuah negara yang kecil dan
dengan penduduk yang jumlahnya kecil. Sedangkan demokrasi tidak langsung bersifat lebih umum dan diberlakukan
oleh banyak negara modern saat ini. Jumlah penduduk yang besar dan wilayah negara yang sangat luas menyebabkan lebih dipilihnya model demokrasi tidak langsung atau
demokrasi perwakilan ini. Dalam model ini warga akan memilih wakil-wakil atau pejabat-pejabat yang akan membuat keputusan atau kebijakan politik, merumuskan
undang-undang dan menjalankan program untuk kepentingan umum atas nama mereka. Warga mewakilkan kepentingan, aspirasi, pikiran, atau pandangan mereka
pada para anggota dewan, pemimpin atau pejabat yang mereka pilih melalui Pemilu. Dengan demikian kewenangan yang dimiliki oleh penguasa atau pemerintah baik
untuk membuat keputusan atau kebijakan pemerintah dan untuk melaksanakannya diperoleh berdasarkan persetujuan warganya yang diberikan melalui Pemilu.
Pemilu merupakan mekanisme memilih wakil-wakil atau pejabat-pejabat yang akan mengatasnamakan rakyat dalam melaksanakan tugas-tugas mereka. Dengan kata
lain ketika warga memilih wakil-wakil atau pejabat-pejabat untuk mewakili mereka di dalam Pemilu maka warga sekaligus memberikan mandat pada para wakil dan
pejabat tersebut untuk dan atas nama rakyat, membuat dan mengambil keputusan atau
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
kebijakan dan melaksanakan program untuk kepentingan mereka. Untuk memperoleh wakil atau pejabat yang mengatasnamakan rakyat maka pemilihan harus demokratis.
Untuk Indonesia, sejak masa pergolakan politik dalam rangka pencapaian kemerdekaan, para pendiri negara memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam
menentukan pemikiran politik yang melandasi praktek-praktek kenegaraan dan demokrasi. Secara historis, pelaksanaan orde demokrasi di Indonesia telah
melampaui 4 empat masa dan bentuk, yaitu: demokrasi liberal 1950-1959, demokrasi terpimpin 1959-1966, demokrasi Pancasila 1966-1997, dan demokrasi
pasca orde baru 1998-sekarang. Konsep demokrasi sebagai suatu bentuk pemerintahan sudah lama dikenal,
yang diperkirakan pertama kali diterapkan di Yunani kuno, sekitar 2500 tahun lalu.
13
Pengertian itu bisa saja bertolak belakang atau bertabrakan, meski tidak jarang juga ditemukan defenisi yang bisa ditarik “benang merahnya”. Sebagai contoh
perbedaan ini bisa diamati dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia—sejak merdeka Bisa dipahami, betapa demokrasi menjadi pokok pembahasan yang tidak lekang
sepanjang zaman, hingga sekarang. Oleh karena itu, sebagaimana dilihat dari berbagai literatur, pendefenisian secara beragam mengenai demokrasi oleh para ahli
dan demikian juga pilihan defenisi oleh negara-negara tertentu, menjadi tidak terelakkan.
13
Robert A. Dahl, Perihal Demokrasi, terj. A. Rahman Zainuddin Jakarta: Yay. Obor Indonesia, 2001, hlm.9.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
hingga sekarang—yang mengenal nama “Demokrasi Terpimpin”, “Demokrasi Pancasila”. Hingga kini, masih menjadi perdebatan yang tiada akhir tentang
demokrasi. Ini artinya, demokrasi sebagai konsep masih layak dijelajahi dan dicari
bentuk idealnya. Huntington, misalnya, mencatat bahwa pada pertengahan abad
ke 20, dalam perdebatan mengenai arti demokrasi muncul tiga pendekatan umum. Sebagai suatu bentuk pemerintahan, demokrasi telah didefenisikan berdasarkan
sumber kewenangan bagi pemerintah, tujuan yang dilayani oleh pemerintah, dan prosedur untuk membentuk pemerintahan.
14
Tidak ada defenisi tunggal tentang apa itu demokrasi. Namun beberapa defenisi demokrasi berikut ini bisa membantu kita ketika membicarakan Pilkada
sebagai sebuah proses politik yang sangat penting di negara kita dewasa ini. Prosedur utama demokrasi, adalah pemilihan para pemimpin secara kompetitif oleh rakyat
yang mereka pimpin. Rumusan modern terpenting dari konsep demokrasi ini
dikemukakan oleh Yoseph Schumpeter pada tahun 1942. Dalam studi perintisnya,
Capitalism, Socialism, and Democracy, Schumpeter menyatakan secara rinci kekurangan dari apa yang diistilahkannya “teori demokrasi klasik” yang
mendefenisikan demokrasi dengan istilah-istilah “kehendak rakyat [the will of the people]” sumber dan “kebaikan bersama [the common god]” tujuan. Setelah
meruntuhkan secara efektif pendekatan itu, Schumpeter mengemukakan apa yang ia
14
Samuel P. Huntington, Gelombang Demokratisasi Ketiga, terj. Asril Marjohan Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1995, hal. 4.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
namakan “teori lain mengenai demokrasi”. Metode demokratis”, katanya, “adalah prosedur kelembagaan untuk mencapai keputusan politik yang di dalamnya individu
memperoleh suara rakyat”.
15
Huntington mendefenisikan sistem politik abad ke-20 sebagai demokratis sejauh para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam sistem itu dipilih
melalui pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala, dan di dalam sistem itu para calon secara bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hampir semua penduduk
dewasa berhak memberikan suara. Dengan demikian, menurut defenisi Huntington, demokrasi mengandung dua dimensi, yakni kompetisi dan partisipasi. Demokrasi
juga, kata Huntington lebih lanjut, mengimplikasikan adanya kebebasan sipil dan politik yaitu kebebasan untuk berbicara, menerbitkan, berkumpul dan berorganisasi,
yang dibutuhkan bagi perdebatan politik dan pelaksanaan kampanye-kampanye pemilihan itu.
16
Lebih lanjut, Huntington menjelaskan, defenisi demokrasi dari sudut prosedur ini memberikan sejumlah patokan yang memungkinkan kita untuk menilai sejauh
manakah suatu sistem politik bersifat demokratis, membandingkan sistem-sistem dan menganalisis apakah suatu sistem bertambah atau berkurang demokratis. Bila di
sebuah negara masih ada pembatasan hak pilih pada sebagian pihak, maka sistem itu tidak demokratis. Begitu pula, suatu sistem menjadi tidak demokratis apabila oposisi
15
Ibid., hal. 4-5
16
Ibid., hal. 5-6.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
tidak diperbolehkan di dalam pemilihan umum, atau oposisi itu dikontrol atau dihalang-halangi dalam mencapai apa yang dapat dilakukannya, atau koran-koran
oposisi disensor atau dibredel, atau hasilnya menimbulkan pertanyaan mengenai tingkat kompetisi yang diperbolehkan oleh sistem itu.
17
Pendapat Huntington di atas tampaknya tidak jauh berbeda dengan pendapat Robert A. Dahl, yang dikenal sangat intens membahas tema demokrasi. Menurut
Dahl,
18
Ketiga, pemahaman yang cerah. Dalam batas waktu yang rasional, setiap anggota harus mempunyai kesempatan yang sama dan efektif untuk mempelajari
kebijakan-kebijakan alternatif yang relevan dan konsekuensi yang mungkin. Keempat, pengawasan agenda. Setiap anggota harus mempunyai kesempatan
eksklusif untuk memutuskan bagaimana dan apa permasalahn yang dibahas dalam demokrasi adalah suatu sistem politik yang memberikan kesempatan untuk
beberapa hal berikut ini. Pertama, partisipasi efektif. Sebelum sebuah kebijakan digunakan oleh asosiasi, seluruh anggota harus mempunyai kesempatan yang sama
dan efektif untuk membuat pandangan mereka diketahui oleh anggota-anggota lainnya, sebagaimana seharusnya kebijakan itu dibuat. Kedua, persamaan suara.
Ketika akhirnya tiba saat dibuatnya keputusan tentang kebijaksanaan itu, setiap anggota harus mempunyai kesempatan yang sama dan efektif untuk memberikan
suara dan seluruh suara harus dihitung sama.
17
Ibid., hal. 6
18
Robert A. Dahl, op.cit., hal. 52-53.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
agenda. Jadi proses demokrasi yang dibutuhkan oleh tiga kriteria sebelumnya tidak pernah tertutup. Berbagai kebijakan asosiasional tersebut selalu terbuka untuk dapat
diubah oleh para anggotanya jika mereka menginginkannya begitu. Kelima, pencakupan orang dewasa. Semua, atau paling tidak sebagian besar orang dewasa
yang menjadi penduduk tetap seharusnya memiliki hak kewarganegaraan penuh yang ditunjukkan oleh empat kriteria sebelumnya.
Lebih lanjut lagi, Dahl merumuskan lembaga-lembaga politik dalam pemerintahan demokrasi perwakilan modern sebagai berikut:
19
1. Para pejabat yang dipilih. Kendali terhadap keputusan pemerintah mengenai
kebijakan secara konstitusional berada di tangan para pejabat yang dipilih oleh warga negara. Jadi, pemerintahan demokrasi skala besar yang modern merupakan
perwakilan;
2. Pemilihan umum yang bebas, adil dan berkala. Para pejabat yang dipilih
ditentukan dalam pemilihan umum yang sering kali diadakan dan dilaksanakan dengan adil, di mana tindakan pemaksaan agak jarang terjadi;
3. Kebebasan berkumpul. Warga negara berhak menyatakan pendapat mereka
sendiri tanpa adanya bahaya hukuman yang keras mengenai masalah-masalah persamaan politik yang didefenisikan secara luas, termasuk kritik terhadap para
pejabat, pemerintah, rezim, tatanan sosial ekonomi dan ideologi yang ada;
4. Akses ke sumber-sumber informasi alternatif. Warga negara berhak mencari
sumber-sumber informasi alternatif dan bebas dari warga lain, para ahli, surat kabar, majalah, buku, telekomunikasi dan lain-lain. Lagi pula, sumber-sumber
informasi alternatif yang ada secara nyata tidak berada di bawah kendali pemerintah atau kelompok politik lain yang berusaha mempengaruhi keyakinan
dan tingkah laku masyarakat dan sumber-sumber alternatif ini secara efektif dilindungi undang-undang;
5. Otonomi asosiasional. Untuk mencapai hak mereka yang beraneka ragam itu,
termasuk hak yang diperlukan untuk keefektifan tindakan lembaga-lembaga politik demokrasi, maka warga negara juga berhak membentuk perkumpulan atau
19
Ibid., hal. 118-120
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
organisasi yang relatif bebas, termasuk partai politik dan kelompok kepentingan yang bebas;
6. Hak warga negara yang inklusif. Tak seorang dewasa pun yang menetap di suatu
negara dan tunduk pada undang-undang tersebut dapat diabaikan hak-haknya, hal ini diberikan kepada warga lainnya dan diperlukan kelima lembaga politik yang
baru saja disebutkan. Hak-hak tersebut meliputi hak memberikan suara untuk memilih para pejabat dalam pemilihan umum yang bebas dan adil; hak untuk
mencalonkan diri dalam pemilihan; hak untuk bebas berpendapat; hak untuk membentuk dan berpartisipasi dalam organisasi politik; hak untuk mendapatkan
sumber informasi yang bebas; dan hak untuk berbagai kebebasan dan kesempatan lainnya yang mungkin diperlukan bagi keberhasilan tindakan
lembaga-lembaga politik pada demokrasi skala besar.
Tidak jauh berbeda dengan Dahl maupun Huntington, dalam pembahasan lainnya, Linz Stepan, mendefenisikan demokrasi sebagai berikut:
20
Berdasarkan sejumlah indikator demokrasi yang dikemukakan sejumlah ilmuwan politik, Afan Gaffar mencoba menyimpulkan sejumlah persyaratan untuk
Kebebasan hukum untuk merumuskan dan mendukung alternatif-alternatif politik dengan hak yang sesuai untuk bebas berserikat, bebas berbicara, dan
kebebasan dasar lain bagi setiap orang, persaingan yang bebas dan anti kekerasan di antara para pemimpin dengan keabsahan periodik bagi mereka
untuk memegang pemerintahan; dimasukkannya seluruh jabatan politik yang efektif di dalam proses demokrasi; dan hak untuk berperan serta bagi semua
anggota masyarakat politik, apapun pilihan mereka. Secara praktis, ini berarti kebebasan untuk mendirikan partai-partai politik dan menyelenggarakan
pemilihan umum yang bebas dan jujur pada jangka waktu tertentu tanpa menyingkirkan jabatan politis efektif apapun dari akuntabilitas pemilihan
yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
20
Juan J. Linz Stepan, “Mendefinisikan dan Membangun Demokrasi” dalam Juan Linz et al., Menjauhi Demokrasi Kaum Penjahat: Belajar dari Kekeliruan Negara-negara lain Bandung: Mizan-LIPI Ford Foundation,
hal.26-27.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
mengamati apakah sebuah political order merupakan sistem yang demokratis atau tidak, yakni:
21
1. Akuntabilitas. Dalam demokrasi setiap pemegang jabatan yang dipilih oleh
rakyat harus dapat mempertanggungjawabkan kebijaksanaan yang hendak dan telah ditempuhnya. Tidak hanya itu, ia juga harus dapat
mempertanggungjawabkan ucapan, perilaku dalam kehidupan yang pernah, sedang dan bahkan akan dijalaninya. Pertanggungjawaban tersebut tidak hanya
menyangkut dirinya, tetapi juga menyangkut keluarganya dalam arti luas;
2. Rotasi kekuasaan. Dalam demokrasi, peluang akan terjadinya rotasi kekuasaan
harus ada, dan dilakukan secara teratur dan damai. Jadi, tidak hanya satu orang yang selalu memegang jabatan, sementara peluang untuk orang lain tertutup
sama sekali;
3. Rekrutmen politik yang terbuka. Untuk memungkinkan terjadinya rotasi
kekuasaan, diperlukan satu sistem rekrutmen politik yang terbuka. Artinya, setiap orang yang memenuhi syarat untuk mengisi suatu jabatan politik yang dipilih
oleh rakyat mempunyai peluang yang sama dalam kompetisi untuk mengisi jabatan tersebut. Dalam negara yang tidak demokratis, rekrutmen politik
biasanya dilakukan secara tertutup, hanya dinikmati oleh segelintir orang saja;
4. Pemilihan umum. Dalam sebuah negara yang demokratis, Pemilu dilaksanakan
secara teratur. Setiap warga negara yang sudah dewasa mempunyai hak untuk memilih dan dipilih dan bebas menggunakan haknya tersebut sesuai dengan
kehendak hati nuraninya. Warga bebas menentukan partai atau calon yang didukungnya, tanpa ada rasa takut atau paksaan dari orang lain. Pemilih juga
bebas mengikuti segala macam aktivitas pemilihan, termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan kampanye dan menyaksikan perhitungan suara;
5. Menikmati hak-hak dasar. Dalam suatu negara yang demokratis, setiap warga
masyarakat dapat menikmati hak-hak dasar mereka secara bebas, termasuk di dalamnya hak menyatakan pendapat, hak berkumpul dan berserikat dan hak
menikmati pers yang bebas. Hak untuk menyatakan pendapat dapat digunakan untuk menentukan preferensi politiknya, tentang suatu masalah, terutama
menyangkut dirinya dan masyarakat sekitarnya. Dengan kata lain, ia punya hak untuk ikut menentukan agenda yang diperlukan. Hak untuk berkumpul dan
berserikat dapat diwujudkan dengan memasuki berbagai organisasi politik dan nonpolitik tanpa dihalang-halangi oleh siapa pun dan institusi manapun.
Kebebasan pers dalam masyarakat yang demokratis mempunyai makna bahwa masyarakat dunia pers dapat menyampaikan informasi apa saja yang dipandang
21
Gaffar, Afan, Politik Indonesia:Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hal. 7-9.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
perlu, sepanjang tidak mempunyai elemen menghina, menghasut, ataupun mangadu-domba sesama warga masyarakat.
Untuk melengkapi beberapa teori demokrasi di atas, berikut indikatornya, perlu kiranya dicatat satu hal penting lagi menyangkut hakekat demokrasi, yakni
tersedianya mekanisme cheks balances dalam berbagai proses politik. Dalam sistem politik demokrasi, menurut Ramlan Surbakti,
22
2.2 Otonomi Daerah dan Desentralisasi