memilih to vote or not to vote dalam sebuah pemilihan umum, bila pemilih memutuskan untuk memilih to vote maka pemilih akan memilih atau mendukung
suatu partai politik atau kandidat tertentu.
26
26
Ramlan Surbakti, op. cit, hal. 185-186.
Beragam fenomena politik dapat dilihat dengan menggunakan pendekatan tingkah laku behavioral approach. Salah satu aspek tingkah laku politik itu adalah
tingkah laku pemilih, yang khusus membahas tingkah laku individual warga negara dalam hubungannya dengan kegiatan pemilihan umum. Persoalan ini menyangkut
serangkaian kegiatan untuk membuat keputusan apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum dan kalau memutuskan untuk memilih apakah memilih partai
atau kandidat A ataukah partai atau kandidat B. Persoalan memilih dan tidak memilih merupakan hak seorang warga negara. Di Indonesia hak memilih dikenal dengan hak
pilih aktif yakni hak yang dimiliki seseorang untuk ikut dalam memberikan suara pada saat pemilihan umum. Memilih dan tidak memilih juga dapat dikategorikan
sebagai partisipasi politik sepanjang kegiatan tersebut dilakukan secara sadar. Untuk menjelaskan perilaku memilih, ada dua model pendekatan yang umum
digunakan, yaitu pendekatan sosiologis dan pendekatan psikologis.
2.3.1.1 Pendekatan Sosiologis
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Pendekatan sosiologis merupakan produk Eropa yang disebut juga Mazhab Columbia Columbia School. Dipelopori oleh kajian Lazarsfeld 1948 yang
mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi perilaku memilih, agama, tempat tinggal desa-kota dan status ekonomi.
27
Pendekatan sosiologis menempatkan kegiatan pemilih dalam kaitan konteks sosial yakni, latar belakang demografi dan
sosial ekonomi seperti: jenis kelamin, tempat tinggal desa-kota, pendidikan, pekerjaan, kelas dan agama.
28
Singkatnya, karakteristik sosial masyarakat menentukan pilihan politiknya. Menurut Gaffar, kelemahan dari pendekatan
sosiologis terletak pada metodologinya. Bagaimana mengukur dan memastikan konsep kelas atau konsep pendidikan misalnya?
29
Faktor aliran merupakan salah satu contoh pendekatan sosiologis. Menurut Afan Gaffar, politik aliran merupakan orientasi dan perilaku keagamaan yang
mendasari pembentukan organisasi sosial dan politik. Perbedaan orientasi keagamaan mengakibatkan orang-orang “abangan” memiliki orientasi politik yang berbeda
dengan orang-orang “santri”. Orang-orang abangan cenderung memilih partai politik yang tradisional, sekuler dan nasionalistik, sedangkan orang-orang santri cenderung
memilih partai-partai Islam.
30
27
Dennis Kavanagh, Political Science and Political Behavior, London: George Allen Unwin, 1983, hal 84.
28
Gaffar, Afan, Javanese Voters. A Case Study of Election Under a Hegemonic Party System, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992, hal. 4.
29
Ibid, hal. 7.
30
Gaffar, op,cit, hal. 126.
Peranan aliran dalam menjelaskan perilaku memilih pasca orde baru terdapat dua pendapat yang berbeda. Dwight Y. King, menyatakan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
pada pemilu 1999 aliran masih mampu menjelaskan perilaku memilih di Indonesia,
31
namun penelitian William Liddle dan Saiful Mujani menyatakan pemilu 1999 dan 2004, aliran tidak begitu penting lagi peranannya dalam menjelaskan perilaku
memilih.
32
Model pendekatan sosiologis menggambarkan peta kelompok masyarakat dan setiap kelompok dilihat sebagai basis dukungan terhadap partai tertentu, setiap
kelompok dalam masyarakat mempunyai tujuan, memiliki pemimpin aktivitas rutin Model pendekatan sosiologis menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan
pengelompokan-pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku memilih. Pengelompokan sosial seperti umur muda-tua,
jenis kelamin laki-laki, agama dan semacamnya, dianggap memiliki peran yang cukup menentukan dalam membentuk perilaku memilih. Untuk itu pemahaman
terhadap pengelompokan sosial baik secara formal, seperti keanggotaan seseorang dalam organisasi keagamaan, organisasi profesi, maupun pengelompokan informal
seperti keluarga, pertemanan, ataupun kelompok-kelompok kecil lainnya, merupakan suatu yang sangat vital dalam memahami perilaku kelompok, karena kelompok-
kelompok ini memiliki peranan besar dalam membentuk sikap, persepsi dan orientasi seseorang.
31
King, Dwight Y, Half-Hearted Reform: Electoral Institutions and the Struggle for Democracy in Indonesia, Westport: Praeger, 2003, Chapter 6.
32
.Liddle, R. William dan Saiful Mujani, Leadership, Party and Religion: Explaining Voting Behavior in Indonesia. Lihat www. Isi.or.id.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
dan sistem komunikasi sendiri-sendiri, peranan masyarakat sebagai sistem yang mempunyai stratifikasi dan kajian terhadap pekerjaan serta kedudukan seseorang di
tengah masyarakat sangat penting dalam memahami perilaku memilih, pendekatan sosiologis mengasumsikan bahwa preferensi partai politik, sebagaimana juga
preferensi voting, adalah produk karakteristik sosio-ekonomi, seperti pekerjaan, kelas, agama, dan ideologi.
33
Dalam memahami perilaku kelompok, hal yang perlu mendapat perhatian adalah pemahaman terhadap kognisi individu dalam interaksi dengan kelompok, di
mana kognisi yang sama antara anggota sub kultur terjadi karena sepanjang hidup mereka yang dipengaruhi lingkungan fisik dan sosio-cultural yang relatif sama,
mereka dipengaruhi oleh kelompok-kelompok referensi yang sama, termasuk dalam kaitannya dengan preferensi pihak politik.
34
Kepercayaan mengacu kepada apa yang diterima sebagai benar atau tidak benar tentang sesuatu. Kepercayaan didasarkan pada pengalaman masa lalu,
pengetahuan dan informasi sekarang dan persepsi yang berkesinambungan. Nilai melibatkan kesukaan dan ketidaksukaan, cinta dan kebencian, pengharapan
mengandung citra seseorang tentang akan seperti apa keadaan setelah tindakan. Dalam pendekatan sosiologis, karakteristik dan pengelompokan sosial merupakan
33
Adman Nursal, Political Marketing Strategi Memenangkan Pemilu, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004, hal.54.
34
Ibid
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
faktor yang mempengaruhi perilaku memilih dan pemberian suara yang pada hakekatnya adalah pengalaman kelompok.
35
Pendekatan psikologis lahir di Amerika disebut juga dengan Mazhab Michigan Michigan School. Pendekatan psikologis merujuk pada persepsi pemilih
terhadap partai-partai atau kedekatan emosional pemilih terhadap partai tertentu. Salah satu konsep penting dari pendekatan psikologis adalah identifikasi partai.
2.3.1.2 Pendekatan Psikologis