Warga masyarakat di daerah, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia secara keseluruhan, juga berhak atas kedaulatan
yang merupakan hak asasi mereka yang telah dijamin oleh konstitusi kita, UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945. Oleh karena itu, warga masyarakat di daerah,
berdasarkan kedaulatan yang mereka miliki, harus diberikan kesempatan untuk ikut menentukan masa depan daerahnya masing-masing, antara lain dengan memilih
kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung. Pemilihan Kepala daerah secara langsung ini sangat penting, antara lain
untuk:
56
1. Legitimasi yang sama antara Kepala DaerahWakil Kepala Daerah dengan
DPRD
Seperti kita ketahui, anggota DPRD dipilih secara langsung oleg rakyat pemilih melalui sistem proporsional dengan daftar calon terbuka. Apabila kepala
daerah dan wakil kepala daerah tetap dipilih oleh DPRD, bukan dipilih langsung oleh rakyat, tingkat legitimasi anggo ta DPRD jauh lebih tinggi dari tingkat legitimasi yang
dimiliki oleh kepala daerah dan wakil kepala daerah.
2. Kedudukan yang Sejajar Antara Kepala DaerahWakil Kepala Daerah
dengan DPRD
56
Abdullah, H. Rozali, Prof. SH., Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005, hal. 53-55.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Dalam undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah pasal 16 ayat 2 dijelaskan bahwa DPRD, sebagai badan legislatif daerah,
berkedudukan sejajar dan menjadi mitra pemerintah daerah. Pasal 34 ayat 1 UU No. 22 tahun 1999, menjelaskan bahwa kepala daerah dipilih oleh DPRD, sementara
dalam pasal 31 ayat 2 jo pasal 32 ayat 3 UU No. 22 tahun 1999, dijelaskan bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah bertanggung jawab kepada DPRD. Dalam hal
ini, logikanya adalah bahwa apabila kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dan bertanggungjawab kepada DPRD, berarti kedudukan DPRD berada di atas kepala
daerah dan wakil kepala daerah. Oleh karena itu, untuk memberikan kedudukan sebagai mitra sejajar antara kepala daerah dan wakil kepala daerah dengan DPRD,
maka kepala daerah dan wakil kepala daerah, harus dipilih secara langsung oleh rakyat.
3. Mencegah Terjadinya Politik Uang
Pada era berlakunya UU nomor 22 tahun 1999, sering kita dengar isu, mengenai terjadinya politik uang dalam proses pemilihan kepala daerah dan wakil
kepala daerah. Hal ini sudah merupakan rahasia umum, dan terjadi hampir di semua daerah. Masalah politik uang ini, dimungkinkan terjadi karena begitu besarnya
wewenang yang dimiliki oleh DPRD dalam proses pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Dengan dilakukannya pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
daerah secara langsung, kemungkinan terjadinya politik uang ini bisa dicegah atau
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
setidak-tidaknya bisa dikurangi. Apabila masih ada pihak-pihak yang ingin melakukannya, mereka akan berhadapan dengan para pemilih yang jumlahnya cukup
banyak.
2.5.2 Sistem Pemilihan Kepala Daerah Pada Era Orde Baru
Prosedur dan mekanisme pemilihan kepala daerah pada era orde baru diatur dalam Undang-undang nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di
Daerah. Perangkat hukum tersebut menjadi satu-satunya UU Pemerintahan Daerah yang telah diimplementasikan selama sekurang-kurangnya 25 tahun lamanya. Pada
dasarnya UU ini melengkapi paket 5 UU politik lainnya pemilu, partai politik, susunan kedudukan legislatif, referendum, organisasi kemasyarakatan yang
mendukung gagasan sentralisme kekuasaan politik dan stabilitas politik, yang pada muaranya mendukung proyek pembangunisme yang menjadi ciri utama rezim orde
baru. Potret ketidak-demokratisan UU ini bisa dilihat dari uraian berikut ini. Pola pemilihan kepala daerah ini dituangkan dalam pasal 15 dan 16. Dalam
pasal 15 UU No. 5 tahun 1974 disebutkan bahwa:
Kepala Daerah Tingkat 1 dicalonkan dan dipilih oleh DPRD dari sedikit- dikitnya 3 tiga orang dan sebanyak-banyaknya 5 lima orang yang telah
dimusyawarahkan dan disepakati bersama antara pimpinan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
DPRDpimpinan fraksi-fraksi dengan Menteri Dalam Negeri. Hasil pemilihan tersebut kemudian diajukan DPRD yang bersangkutan kepada
Presiden melalui Menteri Dalam Negeri sedikit-dikitnya 2 dua orang untuk diangkat salah seorang di antaranya.
Tidak jauh berbeda dengan pola pemilihan gubernur, pemilihan bupatiwalikota juga diatur sebagai berikut:
Kepala Daerah Tingkat II dicalonkan dan dipilih oleh DPRD dari sedikit- dikitnya 3 tiga orang dan sebanyak-banyaknya 5 lima orang yang telah
dimusyawarahkan dan disepakati bersama antara pimpinan DPRDpimpinan fraksi-fraksi dengan Gubernur Kepala Daerah. Hasil pemilihan ini diajukan
DPRD yang bersangkutan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur sedikit-dikitnya dua orang untuk diangkat salah seorang di antaranya.
57
Hal ini diperjelas dalam pengaturan yang berbunyi: Dari bunyi pasal di atas, terlihat jelas bahwa kewenangan pemerintahan pusat
dalam proses pemilihan kepala daerah sangat besar dan menentukan. Undang-undang ini juga tidak menjelaskan apa saja peran partai politik tersebut. Dalam hal ini, peran
DPRD hanya sekedar ikut mengusulkan, karena proses pengusulan itu sendiri dilakukan bersama pejabat pemerintah satu tingkat di atasnya. Penentuan hasil akhir
berada di tangan pemerintahan pusat. Dalam hal ini, Presiden diberi kewenangan yang sangat besar dan menentukan karena bisa mengabaikan hasil pemilihan DPRD.
57
Dikutip dari Pasal 16 UU No. 51974.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Presiden dalam mengangkat kepala daerah dari antara calon-calon yang diajukan oleh DPRD, tidak terikat pada jumlah suara yang diperoleh masing-
masing calon, karena hal ini adalah merupakan hak prerogatif Presiden.
58
58
Dikutip dari penjelasan Pasal 15 UU No. 51974.
Tidak jauh berbeda dengan pola pengambilan keputusan dalam proses pengangkatan dan penetapan GubernurKepala Daerah Tingkat I, dalam bagian
penjelasan pasal 16 UU No. 5 tahun 1974 juga ditegaskan bahwa Menteri Dalam Negeri, yang bertindak atas nama Presiden, menetapkan calon bupatiwalikota terpilih
dan tidak terikat pada jumlah suara yang diperoleh masing-masing calon. Ada alasan tersendiri kenapa intervensi pemerintahan pusat begitu besar dan
dibenarkan dalam proses pengangkatan kepala daerah. Dalam bagian penjelasan umum poin 4-e-1 UU No. 51974 ini disebutkan bahwa:
Dalam diri kepala daerah terdapat dua fungsi, yaitu fungsi sebagai kepala daerah otonom yang memimpin penyelenggaraan dan bertanggungjawab
sepenuhnya tentang jalannya pemerintahan daerah dan fungsi sebagai kepala wilayah yang memimpin penyelenggaraan urusan pemerintahan umum yang
menjadi tugas pemerintah pusat di daerah. Dari uraian ini jelaslah kiranya, betapa penting dan luasnya tugas seorang kepala daerah; dalam
pengangkatan seorang kepala daerah, haruslah dipertimbangkan dengan seksama, sehingga memenuhi persyaratan untuk kedua fungsi itu. Sebagai
kepala wilayah, maka ia harus mempunyai kecakapan di bidang pemerintahan. Dan sebagai kepala daerah otonom, maka ia perlu mendapat
dukungan dari rakyat yang dipimpinnya.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
2.5.3 Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut UU No. 221999
Setelah tumbangnya pemerintahan Soeharto pada Mei 1998, lahirlah UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang merevisi secara total Undang-
undang Pemerintahan Daerah yang berlaku pada era orde baru. Undang-undang yang dilahirkan pada era Presiden B.J. Habibie ini memperkenalkan sebuah pola baru
pemilihan dan pembentukan kepala daerah, yang pada muaranya membawa implikasi terhadap hubungan antara kepala daerah dengan DPRD dan pemerintah pusat. Karena
mengandung semangat pemberian otonomi yang lebih luas bagi daerah, maka UU ini sering juga disebut sebagai UU Otonomi Daerah.
Regulasi yang berkaitan dengan kepala daerah, telah dimuat dalam UU No. 22 tahun 1999, mulai dari Pasal 30 sampai dengan pasal 58. Untuk kebutuhan yang lebih
operasional, pemerintah juga menerbitkan beberapa regulasi, di antaranya Peraturan Pemerintah No. 151 tahun 2000 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengesahan dan
Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Selain itu, pemerintah juga menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 108 tahun 2000 tentang Tata Cara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah. Bila pada UU No. 5 tahun 1974 peran dan posisi DPRD sangat lemah, maka
dalam UU No. 22 tahun 1999 ini posisi DPRD justru begitu dominan atau menentukan dalam proses pemilihan dan pemberhentian kepala daerah. Dalam pasal
18 ayat 1 UU No. 22 tahun 1999, disebutkan bahwa tugas dan kewenangan DPRD
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
di antaranya adalah memilih gubernurwakil gubernur, bupatiwakil bupati, dan walikotawakil walikota; serta mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian
gubernurwakil gubernur, bupatiwakil bupati, atau walikotawakil walikota. Dalam UU nomor 22 tahun 1999 tersebut, prosedur pemilihan kepala daerah
diatur dalam pasal 34 ayat 1 yang menyebutkan bahwa: “Pengisian jabatan kepala daerah dan wakil kepala daerah dilakukan oleh DPRD melalui pemilihan secara
bersamaan”. Selanjutnya dalam ayat 2 dinyatakan: “Calon kepala daerah dan calon wakil kepala daerah ditetapkan oleh DPRD melalui tahapan pencalonan dan
pemilihan”. Hampir keseluruhan proses politik yang berkaitan dengan pemilihan kepala daerah, lebih banyak dikendalikan oleh lembaga DPRD. Panitia
penyelenggaraan pemilihan
59
Selanjutnya dalam pasal 35 disebutkan, bahwa tugas panitia pemilihan tersebut adalah a melakukan pemeriksaan berkas identitas mengenai bakal calon
berdasarkan persyaratan yang telah ditetapkan; b melakukan kegiatan teknis pemilihan calon; dan c menjadi penanggung jawab penyelenggaraan pemilihan.
Selain kepanitiaan berasal dari DPRD, proses penjaringan bakal calon juga dilakukan , misalnya, berasal dari kalangan DPRD. Seperti dimuat
dalam pasal 34 ayat 4 yang berbunyi: “Ketua dan para Wakil Ketua DPRD karena jabatannya adalah Ketua dan Wakil Ketua Panitia Pemilihan merangkap sebagai
anggota”.
59
Dalam pasal 8 PP No. 1512000 diatur lebih rinci tentang kepanitian.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
oleh fraksi di DPRD, bukan oleh partai politik.
60
Dalam proses selanjutnya diatur bahwa sebelum bakal calon ditetapkan menjadi calon, maka terlebih dahulu setiap fraksi atau beberapa fraksi memberi
penjelasan mengenai bakal calonnya. Pimpinan DPRD juga diberi peluang untuk mengundang bakal calon agar bisa menjelaskan visi, misi serta rencana-rencana
kebijakannya. Dari proses itu, maka pimpinan DPRD dan pimpinan fraksi-fraksi melakukan penilaian atas kemampuan dan kepribadian para bakal calon. Langkah
selanjutnya adalah proses penetapan sekurang-kurangnya dua pasang calon, yang dihasilkan lewat mekanisme musyawarah atau voting di kalangan DPRD.
Berdasarkan pasal 36 UU No. 22 tahun 1999, dinyatakan bahwa setiap fraksi menetapkan pasangan bakal calon kepala
daerahwakil kepala daerah untuk kemudian disampaikan ke pimpinan DPRD. Dengan catatan, dua fraksi atau lebih diberikan kesempatan untuk bersama-sama
mengajukan pasangan bakal calon tertentu.
61
Setelah proses penetapan calon, maka agenda selanjutnya adalah pemilihan. Khusus calon
gubernurwakil gubernur, sebelum dilakukan pemilihan, masih perlu dikonsultasikan dengan presiden.
62
Proses pemilihan kepala daerahwakil kepala daerah dilaksanakan dalam rapat paripurna DPRD yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 23 dua pertiga dari jumlah
60
Dalam Pasal 15 Ayat 3 PP No. 1512000 disebutkan bahwa dalam proses penjaringan dan penelitian dokumen, masing-masing fraksi menerima dan menampung aspirasi dari perorangan, masyarakat, organisasi
sosial politik dan lembaga kemasyarakatan serta menyosialisasikan nama-nama bakal calon.
61
Pasal 37 UU No. 221999 tentang Pemerintahan Daerah.
62
Pasal 38 Ayat 2 UU No. 221999 tentang Pemerintahan Daerah.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
anggota DPRD. Dalam hal ini, setiap anggota DPRD berhak untuk memberikan suaranya kepada satu pasang calon. Pasangan calon yang dianggap sebagai pemenang
adalah pasangan calon yang mendapat suara terbanyak
63
, dalam pengertian mendapat suara di atas 50 dari total suara yang ada. Ini artinya bila pada putaran pertama
tidak ada pasangan calon yang mendapatkan suara di atas 50, maka dilakukan pemilihan putaran kedua dengan memilih dua pasang calon yang mendapat suara
rangking pertama dan kedua pemilihan putaran pertama.
64
Dalam UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dapat dilihat pengaturan dasar tentang tahapan dan kegiatan pemilihan umum kepala daerahwakil
kepala daerah. Selanjutnya sebagai tindak lanjut UU tersebut, maka pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Dalam perkembangannya, beberapa materi dari UU No. 32 tahun 2004 dan PP No. 6 tahun
Setelah penentuan calon terpilih, maka proses selanjutnya adalah penetapan yang dilakukan oleh DPRD,
pengesahan oleh presiden, serta pelantikan.
2.5.4 Sistem Pemilihan Kepala Daerah Menurut UU No. 32 Tahun 2004
63
Pasal 40 Ayat 3 UU No.221999.
64
Tentang pengertian suara terbanyak dan mekanisme pemilihan dua kali putaran dapat dilihat Pasal 24 PP 1512000.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
2005 tersebut mengalami sejumlah revisi sebagai dampak hasil uji material judicial review yang diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi MK.
65
65
Putusan MK Nomor 005PUU-III2005.
Sebagai respon terhadap keputusan MK tersebut, maka pada 27 April 2005, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti UU Perppu No. 3 tahun
2005 tentang perubahan atas UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Perppu tersebut kemudian disahkan menjadi UU oleh DPR, yakni UU No. 8 tahun
2005 tentang Penetapan Perppu No. 3 tahun 2005 tentang Perubahan atas UU No. 32 tahun 2004. Menyusul Perppu No. 3 tahun 2005 tersebut, maka terbit PP No. 17
tahun 2005 tentang Perubahan PP No. 6 tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Selanjutnya, pada tanggal 30 November 2006, Mahkamah Agung menerbitkan sebuah putusan atas uji materi pasal 40 PP No. 6 tahun 2005, yakni
berkaitan dengan wajib-mundurnya seorang kepala daerah yang sedang memerintah ketika mencalonkan diri kembali. Menyusul keputusan MA tersebut, maka
pemerintah kembali menerbitkan PP No. 25 tahun 2007 tentang perubahan kedua atas PP 6 tahun 2005. Dalam perkembangan berikutnya, UU No. 32 tahun 2004 ini di-
judicial-review lagi, yang menghasilkan sebuah keputusan Mahkamah Konstitusi nomor 5PPU–V2007 berkaitan dengan dibukanya peluang bagi calon independen
dalam pemilu kepala daerah.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Sebagai tindak lanjut dari keputusan MK tersebut, maka lahirlah UU No. 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas UU No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Di dalam UU tersebut diatur berbagai prosedur dan syarat- syarat bagi calon perseorangan, termasuk tentang wajib mundurnya kepala daerah
atau wakil kepala daerah jika kembali mencalonkan diri. Setelah keluarnya UU No. 22 tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu, maka pemilihan kepala daerah sudah
dimasukkan sebagai rezim pemilihan umum, dengan menegaskan hirarkisme lembaga penyelenggara Pemilu.
Dalam Perkembangan terakhir, Mahkamah Konstitusi telah memutuskan melalui putusan No. 17PUU-VI2008 tanggal 04 Agustus 2008, yang menyebutkan
bahwa pasal 58 q Undang-undang No. 12 tahun 2008 tidak mengikat, dengan demikian sejak dibacakannya putusan tersebut, tidak ada kewajiban mengundurkan
diri bagi calon yang sedang menduduki jabatannya, baik sebagai kepala daerah maupun sebagai wakil kepala daerah. Selanjutnya menteri dalam negeri
mensyaratkan bahwa calon incumbent hanya diwajibkan cuti pada saat melakukan kampanye.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
2.5.5 Penyelenggara Pemilihan Kepala DaerahWakil Kepala Daerah
Dengan lahirnya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, UU No. 22 tahun 1999 dinyatakan tidak berlaku lagi. Sebagaiman telah dikemukakan
sebelumnya, perubahan yang paling signifikan yang terdapat dalam undang-undang baru ini adalah mengenai pemilihan kepala daerah secara langsung. UU No. 32 tahun
2004 ini terdiri dari 240 pasal. Dari 240 pasal tersebut, 63 pasal di antaranya mengatur tentang pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung,
yaitu pasal 56 sampai dengan pasal 119. Dalam rangka mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat, sesuai tuntutan
reformasi dan amandemen UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, UU ini menganut sistem pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung
dengan memilih calon secara berpasangan. Calon diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Dalam perkembangan berikutnya, sesuai dengan Undang-
undang No. 12 tahun 2008, pasangan calon juga dimungkinkan lewat jalur perseorangan. Asas yang digunakan dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
daerah sama dengan asas Pemilu sebagaimana diatur dalam Undang-undang nomor 10 tahun 2008 dan Undang-undang nomor 42 tahun 2008, yaitu asas langsung,
umum, bebas dan rahasia luber, serta jujur dan adil jurdil.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Sebagai sebuah “rezim” Pemilu, penyelenggara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, adalah Komisi Pemilihan Umum KPU yang dalam hal ini
adalah KPU kabupatenkota sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 22 tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. Dalam undang-undang No. 22 tahun
2007 ini, DPRD tidak lagi berwenang membatalkan pasangan calon yang dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap, karena melakukan “politik uang”. Kewenangan itu sekarang beralih kepada KPU. Hal ini semua didasarkan pada pertimbangan demi menjaga independensi KPU
dalam menyelenggarakan Pilkada, dari kemungkinan adanya intervensi dari pihak DPRD. Substansi terpenting dari pembentukan KPU maupun KPU kabupatenkota
adalah untuk mencegah adanya campur tangan penguasa dan pihak-pihak lain terhadap penyelenggaraan Pemilu. Artinya adalah harus ada institusi yang
independen. Sifat independen KPU yang ditegaskan dalam pasal 22E ayat 5 perubahan
ketiga Undang-undang Dasar 1945 yang mengharuskan KPU tidak saja bersifat nasional dan tetap, melainkan juga harus mandiri alias independen. Undang-undang
Pemilu berbunyi: Komisi Pemilihan Umum yang mandiri adalah Komisi Pemilihan Umum yang tidak berada danatau di bawah pengaruh seseorang, kelompok,
golongan, partai, ataupun pemerintah. Artinya, dalam menyelenggarakan tugas dan kewenangannya, KPU berpedoman semata-mata pada peraturan perundang-
undangan, dan membuat keputusan serta mengambil tindakan tanpa campur tangan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
ataupun intervensi dari manapun. Untuk itu sebagai organisasi yang ditetapkan Undang-undang Dasar sebagai penyelenggara pemilu, KPU tentu harus memiliki
anggota dalam jumlah yang cukup, struktur organisasi dan tata kerja, kelompok personel dengan kualifikasi dan jumlah yang memadai, serta anggaran yang cukup
untuk melaksanakan visi, misi, tujuan, dan sasaran strategisnya. Karena itu, independensi KPU dapat dilihat dari 1 persyaratan dan
mekanisme penentuan keanggotaan, 2 susunan organisasi dan tata kerjanya, 3 persyaratan dan mekanisme penentuan personel, dan 3 perumusan dan pengajuan
anggaran. KPU dinyatakan mandiri apabila keanggotaannya bersifat nonpartisan dan dipilih secara terbuka secara kompetitif. Selain itu, KPU sendirilah yang menentukan
susunan organisasi dan personelnya, serta menyusun dan mengajukan anggaran kepada pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Penyelenggaraan Pemilu, termasuk Pilkada dipandang tidak tepat bila dilaksanakan oleh lembaga eksekutif ataupun legislatif karena keduanya merupakan
peserta Pemilu. Sementara itu, lembaga yudikatif dipandang tidak tepat karena bertugas menegakkan hukum, termasuk penegakan peraturan Pemilu. Karena itu,
penyelenggaraan Pemilu seyogyanya diserahkan kepada lembaga independen yang orang-orangnya bersikap dan bertindak nonpartisan.
Independensi KPU tidak saja merupakan kepentingan setiap peserta Pemilu karena akan mencegah keberpihakan penyelenggara Pemilu kepada pesaing tertentu
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
dan lebih menjamin perlakuan yang adil dan setara kepada setiap pesaing. Tapi, juga merupakan kebutuhan rakyat pemilih karena akan lebih menjamin pilihan mereka
yang akan menentukan siapa yang menjadi penyelenggara negara di pusat dan daerah. Karena Pemilu menyangkut soal kepercayaan, independensi KPU akan lebih
menjamin kepercayaan dari seluruh peserta Pemilu maupun dari rakyat pemilih terhadap hasil Pemilu.
2.6 Syarat-syarat Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah berdasarkan Undang- undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah hanya boleh diikuti oleh
pasangan calon yang diajukan oleh partai politik. Namun berdasarkan Undang- undang nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor
32 tahun 2004, calon perseorangan telah dimungkinkan mencalonkan diri menjadi pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Pada pasal 56 undang-undang nomor 12 tahun 2008 disebutkan: 1 kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan
secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Selanjutnya pada ayat 2 pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat 1
diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau perseorangan yang
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
didukung oleh sejumlah orang yang memenuhi persyaratan sebagaimana ketentuan dalam undang-undang ini.
Hal ini berarti bahwa pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah telah merupakan rezim Pemilu, dengan asas yang sama dengan asas Pemilu
ayat 1. Sedangkan ayat 2 telah menegaskan dibolehkannya calon perseorangan mencalonkan diri pada pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, dan
merupakan perubahan mendasar dan sangat fundamental pada proses penentuan pimpinan di tingkat lokal. Secara umum syarat-syarat warga negara untuk dapat
dicalonkan atau mencalonkan diri sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah dapat dilihat pada pasal 58 undang-undang nomor 12 tahun 2008.
2.6.1 Calon Yang Diusung Partai Politik
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dapat diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau
perseorangan. Partai politik atau gabungan partai politik dapat mendaftarkan pasangan calon apabila memenuhi perolehan sekurang-kurangnya 15 lima belas
persen dari jumlah kursi DPRD atau 15 lima belas persen dari akumulasi
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah yang bersangkutan.
66
Pada pemilihan bupatiwakil bupati atau walikotawakil walikota, pasangan calon perseorangan dapat mendaftarkan diri sebagai pasangan calon bupatiwakil
bupati atau walikotawakil walikota apabila memenuhi syarat dukungan dengan ketentuan:
Jika dukungan 15 dari jumlah kursi DPRD oleh partai politik atau gabungan partai politik menghasilkan angka pecahan desimal maka jumlah kursi
syarat dukungan adalah pembulatan ke atas. Sedangkan jumlah dukungan 15 dari akumulasi perolehan suara sah memungkinkan gabungan partai politik yang tidak
memiliki kursi di DPRD setempat untuk dapat mengusung pasangan calon sendiri.
2.6.2 Calon Perseorangan
67
a. Kabupatenkota dengan jumlah penduduk sampai dengan 250.000 dua ratus lima
puluh ribu jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 6,5 enam koma lima persen;
b. Kabupatenkota dengan jumlah penduduk lebih dari 250.000 dua ratus lima
puluh ribu jiwa sampai dengan 500.000 lima ratus ribu jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 5 lima persen;
66
UU No. 12 tahun 2008, pasal. 59 ayat 2.
67
Ibid, pasal 59 ayat 2b
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
c. Kabupatenkota dengan jumlah penduduk lebih dari 500.000 lima ratus ribu jiwa
sampai dengan 1.000.000 satu juta jiwa harus didukung sekurang-kurangnya 4 empat persen;
d. Kabupatenkota dengan jumlah penduduk lebih dari 1.000.000 satu juta jiwa
harus didukung sekurang-kurangnya 3 tiga persen.
Dukungan sebagaimana tersebut di atas harus tersebar pada lebih dari 50 lima puluh persen jumlah kecamatan di kabupatenkota dimaksud untuk pemilihan
bupatiwakil bupati atau walikotawakil walikota. Dukungan yang dimaksudkan adalah dukungan yang dibuat dalam bentuk surat dukungan yang disertai dengan foto
copy Kartu Tanda Penduduk KTP atau surat keterangan tanda penduduk sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2.7 Modal Calon dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Pemilihan kepala daerah langsung Pilkada di Indonesia dilaksanakan berdasarkan keputusan politik, yaitu dengan lahirnya Undang-undang nomor 32
tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah yang memuat ketentuan tentang pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung. Undang-ungdang
ini mulai dijalankan bulan Juni 2005 ditandai dengan Pilkada langsung pertama di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Dengan Pilkada langsung ini,
maka rakyat ditingkat lokal dapat berpartisipasi menentukan sendiri pimpinan daerahnya, sehingga pengangkatan kepala daerah oleh pemerintah pusat dengan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
sendirinya telah berakhir. Pada Pilkada yang pertama kali dilaksanakan tersebut,
menghasilkan Syaukani Hassan RaisSamsuri Aspar Partai Golkar sebagai
pasangan calon terpilih dengan perolehan suara mencapai 60,85 . Pilkada memiliki dua makna, sebagai keberhasilan dan kegagalan demokrasi.
Pilkada dikatakan berhasil karena sudah menunjukkan adanya partisipasi rakyat, proses pencalonan yang diseleksi, kampanye, dan kontrak politik. Dalam hal ini,
prosedur sebagai demokrasi sudah dipenuhi dan dipraktekkan, terlepas dari hasil yang dicapai. Sedangkan Pilkada disebut gagal karena masih menunjukkan praktik
uang, besarnya angka golput, ketidaktahuan pemilih dengan hak-hak politiknya sebagai warga negara yang memiliki otonomi, pola rekruitmen calon, dan lainnya.
68
Beberapa catatan penting dalam rangka mewujudkan penguatan hingga pemberdayaan demokrasi di tingkat lokal dalam Pilkada langsung, adalah :
69
1. Dengan Pilkada langsung penguatan demokrasi di tingkat lokal dapat terwujud,
khususnya yang berkaitan dengan legitimasi politik. Karena asumsinya kepala daerah terpilih memiliki mandat dan legitimasi yang sangat kuat karena didukung
oleh suara pemilih nyata real voters yang merefleksikan konfigurasi kekuatan politik dan kepentingan konstituen pemilih, sehingga dapat dipastikan bahwa
kandidat yang terpilih secara demokratis mendapat dukungan dari sebagian besar warga.
2. Dengan Pilkada langsung diharapkan mampu membangun serta mewujudkan
akuntabilitas pemerintah lokal local accountability. Ketika seorang kandidat terpilih menjadi kepala daerah, maka pemimpin rakyat yang mendapat mandat
tersebut harus meningkatkan kualitas akuntabilitasnya. Hal ini sangat mungkin dilakukan karena obligasi moral dan penanaman modal politik menjadi kegiatan
yang harus dilaksanakan sebagai wujud pembangunan legitimasi politik.
68
Wacana: Jurnal Ilmu Sosial Transformatif, Ed 21, Tahun VI 2005, Pilkadal, Yogyakarta: Insist Press, 2005, hal. 86
69
Agustino, Leo, Pilkada dan Dinamika Politik Lokal, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2009, hal. 9-11.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
3. Apabila local accountability berhasil diwujudkan, maka optimalisasi equilibrium
checks and balances antara lembaga-lembaga negara terutama antara eksekutif dan legislatif dapat berujung pada pemberdayaan masyarakat dan penguatan
proses demokrasi di level lokal.
4. Melalui Pilkada, peningkatan kualitas kesadaran politik masyarakat sebagai
kebertampakan kualitas partisipasi rakyat diharapkan muncul. Masyarakat saat ini diminta untuk menggunakan rasionalitasnya, kearifannya, kecerdasannya, dan
kepeduliannya untuk menentukan sendiri siapa yang kemudian dia anggap pantas danatau layak untuk menjadi pemimpin mereka ditingkat propinsi, kabupaten,
maupun kota. Selain itu, mekanisme ini juga memberikan jalan untuk “me-melek- kan” elite politik bahwasanya pemegang kedaulatan politik yang sebenarnya tidak
berada di tangannya, melainkan terletak di tangan rakyat.
Kalau mencermati prosedur maupun proses pemilihan dalam Pilkada secara langsung, pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah berkemungkinan
memenangkan Pilkada secara langsung manakala memiliki tiga modal utama. Ketiga modal itu adalah modal politik political capital, modal sosial social capital dan
modal ekonomi economical capital.
70
Ketiga modal itu memang bisa berdiri sendiri-sendiri tanpa adanya keterkaitan antara satu dengan yang lain. Tetapi di antara ketiganya acapkali berkait
satu dengan yang lain. Artinya, calon kepala daerah itu memiliki peluang besar terpilih manakala memiliki akumulasi lebih dari satu modal. Argumen yang terbagun
adalah bahwa semakin besar pasangan calon yang mampu mengakumulasi tiga modal itu, semakin berpeluang terpilih sebagai kepala daerah dan wakil kepala
daerah.
70
Marijan, Kacung, Demokratisasi Di Daerah, Pelajaran Dari Pilkada Secara Langsung, Surabaya: Eureka dan PusDeHAM, 2006, hal 85.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
2.7.1 Modal Politik
Modal politik berarti adanya dukungan politik, baik dari rakyat maupun dari kekuatan-kekuatan politik yang dipandang sebagai representasi dari rakyat. Modal
ini menjadi sentral bagi semua calon, baik dalam tahap pencalonan maupun dalam tahap pemilihan.
71
Biasanya setiap pasangan calon kepala daerah, baik yang diusung oleh partai politik atau gabungan partai politik maupun calon perseorangan, akan membentuk
tim sukses mulai dari tingkatan paling tinggi hingga tingkatan paling rendah propinsi, kabupatenkota, kecamatan, kelurahandesa. Bahkan biasanya yang
“dipasang” sebagai saksi pada setiap TPS Tempat Pemungutan Suara adalah para tim sukses itu sendiri.
Peranan partai politik maupun tim sukses sangat besar karena akan menjadi “mesin” dalam menggerakkan upaya pencarian dukungan pemilih.
Dalam setiap pelaksanaan Pilkada, peranan partai politik pengusung pasangan calon dan tim sukses sangat besar. Hal ini karena partai politik pengusung dan tim
sukses-lah yang bekerja sampai ke lapisan “akar rumput”. Dapat dipastikan, bahwa jika partai politik pengusung maupun tim sukses bekerja dengan baik, maka hasilnya
akan baik pula. Demikian pula sebaliknya, jika partai politik pengusung maupun tim sukses tidak bekerja dengan baik, maka hasilnya juga tidak baik.
71
Ibid.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Uang memang dibutuhkan dalam rangka persiapan dan pelaksanaan kampanye serta segala hal yang berkaitan dengan pengawasan penghitungan suara di
tingkat TPS, PPK, KPU kabupatenkota, atau KPU propinsi. Namun saat ini masyarakat pemilih sudah lebih dewasa dalam menghadapi godaan politik uang.
Tidak semua pemilih dengan gampang diiming-imingi sejumlah uang. Calon kepala daerah dan wakil kepala daerah mesti sudah memahami dan menyadari bahwa jika
seorang atau sekelompok pemilih bersedia menerima suap untuk memilih mereka maka bersiap dirilah untuk tidak terpilih.
72
Secara teori an sich mungkin banyak calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang secara mendalam sudah menguasai teori ilmu politik. Bagaimana
implementasi di lapangan, tentu saja merupakan hal lain yang terkadang tidak selalu match karena adanya distorsi antara teori dan praktek di lapangan. Tanpa bermaksud
mengesampingkan teori-teori yang ada, berikut ini disampaikan panduan 9 sembilan kunci sukses yang tepat dijalankan oleh para calon kepala daerah dan
wakil kepala daerah untuk terpilih sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah:
73
1 Bercermin pada hasil analisis SWOT dan memenuhi kriteria standar seorang
pemimpin 2
Menawarkan visi, misi, strategi, kebijakan dan program kerja yang sederhana dan menyentuh kepentingan “akar rumput”. Untuk mensukseskan hal itu kepala
daerah dan wakil kepala daerah harus berpola pikir dan berperilaku sebagaimana chief executive officers CEO’s pada perusahaan holding company.
72
Herry, Achmad, SE, 9 Kunci Sukses Tim Sukses Dalam Pilkada Langsung, Yogyakarta: Galang Press, 2005, hal. 13.
73
Ibid, hal 15-16.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
3 Memahami dan mematuhi semua aturan main yang ditetapkan oleh KPUD,
termasuk jadwal, tahapan, dan jenis-jenis formulir. 4
Menetapkan bentuk organisasi tim sukses yang efektif dan efisien dari tingkat propinsi atau kabupatenkota hingga ke tingkat TPS. Memilih personalia yang
profesional dan berpengalaman, memiliki integritas, loyalitas, komitmen, dan solidaritas sebagai anggota tim sukses.
5 Menerapkan manajemen keuangan yang transparan dan akuntabel, sebelum, pada
saat, dan sesudah masa kampanye. Memahami secara rinci aturan mengenai sumbangan dan dana kampanye serta audit dana kampanye.
6 Menjalankan soft dan hard campaign yang efektif dan efisien. Memahami
karakteristik pemilih dan melakukan komunikasi sambung rasa. 7
Secara khusus membentuk Kelompok Pendukung Tingkat Kecamatan KPC, Kelompok Pendukung Tingkat DesaKelurahan KPDL, dan kelompok
pendukung untuk setiap TPS KP-TPS.
8 Menguasai secara detail mekanisme pendaftaran, pemutakhiran data, dan
persyaratan pemilih yang berhak menggunakan hak pilihnya di tempat pemungutan suara TPS.
9 Setiap anggota tim sukses di tingkat propinsikabupatenkota dan KPC, KPDL,
KP-TPS memahami prosedur penghitungan suara dan rekapitulasi hasil penghitungan suara disemua tingkatan termasuk pengisian berbagai jenis
formulir.
2.7.2 Modal Sosial
Modal sosial adalah berkaitan dengan bangunan relasi dan kepercayaan trust yang dimiliki oleh pasangan calon dengan masyarakat yang memilihnya. Termasuk
di dalamnya adalah sejauh mana pasangan calon itu mampu meyakinkan para pemilih bahwa mereka itu memiliki kompetensi untuk memimpin daerahnya
74
74
Marijan, Kacung, op.cit, hal 91.
dan memiliki integritas yang baik. Suatu kepercayaan tidak akan tumbuh begitu saja
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
tanpa didahului oleh adanya perkenalan. Tetapi, keterkenalan atau popularitas saja kurang bermakna tanpa ditindaklanjuti oleh adanya integritas.
Dalam Pilkada, modal sosial memiliki makna yang sangat penting, bahkan tidak kalah pentingnya kalau dibandingkan dengan modal politik. Melalui modal
sosial yang dimiliki, para kandidat tidak hanya dikenal oleh para pemilih. Lebih dari itu, melalui pengenalan itu, lebih-lebih pengenalan yang secara fisik dan sosial
berjarak dekat, para pemilih bisa melakukan penilaian apakah pasangan yang ada itu benar-benar layak untuk dipilih atau tidak. Seseorang dikatakan memiliki modal
sosial, berarti calon itu tidak hanya dikenal oleh masyarakat melainka n juga diberi kepercayaan.
75
75
Ibid, hal 92.
Saat ini, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah berlogika: bagaimana para kandidat mampu memengaruhi dan merebut hati rakyat. Sebaliknya,
rakyat akan memberikan hak pilihnya pada kandidat yang sudah dia kenal, dalam pengertian lain, bahwa jauh sebelumnya, kandidat tersebut sudah memiliki modal
sosial di tengah-tengah masyarakat. Jika kandidat belum memiliki modal sosial, dan baru memperkenalkan diri sesaat menjelang dilaksanakannya Pilkada, dapat
dipastikan bahwa kandidat tersebut sulit mendapatkan dukungan yang mayoritas dari masyarakat.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Secara sederhana demokrasi dapat dimaknai sebagai sebuah sistem politik yang berupaya untuk menghantarkan keputusan-keputusan politik secara partisipatif
oleh individu-individu yang mendapatkan kekuasaan melalui persaingan yang adil fairness competition dalam memperebutkan suara rakyat Agustiono, 2009. Dalam
konteks tersebut, disepakati bahwa kualitas demokrasi amat ditentukan oleh berkualitas atau tidaknya proses rekruitmen para wakil dan pemimpin-pemimpin
rakyat. Karena itu, dihubungkan dengan Pilkada, demokrasi di tingkat lokal akan mendapatkan kekuatannya apabila seleksi para wakil rakyat berjalan dengan
kompetisi yang adil. Selain itu, calon pemimpin yang berkualitas juga akan mendapat dukungan
dari masyarakat pemilih. Dalam menentukan pilihannya, masyarakat akan melihat integritas seorang calon pemimpin. Integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang
menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan, kejujuran.
76
Pilkada secara langsung jelas membutuhkan biaya yang besar. Modal yang besar tidak hanya dipakai untuk membiayai kampanye, tetapi juga untuk membangun
Calon yang memiliki integritas akan mendapat mandat dari rakyatnya.
2.7.3 Modal Ekonomi
76
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. Ketiga, Cet. Kelima, Jakarta: Balai Pustaka, 2008, hal. 437.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
relasi dengan para calon pendukungnya, termasuk di dalamnya adalah modal untuk memobilisasi dukungan pada saat menjelang dan berlangsungnya masa kampanye.
Tidak jarang, modal itu juga ada yang secara langsung dipakai untuk mempengaruhi pemilih. Misalnya saja, banyak ditemui kasus ada calon yang membagi-bagikan uang
atau barang kepada para pemilih. Biasanya pemberian barang atau uang itu tidak diberikan oleh pasangan calon secara langsung, melainkan oleh tim sukses pasangan
calon.
77
77
Marijan, Kacung, op.cit, hal. 94-95.
Sangat sulit membedakan modal ekonomi atau politik uang, karena pembuktian politik uang sangat sulit walaupun sering terjadi.
Meskipun demikian, modal ekonomi memiliki makna penting sebagai ‘penggerak’ dan ‘pelumas’ mesin politik yang dipakai. Di dalam musim kampanye
misalnya, membutuhkan uang yang cukup besar untuk membiayai berbagai kebutuhan seperti mencetak poster, mencetak spanduk, membayar iklan, menyewa
kendaraan untuk mengangkut pendukung, dan berbagai kebutuhan lainnya termasuk untuk pengamanan. Modal ekonomi bisa menjadi prasyarat utama ketika calon itu
buka n berasal dari partai politik yang mencalonkannya. Dalam prakteknya modal ini tidak sepenuhnya berasal dari calon, tetapi dapat berasal dari simpatisan dan
pengusaha. Jika modal ekonomi hanya digunakan sebagai cost politic semata, tidak menjadi masalah. Yang menjadi persoalan adalah ketika modal ekonomi tersebut
menjadi politik uang, karena dapat merusak proses demokrasi yang sedang dibangun.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Politik uang adalah suatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia
menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan umum. Pembelian bisa dilakukan menggunakan uang atau barang. Politik uang umumnya dilakukan
simpatisan, kader atau bahkan pengurus partai politik menjelang hari H pemilihan umum. Praktik politik uang dilakukan dengan cara pemberian berbentuk uang,
sembako antara lain beras, minyak dan gula kepada masyarakat dengan tujuan untuk menarik simpati masyarakat agar mereka memberikan suaranya untuk partai atau
calon yang bersangkutan. Sejumlah potensi praktik politik uang money politic dalam penyelenggaraan
pemilihan kepala daerah secara langsung sudah dapat diidentifikasi. Motifnya bermacam-macam, antara lain adalah :
1. Untuk dapat menjadi calon diperlukan sewa perahu, baik yang dibayar sebelum
atau setelah penetapan calon, sebagian atau seluruhnya. Jumlah sewa yang harus dibayar diperkirakan cukup besar jauh melampaui batas sumbangan dana
kampanye yang ditetapkan dalam undang-undang, tetapi tidak diketahui dengan pasti karena berlangsung di balik layar.
2. Calon yang diperkirakan mendapat dukungan kuat, biasanya incumbent, akan
menerima dana yang sangat besar dari kalangan pengusaha yang memiliki kepentingan ekonomi di daerah tersebut. Jumlah uang ini juga jauh melebihi batas
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
sumbangan yang ditetapkan undang-undang. Karena berlangsung di balik layar, maka sulit mengetahui siapa yang memberi kepada siapa dan berapa besarnya
dana yang diterima. 3.
Untuk kabupatenkota yang wilayahnya memiliki potensi ekonomi yang tinggi, pengusaha yang memiliki kepentingan ekonomi di daerah tersebut bahkan dapat
menentukan siapa yang akan terpilih menjadi kepala daerah. Dengan jumlah dana yang tidak terlalu besar, sang pengusaha dapat memengaruhi para pemilih untuk
memilih pasangan calon yang dikehendakinya melalui perantara politik yang ditunjuknya di setiap desa.
4. Untuk daerah dengan tiga atau lebih pasangan calon bersaing, perolehan suara
sebanyak lebih dari 30 persen dapat mengantarkan satu pasangan calon menjadi kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih. Dalam situasi seperti ini,
penggunaan uang memengaruhi pemilih melalui perantara politik di setiap desakelurahan mungkin menjadi pilihan rasional bagi pasangan calon.
Apabila identifikasi di atas benar sebagian atau seluruhnya, Setidak-tidaknya tiga cara dapat ditempuh untuk mencegah politik uang tersebut, yaitu melalui
mekanisme pelaporan dan audit dana kampanye Pilkada langsung, penegakan hukum, dan melalui pengorganisasian pemilih organize voters oleh para pemilih sendiri.
Akan tetapi, Undang-undang nomor 32 tahun 2004 dan Undang-undang nomor 12 tahun 2008 serta peraturan turunannya, ternyata tidak memberikan sanksi bagi
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
penyumbang atau penerima sumbangan dana kampanye yang melebihi jumlah maksimal yang ditetapkan dalam undang-undang tersebut.
Selanjutnya, apabila para pemilih mampu mengorganisasikan diri berdasarkan preferensi pola dan arah kebijakan lokal dan berdasarkan preferensi watak dan
kapabilitas calon, gerakan para pemilih ini sekurang-kurangnya dapat menjadi pesaing tangguh terhadap praktik kriminalitas yang terorganisasi praktik politik
uang tersebut. Pada Pemilu yang lalu sudah ada sejumlah embrio gerakan para pemilih di beberapa tempat untuk bernegosiasi dengan partaicalon. Namun, memang
masih dibutuhkan banyak penggerak untuk pemilih terorganisasi untuk dapat menghadapi kriminalitas terorganisasi tersebut.
2.8 Kampanye
Kampanye adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi politik atau calon yang bersaing memperebutkan kedudukan dalam parlemen dan sebagainya
untuk mendapat dukungan massa pemilih dalam suatu pemungutan suara.
78
78
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op. Cit., hal. 498.
Dalam Pilkada, kampanye merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan oleh pasangan calon
danatau tim kampanyejuru kampanye untuk meyakinkan para pemilih dalam rangka mendapatkan dukungan sebesar-besarnya dengan menawarkan visi, misi dan program
pasangan calon. Kampanye dalam Pilkada, yang dijadwalkan oleh KPUD,
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
disampaikan dengan cara yang sopan, tertib, dan mendidik yaitu dengan tidak bersifat provokatif, sehingga diharapkan tidak mengganggu stabilitas keamanan.
Dalam Pilkada, peranan kampanye ini sangat penting karena melalui kampanyelah calon pemilih dapat mengenal para calon dan mengetahui program-
program yang ditawarkan jika terpilih menjadi kepala daerah dan wakil kepala daerah. Sehingga para calon pemilih dapat menentukan pilihannya. Tanpa kampanye,
dapat dipastikan bahwa calon pemilih tidak mengenal calon secara mendalam. Semakin efektif kampanye yang dilakukan, akan semakin baik pula tingkat
keterkenalan calon tersebut bagi calon pemilih. Kampanye umumnya dilakukan dengan slogan, pembicaraan, barang cetakan, penyiaran barang rekaman berbentuk
gambar atau suara, dan simbol-simbol. Pada sistem politik totaliter atau otoriter kampanye sering dan biasa dilakukan ke dalam bentuk tindakan teror, intimidasi, dan
propaganda.
Secara umum, dalam Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, dikenal berbagai bentuk kampanye, yaitu 1 Pertemuan Terbatas, 2 Tatap Muka
dan Dialog, dan 3 Melalui Media Massa.
79
2.8.1 Pertemuan Terbatas
79
Agustino, Leo, op. cit, hal 101-109.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Kampanye dalam bentuk pertemuan terbatas dilaksanakan dalam ruangan, gedung atau tempat yang bersifat tertutup, jumlah peserta tidak melampaui kapasitas
sesuai dengan jumlah tempat duduk dengan peserta pendukung danatau undangan lainnya yang bukan pendukung. Dalam kampanye ini dibenarkan membawa atau
menggunakan atribut, yaitu nomor urut dan foto pasangan calon, serta tanda gambar partai politik atau gabungan partai politik yang mencalonkan, simbol-simbol danatau
bendera atau umbul-umbul dari pasangan calon yang mengadakan kampanye di tempat pertemuan terbatas. Atribut pasangan calon, hanya dibenarkan dipasang
sampai halaman gedung atau tempat pertemuan terbatas, dan tidak dibenarkan dipasang di luar halaman gedung atau tempat pertemuan terbatas. Dalam kampanye
bentuk pertemuan terbatas, harus disertai dengan undangan tertulis.
Biasanya, dalam kampanye pertemuan terbatas ini, pasangan calon atau tim kampanye pasangan calon akan menyampaikan visi, misi dan program pasangan
calon dalam bentuk orasi atau pidato politik dan berlangsung satu arah.
2.8.2 Tatap Muka dan Dialog
Kampanye dalam bentuk tatap muka dan dialog dilaksanakan dalam ruangan tertutupgedung dengan jumlah peserta tidak melampaui kapasitas, sesuai dengan
jumlah tempat duduk dengan peserta pendukung danatau undangan lainnya yang
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
bukan pendukung, atau lapangan terbuka. Dalam kampanye ini diadakan kegiatan interaktif dan hanya dibenarkan menggunakan foto pasangan calon atau atribut,
simbol-simbol danatau bendera atau umbul-umbul dari pasangan calon yang mengadakan kampanye di tempat pertemuan tatap muka dan dialog. Atribut pasangan
calon, hanya dibenarkan dipasang di luar halaman gedung atau tempat pertemuan tatap muka dan dialog sampai dengan jarak tertentu sesuai dengan aturan KPU.
Kampanye dalam bentuk tatap muka dan dialog harus disertai dengan undangan tertulis.
2.8.3 Melalui Media Massa
Kampanye melalui media massa adalah dalam bentuk penyebaran melalui media cetak dan media elektronik dengan memberi kesempatan yang sama kepada
pasangan calon untuk menyampaikan visi, misi dan program dengan menentukan durasi, frekuensi, bentuk, substansi pemberitaanpenyiaran berdasarkan kebijakan
redaksional. Materi dan substansi peliputan berita harus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan serta media cetak dan media elektronik dapat menyediaakn
rubrik khusus bagi para pasangan calon sehingga penyelenggaraan dan penyampaian visi, misi, dan program kampanye dapat dilakukan panjang disertai penjelasan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
kelebihan dan kekurangan metodologi yang digunakan, misalnya jajak pendapat umum polling dan survey, sehingga tidak mengelabui pemilih.
Saat ini, sesuai dengan kemajuan dunia maya, kampanye dapat juga dilakukan melalui internet yang dimaksudkan untuk sebuah rekayasa pencitraan, kemudian
berkembang menjadi upaya persamaan pengenalan sebuah gagasan atau isu kepada suatu kelompok tertentu yang diharapkan mendapatkan feedbacktimbal
baliktanggapan. Secara umum pesan dari kampanye adalah penonjolan ide bahwa sang kandidat atau calon ingin berbagi dengan pemilih. Pesan sering terdiri dari
beberapa poin pembicaraan tentang isu-isu kebijakan. Poin-poin ini dirangkum dari ide utama kampanye dan sering diulang untuk menciptakan kesan abadi kepada
pemilih. Dalam banyak kampanye, para kandidat suatu partai politik atau seorang calon berupaya mencoba untuk menjatuhkan kandidat atau calon lain black
campaign.
2.9 Perselisihan Hasil Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Sesuai dengan Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam pelaksanan Pilkada, apabila terdapat keberatan terhadap hasil
perhitungan suara, maka pasangan calon dapat mengajukan keberatan kepada
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Mahkamah Agung MA dalam waktu paling lambat 3 tiga hari setelah penetapan hasil pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.
80
Dalam perkembangan berikutnya, sesuai dengan Undang-undang nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, penanganan sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah oleh MA dialihkan kepada
Mahkamah Konstitusi MK.
81
Mahkamah Konstitusi adalah, lembaga kehakiman yang dibentuk berdasarkan perubahan ketiga atas Undang-undang Dasar Negara RI tahun 1945, yang putusannya
bersifat final. Ini berarti bahwa sengketa hasil penghitungan suara
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, sesuai dengan Undang-undang nomor 12 tahun 2008, menjadi kewenangan Mahkamah Konstitusi.
82
Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir untuk:
83
a. Menguji undang-undang terhadap Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, b.
Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,
c. Memutus pembubaran partai politik, dan
d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
80
Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 106.
81
Undang-undang No. 12 tahun 2008 pasal 236 C.
82
Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 pasal 24 dan 24C.
83
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Dalam peraturan Mahkamah Konstitusi nomor 15 tahun 2008 tentang Pedoman Beracara dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah,
disebutkan bahwa objek perselisihan Pemilukada adalah hasil perhitungan suara yang ditetapkan oleh termohon yang mempengaruhi:
84
a. Penentuan pasangan calon yang dapat mengikuti putara kedua pemilukada, atau
b. Terpilihnya pasangan calon sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Namun demikian, dari sejumlah perselisihan Pilkada yang telah diputus oleh Mahkamah Konstitusi, tidak lagi hanya terkait pada perolehan suara, tetapi
Mahkamah Konstitusi melakukan terobosan hukum lain, dengan memberikan putusan yang menyangkut pada tahapanproses Pilkada, seperti yang terjadi pada putusan atas
Pilkada Kabupaten Tapanuli Utara.
84
Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif karena bermaksud menggambarkan fenomena sosial tertentu,
85
Lokasi penelitian adalah di Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara. Penulis memilih lokasi penelitian di
Kabupaten Tapanuli Utara ini karena Pilkada tersebut merupakan Pilkada langsung yang pertama kali dilaksanakan secara langsung di Tapanuli Utara, namun diulang
karena putusan Mahkamah Konstitusi MK. Tetapi meskipun diulang, pada kedua dengan pendekatan kualitatif.
Jenis penelitian ini memungkinkan untuk memberikan gambaran atau uraian yang lebih lengkap tentang suatu keadaan sejelas mungkin dan memungkinkan untuk
memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Tapanuli Utara.
3.2 Lokasi Penelitian
85
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi ed, Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES, 1995, hal.4-5.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan Pilkada tersebut pemenangnya tetap sama bahkan mengalami peningkatan perolehan suara.
3.3 Informan Penelitian
Dalam rangka mewujudkan keinginan penulis melakukan studi ini, maka dalam penelitian ini penulis menentukan informan adalah orang-orang yang terlibat
secara langsung dalam penyelenggaraan Pilkada di wilayah yang menjadi lokasi penelitian, karena dianggap mampu memberikan informasi dan data yang memadai
tentang objek penelitian yang hendak dilakukan, berdasarkan hasil pengamatan atau pengalaman langsung dari masing-masing informan.
Untuk menentukan jumlah informan dilakukan dengan dua teknik, yaitu Pusposive Sampling dan Snowball Sampling. Purposive sampling adalah metode
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
86
86
Sugiyono, Prof. Dr. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R D, Bandung: Alfabeta, 2008. hal. 85.
Pertama-tama penulis menentukan
kategori infoman dari berbagai unsur, yaitu: Pasangan Calon, Tim Sukses, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Akademisi, Penyelenggara, NGO, Pers dan Pemilih.
Hal ini dimaksudkan agar informasi yang didapat lebih lengkap karena bersumber dari berbagai jenis kategori atau profesi informan sehingga informasi yang didapat
diharapkan lebih berimbang. Sedangkan banyaknya jumlah informan dari masing-
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
masing kategori ditentukan dengan teknik Snowball Sampling.
87
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penentuan informan ini, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi apabila dengan dua
orang tersebut belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti akan mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang
diberikan oleh dua orang sebelumnya.
Informan kunci utama dalam penelitian ini adalah Torang Lumbantobing dan Bangkit Parulian Silaban, SE, yang merupakan pasangan calon terpilih pada
Pilkada Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2008-2009.
Dalam penelitian ini, beberapa metode atau teknik untuk mendapatkan data- data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara mendalam depth interview. Untuk mendapatkan data, maka
penulis melakukan wawancara secara terbuka dan mendalam dengan berbagai informan berdasarkan pedoman wawancara yang berkaitan dengan permasalahan
yang diteliti. 2.
Focus Group Discussion FGD atau Diskusi Kelompok Terfokus DKT, dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dari sejumlah
orang secara bersamaan sehingga dapat saling konfrontir cross check.
87
Ibid, hal. 85-86.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
3. Studi dokumentasipengumpulan data dalam bentuk dokumen tertulis. Data yang
dimaksud bisa merupakan undang-undang, peraturan, kliping koran, hasil studiriset, pernyataan, teori yang relevan, makalah, jurnal, laporan serta bahan
lain yang relevan. 4.
Browsing dan clipping print. Untuk mendapatkan bahan yang lebih lengkap, maka penulis juga melakukan pencarian data melalui media internet.
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh baik berupa dokumen tertulis maupun hasil wawancara dianalisis dengan memakali model analisis kualitatif. Analisis data
dilakukan dengan cara sebagai berikut: pertama, data dikumpulkan, lalu diklasifikasikan dan dikategorisasi berdasarkan beberapa thema sesuai dengan fokus
penelitian. Data yang ada disajikan dalam bentuk uraian kata-kata, setelah itu diinterpretasikan sesuai dengan teori-teori yang dipergunakan dalam penelitian atau
berdasarkan hasil riset dan disesuaikan dengan tujuan dan permasalahan penelitian.
3.6 Jalannya Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis mengalami berbagai kendala, di antaranya adalah adanya keengganan bagi informan untuk memberikan informasi
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
yang lengkap karena sempat beranggapan hanya akan mengungkit-ungkit masa lalu, di mana dulunya sempat muncul konflik dalam masyarakat akibat ekses Pilkada.
Tetapi berkat pendekatan yang persuasif dari penulis akhirnya beberapa orang informan yang tadinya memiliki keengganan akhirnya menjadi berkenan
diwawancarai dan memberikan informasi. Namun demikian, tidak semua pasangan calon pada pilkada Tapanuli Utara yang tadinya diharapkan menjadi informan
bersedia dihubungi untuk diwawancarai. Kendala lainnya adalah kesulitan dalam menjumpai informan karena ada
domisili informan yang relatif jauh dari lokasi penelitian. Tetapi karena penulis menganggap informasi tersebut sangat berharga, penulis berupaya menjumpai mereka
dan mewawancarai secara langsung meskipun informan tersebut sebagian berdomisili di luar Kabupaten Tapanuli Utara, seperti di Medan dan Jakarta.
3.7 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN
Memaparkan gambaran awal pelaksanaan Pilkada secara langsung, khususnya di Tapanuli Utara. Kemudian dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, serta defenisi konsep yang digunakan dalam penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Bagian ini menyajikan tinjauan pustaka atau teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, yang secara garis besar menyangkut demokrasi dan Pemilu,
otonomi daerah dan desentralisasi, perilaku memilih dan partisipasi politik, sistem politik orde baru dan pasca-orde baru, perkembangan sistem pemilihan
kepala daerah, syarat-syarat calon kepala daerah dan wakil kepala daerah, modal calon dalam Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah, kampanye,
dan perselisihan hasil pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Bagian ini memuat metodologi yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi jenis penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, metode
pengumpulan data, teknik analisis data, jalannya penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB IV : MENUJU KETERPILIHAN DALAM PILKADA TAPANULI UTARA
Bagian ini merupakan hasil-hasil penelitian, yang memuat gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi informan, profil pasangan calon terpilih, proses
pencalonan, pemungutan suara dan sengketa hasil Pilkada, dan analisis dalam penelitian yang menyangkut analisis terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi keterpilihan calon dalam Pilkada Tapanuli Utara yang
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
menyangkut analisis terhadap keunggulan pasangan Torang Lumbantobing dan Bangkit Parulian Silaban, SE, yang meliputi modal politik, modal sosial,
dan modal ekonomi dukungan dana, serta analisis perbandingan faktor- faktor, persepsi calon lain terhadap Torang Lumbantobing dan Bangkit
Parulian Silaban, SE, keterkaitan antar faktor, dan perilaku memilih di Tapanuli Utara.
BAB V: PENUTUP
Bagian ini memuat kesimpulan dalam penelitian dan saran-saran yang disampaikan untuk perbaikan penyelenggaraan Pilkada dikemudian hari.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB IV MENUJU KETERPILIHAN
DALAM PILKADA TAPANULI UTARA
Sebagaimana diuraikan pada bab terdahulu, bahwa pemilihan kepala daerah Pilkada langsung di Indonesia dilaksanakan berdasarkan keputusan politik, yaitu
dengan lahirnya Undang-undang No. 32 tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah yang memuat ketentuan tentang pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
secara langsung. Dengan Pilkada langsung ini, maka rakyat di tingkat lokal dapat berpartisipasi menentukan sendiri pimpinan daerahnya, sehingga pengangkatan
kepala daerah oleh pemerintah pusat dengan sendirinya telah berakhir. Sejak digulirkannya tahun 2005 lalu, Pilkada telah menjadi topik utama
berbagai media di tanah air dan menjadi pembicaraan hangat berbagai lapisan masyarakat. Sama halnya dengan daerah lainnya, di Kabupaten Tapanuli Utara, yang
merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara, telah dilaksanakan Pilkada langsung, yang untuk pertama kalinya pada 27 Oktober 2008. Pilkada
tersebut diikuti oleh 6 enam pasangan calon, yaitu 1 Torang Lumban TobingBangkit Parulian Silaban, SE, 2 Ir. Roy Mangotang SinagaIr. Djudjung
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Pangondian Hutauruk, 3 Samsul SianturiDrs. Frans A. Sihombing, MM, 4 Ir. Sanggam Hutapea, MMIr. Londut Silitonga, 5 Drs. Wastin SiregarIr. Soaloon
Silitonga, dan 6 Ir. Edward SihombingDrs. Alpha Simanjuntak, M. Pd.
Pilkada ini menghasilkan pasangan Torang Lumban TobingBangkit Parulian Silaban, SE sebagai calon terpilih. Namun karena merasa tidak puas
dengan hasil Pilkada tersebut, pasangan calon Ir. Roy Mangotang SinagaIr. Djudjung Pangondian Hutauruk, dkk mengajukan permohonan gugatan ke
Mahkamah Konstitusi MK.
88
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia melalui putusan Nomor 49PHPU.D-VI2008 tanggal 16 Desember 2008 perihal Perselisihan Hasil Pemilihan
Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara, mengabulkan permohonan pemohon untuk sebagian dan memerintahkan KPU
Kabupaten Tapanuli Utara untuk melaksanakan pemungutan suara ulang paling lama 60 enam puluh hari sejak dibacakannya putusan, di 14 empat belas kecamatan dari
15 lima belas kecamatan se Kabupaten Tapanuli Utara, yaitu Kecamatan Tarutung, Kecamatan Adiankoting, Kecamatan Sipoholon, Kecamatan Siatas Barita, Kecamatan
Parmonangan, Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Pagaran, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Pahae Jae, Kecamatan Purbatua, Kecamatan Simangumban,
88
Untuk lebih jelas, isi permohonan gugatan dapat dilihat pada Putusan Mahkamah Konstitusi RI, No. 49PHPU.D-VI2008, khususnya hal. 10-12.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Pangaribuan dan Kecamatan Garoga, tidak termasuk Kecamatan Muara.
Berdasarkan putusan MK tersebut, KPU Tapanuli Utara pun menggelar pemungutan suara ulang pada 13 Pebruari 2009. Dari hasil pemungutan suara ulang
tersebut, tidak terjadi perubahan pemenang, bahkan perolehan suara pada Pilkada 27 Oktober 2008 untuk pasangan nomor urut 1 Torang Lumban TobingBangkit
Parulian Silaban, SE mengalami peningkatan. Pada Pilkada 27 Oktober 2008 perolehan suaranya adalah 46.645 34,13 , sedangkan pada pemungutan suara
ulang 13 Pebruari 2009, perolehan suaranya meningkat menjadi 51.453 38.62 . Dalam hal ini terjadi peningkatan sebesar 4.808 suara 4,49 . Dan pasangan Torang
Lumban TobingBangkit Parulian Silaban, SE ditetapkan sebagai pasangan calon terpilih.
Sebelum menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keterpilihan pasangan calon dalam Pilkada Tapanuli Utara tersebut, berikut akan dijelaskan
terlebih dahulu gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi informan yang terdapat dalam penelitian ini dan kronologis pelaksanaan Pilkada, baik Pilkada 27 Oktober
2008 maupun pemungutan suara ulang 13 Pebruari 2009, serta kinerja penyelenggara KPU dalam pelaksanaan Pilkada tersebut.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara
Pada masa Hindia Belanda, Kabupaten Tapanuli Utara termasuk Kabupaten Dairi dan Toba Samosir yang sekarang termasuk dalam keresidenan Tapanuli yang
dipimpin seorang Residen Bangsa Belanda yang berkedudukan di Sibolga.
Keresidenan Tapanuli yang dulu disebut Residentie Tapanuli terdiri dari 4 Afdeling Kabupaten yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang Sidempuan, Afdeling
Sibolga dan Afdeling Nias. Afdeling Batak Landen dipimpin seorang Asisten Residen yang ibukotanya Tarutung yang terdiri 5 Onder Afdeling Wilayah yaitu :
1 Onder Afdeling Silindung Wilayah Silindung ibukotanya Tarutung.
2 Onder Afdeling Hoovlakte Van Toba Wilayah Humbang ibukotanya Siborong-
borong. 3
Onder Afdeling Toba Wilayah Toba ibukotanya Balige. 4
Onder Afdeling Samosir Wilayah Samosir ibukotanya Pangururan. 5
Onder Afdeling Dairi Landen Kabupaten Dairi sekarang ibukotanya Sidikalang.
Tiap-tiap Onder Afdeling mempuyai satu Distrik Kewedanaan dipimpin seorang Distrikchoolfd bangsa Indonesia yang disebut Demang dan membawahi
beberapa Onder Distrikten Kecamatan yang dipimpin oleh seorang Asisten Demang. Menjelang Perang Dunia II, distrik-distrik di seluruh keresidenan Tapanuli
dihapuskan dan beberapa Demang yang mengepalai distrik-distrik sebelumnya
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
diperbantukan ke kantor Controleur masing-masing dan disebut namanya Demang Terbeschingking. Dengan penghapusan ini para Asisten Demang yang ada di kantor
Demang itu ditetapkan menjadi Asisten Demang di Onder Distrik bersangkutan. Kemudian tiap Onder Distrik membawahi beberapa negeri yang dipimpin
oleh seorang kepala negeri yang disebut Negeri Hoofd. Pada waktu berikutnya diubah dan dilaksanakan pemilihan, tetapi tetap memperhatikan asal usulnya. Negeri-negeri
ini terdiri dari beberapa kampung, yang dipimpin seorang kepala kampung yang disebut Kampung Hoafd dan juga diangkat serupa dengan pengangkatan Negeri
Hoofd. Negeri dan Kampung Hoofd statusnya bukan pegawai negeri, tetapi pejabat- pejabat yang berdiri sendiri di negerikampungnya. Mereka tidak menerima gaji dari
pemerintah tetapi dari upah pungut pajak dan khusus Negeri Hoofd menerima tiap- tiap tahun upah yang disebut Yoarliykse Begroting.
Tugas utama Negeri dan Kampung Hoofd ialah memelihara keamanan dan ketertiban, memungut pajakblastingrodi dari penduduk NegeriKampung masing-
masing. Blastingrodi ditetapkan tiap-tiap tahun oleh Kontraleur sesudah panen padi. Pada waktu pendudukan tentara Jepang Tahun 1942-1945 struktur
pemerintahan di Tapanuli Utara hampir tidak berubah, hanya namanya yang berubah seperti :
1. Asistent Resident diganti dengan nama Gunseibu dan menguasai seluruh tanah
Batak dan disebut Tanah Batak Sityotyo. 2.
Demang-demang Terbeschiking menjadi Guntyome memimpin masing-masing wilayah yang disebut Gunyakusyo.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
3. Asisten Demang tetap berada di posnya masing-masing dengan nama Huku
Guntyo dan kecamatannya diganti dengan nama Huku Gunyakusyo. 4.
Negeri dan Kampung Hoofd tetap memimpin negerikampungnya masing-masing dengan mengubah namanya menjadi Kepala Negeri dan Kepala Kampung.
Sesudah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, pemerintah mulai membentuk struktur pemerintahan baik di pusat dan
di daerah. Dengan diangkatnya Dr. Ferdinand Lumbantobing sebagai Residen Tapanuli, disusunlah struktur pemerintahan dalam negeri di Tapanuli khususnya di
Tapanuli Utara sebagai berikut : a.
Nama Afdeling Batak Landen diganti menjadi Luhak Tanah Batak dan sebagai Luhak pertama diangkat Cornelis Sihombing. Nama Budrafdeling diganti
menjadi Urung dipimpin Kepala Urung, Para Demang memimpin Onder Afdeling sebagai Kepala Urung.
b. Onder Distrik diganti menjadi Urung kecil dan dipimpin Kepala Urung Kecil
yang dulu disebut Asisten Demang. Selanjutnya dalam waktu tidak begitu lama terjadi perubahan, nama Luhak
diganti menjadi kabupaten yang dipimpin Bupati, Urung menjadi Wilayah yang dipimpin Demang, serta Urung Kecil menjadi Kecamatan yang dipimpin oleh Asisten
Demang. Pada tahun 1946 Kabupaten Tanah Batak terdiri dari 5 lima wilayah yaitu
Wilayah Silindung, Wilayah Humbang, Wilayah Toba, Wilayah Samosir dan Wilayah Dairi yang masing-masing dipimpin oleh seorang Demang. Kecamatan-
kecamatan tetap seperti yang ditinggalkan Jepang.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Pada Tahun 1947 terjadi Agresi I oleh Belanda dimana Belanda mulai menduduki daerah Sumatera Timur, maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
strategis dan untuk memperkuat pemerintahan dan pertahanan, Kabupaten Tanah Batak dibagi menjadi 4 empat kabupaten. Wilayah menjadi kabupaten dan
memperbanyak kecamatan. Pada tahun 1948 terjadi Agresi II oleh Belanda, untuk mempermudah
hubungan sipil dan tentara republik, maka pejabat-pejabat pemerintahan sipil dimiliterkan dengan jabatan Bupati Militer, Wedana Militer dan Camat Militer.
Untuk mempercepat hubungan dengan rakyat, kewedanaan dihapuskan dan para camat langsung secara administratif ke Bupati.
Setelah Belanda meninggalkan Indonesia pada pengesahan kedaulatan, pada permulaan tahun 1950 di Tapanuli di bentuk Kabupaten baru yaitu Kabupaten
Tapanuli Utara dulu Kabupaten Batak, Kabupaten Tapanuli Selatan dulu Kabupaten Padang Sidempuan, Kabupaten Tapanuli Tengah dulu Kabupaten
Sibolga dan Kabupaten Nias dulu Kabupaten Nias. Dengan terbentuknya kabupaten ini, maka kabupaten-kabupaten yang dibentuk pada tahun 1947
dibubarkan. Disamping itu di tiap kabupaten dibentuk badan legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Sementara yang anggotanya dari anggota partai politik setempat.
Mengingat luasnya wilayah Kabupaten Tapanuli Utara meliputi Dairi pada waktu itu, maka untuk meningkatkan daya guna pemerintahan, pada tahun 1956
dibentuk Kabupaten Dairi yang terpisah dari Kabupaten Tapanuli Utara. Salah satu
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
upaya untuk mempercepat laju pembangunan ditinjau dari aspek pertumbuhan ekonomi daerah, pemerataan hasil-hasil pembangunan dan stabilitas keamanan adalah
dengan jalan pemekaran wilayah. Pada tahun 1998 Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan menjadi dua
Kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Toba Samosir sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten
Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal. Kemudian pada tahun 2003 Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan kembali
menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan sesuai dengan Undang-undang No.9 Tahun 2003 tentang Pembentukan
Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan.
Sebagaimana uraian singkat sejarah perkembangan Pemerintah Republik Indonesia, di Kabupaten Tapanuli Utara diawali dengan tertibnya Besluit No. 1 dari
Residen Tapanuli Dr. Ferdinan lumbantobing pada tgl. 5 Oktober 1945 yang memuat Pembentukan Daerah Tapanuli dan pengangkatan kepala-kepala Luhak dalam daerah
Tapanuli, maka tanggal 5 Oktober ditetapkan menjadi “Hari Jadi” Kabupaten Tapanuli Utara sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara No. 5
Tahun 2003. Setelah Kabupaten Tapanuli Utara berpisah dengan Kabupaten Humbang
Hasundutan jumlah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara menjadi 15 kecamatan.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Kecamatan yang masih tetap dalam Kabupaten Tapanuli Utara yaitu Kecamatan Parmonangan, Kecamatan Adiankoting, Kecamatan Sipoholon, Kecamatan Tarutung,
Kecamatan Siatas Barita, Kecamatan Pahae Jae, Kecamatan Purbatua, Kecamatan Simangumban, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Pangaribuan, Kecamatan Garoga,
Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Pagaran, dan Kecamatan Muara.
Mulai terbentuknya daerah Kabupaten Tapanuli Utara, secara berkesinambungan dipimpin oleh Bupati yang merupakan putra daerah sendiri.
Sampai tahun 2010 tercatat sebanyak 22 orang Bupati yang memimpin Kabupaten Tapanuli Utara yakni :
Tabel 2. Nama Bupati Kabupaten Tapanuli Utara dan Masa Bhakti No
Nama Bupati Masa Bhakti
1. C. Sihombing
1945 - 1946
2. H.F Situmorang
1946 - 1947
3. H.F Situmorang
1947 - 1949
4. F. Siagian
1947 – 1949
5. R.P.N Lumbantobing
1947 - 1949 6.
P. Manurung 1947 - 1949
7. F. Pasaribu
1950 - 1953 8.
M. Purba 1954 - 1956
9. H.F. Situmorang
1956 – 1958 10.
B. Manurung 1958
11. S.M. Simanjuntak
1958 - 1963 12.
E. Sibuea 1963 - 1966
13. Drs. P. Simanjuntak
1966 - 1967 14.
A.V. Siahaan 1967 - 1968
15. Letkol M.S.M. Sinaga
1968 - 1979 16.
Drs. S. Sagala 1979 – 1984
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
17. Drs. G. Sinaga
1984 - 1989 18.
Lundu Panjaitan , SH 1989 – 1994
19. Drs. T.M.H. Sinaga
1994 - 1999 20.
Drs. R.E Nainggolan, MM 1999 - 2004
21. Torang Lumbantobing
2004 – 2009 22.
Torang Lumbantobing 2009 - 2014
Sumber : BPS Kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli Utara Dalam Angka 2010
Sama halnya dengan Lembaga Eksekutif, pada Lembaga Legislatif dapat pula diketahui bahwa putra daerah yang telah menjadi Ketua DPRD Tapanuli Utara
adalah:
Tabel 3. Nama Ketua DPRD Kabupaten Tapanuli Utara dan Masa Bhakti No
Nama Ketua DPRD Masa Bhakti
1. S.P. Lumbantobing
1950 - 1952 2.
S.M. Simanjuntak 1952 - 1955
3. W. Lumbantobing
1955 - 1958 4.
S.M. Simanjuntak 1958 - 1963
5. E. Sibuea
1963 - 1966 6.
S. Simanjuntak 1966 - 1967
7. P. Hutajulu
1967 - 1971 8.
S. Tarigan 1971 - 1977
9. C. Sinaga
1977 – 1982 10.
W.T. Simatupang 1982 - 1987
11. F. Sianturi
1987 - 1992 12.
Ir. M. Loebis 1992 - 1997
13. Drs. S.F.M. Situmorang
1997 – 1999 14.
Torang Lumban Tobing 1999 - 2004
15. FL. Fernando Simanjuntak,SH, MBA
2004 – 2009 16.
FL. Fernando Simanjuntak,SH, MBA 2009 – 2014
Sumber : BPS Kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli Utara Dalam Angka 2010
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Tapanuli Utara merupakan daerah yang cukup terkenal di kawasan Nusantara, terutama karena potensi alam dan sumber daya manusianya. Potensi alam
antara lain luasnya lahan kering untuk dijadikan persawahan baru dengan membangun irigasi. Sebahagian perairan Danau Toba yang dimiliki dan sungai yang
cukup banyak untuk dimanfaatkan potensinya untuk irigasi, pengembangan perikanan maupun pembangkit tenaga listrik. Keindahan alam dengan panorama khususnya
Pulau Sibandang di kawasan Danau Toba di Kecamatan Muara, dan wisata rohani Salib Kasih. Kekayaan seni budaya asli merupakan potensi daerah dalam upaya
mengembangkan kepariwisataan nasional. Potensi lain terdapat berbagai jenis mineral seperti kaolin, batu gamping,
belerang, batu besi, mika, batubara, panas bumi dan sebagainya. Potensi sumber daya manusia sudah tidak diragukan lagi bahwa cukup banyak putera-puteri Tapanuli yang
berjasa baik di pemerintahan, dunia usaha dan sebagainya. Sesuai dengan potensi yang dimiliki, maka tulang punggung perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara
didominasi oleh sektor pertanian khususnya pertanian tanaman pangan dan perkebunan rakyat, menyusul sektor perdagangan, pemerintahan, perindustrian dan
pariwisata. Pada era informasi dan globalisasi peranan pemerintah maupun pihak swasta semakin nyata dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah di berbagai
sektorbidang sehingga pendapatan masyarakat semakin meningkat.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
4.1.2 Jumlah Kecamatan, DesaKelurahan dan Aparatur Pemerintahan Daerah
Secara administrative Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara terdiri dari 15 Kecamatan yang terbagi dalam 241 Desa dan 11 Kelurahan, dengan jarak yang
bervariasi dari ibu kota kabupaten, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4. Ibukota Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah DesaKelurahan
No Kecamatan
Ibukota Kecamatan Jarak dari
Ibukota Kab. Km
Luas Area Km
2
Jlh Desa
Jlh Kelurahan
1. Parmonangan
Parmonangan 58
257,35 14
- 2.
Adiankoting Adiankoting
26 502,90
16 -
3. Sipoholon
Sipoholon 6
189,20 13
1 4.
Tarutung Tarutung
107,68 24
7 5.
Siatas Barita Simorangkir
4 92,92
12 -
6. Pahae Julu
Onan Hasang 22
165,90 18
1 7.
Pahae Jae Sarulla
42 203,20
12 1
8. Purbatua
Parsaoran Janji Angkola
52 191,80
11 -
9. Simangumban
Simangumban 50
150,00 8
- 10.
Pangaribuan Pangaribuan
48 459,25
26 -
11. Garoga
Garoga 76
567,58 13
- 12.
Sipahutar Sipahutar
26 408,22
25 -
13. Siborongborong
Siborongborong 26
279,91 20
1 14.
Pagaran Sipultak
26 138,05
14 -
15. Muara
Muara 43
73,75 15
-
Tapanuli Utara 3.793,11
241 11
Keterangan : Tidak termasuk luas Danau Toba 6,60 km²
Sumber : Diolah dari data BPS Kabupaten Tapanuli Utara dan Bagian Pemerintahan
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, tahun 2010.
Dari data tersebut terlihat bahwa kecamatan terjauh dari ibu kota kabupaten adalah Kecamatan Garoga 76 km sekaligus merupakan kecamatan yang memiliki
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
wilayah paling luas 567,58 km², sedangkan kecamatan yang memiliki wilayah paling kecil adalah Kecamatan Muara 73,75 km². Jumlah desakelurahan yang
terbanyak terdapat di Kecamatan Tarutung 24 desa dan 7 kelurahan, sedangkan jumlah desa yang paling sedikit terdapat di Desa Simangumban 8 desa.
Sampai dengan akhir tahun 2009, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara mempunyai pegawai sebanyak 6.658 personil yang tersebar pada dinasinstansi
dengan komposisi sebagai berikut : Golongan I sebanyak 101 orang, Golongan II sebanyak 1.881 orang, Golongan III sebanyak 3.020 orang, dan Golongan IV
sebanyak 1.656 orang. Dari komposisi pegawai berdasarkan golongan tersebut terlihat bahwa,
persentase pegawai golongan III adalah yang paling banyak, yaitu 45,35 dari jumlah pegawai. Sementara persentase pegawai yang paling sedikit adalah pegawai
yang bergolongan I, yaitu sebesar 1.52 dari jumlah pegawai.
4.1.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tapanuli Utara, jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2010 sebanyak 312.991
jiwa. Berdasarkan data kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara, jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Siborong-borong, yaitu 47.879 jiwa diikut i
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Tarutung sebanyak 41.850 jiwa. Sedangkan Kecamatan dengan jumlah penduduk terendah adalah Kecamatan Simangumban sebanyak 7.981 jiwa.
Salah satu ciri penduduk Tapanuli Utara adalah penyebaran penduduk yang tidak merata antara satu kecamatan dengan kecamatan lainnya. Kecamatan Tarutung
sebagai ibu kota Tapanuli Utara dengan luas wilayah 107,68 Km² dihuni kira-kira 388,65 jiwa per kilometer dengan penyebaran penduduk 13,00 persen dari jumlah
total penduduk di Tapanuli Utara. Jika dibandingkan dengan Kecamatan Garoga dengan luas wilayah 567,58 Km², hanya dihuni kira-kira 29,88 jiwa per kilometer
dengan penyebaran pendududuk 5,42 persen dari jumlah total penduduk yang ada. Ditinjau dari penyebaran penduduk berdasarkan luas daerah, kepadatan
penduduk di Tapanuli Utara pada tahun 2010 masih tergolong rendah, yaitu 82,52 jiwa per km². Berarti tiap km² dihuni oleh pendududuk sebanyak 82,52 jiwa. Tingkat
kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Garoga, yaitu 29,88 jiwa pada tiap km². Berikut adalah tabel kepadatan penduduk tiap-tiap kecamatan di Kab. Tapanuli Utara.
Tabel 5. Luas Wilayah, Rumah Tangga, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
No Kecamatan
Rumah Tangga
Penduduk Luas
km² Kepadatan
1. Parmonangan 4,063
16,640 257,35
64,66 2. Adiankoting
4,142 15,286
502,90 30,40
3. Sipoholon 7,751
26,917 189,20
142,27 4. Tarutung
9,568 41,850
107,68 388,65
5. Siatas Barita 3,752
14,137 92,92
152,15
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
6. Pahae Julu 3,557
14,063 165,90
84,77 7. Pahae Jae
3,219 11,872
203,20 58,43
8. Purbatua 2,566
9,518 191,80
49,63 9. Simangumban
2,027 7,981
150,00 53,21
10. Pangaribuan 7,900
28,726 459,25
62,55 11. Garoga
3,734 16,957
567,58 29,88
12. Sipahutar 7,137
29,285 408,22
71,74 13. Siborongborong
12,132 47,879
279,91 171,06
14. Pagaran 4,094
17,201 138,05
124,60 15. Muara
3,451 14,679
73,75 199,03
Tapanuli Utara 79,093
312,991 3.793.11
82,52
Sumber : Diolah dari Tapanuli Utara Dalam Angka 2010 dan Dinas Duk Catpil Taput Tahun 2010
Berdasarkan pengelompokan umur, menurut BPS Tapanuli Utara 2010 penduduk Tapanuli Utara terdiri dari 12,04 usia balita, 12,64 anak-anak 5-9
tahun, 14,00 remaja 10-14 tahun, 11,89 manusia usia lanjut manula. Dari struktur umur, penduduk Tapanuli Utara yang termasuk dalam kategori usia produktif
yaitu yang berumur 15 sampai 54 tahun sebanyak 49,43 dari jumlah penduduk. Penduduk Tapanuli Utara sebagian besar hidup dari sektor pertanian atau sekitar
85,14 dari total penduduk. Rasio jenis kelamin Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2010 sebesar 98,66 ini
berarti bahwa jumlah penduduk perempuan di Tapanuli Utara lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki-laki. Pada tahun 2010, jumlah penduduk laki-laki sebanyak
155.435 jiwa dan perempuan 157.558 jiwa. Secara umum perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan hampir mendekati satu, yaitu 0,99 yang berarti
setiap 100 jiwa penduduk perempuan, jumlah penduduk laki-laki 99 jiwa. Data itu
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa penduduk perempuan lebih banyak dari pada laki-laki, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut ini :
Table 6. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin No
Kecamatan Laki-Laki
Perempuan Jumlah
Rasio Jenis Kelamin
1. Parmonangan 8,298
8,342 16,640
99,47 2. Adiankoting
7,615 7,671
15,286 99,27
3. Sipoholon 13,516
13,401 26,917
100,85 4. Tarutung
20,563 21,281
41,850 96,62
5. Siatas Barita 6,914
7,223 14,137
95,72 6. Pahae Julu
6,920 7,143
14,063 96,88
7. Pahae Jae 5,693
6,179 11,872
92,13 8. Purbatua
4,715 4,803
9,518 98,17
9. Simangumban 3,895
4,086 7,981
95,32 10. Pangaribuan
14,162 14,564
28,726 97,23
11. Garoga 8,556
8,403 16,957
101,84 12. Sipahutar
14,719 14,566
29,285 101,06
13. Siborongborong 24,112
23,767 47,879
101,46 14. Pagaran
8,626 8,575
17,201 100,60
15. Muara 7,131
7,548 14,679
94,48
Tapanuli Utara 155,435
157,558 312,991
98,66
Sumber : Diolah dari Data BPS Kab. Tapanuli Utara dan Dinas Duk Catpil Tapanuli tahun 2010
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari laki-laki terdapat di 10 sepuluh kecamatan, yaitu Kecamatan Parmonangan, Kecamatan Adiankoting,
Kecamatan Tarutung, Kecamatan Siata Barita, Kecamatan Pahae Jae, Kecamatan Purbatua, Kecamatan Simangumban, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan
Pangaribuan, dan Kecamatan Muara. Sementara jumlah penduduk perempuan yang lebih sedikit dari laki-laki terdapat di 5 lima kecamatan, yaitu Kecamatan
Sipoholon, Kecamatan Garoga, Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Siborong-Borong, dan Kecamatan Pagaran.
Petunjuk menarik dari komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Tapanuli Utara adalah penduduk perempuan lebih dominan pada usia produktif
dibadingkan dengan laki-laki. Keadaan itu tentunya akan membentuk pola kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang banyak memberikan peran lebih kepada kaum
perempuan. Di Kabupaten Tapanuli Utara kerukunan antara umat beragama terjalin
dengan sangat baik. Mayoritas penduduk daerah ini memeluk agama kristen protestan. Sarana ibadah umat beragama di kabupaten Tapanuli Utara pada tahu 2009
adalah sebagai berikut: gereja protestan 899 unit, gereja katolik 76 unit, mesjid 61 unit, dan langgarsurau 13 unit.
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa mayoritas penduduk Tapanuli Utara adalah petani dengan produksi utama berupa padi, kopi, kacang tanah, nenas, sayur-
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
mayur, kemenyan dan andaliman. Namun meskipun lahan pertanian tergolong luas, tetapi jumlah penduduk miskin di Tapanuli Utara cukup signifikan, seperti
ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 7. Jumlah Rumah Tangga dan Anggota Rumah Tangga Miskin
No Kecamatan
RT Miskin Anggota
RT Miskin Penduduk
Penduduk Miskin
1. Parmonangan
1.060 4.357
16,640 26,18
2. Adian Koting
1.331 5.833
15,286 38,16
3. Sipoholon
1.628 6.608
26,917 24,55
4. Tarutung
1.943 8.447
41,850 20,18
5. Siatas Barita
744 3.098
14,137 21,91
6. Pahae Julu
1.150 4.484
14,063 31,89
7. Pahae Jae
1.074 4.100
11,872 35,54
8. Purbatua
719 2.656
9,518 27,91
9. Simangumban
768 3.228
7,981 40,45
10. Pangaribuan 1.569
6.769 28,726
23,56 11. Garoga
1.725 7.100
16,957 41,87
12. Sipahutar 1.812
7.644 29,285
26,10 13. Siborong-borong
2.241 10.437
47,879 21,80
14. Pagaran 862
3.911 17,201
22,74 15. Muara
1.019 4.100
14,679 27,93
Tapanuli Utara 19.645
82.772 312,991
26,45
Sumber : Diolah dari Tapanuli Utara Dalam Angka 2010 dan data Dinas Duk Catpil tahun 2010
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa jumlah penduduk miskin di Tapanuli Utara sebanyak 82.772 jiwa atau 26,45 dari jumlah penduduk. Jumlah penduduk
miskin yang paling banyak dijumpai di Kecamatan Garoga dengan jumlah 7.100 jiwa 41,87 dan jumlah penduduk miskin paling sedikit dijumpai di Kecamatan
Tarutung dengan jumlah 8.447 jiwa 20,18 .
4.1.4 Kondisi Sosial Budaya
Falsafah Batak Dalian Na Tolu tiga tungku berbunyi Somba Marhula-hula artinya pihak suami hormat kepada saudara pihak istri, Manat Mardongan Tubu
artinya sifat membujuk kepada saudara perempuan. Konsep Dalihan Na Tolu yang merupakan hasil kompromi dan kesepakatan
nenek moyang orang batak untuk menjadikan satu komunitas orang batak dapat hidup secara sosial dengan orang batak lainnya pada waktu itu. Ompunta Naparjolo
Martungkot Sialagunde, Adat Napinungka ni Naparjolo Sipaihut-ihut on ni na Parpudi, artinya tatanan adat yang dibuat nenek moyang kita yang dahulu
ditunjukkan buat generasi berikutnya yang mana nenek moyang kita pada waktu itu
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
menganggap itulah hal terbaik yang bisa mereka teruskan pada generasi muda nantinya kelak dengan tujuan menjadi kebiasaan yang baik. Dalihan Na Tolu
menjadi pedoman bermasyarakat dalam kehidupan sehari-hari orang batak, terutama pada pesta-pesta adat, seperti upacara adat perkawinan, kelahiran,
meninggal dunia dan lain-lain. Mayoritas penduduk Kabupaten Tapanuli Utara merupakan suku Batak Toba
dan beragama Kristen Protestan. Perkembangan zaman dan datangnya agama berpengaruh kepada adat dan budaya batak. Salah satu yang paling berpengaruh
untuk merubah adat dan budaya batak adalah datangnya Nomensen sebagai missionaris ke Tanah Batak dengan membawa kabar sukacita akan pentingnya
keselamatan akhirat. Dengan adanya penginjil turut serta memperbaiki struktur yang ada pada masa itu, merubah paradigma lama menjadi orang batak yang mengenal
tuhan dan mengetahui pentingnya keselamatan. Tak kalah pentingnya adalah adanya pengajaran akan ilmu pengetahuan,
pertanian dan kesehatan. Hasilnya dapat kita lihat sekarang ini. Suku Batak Toba mementingkan arti pendidikan seiring dengan perkembangan jaman akan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Anakhon hi do hamoraon di au anakku adalah kekayaanku orang tua orang batak berlomba untuk memajukan anaknya dengan
sekolah agar nanti kelak dapat kemajuan dan pendidikan yang terbaik dengan berbagai usaha tenaga dan pikiran.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Menarik juga untuk diperhatikan beberapa nilai yang paling menonjol pada orang batak toba diantaranya konflik dan uhum. Konflik dalam hal ini jangan lah
diartikan secara negatif. Sosialisasi nilai konflik pada orang Batak Toba telah berlangsung sejak dini. Terbiasa mendengar, melihat dan terlibat dalam konflik di
dalam keluarga. Keluarga batih sebagai sekolah pertama dan utama dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan membentuk menjadi manusia yang terbiasa
konflik. Sosialisasi konflik seumur hidup itu mendidik orang Batak Toba menjadi
sangat peka dan trampil menyelesaikan konflik. Mekanisme penyelesaian konflik telah ada dalam tatanan hubungan antara manusia di kalangan orang Batak Toba.
Pelajaran yang dapat diambil dari kebiasaan itu ialah cara berfikir yang cepat dan tepat dalam mencari berbagai argumentasi dan pilihan skala prioritas. Oleh karena itu
konflik bukanlah aib bagi orang Batak Toba. Itu telah terbukti dalam kehidupan modern sekarang ini.
Sangat menarik jika kita mencoba menyelami apresiasi orang Batak Toba terhadap nilai hukum dengan menelaah suatu ungkapan yang terkenal, Togu Urat Ni
Bulu, Toguan Urat Ni Padang. Togu Hata Ni Uhum, Toguan Hata Ni Padan. Artinya, walaupun kuat akar bambu, lebih kuat lagi akar ilalang. Walaupun kuat
keputusan hukum, lebih kuat lagi keputusan janji.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Penghayatan masalah-masalah hukum seperti ini memberi peluang peda keterampilan menyelesaikan kasus hukum dengan senantiasa mencari celah-celah
yang dapat melemahkan atau menguatkan sesuatu argumentasi dengan mengetengahkan argumentasi lain. Begitulah bidang ini menjadi bagian yang paling
menarik perhatian orang Batak Toba, karena sangat terbuka peluang untuk beragumentasi, beradu taktik dan strategi yang semuanya masuk akal dan sah.
4.1.5 Kondisi Sosial Ekonomi
Menurut BPS Taput 2010, perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan. Hal yang menarik untuk disimak adalah
semakin menurunnya konstribusi sektor pertanian dibandingkan sektor non pertanian. Konstribusi sektor pertanian pada Tahun 2008 mencapai 55,59 menjadi 54,74
pada Tahun 2009. Sementara itu sektor perdagangan, hotel dan restoran memberi konstibusi sebesar 14,38 sektor jasa-jasa 13,91 dan bangunan memberikan
konstribusi sebesar 6,22 . Sedangkan sisanya sebesar 16,97 disumbangkan oleh 6 sektor yang lainnya, dimana sektor penyumbang terkecil adalah sektor pertambangan
dan penggalian yaitu sebesar 0,13 . Sektor pertanian masih merupakan sektor penyumbang terbesar dimana hal ini di sebabkan hampir ± 85,14 masyarakat
Tapanuli Utara hidup dari sektor pertanian, sedangkan PNS sekitar 2,12 .
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
4.1.6 Pendidikan
Dikabupaten Tapanuli Utara terdapat sebanyak 390 unit SDMI dengan jumlah guru sebanyak 3.232 orang dan murid sebanyak 46.388 orang. Sementara itu
jumlah SLTPMTs sebanyak 74 unit dengan jumlah guru sebanyak 1.405 orang dan jumlah murid sebanyak 21.091 orang. Pada tahun yang sama jumlah SMUMA
adalah sebanyak 23 unit, jumlah guru sebanyak 679 orang dan jumlah murid sebanyak 10.922 orang. Disamping itu terdapat jumlah SMK sebanyak 19 unit, guru
sebanyak 491 orang dan jumlah murid sebanyak 6.534 orang. Jumlah Universitasakademi pada tahun 2009 yang terdapat di daerah ini
sebanyak 4 buah yakni 2 Perguruan Tinggi Negeri yakni Akademi Kebidanan AKBID negeri Tarutung, dengan jumlah dosen sebanyak 25 orang dan mahasiswa
sebanyak 424 orang, dan sekolah tinggi Agama Kristen Protestan Negeri STAKPN Tarutung dengan jumlah dosen sebanyak 63 orang dan jumlah mahasiswa sebanyak
445 orang serta 2 Perguruan Tinggi Swasta Akademi Keperawatan Tarutung dengan jumlah Dosen 12 orang dan mahasiswa sebanyak 175 orang dan universitas Tapanuli
UNITA dengan jumlah dosen sebanayak 99 orang dan mahasiswa sebanyak 4.868 orang.
4.1.7 Kondisi Sosial Politik
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Kondisi sosial politik di Kabupaten Tapanuli Utara cukup dinamis. Hal ini terlihat dari jumlah partai politik dan penyebaran perolehan kursi untuk setiap partai
politik pada Pemilu 2004 dan Pemilu 2009. Berikut ditunjukkan perolehan kursi partai politik pada Pemilu 2004 dan Pemilu 2009 :
Tabel 8. Daftar Perolehan Suara Sah Partai Politik Yang Memperoleh Kursi Pada Pemilihan Umum Tahun 2004 di Kabupaten Tapanuli Utara
No Partai Politik
Jumlah Kursi
Suara Sah
1. Partai Nasional Indonesia Marhaenisme
2 4.135
2. Partai Buruh Sosial Demokrat
3 7.012
3. Partai Perhimpunan Indonesia Baru
3 11.569
4. Partai Demokrat
1 4.119
5. Partai Keadilan dan Persatuan Indoneisa
3 7.486
6. Partai Amanat Nasional
1 3.493
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
7. Partai Karya Peduli Bangsa
1 2.199
8. Partai Kebangkitan Bangsa
1 4.853
9. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
6 23.540
10. Partai Damai Sejahtera
2 8.544
11. Partai Golongan Karya
5 21.353
12. Partai Patriot Pancasila
2 4.015
Tapanuli Utara 30
102.318
Sumber : KPU Kabupaten Tapanuli Utara
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 24 partai politik peserta Pemilu 2004, terdapat 12 partai politik yang memperoleh kursi dengan total 30 kursi di DPRD
Kabupaten Tapanuli Utara dengan jumlah suara sah untuk keseluruhan partai politik yang memperoleh kursi sebanyak 102.318. Berbeda dengan Pemilu pada jaman orde
baru, pada pemilu ini tidak ada partai politik yang meraih suara mayoritas mutlak. Adapun partai politik peraih suara terbanyak adalah Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan PDIP dengan jumlah 6 kursi 20 disusul Partai Golongan Karya P. Golkar dengan jumlah 5 kursi 16,67 . Tetapi meski jumlah kursi PDIP lebih
besar, yang terpilih menjadi Ketua DPRD pada periode ini adalah dari Partai Golkar. Demikian juga halnya pada Pemilu 2009, perolehan kursi untuk tiap partai
politik juga menyebar dan tidak ada yang mayoritas mutlak, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 9. Jumlah Anggota DPRD Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2009
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Menurut Partai dan Jenis Kelamin No
Partai Jumlah
Kursi Suara
Sah
1. Partai Hati Nurani Rakyat
3 8.472
2. Partai Karya Peduli Bangsa
2 6.448
3. Partai Peduli Rakyat Nasional
2 5.691
4. Partai Gerakan Indonesia Raya
2 3.572
5. Partai Barisan Nasional
1 3.590
6. Partai Perjuangan Indonesia Baru
1 3.414
7. Partai Persatuan Daerah
1 2.822
8. Partai Kebangkitan Bangsa
3 8.481
9. Partai Demokrasi Pembaharuan
1 5.308
10. Partai Matahari Bangsa 1
2.142 11. Partai Golkar
3 13.116
12. Partai Damai Sejahtera 2
3.623 13. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
3 9.531
14. Partai Patriot 2
5.108 15. Partai Demokrat
3 12.595
16. Partai Indonesia Sejahtera 2
4.669 17. Partai Merdeka
1 3.261
18. Partai Buruh 2
4.355
Tapanuli Utara 35
106.198
Sumber : KPU Kabupaten Tapanuli Utara
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 38 Partai Politik Peserta Pemilu, terdapat 18 Partai Politik yang memperoleh kursi dengan total 35 kursi DPRD Kabupaten
Tapanuli Utara dengan jumlah suara sah untuk keseluruhan partai politik yang memperoleh kursi sebesar 106.198 suara. Jumlah kursi terbanyak diraih oleh 5 partai
politik dengan jumlah kursi masing-masing adalah 3 kursi, yaitu: Partai Golkar, Partai Demokrat, PDIP, Hanura dan PKB.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Tingkat partisipasi masyarakat untuk berperan aktif dalam mensukseskan Pemilu di Kabupaten Tapanuli Utara tergolong tinggi. Hal ini dapat dilihat pada
beberapa pelaksanaan Pemilu seperti ditunjukkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 10. Rekapitulasi Jumlah Pemilih yang Memberikan Suara Dengan Jumlah Daftar Pemilih Tetap DPT
No Jenis Pemilihan Umum
Jumlah DPT
Jlh Pemilih Yang Memberikan
Suara Pemilih
1. Pemilu Legislatif 2004 147.482
89.618
60,77
2. Pemilu Presiden 2004 Putaran I 154.832
114.320 73,83
3. Pemilu Presiden 2004 Putaran II 153.383
108.955 71,03
4. Pilkada 27 Oktober 2008 181.120
138.176 76,29
5. Pilkada 13 Pebruari 2009 ulang
177.209 134.575
75,94
6. Pemilu Legislatif 2009 184.358
140.052 79,97
7. Pemilu Presiden Tahun 2009 183.485
119.985 65,39
Sumber : Diolah dari Data KPU Kabupaten Tapanuli Utara Dari tabel di atas terlihat bahwa persentase masyarakat yang memberikan
suaranya pada setiap pemilu tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Tapanuli Utara telah memberikan hak politiknya pada setiap
pemilu.
4.1.8 Pilkada Langsung Tahun 2008 dan 2009
Pilkada langsung di Tapanuli Utara terlaksana 27 Oktober 2008. Pilkada ini merupakan sejarah baru proses demokrasi bagi Kabupaten Tapanuli Utara karena
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
baru kali inilah terselenggara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung oleh rakyat.
Pada Pilkada tersebut, animo masyarakat untuk berperan aktif cukup tinggi, hal ini terlihat bukan hanya dari persentase pemilih yang memberikan hak pilihnya,
tetapi juga ditunjukkan oleh jumlah pasangan calon yang relatif banyak 6 pasangan calon, di mana pasangan calon tersebut bukan hanya diusung oleh partai politik,
tetapi juga pasangan calon yang mencalonkan diri melalui jalur perseorangan, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 11. Daftar Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Pada Pilkada Kab. Tapanuli Utara Tahun 2008-2009
No. Calon Kepala Daerah
Dan Wakil Kepala Daerah
Partai PolitikGabungan Partai Politik Yang Mengajukan
Pasangan Calon Calon Independen
1. Torang Lumbantobing
dan Bangkit Parulian Silaban, SE
Partai Golongan Karya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Buruh Sosial
Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Karya Peduli Bangsa.
2. Ir. Roy Mangotang Sinaga
dan Ir. Djudjung Pangondian Hutauruk
Calon Perseorangan dengan Jumlah
Dukungan Sebanyak 16.730
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
3. Samsul Sianturi
dan Drs. Frans Anthony Sihombing, MM
Partai Damai Sejahtera, Partai Nasional Indonesia Marhaenisme, Partai Amanat
Nasional, Partai Demokrat, Partai Nasional Benteng Kemerdekaan
4. Ir. Sanggam Hutapea, MM
dan Ir. Londut Silitonga, MM
Partai Pelopor, Partai Penegak Demokrasi Indonesia, Partai Persatuan Demokrasi
Kebangsaan, Partai Merdeka, Partai Serikat Indonesia, Partai Perhimpunan Indonesia
Baru.
5. Drs. Wastin Siregar
dan Ir. N. Soaloon Silitonga, MBA
Calon Perseorangan dengan Jumlah
Dukungan Sebanyak 15.556
6. Ir. Edward Sihombing
dan Drs. Alpa Simanjuntak, MPd
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, Partai Patriot Pancasila.
Sumber : KPU Kabupaten Tapanuli Utara
Dari tabel di atas terlihat bahwa, terdapat 6 enam jumlah pasangan calon, 4 empat diantaranya diusung oleh partai politik, dan 2 dua pasangan calon melalui
jalur perseorangan. Perolehan suara masing-masing pasangan calon dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 12. Perolehan Suara Sah Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara 27 Oktober 2008
No Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
SUARA SAH
1.
Torang Lumbantobing dan Bangkit Parulian Silaban, SE
46.645 34.13
2.
Ir. Roy Mangotang Sinaga dan Ir. Djudjung Pangondian Hutauruk
20.300 14.85
3.
Samsul Sianturi dan Drs. Frans Anthony Sihombing, MM
31.800 23.27
4.
Ir. Sanggam Hutapea, MM dan Ir. Londut Silitonga, MM
20.465 14.97
5.
Drs. Wastin Siregar dan Ir. N. Soaloon Silitonga, MBA
5.067 3.71
6.
Ir. Edward Sihombing dan Drs. Alpa Simanjuntak, MPd
12.387 9.06
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
JUMLAH 136.664
100
Sumber : KPU Kabupaten Tapanuli Utara
Sebagaimana ditunjukkan dalam tabel di atas, Pilkada ini telah menghasilkan pasangan Torang LumbantobingBangkit Parulian Silaban, SE sebagai calon terpilih.
Namun karena merasa tidak puas dengan hasil Pilkada tersebut, pasangan calon nomor urut 2 Ir. Roy Mangotang SinagaIr. Djudjung Pangondian Hutauruk, dkk
mengajukan permohonan gugatan ke Mahkamah Konstitusi MK. Setelah melalui proses persidangan, Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia melalui putusan Nomor 49PHPU.D-VI2008 tanggal 16 Desember 2008 memerintahkan KPU Kabupaten Tapanuli Utara untuk melaksanakan pemungutan
suara ulang paling lama 60 enam puluh hari sejak dibacakannya putusan, di 14 empat belas kecamatan dari 15 lima belas kecamatan se Kabupaten Tapanuli
Utara. Selanjutnya sesuai dengan putusan MK, KPU Tapanuli Utara menggelar
pemungutan suara ulang pada 13 Pebruari 2009, dan diperoleh hasil sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 13. Perolehan Suara Sah Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara 13 Pebruari 2009
No Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
SUARA SAH
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
1.
Torang Lumbantobing dan Bangkit Parulian Silaban, SE
51.453 38.62
2.
Ir. Roy Mangotang Sinaga dan Ir. Djudjung Pangondian Hutauruk
21.560 16.18
3.
Samsul Sianturi dan Drs. Frans Anthony Sihombing, MM
38.923 29.21
4.
Ir. Sanggam Hutapea, MM dan Ir. Londut Silitonga, MM
15.329 11.51
5.
Drs. Wastin Siregar dan Ir. N. Soaloon Silitonga, MBA
2.136 1.60
6.
Ir. Edward Sihombing dan Drs. Alpa Simanjuntak, MPd
3.833 2.88
JUMLAH 133.234
100
Sumber : KPU Kabupaten Tapanuli Utara
Dari hasil pemungutan suara ulang sebagaimana ditunjukkan dalam tabel tersebut di atas, terlihat bahwa tidak terjadi perubahan pemenang, bahkan perolehan
suara pada Pilkada 27 Oktober 2008 untuk pasangan nomor urut 1 Torang Lumban TobingBangkit Parulian Silaban, SE mengalami peningkatan. Pada Pilkada 27
Oktober 2008 perolehan suaranya adalah 46.645 34,13 , sedangkan pada pemungutan suara ulang tanggal 13 Pebruari 2009, perolehan suaranya meningkat
menjadi 51.453 38.62 . Dalam hal ini terjadi peningkatan sebesar 4.808 suara 4,49 . Karena jumlah perolehan suara sah telah melebihi 30 , maka sesuai
dengan Undang-undang No. 12 tahun 2008, maka pasangan
Torang LumbantobingBangkit Parulian Silaban, SE ditetapkan sebagai pasangan calon
terpilih.
89
89
Lebih rinci tentang penentuan pasangan calon terpilih dapat dilihat pada Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 107.
4.2 Deskripsi Informan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini, jumlah informan sebanyak 64 enam puluh empat orang yang dibagi ke dalam dua kelompok. Pertama adalah informan yang pencarian
informasi dilakukan dengan wawancara mendalam depth interview. Terhadap kelompok pertama ini penulis terlebih dahulu mengelompokkan ke dalam berbagai
kategori yang terdiri dari Pasangan Calon, Tim Sukses, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Akademisi, Penyelenggara, NGO, dan Pers. Jumlah informan
dalam kelompok ini sebanyak 24 dua puluh empat orang. Kedua, adalah informan yang berasal dari pemilih dan dilakukan pencarian
informasi dengan Focus Group Discussion FGD atau Diskusi Kelompok Terfokus DKT, yang dimaksudkan untuk melengkapi data dan informasi yang dilakukan
melalui wawancara mendalam. DKT ini dilakukan terhadap pemilih di 3 tiga lokasi TPS Tempat Pemungutan Suara dari 3 tiga kecamatan dengan karakteristik yang
berbeda, yaitu satu TPS yang mayoritas memilih pasangan pemenang yaitu TPS 1 Desa Aekraja Kecamatan Parmonangan 83,76 memilih pasangan pemenang
90
; satu TPS yang perolehan masing-masing pasangan calon relatif berimbang yaitu TPS
2 Desa Lumban Tonga-tonga Kecamatan Siborong-borong 23,85 memilih pasangan pemenang
91
90
Pada TPS ini, dari 314 suara sah, 263 suara memilih pasangan Torang LumbantobingBangkit Parulian Silaban,SE sedangkan pasangan calon lainnya memperoleh suara sah masing-masing sesuai no urut adalah 14;
16; 7; 0; dan 14.
91
Pada TPS ini, dari 348 suara sah, 83 suara memilih pasangan Torang LumbantobingBangkit Parulian Silaban,SE sedangkan pasangan calon lainnya memperoleh suara sah masing-masing sesuai no urut adalah 85;
95; 44; 0; dan 41.
; dan satu TPS yang paling sedikit memilih pasangan pemenang yaitu TPS 1 Desa Unte Mungkur Kecamatan Muara 0,01 memilih
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
pasangan pemenang
92
No
. Jumlah pemilih yang menjadi informan penelitian ini adalah 12-15 orang dengan komposisi yang proporsional antara laki-laki dan perempuan
sesuai dengan komposisi dalam DPT daftar pemilih tetap. Pemilihan pemilih sebagai informan dilakukan secara acak berdasarkan daftar nama yang tertera dalam
DPT. Jumlah keseluruhan informan dalam kelompok kedua ini sebanyak 40 empat puluh orang.
Adapun deskripsi dari keseluruhan informan tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 14. Deskripsi Informan Berdasarkan Kategori Kategori
Jumlah Org Persentase
1. Pasangan Calon
4 6,25
2. Tim Sukses
4 6,25
3. Tokoh Masyarakat
4 6,25
4. Tokoh Agama
3 4,69
5. Akademisi
3 4,69
6. Penyelenggara
3 4,69
7. NGO
2 3,13
8. Pers
1 1,56
9. Pemilih
40 62,50
J u m l a h 64
100
Catatan : Daftar Nama dan Identitas Informan dapat dilihat pada lampiran.
92
Pada TPS ini, dari 147 suara sah, hanya 2 suara memilih pasangan Torang LumbantobingBangkit Parulian Silaban,SE sedangkan pasangan calon lainnya memperoleh suara sah masing-masing sesuai no urut adalah 0; 47;
0; 98; dan 0.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah informan yang paling banyak adalah dari kategori pemilih, sebesar 62,50 . Namun sebenarnya hampir seluruhnya
informan tersebut di atas adalah sebagai pemilih dalam Pilkada Tapanuli Utara, hanya beberapa orang yang tidak terdaftar sebagai pemilih, yaitu dari kategori pasangan
calon, karena berdomisili di luar Tapanuli Utara, tetapi untuk melihat lebih jelas tanggapan dari masing-masing kategori, dilakukan pengelompokan. Hal ini juga
dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang lebih beragam dan berimbang.
Tabel 15. Deskripsi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin Jumlah Org
Persentase
1. Laki-laki
41 64,06
2. Perempuan
23 35,94
J u m l a h 64
100
Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah informan laki-laki sebesar 64,06 , lebih besar dari informan perempuan yang hanya 35,94 . Hal ini tidak
menggambarkan persentase jumlah penduduk atau pemilih, karena penduduk Tapanuli Utara lebih banyak perempuan dari pada laki-laki. Besarnya informan laki-
laki ini adalah secara kebetulan, karena secara kebetulan pula, selain sebagai pemilih, keterlibatan laki-laki dalam pentas Pilkada kabupaten tersebut lebih besar.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Tabel 16. Deskripsi Informan Berdasarkan Penghasilan No
Penghasilan Jumlah
Persentase
1. 1.000.000 jt
37 57,81
2. 1.000.000 – 2.000.000
2 3,13
3. 2.000.000 – 3.000.000
4 6,25
4. 3.000.000 – 4.000.000
4 6,25
5. 4.000.000 – 5.000.000
12 18,75
6. 5.000.000
5 7,81
J u m l a h 64
100
Dari tabel di atas terlihat bahwa mayoritas penghasilan informan berada di bawah Rp. 1.000.000, yaitu sebanyak 57,81 disusul yang berpenghasilan Rp.
4.000.000-Rp.5.000.000 sebesar 18,75 . Sedangkan jumlah informan yang berpenghasilan di atas Rp.5.000.000 adalah sebesar 7,81 . Namun demikian
penghasilan informan tersebut tidak menggambarkan penghasilan penduduk Kabupaten Tapanuli Utara, tetapi hanya secara kebetulan saja.
Tabel 17. Deskripsi Informan Berdasarkan Pendidikan No
Pendidikan Jumlah Org
Persentase
1. Tidak Sekolah
7 10,94
2. SD
18 28,12
3. SLTP
2 3,12
4. SLTA
20 31,25
5. Diploma
1 1,56
6. S-1
11 17,19
7. S-2
3 4,69
8. S-3
2 3,12
J u m l a h 64
100
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Dari tabel tersebut terlihat bahwa persentase informan yang lebih besar adalah yang berpendidikan SLTA sebesar 31,25 , kemudian disusul yang berpendidikan
SD sebesar 28,12 , sedangkan yang terkecil adalah yang berpendidikan Diploma, hanya sebesar 1,56 hanya 1 orang. Persentase pendidikan informan tersebut tidak
menggambarkan persentase pendidikan penduduk Kabupaten Tapanuli Utara, tetapi hanya secara kebetulan saja. Namun demikian hal ini menunjukkan bahwa informasi
yang didapat bersumber dari informan yang mempunyai tingkat pendidikan beragam, dari yang tidak sekolah hingga yang berpendidikan Doktor S-3.
Tabel 18. Deskkripsi Informan Berdasarkan Umur No
Umur thn Jumlah Org
Persentase
1. 20 sd 30
11 17,19
2. 31 sd 40
17 26,56
3. 41 sd 50
16 25,00
4. 51 sd 60
12 18,75
5. 61
8 12,50
J u m l a h 64
100
Dari tabel di atas terlihat bahwa mayoritas informan berusia produktif, yaitu antara 20 sampai 60 tahun dengan jumlah sebesar 87,50 , sedangkan yang berusia
kurang produktif hanya sebesar 12,50 .
Tabel 19. Deskripsi Informan Berdasarkan Agama No
Agama Jumlah Org
Persentase
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
1 Protestan
57 89,06
2 Katolik
6 9,38
3 Islam
1 1,56
J u m l a h 64
100
Dari tabel di atas terlihat bahwa mayoritas informan adalah beragama protestan, yaitu sebesar 89,06 sedangkan yang paling sedikit adalah yang beragama
Islam, sebesar 1,56 . Tetapi meskipun penduduk Kabupaten Tapanuli Utara mayoritas beragama Protestan, persentase agama informan tersebut tidak
menggambarkan persentase agama penduduk Kabupaten Tapanuli Utara.
4.3 Profil Pasangan Calon Terpilih 4.3.1 Profil Torang Lumbantobing
Torang Lumbantobing lahir di Tarutung 53 tahun yang lalu, tepatnya 15
Agustus 1958, dilahirkan oleh seorang ibu bernama Nurma Hutagalung dan ayahnya bernama Tagak Lumbantobing, dan merupakan anak ke-3 tiga dari 8 delapan
bersaudara. Dari pernikahannya dengan Elly Marsaulina Manalu, Torang
Lumbantobing dikaruniai 4 anak, 2 putra dan 2 putri. Torang Lumbantobing lulus dari SD HKI bersubsidi Tarutung tahun 1973,
dan lulus dari SMP Negeri 2 Tarutung tahun 1976, sedangkan SLTA dia tamatkan dari STM Sekolah Teknologi Menengah Negeri Pansur Napitu, Tapanuli Utara dan
lulus tahun 1980. Selama masa sekolah prestasi Torang Lumbantobing tergolong
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
“pas-pasan”. Namun pekerjaan rumah senantiasa dilakoni sejak usia sekolah dasar. Sewaktu sekolah di SD, pulang sekolah Torang melakukan pekerjan sekaligus
hobbynya memancing ikan di sungai. Setelah sekolah di SMP, Torang meninggalkan hobbynya memancing ikan
dan mulai sering main sepak bola dan mencari kayu bakar ke hutan untuk dipakai memasak di rumah. Perjalanan sepanjang sekitar 7 km dilakukannya setiap hari
sambil memilkul kayu dengan kondisi jalan tikus dan turun naik gunung. Hari libur sekolah bagi Torang bukanlah libur dari pekerjaan rumah, tetapi pekerjan mencari
dan memikul kayu bakar dilakukan lebih sering, menjadi dua kali sehari. Memasuki usia remaja, yaitu saat sekolah di STM, Torang mulai sering
mengajak teman-temannya melakukan berbagai kegiatan secara bersama-sama, seperti bermain sepak bola. Pada saat itu Torang juga menggagasi klub sepak bola,
Perseptu Persatuan Sepak Bola Pansur Napitu Tapanuli Utara yang semua pemainnya berasal dari sekolahnya STM Pansur Napitu. Torang Lumbantobing saat
itu berperan sebagai ketuanya sekaligus pelatih dan kapten. Saat itu, dengan usia yang masih belia, Torang sudah berani mengundang Klub Pardedetex, salah satu klub
sepak bola yang cukup populer saat itu di Medan untuk bertanding melawan klub binaannya di Tarutung.
Saat sekolah di STM tersebut, “bibit” kepemimpinan sudah mulai tampak pada sosok Torang, yaitu dengan sering melakukan gerakan yang “melawan”
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
berbagai kebijakan sekolah, di antaranya adalah main sepak bola saat jam belajar. Selain itu, Torang juga sering melakukan aksi menutup gerbang sekolah supaya siswa
tidak bisa masuk sekolah. Hal ini dilakukan karena pihak sekolah sering menaikkan SPP Sumbangan Pembinaan Pendidikan dan uang pembangunan secara semena-
mena.
93
Penggemar mata pelajaran matematika ini merasakan bahwa meski dirinya telah lulus STM, tetapi masih menganggap dirinya hanya lulus SMP karena tidak
mempunyai keterampilan sebagaimana layaknya tamatan STM. Hal ini selain karena Torang sering bolos dari sekolah, juga karena dirasakan kompetensi pengajar relatif
rendah. Saat itu guru di STM Pansur Napitu kebanyakan PNS dari kantor bupati yang tidak berlatang belakang guru, karena ketiadaan guru pada masa itu.
94
Pada saat sekolah, dukungan orang tua merupakan “tragedi” yang tidak dapat dilupakan Torang. Ayahnya saat itu lebih mementingkan dirinya sendiri ketimbang
memikirkan sekolah anak-anaknya. Seringkali uang sekolah tidak diberikan orang tua, sehingga ada rasa malu saat ditagih di kelas. Ironisnya, hal ini bukan karena
keadaan ekonomi yang tidak mampu, tetapi ketidak-relaan orang tua memenuhinya.
93
Wawancara dengan Torang Lumbantobing 53, calon BupatiBupati terpilih, tanggal 26 September 2011, di Kecamatan Tarutung.
94
Ibid
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Rasa malu saat ditagih karena tidak membayar uang sekolah ini juga merupakan salah satu pemicu sering bolosnya Torang dari sekolah.
95
Kepahitan hidup sejak masih kecil sudah dialami Torang hingga menginjak usia dewasa. Di waktu kecil, Torang bersama saudara-saudaranya harus terlebih
dahulu manggadong makan ubi baru makan nasi, asa hatop butong supaya cepat kenyang. Menginjak usia dewasa, Torang sempat menjadi kenek truk dan lama
menjadi supir truk milik orang tuanya. Karena pengalaman yang pahit ini, membuat niat Torang untuk maju semakin terangsang, namun dalam hidupnya tidak pernah ada
cita-cita, tetapi mengalir dengan sendirinya. . Belajar berwiraswasta sejak masih sekolah di STM sudah dialami Torang
walau tidak sengaja. Hal ini terjadi karena Torang dilibatkan bekerja di proyek yang merupakan pekerjaaan orang tuanya. Torang dididik situasional karena orang tuanya
lebih percaya pada keluarga dan anak-anaknya. Juga dengan pertimbangan bahwa kalau mempekerjakan orang lain pasti akan digaji, sementara kalau menyuruh anak-
anak tidak perlu digaji.
96
Torang Lumbantobing mulai menekuni dunia organisasi secara formal sejak tahun 80-an dengan menjadi Bendahara AMPI tahun 1983-1984; Ketua IPK Tapanuli
Utara tahun 1985-1992, Wakil Ketua IPK Sumatera Utara tahun 1992-sekarang,
95
Ibid
96
Ibid
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Wakil Ketua Partai Golkar tahun 1999-2005, dan menjadi Ketua DPD Partai Golkar Tapanuli Utara sejak tahun 2005 sampai sekarang.
Sebelum menjadi Bupati pada periode 2004-2009, Torang Lumbantobing adalah PNS Pemkab Tapanuli Utara sejak tahun 1981-1998 yang akhirnya
mengundurkan diri sebagai PNS karena memilih masuk partai politik dan terpilih menjadi Anggota DPRD Tapanuli Utara periode 1999-2004, dan terpilih menjadi
Ketua. Sepanjang karirnya, Torang Lumbantobing pernah menerima berbagai piagam
penghargaan, antara lain adalah Piagam Penghargaan dari Kwarnas Gerakan Pramuka Lencana Panca Warsa III Tahun 2003, Piagam Penghargaan dari Ka BKKBN Pusat
Manggala Karya Kencana Tahun 2005, Piagam Penghargaan dari Kwarnas Gerakan Pramuka Lencana Panca Warsa IV, Piagam Penghargaan dari Kwarnas Gerakan
Pramuka Lencana Dharma Bhakti Tahun 2006, dan yang terakhir adalah Piagam Penghargaan dari Kwarnas Gerakan Pramuka Lencana Melati Tahun 2007.
4.3.2 Profil Bangkit Parulian Silaban, SE
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Bangkit Parulian Silaban, SE, lahir di Siborongborong, tanggal 27 Pebruari
1975 dari seorang ibu bernama Tinorma br. Nababan dan ayah bernama Tumpal Pardamean Silaban. Dari pernikahannya dengan Tiurma Lumbantoruan, Bangkit
Parulian dikaruniai 2 dua orang putri. Bangkit menamatkan sekolah dasar di SD Negeri 5 Siborongborong tahun
1987, dan SMP di SMP Negeri 1 Siborongborong tahun 1990, sedangkan SMA dijalani pada dua sekolah, kelas 1 di SMA Negeri Siborongborong, dan memasuki
kelas 2 pindah ke SMA Negeri 2 Jakarta dan lulus dari sana tahun 1993. Pendidikan tinggi dijalani Bangkit di UNAI Universitas Advent Indonesia
jurusan Ekonomi Akuntansi. Selama mengikuti perkuliahan di kampus UNAI Parompong, Cisarua, Bangkit bertempat tinggal di asrama putra dan mengikuti
rutinitas yang sudah ditetapkan sesuai aturan asrama dan kampus, yang terkesan kaku dan ketat. Selama masa kuliah, Bangkit tidak ada memasuki organisasi
ekstrakurikuler, selain klub badminton yang diikuti bersama-sama teman sekampusnya. Kegiatan rutinnya sehari-hari adalah kebaktian pagi, olah raga, belajar
dan kebaktian sore. Tidak pernah ada unjuk rasa di kampus mereka, meski saat itu jaman reformasi, hampir seluruh elemen kampus di tanah air bergolak dan melakukan
unjuk rasa besar-besaran. Dan jika keluar dari asrama tidak boleh sembarangan, tetapi harus ada ijin dari kepala asrama.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Bangkit menamatkan studinya dari perguruan tinggi, UNAI, tahun 1998, bersamaan dengan terjadinya pergolakan reformasi di Indonesia. Seusai kuliah,
selama beberapa bulan Bangkit tinggal di Jakarta tetapi tidak sempat bekerja. Rencana kuliah ke Filipina juga batal karena diminta ibunya membantu menjalankan
usaha jasa angkutan di Tapanuli Utara dan di Pekan Baru, Propinsi Riau, dan sempat ikut serta mengoperasikan truk angkutan mereka. Ibunya saat itu sangat
mengharapkan bantuan anaknya, Bangkit, karena ayahnya sendiri telah meninggal dunia saat Bangkit masih sekolah di SMP.
Setelah menetap di Siborongborong, Tapanuli Utara, bersama teman- temannya Bangkit bergabung dalam sebuah “perkumpulan” di daerahnya bernama
IAS Ikatan Anak Siborongborong. Kegiatan mereka saat itu adalah mengorganisir berbagai acara hiburan dan pacuan kuda. Berawal dari IAS, dan dari sesama mereka
yang bergabung di IAS, ada usulan supaya “perkawanan” mereka dimanajemen lebih baik, dibicarakan supaya organisasinya jangan hanya IAS tapi masuk partai, dan
akhirnya dimasukilah PDIP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Bangkit terpilih menjadi ketua PAC Pengurus Anak Cabang Kecamatan Siborongborong,
tahun 2000.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Menurut Bangkit, dia tidak pernah bercita-cita menjadi apapun, dan awalnya masuk partai baginya hanya sebagai kompensasi hiburan karena di Tapanuli Utara
nyaris tidak ada hiburan padahal saat tinggal di Jakarta, relatif banyak hiburan.
97
Pada Pilkada Tapanuli Utara yang lalu, terdapat 6 enam pasangan calon yang mendaftar dan ditetapkan KPU Tapanuli Utara sebagai pasangan calon kepala
daerah dan wakil kepala daerah. Empat pasangan calon di antaranya diusung oleh partai politik yang memenuhi syarat, yaitu mendapatkan dukungan dari gabungan
partai politik yang memenuhi perolehan sekurang-kurangnya 15 lima belas persen dari jumlah kursi DPRD atau 15 lima belas persen dari akumulasi
perolehan suara sah dalam Pemilihan Umum anggota DPRD tahun 2004 di Kabupaten Tapanuli Utara.
Setelah menjadi Ketua PAC PDIP Kecamatan Siborongborong periode 2000- 2005, selanjutnya Bangkit juga menjadi Ketua DPC Dewan Pimpinan Cabang PDIP
Kabupaten Tapanuli Utara periode 2005-2010. Sampai terpilih menjadi Wakil Bupati Kabupaten Tapanuli Utara, Bangkit menjadi manager perusahaan keluarga yang
dirintis oleh orang tuanya, sejak tahun 1998. Selain itu, Bangkit juga menjadi Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tapanuli Utara periode 2004-2010.
4.4 Proses Pencalonan
97
Wawancara dengan Bangkit Parulian Silaban, SE 36, Calon Wakil BupatiWakil Bupati terpilih tanggal 09 September 2011, di Tarutung.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Sedangkan dua pasangan lagi adalah pasangan calon dari jalur perseorangan yang mendapat dukungan sekurang-kurangnya 5 dari jumlah penduduk, karena
Kabupaten Tapanuli Utara berpenduduk pada kisaran lebih dari 250.000 dua ratus lima puluh ribu jiwa sampai dengan 500.000 lima ratus ribu jiwa sesuai dengan UU
No. 12 tahun 2008.
98
98
Pada tahun 2008, jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Utara sesuai data yang diterima KPU Tapanuli Utara
dari Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara adalah sebanyak 301.958 jiwa, sehingga sesuai Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 Pasal 59 ayat 2b, calon perseorangan harus mendapat dukungan sekurang-kurangnya 5
dari jumlah penduduk Tapanuli Utara.
Berikut ditunjukkan perolehan suara sah dan perolehan kursi gabungan partai politik pada Pemilu 2004 lalu dan syarat dukungan calon perseorangan yang
dijadikan pedoman dalam penentuan pasangan calon:
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Tabel 20. Persentase Perolehan Suara Sah Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu 2004 Kabupaten Tapanuli Utara Yang Mengusung Pasangan
Calon Dalam Pilkada Dan Syarat Dukungan Pasangan Calon Perseorangan
No. Calon Kepala Daerah
Dan Wakil Kepala Daerah
Partai PolitikGabungan Partai Politik Yang Mengajukan
Pasangan Calon Persentase
Perolehan Suara Sah Gabungan Parpol
Pada Pemilu 2004
1. Torang Lumbantobing
dan Bangkit Parulian Silaban, SE
Partai Golongan Karya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Buruh Sosial
Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Karya Peduli Bangsa.
49,01
2. Ir. Roy Mangotang Sinaga
dan Ir. Djudjung Pangondian Hutauruk
Calon Perseorangan Dengan Jumlah Dukungan Sebanyak
16.730
5 dari 301.958 jiwa = 15.098 jiwa
3. Samsul Sianturi
dan Drs. Frans Anthony Sihombing, MM
Partai Damai Sejahtera, Partai Nasional Indonesia Marhaenisme, Partai Amanat
Nasional, Partai Demokrat, Partai Nasional Benteng Kemerdekaan.
19,53
4. Ir. Sanggam Hutapea, MM
dan Ir. Londut Silitonga, MM
Partai Pelopor, Partai Penegak Demokrasi Indonesia, Partai Persatuan Demokrasi
Kebangsaan, Partai Merdeka, Partai Serikat Indonesia, Partai Perhimpunan
Indonesia Baru.
18,78
5. Drs. Wastin Siregar
dan Ir. N. Soaloon Silitonga, MBA
Calon Perseorangan Dengan Jumlah Dukungan Sebanyak
15.556
5 dari 301.958 jiwa = 15.098 jiwa
6. Ir. Edward Sihombing
dan Drs. Alpa Simanjuntak, MPd
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, Partai Patriot Pancasila.
9,56
Sumber : Diolah dari Data KPU Kabupaten Tapanuli Utara
Dari tabel di atas terlihat bahwa terdapat 3 tiga pasangan calon yang memenuhi syarat berdasarkan akumulasi perolehan suara sah Pemilihan Umum tahun
2004 di Kabupaten Tapanuli Utara, yaitu pasangan Torang LumbantobingBangkit Parulian Silaban, SE; Samsul SianturiDrs. Frans Anthony Sihombing, MM; dan Ir.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Sanggam Hutapea, MMIr. Londut Silitonga, MM. Sedangkan pasangan Ir. Edward Sihombing dan Drs. Alpa Simanjuntak, M.Pd tidak memenuhi syarat jika dilihat dari
akumulasi perolehan suara sah gabungan partai politik yang memberikan dukungan.
Tabel 21. Persentase Perolehan Jumlah Kursi Gabungan Partai Politik Peserta
Pemilu 2004 Kabupaten Tapanuli Utara Yang Mengusung Pasangan Calon Dalam Pilkada Dan Syarat Dukungan Pasangan Calon
Perseorangan
No. Calon Kepala Daerah
Dan Wakil Kepala Daerah
Partai PolitikGabungan Partai Politik Yang Mengajukan
Pasangan Calon Persentase Perolehan
Kursi Gabungan Partai Politik Pada
Pemilu 2004
1. Torang Lumbantobing
dan Bangkit Parulian Silaban, SE
Partai Golongan Karya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Buruh Sosial
Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Karya Peduli Bangsa.
53,33
2. Ir. Roy Mangotang Sinaga
dan Ir. Djudjung Pangondian Hutauruk
Calon Perseorangan Dengan Jumlah Dukungan Sebanyak
16.730
5 dari 301.958 jiwa = 15.098 jiwa
3. Samsul Sianturi
dan Drs. Frans Anthony Sihombing, MM
Partai Damai Sejahtera, Partai Nasional Indonesia Marhaenisme, Partai Amanat
Nasional, Partai Demokrat, Partai Nasional Benteng Kemerdekaan.
20
4. Ir. Sanggam Hutapea, MM
dan Ir. Londut Silitonga, MM
Partai Pelopor, Partai Penegak Demokrasi Indonesia, Partai Persatuan Demokrasi
Kebangsaan, Partai Merdeka, Partai Serikat Indonesia, Partai Perhimpunan
Indonesia Baru.
10
5. Drs. Wastin Siregar
dan Ir. N. Soaloon Silitonga, MBA
Calon Perseorangan Dengan Jumlah Dukungan Sebanyak
15.556
5 dari 301.958 jiwa = 15.098 jiwa
6. Ir. Edward Sihombing
dan Drs. Alpa Simanjuntak, MPd
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, Partai Patriot Pancasila.
16,67
Sumber : Diolah Dari Data KPU Kabupaten Tapanuli Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Dari tabel di atas terlihat bahwa terdapat 3 tiga pasangan calon yang memenuhi syarat sesuai dengan persentase perolehan kursi DPRD Tapanuli Utara
tahun 2004, yaitu pasangan Torang LumbantobingBangkit Parulian Silaban, SE; Samsul SianturiDrs. Frans Anthony Sihombing, MM; dan Ir. Edward
SihombingDrs. Alpa Simanjuntak, M.Pd. Sedangkan pasangan Ir. Sanggam Hutapea, MM dan Ir. Londut Silitonga, MM tidak memenuhi syarat jika dilihat dari persentase
perolehan jumlah kursi. Dengan demikian terdapat 2 dua pasangan calon yang memenuhi syarat baik
berdasarkan akumulasi perolehan suara sah, maupun berdasarkan persentase perolehan jumlah kursi, yaitu pasangan Torang LumbantobingBangkit Parulian
Silaban, SE dan Samsul SianturiDrs. Frans Anthony Sihombing, MM. Sedangkan pasangan Ir. Sanggam Hutapea, MM dan Ir. Londut Silitonga memenuhi syarat
berdasarkan akumulasi perolehan suara sah; dan pasangan Ir. Edward Sihombing dan Drs. Alpa Simanjuntak, M.Pd memenuhi syarat berdasarkan persentase perolehan
jumlah kursi. Berdasarkan tahapan Pilkada yang ditetapkan oleh KPU Kabupaten Tapanuli
Utara, bahwa masa pendaftaran adalah pada tanggal 30 Juli 2008 sampai 05 Agustus 2008.
99
99
Untuk lebih jelas, dapat dilihat Keputusan KPU Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 01 Tahun 2008 tentang Tahapan, Program dan Jadwal Waktu Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008 dan Nomor 07 Tahun 2008 tentang Perubahan Keputusan KPU Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 01 Tahun 2008.
Sesuai dengan ketentuan pasal 58 q UU No. 12 tahun 2008, yang
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
mengharuskan mengundurkan diri sejak perdaftaran bagi kepala daerah danatau wakil kepala daerah yang masih menduduki jabatannya, maka Torang Lumbantobing
sebagai calon bupati yang berpasangan dengan Bangkit Parulian Silaban, SE sebagai calon wakil bupati, terlebih dahulu mengajukan pengunduran diri kepada Menteri
Dalam Negeri baik sebagai pribadi maupun sebagai bupati, melalui surat Nomor 1214347TAPEMVII08 tanggal 07 Juli 2008. Selanjutnya Menteri Dalam Negeri
memberikan persetujuan pengunduran diri tersebut melalui surat Nomor 131.122124SJ tanggal 24 Juli 2008.
Berpedoman pada tahapan yang ada, maka pada hari Senin, 04 Agustus 2008 pukul 14.45 WIB, pasangan Torang LumbantobingBangkit Parulian Silaban, SE
secara resmi mendaftarkan diri kepada KPU Kabupaten Tapanuli Utara. Tidak lama setelah mendaftarkan diri, yang hanya berselang beberapa menit, Torang
Lumbantobing mendapatkan informasi bahwa beberapa saat sebelum mereka mendaftar ke KPU Kabupaten Tapanuli Utara, Mahkamah Konstitusi telah
memutuskan melalui putusan No 17PUU-VI2008 tanggal 04 Agustus 2008 sekitar pukul 10.30 Wib, yang menyebutkan bahwa pasal 58 q Undang-undang No. 12
tahun 2008 tidak mengikat, dengan demikian sejak dibacakannya putusan tersebut, tidak ada kewajiban mengundurkan diri bagi calon yang sedang menduduki
jabatannya, baik sebagai kepala daerah maupun sebagai wakil kepala daerah. Selanjutnya menteri dalam negeri mensyaratkan bahwa calon incumbent hanya
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
diwajibkan cuti pada saat melakukan kampanye sesuai jadwal kampanye yang dibuat oleh KPU.
Berdasarkan putusan MK tersebut, maka Torang Lumbantobing melalui surat tanggal 07 Agustus 2008 mengajukan permohonan peninjauan kembalipenarikan
usul pengunduran diri sebagai Bupati Tapanuli Utara kepada Menteri Dalam Negeri. Kemudian melalui telegram Nomor 131.122394SJ tanggal 14 Agustus 2008,
Menteri Dalam Negeri menyetujui permohonan pencabutan pengunduran diri tersebut. Dengan demikian maka Torang Lumbantobing kembali aktif sebagai bupati
setelah sempat berhenti dari jabatannya selama 21 dua puluh satu hari. Putusan MK tersebut sangat menguntungkan bagi Torang Lumbantobing,
bukan hanya dari segi materi dan jabatan karena hak-haknya kembali pulih sebagai kepala daerah, tetapi juga dalam rangka berkompetisi dalam Pilkada. Dengan aktifnya
kembali Torang sebagai Bupati Tapanuli Utara, maka setidaknya hal ini menguntungkan karena 4 empat hal. Pertama adalah bahwa masyarakat
beranggapan bahwa Torang memang sudah kembali ditakdirkan sebagai Bupati Tapanuli Utara sehingga dia sangat layak didukung kembali untuk periode
berikutnya.
100
Kedua, adalah bahwa Torang akan kembali mendapatkan fasilitas dan pendapatan sebagai Bupati Tapanuli Utara selama 9 sembilan bulan sisa masa
100
Wawancara dengan Berto Pasaribu 52, tokoh masyarakat Kecamatan SiborongborongKetua Lembaga Adat Dalihan Natolu LADN Kecamatan Siborongborong, tanggal 10 September 2011, di Kecamatan Tarutung.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
jabatannya. Ketiga, adalah dengan aktifnya kembali sebagai kepala daerah maka berbagai “fasilitas negara” dapat digunakan untuk “mencari” dukungan dan
menyampaikan program-programnya jika nantinya terpilih sebagai bupati periode berikutnya, melalui berbagai kegiatan resmi pemerintahannya. Hal ini karena Torang
dapat lebih banyak berkunjung ke masyarakat melalui kegiatan resmi sebagai seorang kepala daerah, yang memang sejak awal sudah menjadi kegiatan pemerintahannya,
seperti gotong royong dan pentas seni.
101
Keempat, adalah bahwa dengan aktifnya kembali sebagai kepala daerah, maka para pimpinan SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah dan pejabat eselon III yang
tadinya sudah mulai ada yang “membelot” kembali mendukungnya.
102
Jika Torang saat itu jadi mengundurkan diri dan tidak lagi sebagai incumbent, para pendukungnya
terutama para pejabat dan PNS Pegawai Negeri Sipil yang terdapat hingga ke desa- desa akan banyak yang mengalihkan dukungannya ke calon lain.
103
101
Gotong royong biasanya dilakukan untuk membuka jalan baru ke desa terpencil ataupun memperbaiki berbagai sarana umum lainnya. Pentas seni adalah sebuah panggung hiburan rakyat yang dilakukan untuk
menampilkan berbagai jenis bakat seni masyarakat setempat seperti tari, puisi, dan menyanyi. Pada setiap pentas seni biasanya Torang Lumbantobing dan rombongannya “menyumbangkan” uang kepada para penari
atau penyanyi, dan ikut serta melantunkan lagu yang “menyentuh” perasaan masyarakat setempat. Umumnya dalam kehidupan masyarakat Batak, memberikan atau menyumbangkan uang kepada orang yang sedang menari
atau menyanyi adalah suatu hal yang sudah “lumrah” atau biasa.
102
Wawancara dengan Torang Lumbantobing, op.cit.
103
Wawancara dengan Ir. Sanggam Hutapea, MM, calon Bupati, tanggal 22 September 2011, di Jakarta.
4.5 Pemungutan Suara dan Sengketa Hasil Pilkada
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Keberhasilan seseorang dalam setiap kontes Pemilu, termasuk dalam hal ini Pilkada, ditentukan dalam pemungutan suara. Dalam pemungutan suaralah masing-
masing pemilih menorehkan pilihan politiknya dengan memilih salah satu pasangan calon yang menurut dia lebih baik. Selanjutnya pilihan politik yang diberikan pada
saat pemungutan suara tersebut “direkapitulasi” oleh penyelenggara, baik di tingkat kecamatan maupun di tingkat kabupaten untuk mengetahui total perolehan masing-
masing pasangan calon.
4.5.1 Pemungutan Suara 27 Oktober 2008
Pemungutan suara pada Pilkada Kabupaten Tapanuli Utara, yang dilaksanakan tanggal 27 Oktober 2008, merupakan sejarah baru dalam proses
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah di Tapanuli Utara. Hal ini karena baru kali ini dilaksanakan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara
langsung. Hasil pemungutan suara yang telah dihitung di 583 lima ratus delaman puluh
tiga TPS Tempat Pemungutan Suara oleh KPPS Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara, selanjutnya direkapitulasi pada 15 lima belas kecamatan untuk
tingkat kecamatan oleh PPK Panitia Pemilihan Kecamatan. Setelah itu direkapitulasi lagi di tingkat kabupaten oleh KPU sehingga diketahui total perolehan
masing-masing pasangan calon, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Tabel 22. Perolehan Suara Sah Pemilihan Umum Kepala DaerahWakil Kepala Daerah Pada Pilkada Tapanuli Utara 27 Oktober 2008
No Pasangan Calon Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Suara
Sah
1. Torang Lumbantobing dan Bangkit Parulian Silaban, SE
46.645 34.13
2. Ir. Roy Mangotang Sinaga dan Ir. Djudjung Pangondian Hutauruk
20.300 14.85
3. Samsul Sianturi dan Drs. Frans Anthony Sihombing, MM
31.800 23.27
4. Ir. Sanggam Hutapea, MM dan Ir. Londut Silitonga, MM
20.465 14.97
5. Drs. Wastin Siregar dan Ir. N. Soaloon Silitonga, MBA
5.067 3.71
6. Ir. Edward Sihombing dan Drs. Alpa Simanjuntak, MPd
12.387 9.06
Ju m l a h 136.664
100
Sumber : KPU Kabupaten Tapanuli Utara
Dari tabel di atas terlihat bahwa pasangan Nomor Urut 1 Torang Lumbantobing dan Bangkit Parulian Silaban, SE meraih suara terbanyak dengan
jumlah 46.645 suara sah 34,13 . Disusul oleh pasangan Nomor Urut 3 Samsul Sianturi dan Drs. Frans A. Sihombing, MM dengan jumlah 31.800 suara sah 23,27
, sementara pasangan Nomor Urut 5 Drs. Wastin Siregar dan Ir. N. Soaloon Silitonga, MBA, memperoleh 5.067 suara sah 3,71 lebih kecil dari syarat minimal
dukungan pasangan calon perseorangan. Dengan perolehan tersebut, maka sesuai Undang-undang No. 12 tahun 2008 pasal 107, karena sudah ada pasangan calon yang
memperoleh suara lebih dari 30 tiga puluh persen dari jumlah suara sah, maka
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
seharusnya pasangan calon yang perolehan suaranya terbesar dinyatakan sebagai pasangan calon terpilih.
Berdasarkan tahapan Pilkada yang ditetapkan KPU Tapanuli Utara, maka seharusnya pasangan peraih suara terbanyak Torang Lumbantobing dan Bangkit
Parulian Silaban, SE ditetapkan oleh KPU Tapanuli Utara sebagai pasangan calon terpilih pada kurun waktu 31 Oktober 2008 hingga 02 November 2008.
104
Namun demikian, pada tanggal 02 November 2008, KPU Tapanuli Utara hanya melakukan
rekapitulasi hasil perolehan suara yang dihadiri oleh 5 lima orang komisioner KPU Tapanuli Utara, sementara penetapannya tidak jadi dilakukan karena terjadi
gelombang aksi protes dari pasangan calon yang tidak menang karena merasa dirugikan oleh pasangan pemenang dan oleh KPU Tapanuli Utara, yang sempat
menimbulkan aksi pembakaran yang menyebabkan terbakarnya sebagian kantor KPU Tapanuli Utara. Aksi unjuk rasa ini berujung pada diajukannya gugatan ke
Pengadilan Negeri Tarutung, ke MK, dan ke PTUN Pengadilan Tata Usaha Negara Medan. Semakin tertundanya penetapan pasangan calon terpilih ini juga disebabkan
oleh terjadinya perbedaan pendapat antara sesama komisioner KPU Tapanuli Utara.
105
104
Untuk lebih jelas, dapat dilihat Keputusan KPU Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 01 Tahun 2008, op.cit.
105
Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Surat bernomor Istimewa tanggal 21 November 2008 tentang Proses Pilkada Tapanuli Utara yang dibuat oleh 3 tiga orang komisioner KPU Tapanuli Utara Romauli Sihombing, SIP,
Tunggul Simorangkir, SH, M.Hum, dan Lambas TH Hutasoit yang ditujukan kepada Ketua KPU Pusat dan ditandatangani oleh Romauli Sihombing, SIP dan Lambas TH Hutasoit, yang sebagian isinya adalah memprotes
kebijakan yang dilakukan Ketua KPU Tapanuli Utara.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Karena penetapan pasangan calon masih tertunda, maka Ketua KPU Tapanuli Utara tanggal 05 November 2008 menyurati Ketua DPRD Tapanuli Utara
memberitahukan masih adanya penundaan penetapan pasangan calon terpilih dengan surat Nomor 2026KPU-TUXI2008. Selanjutnya Ketua KPU Tapanuli Utara,
melalui surat Nomor 2029KPU-TUXI2009 tanggal 10 Nopember 2008 menyurati ketua Pengadilan Negeri Tarutung untuk memohon penjelasan tentang ada tidaknya
gugatan sengketa hasil perhitungan suara Pilkada Tapanuli Utara tahun 2008. Dan ketua Pengadilan Negeri Tarutung melalui surat Nomor W2.U6.2360UMXI2008
tanggal 10 Nopember 2008 menjelaskan bahwa ada gugatan Samsul Sianturi, dkk tanggal 3 Nopember 2008 dengan register perkara Nomor 56PDT.G2008PN.TRT
tentang perbuatan melawan hukum, bukan
Meski tidak ada sengketa yang menyangkut hasil Pilkada, penetapan calon terpilih masih tetap tertunda karena surat undangan Nomor 2051KPU-TUXI2008
tanggal 17 Nopember 2008 dengan agenda rapat pleno penetapan pasangan calon terpilih bupati dan wakil bupati Tapanuli Utara yang seyogyanya diadakan tanggal 18
Nopember 2008 batal terlaksana karena tiga orang komisioner KPU Tapanuli Utara tidak hadir dan aksi unjuk rasa ke kantor KPU Tapanuli Utara yang terus-menerus,
sementara dua orang komisioner KPU Tapanuli Utara yang hadir tidak melanjutkan tentang sengketa hasil penghitungan suara
Pilkada Tapanuli Utara tahun 2008.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
agenda rapat pleno karena pertimbangan jaminan keamanan yang kurang kondusif.
106
Rapat pleno ini dilaksanakan dengan dihadiri oleh dua orang komisioner KPU Tapanuli Utara Janpiter Lumbantoruan dan Lambas JJ Matondang.
Selanjutnya Ketua KPU Tapanuli Utara kembali membuat undangan tanggal 20 Nopember 2008 dengan agenda penetapan pasangan calon terpilih yang dilaksanakan
tanggal 23 Nopember 2008.
107
Berkaitan dengan Pilkada Kabupaten Tapanuli Utara, terdapat 5 lima sengketa di pengadilan. Tiga di antaranya di Pengadilan Negeri Tarutung, satu di
Pengadilan Tata Usaha Negara Medan dan satu di Mahkamah Konstitusi. Karena tidak
bertentangan dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, walau hanya dihadiri dua dari lima komisioner KPU Tapanuli Utara, penetapan pasangan calon
terpilih kepala daerah dan wakil kepala daerah Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2008 tetap dilaksanakan dengan Surat Keputusan Nomor 25 tahun 2008 dan Berita Acara
pleno Nomor 2076KPU-TUXI2008 masing-masing tanggal 23 Nopember 2008.
4.5.2 Sengketa Hasil Pilkada dan Pemungutan Suara Ulang 13 Pebruari 2009
106
Wawancara dengan Janpiter Lumbantoruan, SH 38 Anggota KPU Tapanuli Utara, tanggal 28 September 2011 di Kecamatan Tarutung, Tapanuli Utara.
107
Mekanisme Pengambilan Keputusan dalam KPU dapat dilihat pada Undang-undang Nomor 22 tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum pasal 32-38. Dalam undang-undang ini disebutkan bahwa rapat pleno
KPU KabupatenKota dianggap sah kuorum apabila dihadiri sekurang-kurangnya 4 empat orang Anggota KPU KabupatenKota dan keputusan sah apabila disetujui sekurang-kurangnya 3 tiga orang yang hadir. Khusus rapat
pleno untuk menetapkan hasil pemilu, apabila tidak tercapai kuorum, rapat pleno ditunda 3 tiga jam, apabila tetap tidak kuorum, rapat pleno dapat dilanjutkan tanpa memperhatikan kuorum.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
1. Di Pengadilan Negeri Tarutung
a. Gugatan Samsul Sianturi, dkk tanggal 3 Nopember 2008 dengan Register Perkara
Nomor 56PDT.G2008PN.TRT tentang Perbuatan Melawan Hukum. Gugatan ini dimenangkan oleh KPU Tapanuli Utara, dkk.
b. Gugatan Perdata tanggal 29 Januari 2009 dari Samsul Sianturi dan Drs. Frans A.
Sihombing, MM, register perkara Nomor 04Pdt.G2009PN-Trt menggugat ganti rugi kepada KPU Tapanuli Utara, dkk sebesar Rp.30.100.000.000 tiga puluh
milyar seratus juta rupiah. Gugatan ini dimenangkan oleh KPU Tapanuli Utara, dkk, sampai ke tingkat banding dan inkracht berkekuatan hukum tetap.
c. Perkara register Nomor 104Pid.B2009PN.Trt dengan terdakwa Fatimah br.
Hutabarat. Didakwa melakukan kekerasan terhadap salah seorang anggota KPU Tapanuli Utara dan “memotori” terjadinya pembakaran sebagian kantor KPU
Tapanuli Utara tanggal 28 Oktober 2008. Fatimah br. Hutabarat pada tingkat PN bebas demi hukum, tetapi pada tingkat kasasi dipidana 6 enam bulan kurungan.
2. Di PTUN Medan