e. Standar Operasional Prosedur
Standar Operasional Prosedur SOP bermanfaat sebagai pedoman bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang jelas, cepat,
sederhana dan tranparan. Adanya SOP ini akan menjadikan pelayanan lebih terarah karena adanya kejelasan tata cara pelayanan yang harus
ditaati oleh semua pihak, baik pihak penyelenggara pelayanan maupun pengguna layanan. Semua instansi pemberi layanan perizinan sudah
memiliki Standar Operasional Prosedur kecuali Unit Pelayanan Terpadu. Hal ini disebabkan UPT masih belum dianggap sebagai SKPD
yang berdiri sendiri karena masih menempel di Bagian Organisasi sebagai pihak yang menangani kelembagaan. Hal ini diungkapkan oleh
Kepala Subagian Kelembagaan berikut. “Semua instansi yang mengurus perizinan sudah memiliki Standar
Operasional Prosedur, kecuali Unit Pelayanan Terpadu karena masih menginduk di Bagian Organisasi sehingga belum disusun” hasil
wawancara, 2009.
Senada dengan keterangan tersebut, Kepala UPT menyampaikan hal serupa, yaitu:
“Memang untuk standar operasional prosedur belum dituangkan dalam ketetapan yang mengikat, artinya belum ada Peraturan Bupati
yang mengaturnya. Namun kami sudah menyusun buku panduan prosedur tetap atau Protap pelayanan permohonan perizinan yang disana
dituangkan bagaimana prosedur atau syarat permohonan, kemudian waktu yang dibutuhkan untuk mengurus perizinan serta besaran biaya
yang dikeluarkan. Protap ini sudah kami tempelkan di papan pengumuman depan untuk memudahkan masyarakat” hasil wawancara,
2009.
Kenyataan di lapangan diketahui bahwa memang sudah ada informasi di papan pengumuman mengenai prosedur, waktu dan biaya
yang harus dipenuhi untuk mengurus perizinan. Namun tidak menampilkan semua perizinan yang dikelola oleh UPT. Hanya izin-izin
dengan tingkat konsumen tinggi saja yang lebih diperhatikan, yaitu Izin Usaha Industri IUI, Surat Izin Usaha Perdagangan SIUP, Tanda
Daftar Perusahaan TDP, Izin Mendirikan Bangunan IMB, dan Izin Gangguan HO. Izin-izin lain diluar kelima izin tersebut belum ada
kejelasan prosedur tetap yang diselenggarakan UPT Kabupaten Pekalongan.
Selain hal tersebut, ternyata di Unit Pelayanan Terpadu Kabupaten Pekalongan belum memiliki mekanisme pelaksanaan perizinan yang
merupakan pedoman bagi masyarakat langkah-langkah apa yang yang harus mereka tempuh untuk mengurus perizinan. Ketiadaan mekanisme
ini mengakibatkan masyarakat kesulitan mengurus perizinan di UPT. Seperti disampaikan oleh Ibu Maimunah pernah mengurus perizinan,
bahwa : “Saya bingung bagaimana mekanisme pelayanan di UPT, harus
bagaimana awalnya, mana front officenya tidak ada petunjuk. Selain itu setelah berkas-berkas saya diterima proses selanjutnya apa tidak ada
petunjuknya. Kemudian berapa lama proses perizinan saya akan diterbitkan juga tidak ada standar waktunya. Akhirnya harus sering
bertanya kepada petugasnya. Itupun masih tidak sesuai dengan yang dijanjikan” hasil wawancara, 2009.
Tanpa adanya pedoman petunjuk pelaksanaan pelayanan perizinan, petugas akan mengalami kebingungan waktu standar yang harus
dipenuhi untuk memproses perizinan. Hal ini disebabkan tidak adanya koordinasi antara petugas front office dan back office. Masyarakat
sebagai pengguna jasa yang akan mengalami imbasnya, seperti waktu yang terbuang karena ketidaksesuaian jadwal, informasi kurang jelas,
dan masih banyak lainnya.
f. Sumber Daya Aparatur Perencana