Program peningkatan kualitas pelayanan di Kabupaten Pekalongan ternyata kurang mendapatkan perhatian serius dari eksekutif. Pelibatan
pihak-pihak terkait hanya sebatas perizinan yang mereka tangani, selebihnya mereka tidak dilibatkan. Kurangnya koordinasi ini akan
berakibat pada penyusunan program yang buruk karena kinerja yang ditampilkan pemerintah tidak memuaskan. Perencanaan yang tidak
matang akan berakibat pada pelaksanaan program yang tidak terarah. Pihak legislatif pun sebagai lembaga kepanjangan tangan rakyat, masih
kurang melakukan fungsi kontrolingnya. Pengawasan hanya dilakukan ketika ada keluhan yang disampaikan masyarakat. Jika tidak maka
pelayanan dianggap sudah berjalan baik. Peningkatan pelayanan yang baik, murah, cepat dan tranparan pun masih jauh dari harapan
masyarakat.
j. Dukungan dan Komitmen Pimpinan Puncak
Memperhatikan nilai strategis dari peningkatan kualitas pelayanan publik maka proses perencanaan program dalam upaya peningkatan
pelayanan harus diperhatikan oleh Pemerintah Daerah dalam hal ini Bupati. Pimpinan puncak harus memahami visi misinya yang telah
dikampanyekan kepada masyarakat. Karena visi misinya menarik masyarakat maka akhirnya rakyat memilihnya. Visi misi bupati terpilih
berdasarkan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjadi acuan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah. RPJMD Kabupaten
Pekalongan 2006-2011 menyebutkan tentang visi misi. Salah satu misinya adalah menjaga terselenggaranya tata pemerintahan yang baik.
Dalam rangka menjaga terselenggaranya tata pemerintahan yang baik maka salah satu programnya adalah peningkatan kualitas pelayanan
publik. Bupati selaku pimpinan daerah mempunyai peran pengambil
kebijakan. Kebijakan dapat dilaksanakan jika dituangkan dalam keputusan bupati. Setelah menjadi keputusan bupati maka akan menjadi
dasar hukum dan akan dilaksanakan oleh staf. Menurut Kepala UPT bahwa:
“Segala sesuatu tergantung pada pimpinan. Pegawai menganut paham paternalistik. Bawahan mengikuti apa kemauan dari pimpinan tertinggi.
Pimpinan oke maka bawahan tingggal melaksanakan kebijakan pimpinan. Demikian juga apabila pimpinan menyetujui peningkatan
kualitas pelayanan maka staf akan melaksanakan. Tetapi apabila pimpinan tidak menyetujui, staf tidak akan berani bertindak” hasil
wawancara, 2009.
Komitmen pimpinan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di UPT mempunyai pengaruh yang besar. Birokrasi di Indonesia menganut
paham paternalistik. Inovasi yang dilakukan staf tidak akan berhasil jika tidak mendapat dukungan dari pimpinan. Hal ini juga diungkapkan
Kepala Subagian Kelembagaan Bagian Organisasi bahwa: ”Kelembagaan pelayanan di Pekalongan saat ini memang sudah saatnya
ditingkatkan. Selama ini masih berbentuk unit, seyogyanya peningkatan kelembagaan itu dilakukan secara sedikit demi sedikit. Artinya tidak
langsung berbentuk dinas, namun kantor dululah supaya tidak terlalu frontal perubahannya. Tetapi perubahan ini yang sangat menentukan
adalah pimpinan, jika pimpinan ingin merubah menjadi dinas atau kantor, staf tinggal melaksanakan saja” hasil wawancara, 2009.
Dengan demikian dukungan dan komitmen puncak sangat menentukan terjadinya perubahan, dalam hal ini adalah peningkatan
kualitas pelayanan kepada masyarakat. Sebab peran pimpinan puncak adalah sebagai pengambil kebijakan. Seorang pimpinan yang memiliki
visi jauh ke depan sangat potensial melakukan tindakan beberapa perubahan dalam intern organisasi yang dipimpinnya. Seorang
pemimpin seharusnya mampu menyiapkan pegawai yang adaptif terhadap perubahan, dan siap melakukan perubahan.
k. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik