Perjanjian Kredit Antara Developer Dengan Bank

76

BAB III FAKTOR PENYEBAB PT.BANK TABUNGAN NEGARA PERSERO TBK

IKUT MENGAJUKAN PERMOHONAN KASASI KEPADA MAHKAMAH AGUNG ATAS PUTUSAN PAILIT TERHADAP DEVELOPER

A. PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Sebagai Kreditor Dari Developer

Konsekuensi berlakunya asas paritas creditorium dalam hukum kepailitan, menyebabkan dengan dijatuhkannya putusan pailit, maka diterima anggapan hukum bahwa seluruh kreditor menjadi pihak dalam putusan pailit tersebut. Oleh karena itu, semua kreditor berhak melakukan upaya hukum terhadap penjatuhan pailit, sehingga dapat mengajukan kasasi dan atau peninjauan kembali ke Mahkamah Agung.Ini adalah beberapa faktor yang melatar belakangi mengapa PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk juga ikut mengajukan permohonan kasasi kepada Mahkamah Agung atas Putusan Pernyataan Pailit yang dikeluarkan oleh Pengadilan Niaga terhadap Developer.

1. Perjanjian Kredit Antara Developer Dengan Bank

Untuk melakukan kegiatan usaha, dibutuhkan tersedianya dana dalam jumlah besar. Dana merupakan darah bagi suatu perusahaan dalam melakukan kegiatan bisnisnya. Seperti halnya manusia yang tidak mungkin hidup tanpa darah, perusahaan juga akan mati tanpa dana. Dana bisa diperoleh dari berbagai sumber. Tergantung dari sumber dana yang diperoleh oleh perusahaan. Suatu perusahaan dapat memperoleh dana berupa modal equity dan utang loan. Dana yang berupa modal 76 Universitas Sumatera Utara 77 dapat berupa setoran modal pendiri dan penyertaan modal oleh investor yang dilakukan dengan cara menjadi kongsi atau mitra usaha perusahaan itu. 92 Memperoleh dana modal itu dapat dilakukan baik dengan menjual saham di pasar modal atau dengan cara menjual saham langsung kepada pemodal. Namun pada umumnya sebagian besar dana diperoleh dari utang pinjam-meminjam. Dalam menjalankan usaha, perusahaan selalu membutuhkan dana dalam jumlah besar dan biasanya jumlah dana yang dibutuhkan itu melebihi modal perusahaan tersebut, karena tidak mencukupi maka diperlukan penambahan dana. Dana yang berupa utang loan dapat diperoleh perusahaan tersebut dari perorangan ataupun badan hukum seperti bank-bank dan lembaga-lembaga pembiayaan. Kehidupan ekonomi modern tidak dapat lepas begitu saja dari aspek dan tujuan pemberian kredit sebagai upaya riil untuk mengangkat aspek pertumbuhan modal dan investasi dunia usaha dikalangan para pengusaha sebagai pelaku usaha atau pelaku bisnis. Dalam kondisi perekonomian yang sedang mengalami kelesuan seperti saat ini, karena sektor riil yang tidak bertumbuh, maka sangat dibutuhkan adanya suntikan dana fresh money baik dari pihak pemerintah baik melalui Lembaga Keuangan Bank LKB ataupun Lembaga Keuangan Bukan Bank LKBB kepada para pengusaha sebagai pelaku usaha dan pelaku bisnis yang memanfaatkan dana tersebut sebagai modal kerja, untuk meningkatkan profibilitas perusahaan serta dalam 92 Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis: Perseroan Terbatas, Op. Cit , hlm. 3. Universitas Sumatera Utara 78 rangka menggairahkan kembali kondisi perekonomian bangsa khususnya pertumbuhan disektor riil dan jasa. Sumber-sumber pembiayaan yang memberikan utang loan kepada perusahaan tersebut disebut para kreditor dan perusahaan yang menerima pinjamanutang tersebut merupakan debitor dan dana yang dipinjam atau fasilitas untuk memberikan pinjaman dana itu disebut kredit. Pinjaman-pinjaman yang diberikan oleh kreditor antara lain dapat berupa kredit dari bank, kredit dari perusahaan selain bank, atau pinjaman dari orang perorangan pribadi berdasarkan perjanjian kredit, atau perjanjian meminjam uang yang harus dibayar kembali pada waktu yang telah disepakati antara kreditor dan debitor. Istilah kredit berasal dari bahasa romawi credere yang berarti percaya atau credo atau creditum yang berarti saya percaya, jadi seseorang yang telah mendapatkan kredit dari bank berarti dia telah mendapatkan kepercayaan dari bank tersebut. 93 Sektor perkreditan merupakan salah satu sarana pemupukan modal bagi masyarakat bisnis.”Bagi para pengusaha, pengambilan kredit merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan bisnis”. 94 Perbankan nasional, sebagai salah satu pilar utama dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan memiliki peranan penting dan menentukan terhadap arah perkembangan kehidupan perekonomian yang lebih baik yang salah satunya dengan 93 Djuhaendah Hasan, Lembaga Kebendaan Bagi Tanah Dan Benda Lain Yang Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horisontal, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1996, hlm. 140. 94 Sutan Remy Sjahdeini, Hak Jaminan Dan Kepailitan, Makalah Pembanding Dalam Seminar Sosialisasi Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, Jakarta, 2000, hlm. 2. Universitas Sumatera Utara 79 memberikan suntikan dana berupa pemberian fasilitas kredit. Lembaga perbankan merupakan “agent of development” dalam tatanan kehidupan masyarakat.Fungsi utama bank adalah sebagai wahana yang dapat secara optimal menghimpun dana dan selanjutnya secara selektif menyalurkan dana tersebut dalam bentuk kredit kepada para pengusaha sebagai pelaku usaha dan pelaku bisnis yang membutuhkannya. Bank juga berperan sebagai media untuk dapat memobilisasi dana masyarakat dalam rangka akselerasi pembangunan, berperan sebagai dinamisator penggerak kegiatan sektor riil untuk semakin terpacu dan perbankan sekaligus juga berperan untuk memenuhi kemudahan kebutuhan masyarakat dalam berbagai transaksi dan jasa lalu lintas keuangan. Pihak bank dalam hal ini bank milik negara ataupun bank yang dikelola oleh pihak swasta sebagai salah satu insan perbankan nasional berusaha untuk membantu kesulitan dana yang dialami oleh para pengusaha sebagai pelaku usaha dan pelaku bisnis. Kredit yang diberikan bank dapat berupa dana yang berasal atau dimiliki oleh bank itu sendiri ataupun dana dari Bank Indonesia yang dapat berupa Kredit Likuiditas Bank Indonesia KLBI ataupun Kredit-Kredit Program lainnya kepada para pengusaha sebagai pelaku usaha dan pelaku bisnis baik yang bergerak disektor jasa maupun sektor riil, diharapkan juga akan mampu menopang pesatnya laju pertumbuhan ekonomi dalam rangka pemulihan kondisi perekonomian bangsa dan peningkatan sumber devisa negara. Pengertian kredit menurut Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, Universitas Sumatera Utara 80 berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Berdasarkan ketentuan tersebut dalam pembukaan kredit perbankan harus didasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam atau dengan istilah lain harus didahului dengan adanya perjanjian kredit. Kredit atau pembiayaan yang disalurkan oleh bank kepada pihak penerima kredit debitor yang dibuat dalam suatu bentuk perjanjian, menimbulkan hak dan kewajiban pada masing-masing pihak, bank sebagai pemberi atau penyalur kreditpembiayaaan berkewajiban untuk menyediakan uang, dan pihak debitor juga berkewajiban untuk mengembalikan kreditnya sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati bersama. Perjanjian kredit merupakan bentuk kesepakatan yang dibuat oleh pemberi dan penerima kredit. Berdasarkan fungsinya, perjanjian kredit yang diberikan oleh lembaga perbankan merupakan: 1. Perjanjian pokok, artinya perjanjian kredit merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidaknya perjanjian lain yang mengikatnya. 2. Alat bukti batasan hak dan kewajiban antara debitur dan kreditur. 3. Alat untuk melakukan monitoring kredit. 95 Seperti sudah disebutkan pada nomor 1 di atas bahwa perjanjian kredit merupakan perjanjian pokok yang berarti dapat diikuti oleh perjanjian accesoir yang bentuknya bisa bermacam-macam. Perjanjian accesoir ini tergantung dari 95 Rahmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001, hlm. 265. Universitas Sumatera Utara 81 kesepakatan para pihak dan pada objek yang dijaminkan. Sebagian besar pengusaha atau Developer menggunakan lembaga jaminan hak tanggungan sebagai salah satu usaha memberi kepastian pembayaran kepada kreditur. Hal ini karena Fasilitas kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabah adalah penuh dengan resiko. Resiko yang umumnya terjadi adalah resiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasan. Tidak kembalinya pinjaman ini dari debitor sangat berpengaruh pada kesehatan bank, karena sumber dana bank berasal dari masyarakat yang disimpan pada bank itu sehingga resiko tersebut sangat berpengaruh atas kepercayaan masyarakat kepada bank yang sekaligus kepada keamanan dana masyarakat tersebut. Untuk melindungi bank dari kerugian, biasanya bank mempersyaratkan adanya jaminan bagi semua perikatan yang dibuat diantara debitor dan bank selaku kreditor.Pedoman pemberian kredit ini diatur dalam Surat Keputusan Bank Indonesia Nomor 2369KEPDIR tanggal 28 Pebruari 1991 dengan Surat Edaran Nomor 236UKU tanggal 28 Pebruari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit yang telah diubah dengan Surat Keputusan Nomor 2668KEPDIR tanggal 9 September 1993 sesuai dengan ketentuan tersebut maka bank sebelum memberikan kredit wajib melakukan penelitian yang sungguh-sungguh mengenai kelayakan pemberian kredit tersebut untuk memperoleh keyakinan atas kesanggupan debitur untuk melunasi pinjamankreditnya sesuai dengan yang diperjanjikan dan bank hanya dapat memberikan kredit berdasarkan analisa yang mendalam dan mendapat jaminan kredit guna pengembalian hutang pokok dan pembayaran bunga sebagaimana diperjanjikan. Universitas Sumatera Utara 82 Dalam perjanjian kredit pinjam meminjam uang ini, maka pihak debitur akan menjaminkan sertifikat tanah untuk memperoleh dana dari pihak kreditur dengan ketentuan sertifikat tanah tersebut akan dipegang oleh pihak kreditur.Ketika debitur melakukan permohonan kredit biasanya disertai dengan jaminan.Jaminan ini berfungsi sebagai pegangan bagi bank apabila debitur tidak dapat meyelesaikan kreditnya, maka bank berhak untuk menjual barang jaminan yang diberikan oleh debitur sebagai pelunasan hutangnya.Jika hasil penjualan itu melebihi hutang debitur maka sisanya akan dikembalikan kepada debitur yang bersangkutan. Seperti layaknya para pelaku bisnis lainnya, maka PT. Graha Permata Properindo sebagai Developer atau pengembang yang bergerak dalam usaha Properti perumahan dan Apartemen juga mengadakan pinjaman kepada pihak Bank dalam rangka memperbesar modalnya. Pinjaman tersebut dalam bentuk fasilitas Kredit Modal Kerja Konstruksi dengan peruntukan pembangunan apartemen Graha Setiabudi atau yang dikenal juga dengan sebutan Graha Seibu yang terletak di Jalan Anggrek, Kelurahan Karet, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan. Pihak bank disini adalah PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk. Antara PT. Graha Permata Properindo dengan PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk terdapat hubungan hukum yaitu adanya Perjanjian Kredit. Hal itu dibuktikan dengan adanya Akta Perjanjian Kredit Nomor 7 tanggal 15 Pebruari 2007 dihadapan Notaris Haryanto, S.H juga dengan adanya Akta Addendum Perjanjian Kredit PT. Graha Permata Properindo Nomor 32 tanggal 21 April 2011 dihadapan Notaris Siswadji, S.H serta salinan Rekening Koran pertanggal 12 April 2012 dengan outstanding Universitas Sumatera Utara 83 sebesar Rp. 8.293.089.030,- delapan milyar dua ratus sembilan puluh tiga juta delapan puluh sembilan ribu tiga puluh rupiah.

2. Hak Tanggungan Sebagai Jaminan Utang Developer Terhadap Bank

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)

8 151 149

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Hak dan Kewajiban Kurator Pasca Putusan Pembatalan Pailit Pada Tingkat Kasasi Oleh Mahkamah Agung (Studi Kasus Kepailitan PT. Telkomsel vs PT. Prima Jaya Informatika)

1 38 128

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

PEMBATALAN PUTUSAN PERNYATAAN PAILIT OLEH MAHKAMAH AGUNG (Studi Putusan No. 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg dan No. 522 K/Pdt.Sus/2012)

0 6 80

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG MENGABULKAN PERMOHONAN KASASI PT TELEKOMUNIKASI SELULER ATAS PUTUSAN PAILIT PENGADILAN NIAGA PADA PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 704 K/Pdt.Sus/2012).

0 2 16