35
perdamaian antara Debitor dan para Kreditor atau agar harta tersebut dapat dibagi- bagi secara adil di antara para Kreditor.
50
Pendapat lain menyatakan Kepailitan merupakan suatu proses di mana seorang debitor yang mempunyai kesulitan keuangan untuk membayar utangnya
dinyatakan pailit oleh pengadilan, dalam hal ini pengadilan niaga, dikarenakan debitor tersebut tidak dapat membayar utangnya. Harta debitur dapat dibagikan
kepada para kreditur sesuai dengan peraturan pemerintah.
51
Berdasarkan beberapa definisi atau pengertian yang diberikan oleh beberapa sarjana tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kepailitan mempunyai unsur-
unsur : 1. Adanya sita dan eksekusi atas seluruh kekayaan debitor.
2. Sita itu semata-mata mengenai harta kekayaan. 3. Sita dan eksekusi tersebut untuk kepentingan para kreditornya secara
bersama-sama.
2. Persyaratan Mengajukan Kepailitan
Dalam mengajukan permohonan kepailitan tidaklah sedemikian mudahnya, harus ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi. Bila tidak, maka semua orang
dapat dengan mudahnya mengajukan permohonan pailit.
50
Fuady Munir, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, Bandung : Citra Aditya, 2005, hlm.1.
51
J. Djohansah. “ Pengadilan Niaga” di dalam Rudy Lontoh Ed., Penyelesaian Utang Melalui Pailit
atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,Bandung : Alumni, 2001, hlm. 23
Universitas Sumatera Utara
36
Pasal 2 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 tahun 2004 menyebutkan bahwa suatu pernyataan pailit dapat diajukan, jika syarat – syarat pernyataan
kepailitan tersebut dibawah ini telah terpenuhi : 1. Debitor tersebut
mempunyai paling sedikit dua kreditor
concursus creditorum.
Hal ini merupakan persyaratan sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 2 Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Nomor 37 Tahun 2004, yang merupakan realisasi dari ketentuan Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi:
“Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya, pendapatan penjualan benda benda itu dibagi-bagi
menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para kreditor itu ada alasan-alasan sah untuk
didahulukan”. Dari ketentuan Pasal 1132 tersebut dapat diketahui bahwa pada dasarnya
setiap kebendaan yang merupaka harta kekayaan seseorang harus di bagi secara adil kepada setiap orang yang berhak atas pemenuhan perikatan individu ini, yang disebut
dengan nama kreditor.Yang dimaksud dengan adil disini adalah bahwa harta kekayaan tersebut harus dibagi secara :
a. Pari passu, dengan pengertian bahwa harta kekayaan tersebut harus dibagikan secara bersama-sama diantara para kreditornya tersebut.
Universitas Sumatera Utara
37
b. Prorata, sesuai dengan besarnya imbangan piutang masing-masing kreditor terhadap utang debitor secara keseluruhan.
Jika hanya ada satu Kreditor, walaupan banyak tagihannya, bukan jalan proses kepailitan terhadap Debitor yang harus ditempuh, tetapi gugatan biasa, dengan atau
tanpa sitaan serta eksekusi biasa yang spesifik terhadap Debitor. Jadi yang dititik beratkan dalam kepailitan bukan berapa banyak piutangtagihan yang dipunyai satu
Kreditor terhadap satu Debitor, tetapi berapa banyak jumlah Kreditur dari Debitor yang bersangkutan.
Dan juga Apabila debitor hanya memiliki satu kreditor, maka eksistensi dari Undang – Undang Kepailitan dan PKPU kehilangan raison d’eternya, yaitu berkaitan
dengan Pasal 1131 KUH Perdata merupakan jaminan utangnya tidak perlu diatur, mengenai pembagian hasil penjualan harta kekayaan pastilah merupakan sumber
satu-satunya pelunasan bagi kreditor satu-satunya tersebut, tidak akan ada perlombaan dan perebutan harta kekayaan debitor karena hanya ada satu orang
kreditor saja. Menurut Sutan Remy harus dibedakan antara pengertian kreditor dalam
kalimat “...mempunyai dua atau lebih kreditor...” dan kreditor dalam kalimat “...atas permintaan seorang kreditor atau lebih kreditornya...” yang dimaksud dalam Pasal 2
ayat 1 Undang – Undang Kepailitan dan PKPU. Kalimat yang pertama adalah untuk mensyaratkan bahwa debitor tidak hanya mempunyai utang kepada satu kreditor saja.
Dengan demikian, pengertian kreditor disini adalah
menunjuk pada sembarang kreditor, yaitu baik kreditor konkuren maupun kreditor preferen. Yang
Universitas Sumatera Utara
38
ditekankan disini adalah bahwa keuangan debitor bukan bebas dari utang, tetapi memikul beban kewajiban membayar utang-utang.
52
Sedangkan yang dimaksud kalimat kedua adalah untuk menentukan bahwa permohonan pailit dapat diajukan bukan saja oleh debitor sendiri tetapi juga oleh
kreditor. Kreditor yang dimaksud disini adalah kreditor konkuren. Timbul pertanyaan mengapa harus kreditor konkuren adalah karena seorang kreditor preferen atau
separatis pemegang hak-hak jaminan tidak mempunyai kepentingan untuk diberi hak mengajukan permohonan pernyataan pailit mengingat kreditor separatis telah
terjamin sumber perlunasan tagihannya, yaitu dari barang agunan yang telah dibebani dengan hak jaminan.
53
2. Syarat kedua Debitor tersebut tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu atau jatuh tempo dan dapat ditagih.
Jadi keadaan Debitor adalah dalam keadaan insolvensi yaitu tak mampu lagi membayar utangnya; dan “utang tersebut telah jatuh waktunya”, berarti hal ini
menyangkut soal ingebreke stelling penagihan. “ Penagihan” disini diartikan suatu pemberitahuan oleh pihak Kreditor bahwa
pihak Kreditor ingin supaya Debitor melaksanakan janjinya, yaitu dengan segera atau pada suatu waktu yang disebut dalam pemberitahuan itu. Faktor
“waktu” adalah penting dalam hal perjanjian, terutama dikalangan bisnis. Pada umumnya dapat dikatakan, bahwa dalam suatu perjanjian kedua belah pihak
52
Sutan Remy Syahdeini, Op. Cit., hlm. 66.
53
Ibid., hlm. 67.
Universitas Sumatera Utara
39
ada keinginan supaya selekas mungkin tujuan dari perjanjian terlaksana, yaitu pihak Kreditor supaya lekas merasakan kenikmatan yang terletak pada
pelaksanaan janji, sedang pihak Debitor supaya lekas terlepas dari suatu ikatan, yang dampaknya akan sedikit menekan jiwanya.
54
3. Mekanisme Pengajuan Permohonan Pailit