39
ada keinginan supaya selekas mungkin tujuan dari perjanjian terlaksana, yaitu pihak Kreditor supaya lekas merasakan kenikmatan yang terletak pada
pelaksanaan janji, sedang pihak Debitor supaya lekas terlepas dari suatu ikatan, yang dampaknya akan sedikit menekan jiwanya.
54
3. Mekanisme Pengajuan Permohonan Pailit
Kepailitan pada hakekatnya akan menyangkut status hukum dari subjek hukum yang bersangkutan baik subjek hukum pribadi maupun subjek hukum badan
hukumbukan badan hukum maka harus mengikuti syarat dan prosedur tertentu sehingga dapat dinyatakan pailit dengan berdasarkan suatu keputusan Hakim.
Berdasarkan Pasal 6 dan pasal 7 UUK PKPU No. 37 Tahun 2004 Mekanisme mengajukan permohonan pailit pada Pengadilan Niaga adalah sebagai
berikut: a. Surat permohonan ditujukan kepada Ketua Pengadilan Niaga Pasal 6 ayat 1
Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004; b. Permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh debitor sendiri atau oleh
kreditor, dilakukan oleh seorang Advokat Pasal 7 ayat 1 Undang - Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004;
54
Martiman Prodjohamidjojo, Proses Kepailitan, Bandung : Mandar Maju, 1999, hlm. 15.
Universitas Sumatera Utara
40
c. Panitera mendaftar permohonan pernyataan pailit tersebut pada tanggal permohonan yang bersangkutan diajukan Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang
Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004; d. Panitera menyampaikan permohonan pernyataan pailit tersebut kepada Ketua
Pengadilan Niaga paling lambat 2 dua hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan Pasal 6 ayat 4 Undang-Undang Kepailitan
Nomor 37 Tahun 2004; e. Dalam jangka waktu paling lambat 3 tiga hari setelah tanggal permohonan
pernyataan pailit didaftarkan, Pengadilan Niaga mempelajari permohonan tersebut dan menetapkan hari sidang Pasal 6 ayat 5 Undang-Undang
Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004; f.
Sidang pemeriksaan atas permohonan pernyataan pailit diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 20 dua puluh hari setelah tanggal
permohonan pernyataan pailit didaftarkan Pasal 6 ayat 6 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004;
g. Persidangan terhadap permohonan kepailitan itu dapat ditunda paling lambat 25 hari apabila ada permohonan dari debitor dan adanya alas an-alasan yang
cukup mendasar. Pada siding itulah hakim akan mendengar keterangan pemohon, termohon, saksi-saksi dan memeriksa alat-alat bukti yang relevan
Pasal 6 ayat 7 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004; h. Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau
keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan
Universitas Sumatera Utara
41
pailit telah dipenuhi Pasal 8 ayat 4 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004;
i. Putusan permohonan pernyataan pailit harus diucapkan paling lambat 60
enam puluh hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan Pasal 8 ayat 5 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004.
B. Kedudukan Para Konsumen Apartemen Sebagai Kreditur Dalam Kepailitan
Secara tata bahasa dalam kamus Bahasa Indonesia kreditor berarti “yang berpiutang” atau “penagih orang kepada siapa seseorang berutang”.Kreditor adalah
pihak yang berpiutang dalam suatu hubungan hutang piutang tertentu.
55
Selanjutnya Jerry Hoff
56
dalam bukunya Indonesian Bankruptcy Law menyatakan bahwa hukum kepailitan tidak dapat membatasi kreditor untuk mengajukan permohonan pailit, yang
mana definisi kreditor berdasarkan KUH Perdata adalah yang berhak terhadap pelaksanaan kewajiban oleh debitor.
57
Kreditor dalam kepailitan sesuai Pasal 1 Angka 2 UUK dan PKPU adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat
ditagih di muka pengadilan.
58
55
Satrio, J,Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, Jakarta : Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm 99-100.
56
Jerry, Hoff, Op. cit., hal 26
57
Ibid.
58
Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Universitas Sumatera Utara
42
Dengan memperhatikan pengertian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Angka 2 UUK dan PKPU tersebut, dapat dijabarkan unsur-unsur kreditor sebagai
berikut : a. Orang;
b. Yang mempunyai piutang; c. Piutang yang dapat ditagih di muka pengadilan;
d. Piutang timbul dari perjanjian; atau e. Piutang timbul dari undang-undang.
Penjelasan Pasal 2 ayat 1 yang mengatur mengenai syarat pailit telah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “kreditor” adalah baik Kreditor
Konkuren, Kreditor Separatis, maupun Kreditor Preferen.
59
Menurut Sutan Remy Sjahdeini dengan adanya Penjelasan Pasal 2 ayat 1 UUK dan PKPU tersebut, maka
yang dimaksudkan dengan kreditor sebagai pemohon pernyataan pailit adalah sembarang kreditor.
60
Jika dilihat lagi pada pengertian kreditor dalam Pasal 1 Angka 2 UUK dan PKPU sebagaimana unsur-unsurnya telah diuraikan diatas, dapat diketahui bahwa
suatu piutang yang diakui dalam kepailitan adalah piutang yang timbul dari perjanjian dan undang-undang.Pengertian piutang dalam pengertian kreditor tersebut sinkron
dengan pengertian utang dalam Pasal 1 angka 6 UUK dan PKPU sebagai berikut : “Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam
jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik
59
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004, Nomor 4443.
60
Sutan Remy, Sjahdeini, Op.cit, hal. 55.
Universitas Sumatera Utara
43
secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi
oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditor untuk mendapatkan pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor”.
Definisi Kreditor sudah dijelaskan di atas. Untuk memahami lebih dalam tentang kreditor, terutama kreditor dalam Kepailitan, maka perlu diketahui jenis-jenis
kreditor. Terdapat beberapa jenis atau penggolongan kreditur dalam kepailitan, yaitu:
1. Kreditur Konkuren Dalam lingkup kepailitan yang dapat digolongkan sebagai kreditur konkuren
unsecured creditor adalah kreditur yang piutangnya tidak dijamin dengan hak kebendaan security right in rem dan sifat piutangnya tidak dijamin
sebagai piutang yang diistimewakan oleh Undang-Undang.
61
Kreditor ini harus berbagi dengan para kreditor lainnya secara proporsional atau disebut
juga pari passu, yaitu menurut perbandingan besarnya tagihan masing-masing dari hasil penjualan harta kekayaan debitor yang tidak dibebani dengan hak
jaminan. Pembayaran terhadap kreditur konkuren adalah ditentukan oleh kurator.
62
2. Kreditur Preferen Kreditur preferen termasuk dalam golongan secured creditors karena semata-
mata sifat piutangnya oleh Undang-Undang diistimewakan untuk didahulukan pembayarannya. Dengan kedudukan istimewa ini, kreditur preferen berada
61
Ibid.
62
Munir Fuady, Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek, Op. Cit, hlm. 103.
Universitas Sumatera Utara
44
diurutan atas sebelum kreditur konkuren atau unsecured creditors lainnya. Utang debitur pada kreditur preferen memang tidak diikat dengan jaminan
kebendaaan tapi
Undang-Undang mendahulukan
mereka dalam
hal pembayaran.
63
3. Kreditur Separatis Menurut Munir Fuady:
Dikatakan separatis yang berkonotasi pemisahan karena kedudukan kreditur tersebut memang dipisahkan dari kreditur lainnya, dalam arti ia dapat menjual
sendiri dan mengambil sendiri dari hasil penjualan yang terpisah dengan harta pailit yang umumnya.
64
Menurut Mariam Darus Badrulzaman menyebutkan bahwa sebagai kreditur pemegang hak jaminan yang memiliki hak preferen dan kedudukannya
sebagai kreditur separatis.Kreditor separatis dapat menjual dan mengambil sendiri hasil dari penjualan objek jaminan. Bahkan jika diperkirakan hasil
penjualan atas jaminan utang itu tidak menutupi seluruh utangnya maka kreditor separatis dapat memintakan agar terhadap kekurangan tersebut dia
diperhitungkan sebagai kreditor konkuren.Sebaliknya apabila hasil dari
63
Dalam kepailitan, ongkos kepailitan dan upah kurator dimasukkan sebagai tagihan preferen yang didahulukan pembayarannya atas tagihan kreditur konkuren. Lihat Pasal 18 ayat 5 Undang-
Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. UU Nomor 37 Tahun 2004.
64
Munir Fuady 1,Op.cit., hlm. 105.
Universitas Sumatera Utara
45
penjualan jaminan utang melebihi utang-utangnya maka kelebihan itu harus dikembalikan kepada debitor.
65
Ketiga kreditur ini tidak kehilangan kewenangannya untuk mengajukan permohonan kepailitan atas debitur yang berada dalam keadaan berhenti
membayar.
66
Ketiga kreditur tersebut diakui eksistensinya. Dalam Undang- Undang kepailitan Belanda tidak terdapat keraguan terhadap hak kreditur
separatis dan preferen untuk mengajukan kepailitan, hal ini juga dikemukakan oleh Abdul Hakim Garuda Nusantara yang menyambung pendapat dari Polak
bahwa kreditur-kreditur tersebut tidak kehilangan kewenangannya untuk mengajukan permohonan kepailitan atas debitur yang berada dalam keadaan
berhenti membayar.
67
4. Kreditur pemegang hak istimewa Kreditur pemegang hak istimewa privilege yang oleh Undang-Undang diberi
kedudukan didahulukan semata-mata karena sifat piutangnya, baik dari kreditur konkuren, kreditur separatis maupun kreditur preferen. Lebih lanjut
pasal 1134 ayat 2 KUH Perdata menyatakan bahwa hak agunan kebendaan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi terhadap hak istimewa privilege
kecuali tidak dengan tegas ditentukan lain oleh Undang-Undang.
68
artinya
65
Mariam Darus Badrulzaman, Bab-Bab Tentang Credietverband, Gadai dan Fiducia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991, hlm. 17.
66
J. Djohansjah dalam Emmy Yuhassarie ed, Undang-Undang Kepailitan Dan Perkembangannya, Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2004, hlm. 138.
67
Ibid .
68
Undang-Undang membedakan 2 kelompok hak istimewa yaitu piutang yang diistimewakan atas benda-benda tertentu benda yang ditentukan secara khusus seperti biaya perkara, upah tukang,
Universitas Sumatera Utara
46
dalam mengambil pelunasan dari hasil penjualan benda-benda milik debitor yang diletakkan hak jaminan, dan ada kreditor pemegang hak istimewa dan
sisanya diambil oleh kreditor konkuren. Berdasarkan uraian diatas dapat kita ketahui bahwa Para Konsumen
Apartemen masuk kepada penggolongan Kreditur Kreditur Konkuren karena dalam lingkup kepailitan yang dapat digolongkan sebagai kreditur konkuren unsecured
creditor adalah kreditur yang piutangnya tidak dijamin dengan hak kebendaan security right in rem dan sifat piutangnya tidak dijamin sebagai piutang yang
diistimewakan oleh Undang-Undang.
C. Momentum Terjadinya Utang Antara Developer PT. Graha Permata
Properindo Dengan Para Konsumen Apartemen 1.
Kegagalan Developer Melakukan Penyerahan Apartemen Pada Waktu
Yang Telah Diperjanjikan
Seperti yang kita ketahui bahwa Undang-Undang Kepailitan kita menganut pengertian utang dalam arti luas, di mana sumber utang tidak hanya dari perjanjian
utang piutang saja, melainkan bersumber dari perjanjian lain yang dibuat oleh kedua belah pihak dan menimbulkan satu hubungan hukum yang mengikat di antara
mereka. Serta dalam suatu hubungan hukum khususnya hukum perjanjian setidak- tidaknya melibatkan 2 dua pihak yang terikat oleh hubungan tersebut, yaitu kreditor
schuldeiser dan debitor schuldenaar.
biaya menyelamatkan barang-barang dan lain-lain, dan piutang yang diistimewakan atas semua benda milik debitur benda debitur pada umumnya seperti biaya penguburan, biaya pengobatan, tagihan
sekolah, dan lain-lain sehingga 2 kelompok itu disebut juga dengan istilah privilege khusus dan privilege umum.
Universitas Sumatera Utara
47
Hubungan Hukum antara Developer dengan para konsumen apartemen berawal dari hubungan jual beli yang dinyatakan dalam Perjanjian Pengikatan Jual
Beli. Sebelum bangunan apartemen selesai dibangun, biasanya pihak Developer mengadakan kegiatan yang disebut pemasaran pendahuluan dengan membuat satu
atau beberapa unit percontohan, kemudian pendaftaran pemesanan. Untuk menjamin hak para pihak maka dibuatlah suatu perjanjian yang akan menimbulkan suatu
perikatan diantara para pihak yang membuatnya. Perikatan pendahuluan atau perikatan jual beli ini dikenal dengan sebutan Perjanjian Pengikatan Jual Beli
“PPJB”. Lebih lanjut, dasar hukum yang berkaitan dengan perjanjian pengikatan jual
beli adalah Pasal 1457 KUHPerdata yang menyebutkan “jual beli adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu
kebendaan dan pihak lain untuk membayar harga yang telah ditetapkan”. Perjanjian jual beli yang dianut KUHPerdata tersebut juga dikatakan bersifat
obligatoir, karena perjanjian itu belum memindahkan hak milik. Adapun hak milik baru berpindah dengan dilakukannya levering atau penyerahan. Dengan demikian,
maka dalam sistem KUH Perdata tersebut “levering” merupakan suatu perbuatan yuridis guna memindahkan hak milik “transfer of ownership”.
69
Yang dimaksud dengan “levering” atau “transfer of ownership” adalah penyerahan suatu barang oleh pemilik atau atas namanya kepada orang lain, sehingga
orang lain ini memperoleh hak milik atas barang tersebut dalam hal ini adalah satuan
69
Subekti, Hukum Perjanjian, Log. Cit.
Universitas Sumatera Utara
48
unit rumah susun. Levering atau transfer of ownership ini mengikuti perjanjian obligator, karena menurut sistem KUHPerdata kita, perjanjian obligator itu baru
dalam taraf melahirkan hak dan kewajiban saja, belum memindahkan hak milik, supaya hak milik berpindah, perlu diikuti dengan penyerahan barangnya.
70
Penyerahan yang dimaksud meliputi pemindahan penguasaan dan pemindahan hak atas barang berdasarkan perikatan dasar yaitu perjanjian. Dalam setiap perjanjian
yang mengandung tujuan memindahkan penguasaan dan hak milik, perlu dilakukan dengan penyerahan barang tersebut delivery, transfer, levering. Penyerahan tersebut
dilakukan baik secara nyata, maupun secara yuridis. Penyerahan yuridis dapat dilihat dengan jelas pada barang tidak bergerak, karena tata caranya diatur dalam Undang –
Undang.
71
Mengenai sifat jual beli obligatoir ini terlihat jelas dalam Pasal 1459 KUHPerdata, yang menerangkan bahwa hak milik atas barang yang dijual tidaklah
berpindah kepada si pembeli selama penyerahannya belum dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang bersangkutan.
72
Adapun pengertian jual beli yang dimaksud dalam Pasal 1457 KUHPerdata apabila dikaitkan dengan jual beli rumah susun atau dalam hal ini apartemen adalah
bahwa jual beli rumah susun atau apartemen merupakan sesuatu perjanjian dengan mana penjual, yaitu Developer mengikat dirinya untuk menyerahkan hak atas rumah
susun atau apartemen yang bersangkutan kepada pembeli dan pembeli mengikatkan
70
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Log. Cit.
71
Ibid., hlm. 106.
72
Subekti, Op. Cit. , hal 80.
Universitas Sumatera Utara
49
dirinya untuk membayar kepada penjual atau Developer sesuai dengan harga yang telah disetujui.
73
Hal ini karena suatu hubungan hukum dalam lalu lintas hukum khususnya hukum perjanjian setidak-tidaknya melibatkan 2 dua pihak yang terikat oleh
hubungan tersebut, yaitu kreditor schuldeiser dan debitor schuldenaar. ”Masing- masing pihak mempunyai hak dan kewajiban yang lahir dari hubungan hukum itu
berupa prestasi dan kontra prestasi yang dapat berbentuk memberi, berbuat, dan tidak berbuat sesuatu”.
74
selalu ada hak dan kewajiban di satu pihak yang saling berhadapan dengan hak dan kewajiban di pihak lain.
75
Ini sejalan
dengan landasan
hukum kepailitan
di Indonesia,
yaitu KUHPerdata, maka perlu dilihat apakah konsep utang itu dalam KUHPerdata. Di
dalam KUHPerdata kata utang diambil dari kata Gotisch “skulan” atau “sollen”
76
, yang pada mulanya berarti harus dikerjakan menurut hukum. Pada dasarnya, utang
adalah kewajiban yang harus dilakukan terhadap pihak lain, sehingga utang dalam pengertian ini merupakan hal yang dapat timbul pada kedua belah pihak. Kewajiban
ini lahir dari perikatan yang dilakukan antara para subjek hukum.
73
R. Wiryono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Log. Cit.
74
Roberto Mangabeira Unger, Gerakan Studi Hukum Kritis, Log. Cit.
75
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas – Asas Hukum Perdata, Bandung : Alumni, 1992, hlm. 239.
76
Bagus Irawan, Op. Cit., hlm. 38.
Universitas Sumatera Utara
50
Dengan melihat kewajiban utama Developer selaku penjual apartemen maupun kewajiban utama konsumen selaku pembeli apartemen, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kewajiban utama Developer menyerahkan apartemen sebagai obyek perjanjian jual beli pada dasarnya hak utama dari konsumen selaku pembeli.
Demikian pula sebaliknya, kewajiban utama pembeli membayar harga apartemen sesuai dengan perjanjian jual beli adalah merupakan hak utama dari Developer selaku
penjual . Hal ini berarti ada hubungan timbal balik antara kewajiban Developer selaku penjual apartemen dan kewajiban konsumen selaku pembeli apartemen dengan hak-
hak dari masing-masing pihak. Perikatan secara umum diartikan sebagai hubungan hukum kekayaanharta
benda antara dua orang atau lebih, berdasarkan mana orang yang satu terhadap yang lainnya berhak atas suatu penuaianprestasi dan orang lain ini terhadap orang itu
berkewajiban atas penuaian prestasi itu, sehingga perikatan adalah suatu hubungan hukum yang terjadi di antara para pihak terhadap suatu obyek tertentu yang
melahirkan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak. Pada dasarnya “utang” atau kewajiban yang timbul dari perikatan adalah
prestasi yang harus dilaksanakan oleh para pihak dalam perikatan tersebut. Para subjek perikatan disebut berpiutang atau kreditor schuldeiser sebagai pihak yang
berhak atas prestasi dan si berhutang atau debitor schuldenaar sebagai pihak yang wajib memenuhi prestasi. Prestasi sebagai objek perjanjian harus tertentu atau dapat
ditentukan pasal 1320 KUHPerdata.
Universitas Sumatera Utara
51
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, dapat dipahami bahwa jual beli apartemen antara Developer dengan konsumen merupakan suatu perjanjian yang
mengikat salah satu pihak untuk menyerahkan apartemen dan mengikat pihak lain untuk membayar harga satuan apartemen sesuai kesepakatan.
Inilah yang terjadi pada kasus kepailitan antara Developer Apartemen PT. GRAHA PERMATA PROPERINDO
dengan para konsumennya. Developer gagal untuk melakukan penyerahan unit Apartemen yang telah dipesan dan dibayar secara
angsuran oleh konsumen atau pembeli, padahal mereka telah memesan dan mencicil pembayaran atas unit Apartemen yang direncanakan untuk dibangun oleh Developer
.
Pembeli pertama telah membayar secara angsuran dengan jumlah cicilan yaitu Rp.58.100.000,-,. Pembeli kedua juga telah mengeluarkan uang sejumlah Rp.
37.400.000,-,. Pembeli ketiga juga telah membayar secara angsuran sejumlah Rp.64.695.000,-.
Bahwa berdasarkan Perjanjian Pengikatan Jual Beli PPJB antara Developer dengan para pembeli maka pihak Developer seharusnya melakukan penyerahan fisik
dari unit Apartemen yang dibeli oleh Para Pembeli pada bulan Desember 2008. Akan tetapi sampai batas waktu yang telah disepakati sesuai dengan PPJB yang mengikat
secara hukum antara Developer dengan pembeli, pihak Developer telah lalai dalam melaksanakan kewajiban penyerahan fisik dari unit Apartemen kepada para Pembeli
sesuai tenggang waktu yakni, Bulan Desember 2008.Karena mereka masih tetap belum menerima penyerahan atas unit Apartemen yang mereka pesan dan beli itu dari
Developer maka ketiga orang Pembeli ini kemudian mengirimkan beberapa kali Surat
Universitas Sumatera Utara
52
Peringatan atau Somasi kepada pihak Developer bahkan menaruh pengumuman di koran atau surat kabar akan tetapi pihak Developer sama sekali tidak menanggapi
Surat Somasi tersebut. Undang-Undang hendak menegaskan bahwa setiap kewajiban perdata terjadi
karena memang dikehendaki oleh pihak-pihak yang terkait dalam perikatan, yang dengan secara sengaja dibuat oleh mereka maupun karena ditentukan oleh peraturan
perUndang-Undangan yang berlaku untuk kepentingan pihak-pihak tertentu. Maka, dapat dilihat bahwa setiap perikatan, baik yang berwujud dalam prestasi untuk
memberikan sesuatu, untuk melakukan sesuatu, atau untuk tidak melakukan sesuatu, membawa pada kewajiban untuk mengganti dalam bentuk biaya, rugi dan bunga
adalah merupakan suatu bentuk kualifikasi prestasi dalam jumlah tertentu yang mana dapat dinilai dengan uang.
77
Yang artinya dalam perikatan kewajiban pemenuhan prestasi yang harus dijalankan menurut hukum dan merupakan tagihannya yang dapat dimintakan ganti
rugi bila tidak dipenuhi oleh si debitor, sehingga si berpiutang atau kreditor memiliki piutang inschuld dan hak atas tuntutan ganti rugi, sementara pada pihak si berutang
atau debitor memiliki utang uitschuld dan tanggung jawab atas tuntutan ganti rugi haftung.
78
Hal ini terjadi karena adanya kegagalan Developer dalam melaksanakan kewajibannya untuk menyerahkan unit Apartemen yang telah dipesan oleh para
77
Kartini Mulajadi dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis, Pedoman Menangani Perkara Kepailitan, Op. Cit, hlm. 6 juncto hlm. 10.
78
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
53
pembeli, maka Developer dikatakan gagal melakukan prestasinya.Developer telah berutang kepada para konsumennya yang merupakan kreditor schuldeiser.Sebagai
debitor schuldenaar,
Developer wajib
melaksanakan “prestasinya”,
yaitu menyelesaikan pembangunan Apartemen dan melakukan penyerahan unit Apartemen
kepada pembeli atau kreditor schuldeiser. Adanya utang disini bukan saja menunjuk kepada kewajiban Developer selaku
debitor dalam hal pembangunan dan penyerahan unit Apartemen kepada para pembeli atau kreditor tapi juga mengacu kepada adanya sejumlah uang pembayaran dari para
pembeli atau konsumen yang telah melaksanakan kewajibannya dalam membayar secara angsuran unit Apartemen yang telah mereka pesan tersebut.
2. Pembatalan