Mekanisme Pengajuan Permohonan Pailit

39 ada keinginan supaya selekas mungkin tujuan dari perjanjian terlaksana, yaitu pihak Kreditor supaya lekas merasakan kenikmatan yang terletak pada pelaksanaan janji, sedang pihak Debitor supaya lekas terlepas dari suatu ikatan, yang dampaknya akan sedikit menekan jiwanya. 54

3. Mekanisme Pengajuan Permohonan Pailit

Kepailitan pada hakekatnya akan menyangkut status hukum dari subjek hukum yang bersangkutan baik subjek hukum pribadi maupun subjek hukum badan hukumbukan badan hukum maka harus mengikuti syarat dan prosedur tertentu sehingga dapat dinyatakan pailit dengan berdasarkan suatu keputusan Hakim. Berdasarkan Pasal 6 dan pasal 7 UUK PKPU No. 37 Tahun 2004 Mekanisme mengajukan permohonan pailit pada Pengadilan Niaga adalah sebagai berikut: a. Surat permohonan ditujukan kepada Ketua Pengadilan Niaga Pasal 6 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004; b. Permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh debitor sendiri atau oleh kreditor, dilakukan oleh seorang Advokat Pasal 7 ayat 1 Undang - Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004; 54 Martiman Prodjohamidjojo, Proses Kepailitan, Bandung : Mandar Maju, 1999, hlm. 15. Universitas Sumatera Utara 40 c. Panitera mendaftar permohonan pernyataan pailit tersebut pada tanggal permohonan yang bersangkutan diajukan Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004; d. Panitera menyampaikan permohonan pernyataan pailit tersebut kepada Ketua Pengadilan Niaga paling lambat 2 dua hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan Pasal 6 ayat 4 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004; e. Dalam jangka waktu paling lambat 3 tiga hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan, Pengadilan Niaga mempelajari permohonan tersebut dan menetapkan hari sidang Pasal 6 ayat 5 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004; f. Sidang pemeriksaan atas permohonan pernyataan pailit diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 20 dua puluh hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan Pasal 6 ayat 6 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004; g. Persidangan terhadap permohonan kepailitan itu dapat ditunda paling lambat 25 hari apabila ada permohonan dari debitor dan adanya alas an-alasan yang cukup mendasar. Pada siding itulah hakim akan mendengar keterangan pemohon, termohon, saksi-saksi dan memeriksa alat-alat bukti yang relevan Pasal 6 ayat 7 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004; h. Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan Universitas Sumatera Utara 41 pailit telah dipenuhi Pasal 8 ayat 4 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004; i. Putusan permohonan pernyataan pailit harus diucapkan paling lambat 60 enam puluh hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan Pasal 8 ayat 5 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004.

B. Kedudukan Para Konsumen Apartemen Sebagai Kreditur Dalam Kepailitan

Secara tata bahasa dalam kamus Bahasa Indonesia kreditor berarti “yang berpiutang” atau “penagih orang kepada siapa seseorang berutang”.Kreditor adalah pihak yang berpiutang dalam suatu hubungan hutang piutang tertentu. 55 Selanjutnya Jerry Hoff 56 dalam bukunya Indonesian Bankruptcy Law menyatakan bahwa hukum kepailitan tidak dapat membatasi kreditor untuk mengajukan permohonan pailit, yang mana definisi kreditor berdasarkan KUH Perdata adalah yang berhak terhadap pelaksanaan kewajiban oleh debitor. 57 Kreditor dalam kepailitan sesuai Pasal 1 Angka 2 UUK dan PKPU adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan. 58 55 Satrio, J,Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, Jakarta : Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm 99-100. 56 Jerry, Hoff, Op. cit., hal 26 57 Ibid. 58 Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Universitas Sumatera Utara 42 Dengan memperhatikan pengertian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Angka 2 UUK dan PKPU tersebut, dapat dijabarkan unsur-unsur kreditor sebagai berikut : a. Orang; b. Yang mempunyai piutang; c. Piutang yang dapat ditagih di muka pengadilan; d. Piutang timbul dari perjanjian; atau e. Piutang timbul dari undang-undang. Penjelasan Pasal 2 ayat 1 yang mengatur mengenai syarat pailit telah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “kreditor” adalah baik Kreditor Konkuren, Kreditor Separatis, maupun Kreditor Preferen. 59 Menurut Sutan Remy Sjahdeini dengan adanya Penjelasan Pasal 2 ayat 1 UUK dan PKPU tersebut, maka yang dimaksudkan dengan kreditor sebagai pemohon pernyataan pailit adalah sembarang kreditor. 60 Jika dilihat lagi pada pengertian kreditor dalam Pasal 1 Angka 2 UUK dan PKPU sebagaimana unsur-unsurnya telah diuraikan diatas, dapat diketahui bahwa suatu piutang yang diakui dalam kepailitan adalah piutang yang timbul dari perjanjian dan undang-undang.Pengertian piutang dalam pengertian kreditor tersebut sinkron dengan pengertian utang dalam Pasal 1 angka 6 UUK dan PKPU sebagai berikut : “Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik 59 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004, Nomor 4443. 60 Sutan Remy, Sjahdeini, Op.cit, hal. 55. Universitas Sumatera Utara 43 secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditor untuk mendapatkan pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor”. Definisi Kreditor sudah dijelaskan di atas. Untuk memahami lebih dalam tentang kreditor, terutama kreditor dalam Kepailitan, maka perlu diketahui jenis-jenis kreditor. Terdapat beberapa jenis atau penggolongan kreditur dalam kepailitan, yaitu: 1. Kreditur Konkuren Dalam lingkup kepailitan yang dapat digolongkan sebagai kreditur konkuren unsecured creditor adalah kreditur yang piutangnya tidak dijamin dengan hak kebendaan security right in rem dan sifat piutangnya tidak dijamin sebagai piutang yang diistimewakan oleh Undang-Undang. 61 Kreditor ini harus berbagi dengan para kreditor lainnya secara proporsional atau disebut juga pari passu, yaitu menurut perbandingan besarnya tagihan masing-masing dari hasil penjualan harta kekayaan debitor yang tidak dibebani dengan hak jaminan. Pembayaran terhadap kreditur konkuren adalah ditentukan oleh kurator. 62 2. Kreditur Preferen Kreditur preferen termasuk dalam golongan secured creditors karena semata- mata sifat piutangnya oleh Undang-Undang diistimewakan untuk didahulukan pembayarannya. Dengan kedudukan istimewa ini, kreditur preferen berada 61 Ibid. 62 Munir Fuady, Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek, Op. Cit, hlm. 103. Universitas Sumatera Utara 44 diurutan atas sebelum kreditur konkuren atau unsecured creditors lainnya. Utang debitur pada kreditur preferen memang tidak diikat dengan jaminan kebendaaan tapi Undang-Undang mendahulukan mereka dalam hal pembayaran. 63 3. Kreditur Separatis Menurut Munir Fuady: Dikatakan separatis yang berkonotasi pemisahan karena kedudukan kreditur tersebut memang dipisahkan dari kreditur lainnya, dalam arti ia dapat menjual sendiri dan mengambil sendiri dari hasil penjualan yang terpisah dengan harta pailit yang umumnya. 64 Menurut Mariam Darus Badrulzaman menyebutkan bahwa sebagai kreditur pemegang hak jaminan yang memiliki hak preferen dan kedudukannya sebagai kreditur separatis.Kreditor separatis dapat menjual dan mengambil sendiri hasil dari penjualan objek jaminan. Bahkan jika diperkirakan hasil penjualan atas jaminan utang itu tidak menutupi seluruh utangnya maka kreditor separatis dapat memintakan agar terhadap kekurangan tersebut dia diperhitungkan sebagai kreditor konkuren.Sebaliknya apabila hasil dari 63 Dalam kepailitan, ongkos kepailitan dan upah kurator dimasukkan sebagai tagihan preferen yang didahulukan pembayarannya atas tagihan kreditur konkuren. Lihat Pasal 18 ayat 5 Undang- Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. UU Nomor 37 Tahun 2004. 64 Munir Fuady 1,Op.cit., hlm. 105. Universitas Sumatera Utara 45 penjualan jaminan utang melebihi utang-utangnya maka kelebihan itu harus dikembalikan kepada debitor. 65 Ketiga kreditur ini tidak kehilangan kewenangannya untuk mengajukan permohonan kepailitan atas debitur yang berada dalam keadaan berhenti membayar. 66 Ketiga kreditur tersebut diakui eksistensinya. Dalam Undang- Undang kepailitan Belanda tidak terdapat keraguan terhadap hak kreditur separatis dan preferen untuk mengajukan kepailitan, hal ini juga dikemukakan oleh Abdul Hakim Garuda Nusantara yang menyambung pendapat dari Polak bahwa kreditur-kreditur tersebut tidak kehilangan kewenangannya untuk mengajukan permohonan kepailitan atas debitur yang berada dalam keadaan berhenti membayar. 67 4. Kreditur pemegang hak istimewa Kreditur pemegang hak istimewa privilege yang oleh Undang-Undang diberi kedudukan didahulukan semata-mata karena sifat piutangnya, baik dari kreditur konkuren, kreditur separatis maupun kreditur preferen. Lebih lanjut pasal 1134 ayat 2 KUH Perdata menyatakan bahwa hak agunan kebendaan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi terhadap hak istimewa privilege kecuali tidak dengan tegas ditentukan lain oleh Undang-Undang. 68 artinya 65 Mariam Darus Badrulzaman, Bab-Bab Tentang Credietverband, Gadai dan Fiducia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991, hlm. 17. 66 J. Djohansjah dalam Emmy Yuhassarie ed, Undang-Undang Kepailitan Dan Perkembangannya, Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2004, hlm. 138. 67 Ibid . 68 Undang-Undang membedakan 2 kelompok hak istimewa yaitu piutang yang diistimewakan atas benda-benda tertentu benda yang ditentukan secara khusus seperti biaya perkara, upah tukang, Universitas Sumatera Utara 46 dalam mengambil pelunasan dari hasil penjualan benda-benda milik debitor yang diletakkan hak jaminan, dan ada kreditor pemegang hak istimewa dan sisanya diambil oleh kreditor konkuren. Berdasarkan uraian diatas dapat kita ketahui bahwa Para Konsumen Apartemen masuk kepada penggolongan Kreditur Kreditur Konkuren karena dalam lingkup kepailitan yang dapat digolongkan sebagai kreditur konkuren unsecured creditor adalah kreditur yang piutangnya tidak dijamin dengan hak kebendaan security right in rem dan sifat piutangnya tidak dijamin sebagai piutang yang diistimewakan oleh Undang-Undang.

C. Momentum Terjadinya Utang Antara Developer PT. Graha Permata

Properindo Dengan Para Konsumen Apartemen 1. Kegagalan Developer Melakukan Penyerahan Apartemen Pada Waktu Yang Telah Diperjanjikan Seperti yang kita ketahui bahwa Undang-Undang Kepailitan kita menganut pengertian utang dalam arti luas, di mana sumber utang tidak hanya dari perjanjian utang piutang saja, melainkan bersumber dari perjanjian lain yang dibuat oleh kedua belah pihak dan menimbulkan satu hubungan hukum yang mengikat di antara mereka. Serta dalam suatu hubungan hukum khususnya hukum perjanjian setidak- tidaknya melibatkan 2 dua pihak yang terikat oleh hubungan tersebut, yaitu kreditor schuldeiser dan debitor schuldenaar. biaya menyelamatkan barang-barang dan lain-lain, dan piutang yang diistimewakan atas semua benda milik debitur benda debitur pada umumnya seperti biaya penguburan, biaya pengobatan, tagihan sekolah, dan lain-lain sehingga 2 kelompok itu disebut juga dengan istilah privilege khusus dan privilege umum. Universitas Sumatera Utara 47 Hubungan Hukum antara Developer dengan para konsumen apartemen berawal dari hubungan jual beli yang dinyatakan dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli. Sebelum bangunan apartemen selesai dibangun, biasanya pihak Developer mengadakan kegiatan yang disebut pemasaran pendahuluan dengan membuat satu atau beberapa unit percontohan, kemudian pendaftaran pemesanan. Untuk menjamin hak para pihak maka dibuatlah suatu perjanjian yang akan menimbulkan suatu perikatan diantara para pihak yang membuatnya. Perikatan pendahuluan atau perikatan jual beli ini dikenal dengan sebutan Perjanjian Pengikatan Jual Beli “PPJB”. Lebih lanjut, dasar hukum yang berkaitan dengan perjanjian pengikatan jual beli adalah Pasal 1457 KUHPerdata yang menyebutkan “jual beli adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak lain untuk membayar harga yang telah ditetapkan”. Perjanjian jual beli yang dianut KUHPerdata tersebut juga dikatakan bersifat obligatoir, karena perjanjian itu belum memindahkan hak milik. Adapun hak milik baru berpindah dengan dilakukannya levering atau penyerahan. Dengan demikian, maka dalam sistem KUH Perdata tersebut “levering” merupakan suatu perbuatan yuridis guna memindahkan hak milik “transfer of ownership”. 69 Yang dimaksud dengan “levering” atau “transfer of ownership” adalah penyerahan suatu barang oleh pemilik atau atas namanya kepada orang lain, sehingga orang lain ini memperoleh hak milik atas barang tersebut dalam hal ini adalah satuan 69 Subekti, Hukum Perjanjian, Log. Cit. Universitas Sumatera Utara 48 unit rumah susun. Levering atau transfer of ownership ini mengikuti perjanjian obligator, karena menurut sistem KUHPerdata kita, perjanjian obligator itu baru dalam taraf melahirkan hak dan kewajiban saja, belum memindahkan hak milik, supaya hak milik berpindah, perlu diikuti dengan penyerahan barangnya. 70 Penyerahan yang dimaksud meliputi pemindahan penguasaan dan pemindahan hak atas barang berdasarkan perikatan dasar yaitu perjanjian. Dalam setiap perjanjian yang mengandung tujuan memindahkan penguasaan dan hak milik, perlu dilakukan dengan penyerahan barang tersebut delivery, transfer, levering. Penyerahan tersebut dilakukan baik secara nyata, maupun secara yuridis. Penyerahan yuridis dapat dilihat dengan jelas pada barang tidak bergerak, karena tata caranya diatur dalam Undang – Undang. 71 Mengenai sifat jual beli obligatoir ini terlihat jelas dalam Pasal 1459 KUHPerdata, yang menerangkan bahwa hak milik atas barang yang dijual tidaklah berpindah kepada si pembeli selama penyerahannya belum dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang bersangkutan. 72 Adapun pengertian jual beli yang dimaksud dalam Pasal 1457 KUHPerdata apabila dikaitkan dengan jual beli rumah susun atau dalam hal ini apartemen adalah bahwa jual beli rumah susun atau apartemen merupakan sesuatu perjanjian dengan mana penjual, yaitu Developer mengikat dirinya untuk menyerahkan hak atas rumah susun atau apartemen yang bersangkutan kepada pembeli dan pembeli mengikatkan 70 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Log. Cit. 71 Ibid., hlm. 106. 72 Subekti, Op. Cit. , hal 80. Universitas Sumatera Utara 49 dirinya untuk membayar kepada penjual atau Developer sesuai dengan harga yang telah disetujui. 73 Hal ini karena suatu hubungan hukum dalam lalu lintas hukum khususnya hukum perjanjian setidak-tidaknya melibatkan 2 dua pihak yang terikat oleh hubungan tersebut, yaitu kreditor schuldeiser dan debitor schuldenaar. ”Masing- masing pihak mempunyai hak dan kewajiban yang lahir dari hubungan hukum itu berupa prestasi dan kontra prestasi yang dapat berbentuk memberi, berbuat, dan tidak berbuat sesuatu”. 74 selalu ada hak dan kewajiban di satu pihak yang saling berhadapan dengan hak dan kewajiban di pihak lain. 75 Ini sejalan dengan landasan hukum kepailitan di Indonesia, yaitu KUHPerdata, maka perlu dilihat apakah konsep utang itu dalam KUHPerdata. Di dalam KUHPerdata kata utang diambil dari kata Gotisch “skulan” atau “sollen” 76 , yang pada mulanya berarti harus dikerjakan menurut hukum. Pada dasarnya, utang adalah kewajiban yang harus dilakukan terhadap pihak lain, sehingga utang dalam pengertian ini merupakan hal yang dapat timbul pada kedua belah pihak. Kewajiban ini lahir dari perikatan yang dilakukan antara para subjek hukum. 73 R. Wiryono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Log. Cit. 74 Roberto Mangabeira Unger, Gerakan Studi Hukum Kritis, Log. Cit. 75 Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas – Asas Hukum Perdata, Bandung : Alumni, 1992, hlm. 239. 76 Bagus Irawan, Op. Cit., hlm. 38. Universitas Sumatera Utara 50 Dengan melihat kewajiban utama Developer selaku penjual apartemen maupun kewajiban utama konsumen selaku pembeli apartemen, dapat ditarik kesimpulan bahwa kewajiban utama Developer menyerahkan apartemen sebagai obyek perjanjian jual beli pada dasarnya hak utama dari konsumen selaku pembeli. Demikian pula sebaliknya, kewajiban utama pembeli membayar harga apartemen sesuai dengan perjanjian jual beli adalah merupakan hak utama dari Developer selaku penjual . Hal ini berarti ada hubungan timbal balik antara kewajiban Developer selaku penjual apartemen dan kewajiban konsumen selaku pembeli apartemen dengan hak- hak dari masing-masing pihak. Perikatan secara umum diartikan sebagai hubungan hukum kekayaanharta benda antara dua orang atau lebih, berdasarkan mana orang yang satu terhadap yang lainnya berhak atas suatu penuaianprestasi dan orang lain ini terhadap orang itu berkewajiban atas penuaian prestasi itu, sehingga perikatan adalah suatu hubungan hukum yang terjadi di antara para pihak terhadap suatu obyek tertentu yang melahirkan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak. Pada dasarnya “utang” atau kewajiban yang timbul dari perikatan adalah prestasi yang harus dilaksanakan oleh para pihak dalam perikatan tersebut. Para subjek perikatan disebut berpiutang atau kreditor schuldeiser sebagai pihak yang berhak atas prestasi dan si berhutang atau debitor schuldenaar sebagai pihak yang wajib memenuhi prestasi. Prestasi sebagai objek perjanjian harus tertentu atau dapat ditentukan pasal 1320 KUHPerdata. Universitas Sumatera Utara 51 Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, dapat dipahami bahwa jual beli apartemen antara Developer dengan konsumen merupakan suatu perjanjian yang mengikat salah satu pihak untuk menyerahkan apartemen dan mengikat pihak lain untuk membayar harga satuan apartemen sesuai kesepakatan. Inilah yang terjadi pada kasus kepailitan antara Developer Apartemen PT. GRAHA PERMATA PROPERINDO dengan para konsumennya. Developer gagal untuk melakukan penyerahan unit Apartemen yang telah dipesan dan dibayar secara angsuran oleh konsumen atau pembeli, padahal mereka telah memesan dan mencicil pembayaran atas unit Apartemen yang direncanakan untuk dibangun oleh Developer . Pembeli pertama telah membayar secara angsuran dengan jumlah cicilan yaitu Rp.58.100.000,-,. Pembeli kedua juga telah mengeluarkan uang sejumlah Rp. 37.400.000,-,. Pembeli ketiga juga telah membayar secara angsuran sejumlah Rp.64.695.000,-. Bahwa berdasarkan Perjanjian Pengikatan Jual Beli PPJB antara Developer dengan para pembeli maka pihak Developer seharusnya melakukan penyerahan fisik dari unit Apartemen yang dibeli oleh Para Pembeli pada bulan Desember 2008. Akan tetapi sampai batas waktu yang telah disepakati sesuai dengan PPJB yang mengikat secara hukum antara Developer dengan pembeli, pihak Developer telah lalai dalam melaksanakan kewajiban penyerahan fisik dari unit Apartemen kepada para Pembeli sesuai tenggang waktu yakni, Bulan Desember 2008.Karena mereka masih tetap belum menerima penyerahan atas unit Apartemen yang mereka pesan dan beli itu dari Developer maka ketiga orang Pembeli ini kemudian mengirimkan beberapa kali Surat Universitas Sumatera Utara 52 Peringatan atau Somasi kepada pihak Developer bahkan menaruh pengumuman di koran atau surat kabar akan tetapi pihak Developer sama sekali tidak menanggapi Surat Somasi tersebut. Undang-Undang hendak menegaskan bahwa setiap kewajiban perdata terjadi karena memang dikehendaki oleh pihak-pihak yang terkait dalam perikatan, yang dengan secara sengaja dibuat oleh mereka maupun karena ditentukan oleh peraturan perUndang-Undangan yang berlaku untuk kepentingan pihak-pihak tertentu. Maka, dapat dilihat bahwa setiap perikatan, baik yang berwujud dalam prestasi untuk memberikan sesuatu, untuk melakukan sesuatu, atau untuk tidak melakukan sesuatu, membawa pada kewajiban untuk mengganti dalam bentuk biaya, rugi dan bunga adalah merupakan suatu bentuk kualifikasi prestasi dalam jumlah tertentu yang mana dapat dinilai dengan uang. 77 Yang artinya dalam perikatan kewajiban pemenuhan prestasi yang harus dijalankan menurut hukum dan merupakan tagihannya yang dapat dimintakan ganti rugi bila tidak dipenuhi oleh si debitor, sehingga si berpiutang atau kreditor memiliki piutang inschuld dan hak atas tuntutan ganti rugi, sementara pada pihak si berutang atau debitor memiliki utang uitschuld dan tanggung jawab atas tuntutan ganti rugi haftung. 78 Hal ini terjadi karena adanya kegagalan Developer dalam melaksanakan kewajibannya untuk menyerahkan unit Apartemen yang telah dipesan oleh para 77 Kartini Mulajadi dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis, Pedoman Menangani Perkara Kepailitan, Op. Cit, hlm. 6 juncto hlm. 10. 78 Ibid. Universitas Sumatera Utara 53 pembeli, maka Developer dikatakan gagal melakukan prestasinya.Developer telah berutang kepada para konsumennya yang merupakan kreditor schuldeiser.Sebagai debitor schuldenaar, Developer wajib melaksanakan “prestasinya”, yaitu menyelesaikan pembangunan Apartemen dan melakukan penyerahan unit Apartemen kepada pembeli atau kreditor schuldeiser. Adanya utang disini bukan saja menunjuk kepada kewajiban Developer selaku debitor dalam hal pembangunan dan penyerahan unit Apartemen kepada para pembeli atau kreditor tapi juga mengacu kepada adanya sejumlah uang pembayaran dari para pembeli atau konsumen yang telah melaksanakan kewajibannya dalam membayar secara angsuran unit Apartemen yang telah mereka pesan tersebut.

2. Pembatalan

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pengalihan Saham Perseroan Melalui Perjanjian Jual Beli Saham (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2678 K/Pdt/2011)

8 151 149

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Hak dan Kewajiban Kurator Pasca Putusan Pembatalan Pailit Pada Tingkat Kasasi Oleh Mahkamah Agung (Studi Kasus Kepailitan PT. Telkomsel vs PT. Prima Jaya Informatika)

1 38 128

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

PEMBATALAN PUTUSAN PERNYATAAN PAILIT OLEH MAHKAMAH AGUNG (Studi Putusan No. 02/Pailit/2012/PN.Niaga.Smg dan No. 522 K/Pdt.Sus/2012)

0 6 80

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG MENGABULKAN PERMOHONAN KASASI PT TELEKOMUNIKASI SELULER ATAS PUTUSAN PAILIT PENGADILAN NIAGA PADA PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 704 K/Pdt.Sus/2012).

0 2 16