Pengertian Itsbat Nikah Itsbat Nikah

autentik dan diterima di hadapan hukum bahwa telah terjadi perkawinan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, sehingga salah satu atau keduanya tidak akan mengingkari perkawinan tersebut jika muncul permasalahan di kemudian hari, misalnya dalam masalah anak, waris, dan nafkah.

D. Itsbat Nikah

1. Pengertian Itsbat Nikah

Negara Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, menjamin hak setiap orang atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. 182 Jaminan kepastian hukum sebagai wujud persamaan dan perlindungan hukum dari sebuah perkawinan ditandai dengan adanya akta nikah.Pencatatan perkawinan sebagai sebuah proses yang harus dilalui untuk memperoleh akta nikah merupakan sebuah persyaratan administratif yang harus dilakukan. Meskipun, peraturan perundang-undangan sudah mengharuskan adanya akta Untuk mewujudkan persamaan dan perlindungan hukum, setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan perlindungan hukum melalui proses hukum yang dijalankan oleh penegak hukum, khususnya pelaku kekuasaan kehakiman. Oleh karena itu, salah satu tugas utama lembaga-lembaga yang berada dalam lingkungan kekuasaan kehakiman adalah memperluas dan mempermudah akses masyarakat untuk memperoleh keadilan access to justice sebagai bentuk persamaan di hadapan hukum dan untuk memperoleh perlindungan hukum. 182 Pasal 28 D ayat 1 UUD NRI 1945. nikah sebagai bukti perkawinan, namun tidak jarang ditemui suami istri yang telah menikah tidak mempunyai kutipan akta nikah. Untuk itulah negara membentuk suatu lembaga hukum dengan tujuan memberikan kesempatan bagi para pihak yang belum memiliki akta nikah untuk mendapatkan kepastian hukum atas perkawinannya, lembaga tersebut dikenal dengan nama itsbat nikah. Itsbat nikah hadir disebabkan karena banyak sekali mudharat yang akan ditimbulkan perihal tidak tercatatnya suatu perkawinan. Islam mengajarkan bahwa setiap kemudharatan itu sedapat mungkin harus dihindari, sebagaimana ungkapan sebuah kaedah fikih yang berbunyi “kemudharatan harus dihilangkan”. Demikianlah itsbat nikah diadakan untuk menghindari kemudharatan dalam perkawinan tanpa pencatatan. Itsbat nikah berasal dari Bahasa Arab yang terdiri atas kataitsbat dan nikah. Itsbat berasal dari kata atsbatayang berarti penetapan, pengukuhan,pengiyaan. Itsbat nikah sebenarnya sudah menjadi istilah dalam Bahasa Indonesiadengan sedikit revisi sehingga disebut dengan istilah itsbat nikah. Secara sederhana, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI yang dimaksud dengan itsbat nikah adalah penetapan mengenai kebenaran atau keabsahan nikah. 183 183 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Op.Cit, h.600. Itsbat nikah adalah pengesahan atas perkawinan yang telah dilangsungkan menurut syariat agama Islam, akan tetapi tidak dicatat oleh KUA atau PPN yang berwenang, ada juga yang mengartikan Itsbat nikah sebagai penetapan atas perkawinan yang dilakukan oleh suami istri, dimana perkawinan yang dilakukan oleh para pihak telah memenuhi syarat dan rukun nikah namun belum tercatat di KUA. 184 1 Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah yang dibuat oleh Pegawai Pencatat Nikah. Didalam ketentuan perundang-undangan tentang itsbat nikah tidak terdapat definisi yang jelas karena tidak disebutkan pengertiannya, bahkan di dalam UUP 11974 tidak diatur mengenai itsbat nikah. Namun dapat ditelaah dari ketentuan Pasal 7 KHI tentang pencatatan perkawinan, yang menjelaskan bahwa : 2 Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah, dapat diajukan itsbat nikahnya ke Pengadilan Agama. 3 Itsbat nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan : a Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian; b Hilangnya akta nikah; c Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan; d Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya UUP 11974; e Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan perkawinan menurut UUP 11974; 4 Yang berhak mengajukan permohonan itsbat nikah ialah suami atau istri, anak-anak mereka, wali nikah dan pihak yang berkepentingan dengan perkawinan itu. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat diartikan bahwa ketika suatu perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah, maka dapat menempuh upaya itsbat nikah untuk mengesahkan perkawinan sehingga diperoleh alat bukti atas perkawinan mereka. Pengesahan perkawinan diperoleh dengan terlebih dahulu membuktikan di muka pengadilan bahwa perkawinan diantara para pihak tersebut telah terlaksana dengan memenuhi syarat dan rukun perkawinan Islam. 184 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2006, h. 29. Sedangkan dalam Keputusan Mahkamah Agung RI Nomor KMA032SK2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan disebutkan bahwa : ”Itsbat nikah adalah pengesahan atas perkawinan yang telah dilangsungkan menurut syariat agama Islam, akan tetapi tidak dicatat oleh KUA atau PPN yang berwenang.” Jika merujuk pada pendapat ahli, Peter Salim mengatakan bahwa : itsbat nikah memiliki pengertian yaitu penetapan tentang kebenaran nikah”. 185 Itsbat nikah dilakukan berkaitan dengan unsur keperdataan yaitu adanya bukti autentik tentang perkawinan yang telah dilakukan. Hal ini karena perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dari berbagai pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa itsbat nikah adalah permohonan pengesahan nikah penetapan nikah sehingga perkawinan yang sebelumnya tidak diakui di mata hukum atau tidak memiliki bukti yang sah menjadi mempunyai kekuatan hukum yang sah menurut ketentuan hukum yang berlaku. 186 185 Masrum M. Noor, Penetapan Pengesahan Perkawinan, Dengan adanya akta nikah ini para pihak yang terlibat dalam perkawinan akan terlindungi oleh hukum karena telah melakukan tindakan hukum dan mendapat pengakuan hukum. Akta nikah juga akan bermanfaat dan menjaga http:www.pa- jakartapusat.go.idindex.php?option=com_contentview=articleid=389:penetapan-pengesahan-p erkawinan-itsbat-nikah-bagi-warga-negara-indonesia-di-luar-negericatid=1:arsip-beritaItemid =1 diakses 29 Maret 2015 pukul 17.00 WIB. 186 Pasal 7 ayat 1 KHI. kemaslahatan keluarga terutama untuk menghindari kemungkinan dikemudian hari adanya pengingkaran atas perkawinan yang telah terjadi. Kewenangan memutuskan perkara itsbat nikah di Indonesia diberikan kepada Pengadilan Agama sebagai salah satu lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung. Pengadilan Agama diberi kewenangan mengadili perkara tertentu yakni perdata Islam dan bagi golongan rakyat tertentu, yakni masyarakat muslim Indonesia. Landasan yuridis yang digunakan atas kewenangan peradilan dalam penyelesaian itsbat nikah ini secara historis dapat dilihat dalam himpunan penetapan dan putusan Pengadilan Agama di tahun 1950-an yang menggunakan dasar hukum Staatsblad tahun 1882 Nomor 152 dan Staatsblad tahun 1937 nomor 116 dan 610 untuk Jawa dan Madura , Staatsblad tahun 1937 nomor 638 dan 639 untuk sebagian Kalimantan Selatan dan Timur, serta Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1957 untuk luar Jawa dan Madura serta sebagian Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. 187 Selain KHI, pengaturan mengenai kewenangan itsbat nikah tersebut secara umum tertuang dalam Pasal 49 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana diubah dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 yang mengatakan bahwa Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang- orang yang beragama Islam di bidang perkawinan yang secara khusus menangani Hal di atas membuktikan bahwa praktek itsbat nikah dalam masyarakat Islam di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak dulu, sehingga perlu pengaturan yang lebih rinci sambil disesuaikan dengan kondisi terkini. 187 Damsyi Hasan, “Permasalah Isbat Nikah Kajian terhadap pasal 2 UU. No. 1 tahun 1974 dan pasal 7 KHI”, Artikel dalam Mimbar Hukum Edisi 31, 2006, h.1. permohonan itsbat nikah. Namun dalam penjelasan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama dikatakan bahwa kewenangan Pengadilan Agama hanya sebatas pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum UUP 11974 dandijalankan menurut peraturan yang lain. Berbeda dalam prakteknya, permohonan itsbat nikah yang diajukan ke Pengadilan Agama sekarang ini umumnya merupakan perkawinan yang dilangsungkan pasca berlakunya UUP 11974. Menurut data yang diperoleh dari Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, permohonan itsbat nikah atas perkawinan yang dilakukan pasca keluarnya UUP 11974 mencapai angka hingga 95. Meskipun perkawinan itu telah dilakukan menurut ketentuan hukum Islam terpenuhi syarat dan rukunnya, tetapi tidak dicatatkan pada PPN, sehingga perkawinan tersebut pada dasarnya tidak boleh diitsbatkan oleh Pengadilan Agama. 188 Tidak boleh diitsbatkan dalam artian karena para pihak yang telah melaksanakan perkawinan namun tidak mencatatkannya merupakan suatu bentuk tidak taat hukum. Padahal telah jelas dinyatakan dalam UUP 11974 dan KHI bahwa tiap-tiap perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 189 188 Rosmawardi Muhammad, “Itsbat Nikah di Pengadilan Agama”, Medan, Makalah Capita Selecta Hukum Islam, 2012. 189 Pasal 2 ayat 2 UUP 11974 dan Pasal 5 ayat 1 KHI. Inilah yang menyebabkan hingga saat ini persoalan itsbat nikah menjadi perhatian serius Kelompok Kerja Perdata Agama Mahkamah Agung dikarenakan itsbat nikah seolah-olah dinilai melegalkan peristiwa pihak tertentu yang tidak taat hukum. 190 190 Itsbat Nikah Masih Menjadi Masalah, Terlepas dari pengaturan itsbat nikah tersebut, dapat dipahami bahwa kedudukan itsbat nikah diposisikan sebagai solusi mengurangi dampak negatif dari perkawinan tanpa pencatatan. Karena berperan sebagai sebuah solusi, sudah selayaknya lembaga itsbat nikah ini berjalan dengan baik dan ideal agar tujuan yang diharapkan untuk mengurangi bahkan menghilangkan kemudharatan dari perkawinan tanpa pencatatan dapat tercapai. Terhadap perkawinan yang tidak dicatatkan, tentunya alasan-alasan tidak dicatatkannya perkawinan rentan akan penyelundupan hukum. Jangan sampai lembaga itsbat nikah kemudian mengesahkan penyelundupan hukum tersebut sehingga akan terjadi dampak buruk atas pengesahan perkawinan. Inilah yang menjadi salah satu sebab dalam Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Agama menganjurkan agar majelis hakim bersikap hati-hati dalam menerima permohonan itsbat nikah. Sehingga dalam proses itsbat nikah tidak dijadikan alat untuk melegalkan perbuatan penyelundupan hukum untuk mempermudah poligami tanpa prosedur hukum, memperoleh hak-hak waris atau hak-hak lain atas kebendaan dan lain sebagainya. Hal ini sejalan dengan pendapat Muchsin dalam Rapat Kerja Nasional Kelompok Kerja Perdata Mahkamah Agung yang mengatakan bahwa : http:www.hukumonline.comberitabacahol 17737itsbat-nikah-masih-jadi-masalah, diakses 23 Desember 2014 pukul 21.18 WIB. “Dengan memandang sejarah hukum dan filosofi hukum dan tujuan pelaksanaan perkawinan dicatatkan, maka akan menjadikan hakim lebih berhati-hati dalam menangani perkara itsbat nikah”. 191 a. Melakukan perkawinan ulang Dalam praktek kehidupan masyarakat selain melalui lembaga itsbat nikah, alternatif lain yang dapat ditempuh untuk memperoleh akta nikah adalah sebagai berikut : Selain melalui itsbat nikah, mayoritas masyarakat melakukan perkawinan ulang untuk mengesahkan perkawinan mereka. Menurut Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, Khaerudin, perkawinan ulang yang banyak terjadi di tengah masyarakat ditempuh melalui nikah massal. Masyarakat yang menjadikan nikah massal sebagai alternatif mengesahkan perkawinan mereka berasal dari masyarakat menengah ke bawah. Padahal sejatinya nikah massal bukanlah untuk pengesahan perkawinan bagi pasangan-pasangan yang telah menikah namun tanpa melalui prosedur pencatatan. Perlu dipahami apa alasan hukum dan dasar hukum melaksanakan prosesi nikah massal tersebut yang secara tidak langsung akan menimbulkan efek permasalahan hukum yang baru, dan akan menimbulkan efek tidak sadar hukum di dalam masyarakat itu sendiri. 192 Problem mendasar yang muncul dan perlu dipertanyakan terhadap pelaku perkawinan ulang yang mengikuti nikah massal adalah ijab kabul mana yang dijadikan ukuran tentang sahnya perkawinan? Ijab kabul yang dilakukan pada saat perkawinan tanpa pencatatan atau ijab kabul yang dilakukan pada saat nikah 191 Muchsin, “Problematika Perkawinan Tidak Tercatat dalam Pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif”,Jurnal Mahkamah Agung RI, Jakarta, Tahun 2008, h.17. 192 Khaerudin, Op.Cit, h.2. masal? Jika yang sah adalah ijab kabul tanpa pencatatan, untuk apa dilakukan perkawinan ulang? Jika yang sah adalah ijab kabul dalam nikah masal, lalu bagaimana dengan status hukum hubungan suami istri selama ini dan status anak yang telah lahir sebelum perkawinan ulang tersebut dilangsungkan? Bagaimanapun juga dalam satu perkawinan tidak boleh terjadi dua kali ijab kabul, walaupun keliru perkawinan ulang tersebut banyak ditemui di masyarakat terkhusus kota Medan. 193 b. Memperoleh akta nikah palsu Berbagai persyaratan yang rumit beserta peraturan pelaksanaan yang mengatur syarat yang cukup ketat bagi seseorang yang akan melangsungkan perkawinan, bagi sebagian orang dianggap sebagai peluang bisnis yang cukup menjanjikan yaitu dengan menawarkan berbagai kemudahan dan fasilitas berupa pembuatan akta nikah asli tapi palsu aspal. Bagi sebagian masyarakat hal tersebut dianggap sebagai jalan pintas atau alternatif yang tepat. Terlebih, di tengah kesadaran hukum dan tingkat pengetahuan rata-rata masyarakat yang relatif rendah. Tidak dipersoalkan, apakah akta nikah atau tata cara perkawinan itu sah menurut hukum atau tidak, yang terpenting adalah adanya bukti tertulis yang menyatakan bahwa perkawinan tersebut sah. Kasus beredarnya akta nikah aspal tersebut perlu disikapi secara serius. Hal perlu dihindari jangan sampai keluarnya akta nikah kepada pasangan yang perkawinannya tidak memenuhi syarat dan rukun perkawinan atau bahkan belum pernah menikah secara agama dan 193 Ibid. kepercayaan, namun pasangan tersebut telah mempunyai akta nikah. Jika hal tersebut terjadi, sulit untuk mengawasi beredarnya akta asli tapi palsu. 194 Tidak adanya akta nikah dapat menyebabkan suatu pernikahan dinyatakan tidak mememiliki kekuatan hukum dan hanya dapat tergantikan oleh itsbat nikah oleh Pengadilan Agama. 195

2. Penyebab pengajuan itsbat nikah