C. Prosedur Pembuktian dalam Permohonan Itsbat Nikah di Pengadilan Agama Kelas 1-A Medan
Pemeriksaan syarat materil dalam permohonan itsbat nikah sejatinya adalah untuk melihat apakah suatu perkawinan sah atau tidak. Indikatornya adalah
bahwa perkawinan tersebut telah memenuhi syarat dan rukun perkawinan serta tidak memiliki halangan perkawinan. Untuk memperoleh keyakinan hakim akan
kedua hal tersebut, maka diperlukan sebuah proses yang dapat memberikan kepastian telah terjadinya suatu perkawinan yang sah. Proses tersebut dinamakan
dengan proses pembuktian sebagai suatu tahapan yang harus dilalui dalam proses litigasi.
Saat suatu permohonan itsbat nikah diajukan dan diterima oleh Pengadilan Agama Kelas I-A Medan maka pertama sekali akan diperiksa syarat formil dari
permohonan tersebut. Setelah syarat formil dari sebuah permohonan terpenuhi maka hakim akan menyatakan bahwa permohonan tersebut diterima dan
selanjutnya akan diperiksa unsur materil dari permohonan tersebut yang akan berujung pada apakah permohonan tersebut dikabulkan atau ditolak.
Secara sederhana permohonan itsbat nikah disebut sebagai permohonan membuktikan untuk memperoleh bukti. Maksudnya, membuktikan di muka
pengadilan bahwa sebuah perkawinan telah memenuhi syarat dan rukun perkawinan serta tidak memiliki halangan perkawinan yang tujuannya adalah
untuk memperoleh bukti atas perkawinan para pihak yang telah dilakukan
sebelumnya.
252
Kewajiban para pihak berperkara dalam pembuktian adalah meyakinkan majelis hakim tentang dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu
permohonan itsbat nikah atau dengan pengertian lain yaitu kemampuan para pihak memanfaatkan hukum pembuktian untuk mendukung dan membenarkan peristiwa
perkawinan atas permohonan itsbat nikah yang diajukan. Hal tersebut mengandung suatu asas bahwa barang siapa yang mendalilkan sesuatu maka harus
membuktikannya.
253
Pembuktian secara etimologi berasal dari kata “bukti” yang berarti sesuatu yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa. Kata “bukti” jika mendapat awalan
“pe” dan akhiran “an” maka berarti proses, perbuatan, cara membuktikan.
254
1. Membuktikan dalam arti logis adalah memberikan kepastian yang bersifat mutlak, karena berlaku bagi setiap orang dan tidak memungkinkan adanya
bukti lawan. Dapat
disimpulkan bahwa pembuktian berarti suatu cara atau proses untuk menyatakan kebenaran suatu peristiwa, dalam hal permohonan itsbat nikah maka yang ingin
dibuktikan adalah kebenaran telah terjadinya suatu perkawinan. Sudikno Mertokusumo dalam bukunya Hukum Acara Perdata Indonesia
mengatakan bahwa membuktikan mengandung beberapa pengertian yaitu arti logis, konvensional dan yuridis yakni sebagai berikut :
252
Wawancara dengan Darmansyah, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 26 Februari 2015.
253
Wawancara dengan Bachtiar, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 16 Maret 2015, melihat juga wawancara dengan Yusuf , Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan,
tanggal 26 Februari 2015, melihat juga Pasal 163 HIR dan Pasal 283 RBg yang berbunyi “Barang siapa yang mengaku mempunyai suatu hak atau menyebut suatu peristiwa untuk meneguhkan
haknya atau membantah hak orang lain, harus membuktikan adanya hak atau peristiwa itu”.
254
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Op.Cit, h.151.
2. Membuktikan dalam arti konvensional adalah memberikan kepastian nisbi atau relatif sifanya.
3. Membuktikan dalam arti yuridis tidak lain berarti memberi dasar yang cukup kepada hakim yang memeriksa perkara yang bersangkutan guna memberi
kepastian tentang peristiwa yang diajukan.
255
Berdasarkan doktrin ini dapat disimpulkan bahwa pembuktian dalam permohonan itsbat nikah dikategorikan sebagai pembuktian dalam arti yuridis. Pembuktian
dalam arti yuridis pada dasarnya tidak menuju kepada kebenaran mutlak, karena adanya kemungkinan bahwa kesaksian danatau bukti tertulis itu tidak benar atau
dipalsukan. Namun karena permohonan itsbat nikah kebanyakan tidak memiliki bukti lawan karena berbentuk voluntair maka dituntut keaktifan hakim untuk
menemukan kebenaran tidak hanya formil namun juga materil. Tujuan dari pembuktian itu sendiri menurut A. Mukti Arto adalah untuk
memperoleh keyakinan bahwa suatu peristiwa atau fakta yang diajukan itu benar- benar terjadi guna mendapatkan putusan hakim yang benar dan adil. Hakim tidak
dapat menjatuhkan suatu putusan sebelum nyata baginya bahwa fakta atau peristiwa yang diajukan itu benar terjadi, yakni dibuktikan kebenarannya sehingga
nampak adanya hubungan hukum antara para pihak.
256
Berbagai alat bukti dikalkulasikan sedemikian rupa hingga mencapai taraf tertentu yang dinamakan keyakinan atau mendekatikeyakinan. Ukuran keyakinan
yang dirumuskan Mukti Arto dalam tujuan pembuktian ditegaskan lebih lanjut
255
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta, Liberti, 1998, h.103-104.
256
A. Mukti Arto, Praktek-Praktek pada Pengadilan Agama, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2003, h.140.
oleh M. Yahya Harahapbahwa dalam pembuktian senantiasa ada kemungkinan ketidakbenaran, walau itu sekecil apapun. Artinya, selalu ada kemungkinan salah.
Atas dasar itu, putusan yang telah berkekuatan hukum masih terbuka untuk digugat karena tidak ada kebenaran yang mutlak. Arti lainnya, tidak ada
keyakinan yang mencapai 100.
257
Amir Syarifuddinmenambahkan bahwa asumsi dengan tingkat kepastian di atas 60, dapat dijadikan dasar dalam menetapkan
hukum.
258
Perbedaan pembuktian itsbat nikah dengan perkara lainnya yang diajukan ke Pengadilan Agama adalah bahwa permohonan itsbat nikah menghadapkan
Sedangkan dalam konteks persidangan, ukuran keyakinannya adalah meyakinkan setengah plus satu dari jumlah hakim pada satu majelis. Bahwa
melalui alat bukti yang telah ditentukan, pihak yang berperkara mampu meyakinkan bahwa suatu perkawinan adalah sah. Sehingga makna terbukti di sini
ialah Majelis Hakim “yakin” tentang kebenaran dalil dengan memenuhi batas minimal keyakinan yaitu sebatas 60.
Ciri khusus hukum acara perdata bahwa yang dicari adalah kebenaran formal, yaitu kebenaran berdasarkan anggapan dari pihak yang berperkara. Selain
itu pula hakim harus bersifat pasif, yaitu hakim memutuskan perkara semata-mata berdasarkan hal-hal yang dianggap benar oleh pihak-pihak yang berperkara dan
berdasarkan bukti-bukti yang mereka bawa dalam sidang pengadilan. Jadi hakim tidak mencampuri hak-hak individu yang dilanggar, selama orang yang dirugikan
tidak melakukan penuntutan di pengadilan.
257
M.Yahya Harahap Buku II, Op.Cit, Jakarta, Sinar Grafika, 2008, h. 496.
258
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, Jakarta, Kencana Prenada Media, 2008, h. 171.
hakim pada para pihak yang akan membuktikan perkawinan mereka telah dilakukan secara sah.
259
Menurut hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, pembagian peran aktif dan pasif dalam permohonan itsbat nikah ini adalah hakim pasif karena
bersifat menunggu datangnya permohonan yang diajukan para pihak. Dalam artian ketika hakim mengetahui bahwa terdapat suatu perkawinan yang tidak
Kemudian hakim menilai dan mencari kebenaran atas hal-hal yang disampaikan pemohon dan saksi, sampai benar-benar yakin bahwa
perkawinan para pihak telah memenuhi syarat dan rukun perkawinan serta tidak terdapat halangan perkawinan.
Kebenaran akan perkawinan tersebut sejatinya tidak boleh diragukan karena itsbat nikah pada kenyataannya memungkinkan ditemukan penyelundupan
hukum yang harus digali melalui keyakinan hakim. Oleh karena itu walaupun dalam proses pembuktian dalam hukum acara perdata meletakkan hakim pada
posisi yang lemah atau pasif berdasarkan sistem pembuktian adversarial namun dalam permohonan itsbat nikah kedudukan pasif dari hakim tidak seutuhnya
dilaksanakan mengingat hakim harus aktif menggali dan menemukan kebenaran formil dan materil dari sebuah perkawinan yang telah dilaksanakan di masa
lampau. Kedudukan aktif hakim dalam perkara perdata ini ditegaskan dalam putusan MA No 3136KPdt1983 yang mengatakan tidak dilarang Pengadilan
Perdata mencari dan menemukan kebenaran materil. Namun apabila kebenaran materil tidak ditemukan, hakim dibenarkan hukum mengambil keputusan
berdasarkan kebenaran formil.
259
Wawancara dengan Darmansyah dan Yusuf, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 26 Februari 2015, melihat juga wawancara dengan Abdurrakhman dan Bachtiar,
Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 16 Maret 2015.
dicatatkan maka hakim tidak boleh memeriksa kesahan perkawinan itu sebelum para pihak mengajukannya ke Pengadilan Agama.
260
Hal ini menggambarkan bahwa inisiatif untuk mengajukan perkara perdata selalu dilakukan oleh pihak
yang berkepentingan dan tidak pernah dilakukan oleh hakim. Merupakan suatu hal yang rasional karena hukum acara perdata mengatur cara mempertahankan
kepentingan pihak tertentu dan hanya mereka yang mengetahui apakah mereka menghendaki agar kepentingan khusus mereka dipertahankan atau tidak. Ketika
suatu permohonan itsbat nikah telah diajukan ke Pengadilan Agama, di sanalah hakim mulai memainkan peran aktifnya untuk menggali kebenaran formil dan
materil serta kemashlahatan dalam suatu pemeriksaan permohonan itsbat nikah.
261
Pemeriksaan permohonan itsbat nikah di Pengadilan Agama berpedoman kepada hukum acara perdata Islam yang keseluruhannya sama dengan hukum
acara perdata yang berlaku pada Peradilan Umum, kecuali hal-hal yang telah disebut secara khusus dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989.
262
Untuk mengitsbatkan suatu perkawinan tanpa pencatatan, dalam praktik tidaklah semudah yang dibayangkan. Hal itu disebabkan, dalam kasus tertentu,
selain belum adanya kesamaan persepsi, juga terdapat tarik-menarik antara asas keadilan, kepastian, dan kemanfaatankemashlahatan, mana yang harus
Selain itu sebagai pertimbangan hakim juga digunakan Al-Quran, hadist dan kaidah fiqh.
260
A.T. Hamid, Hukum Acara Perdata Serta Susunan dan Kekuasaan Pengadilan Surabaya, Bina Ilmu, 1986, h.6.
261
Wawancara dengan Abdurrakhman, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 16 Maret 2015.
262
Pasal 54 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989.
diutamakan dari ketiga hal tersebut.
263
a. Mengkonstatir yakni membuktikan benar tidaknya peristiwafakta yang diajukan para pelaku perkawinan tanpa pencatatan dengan pembuktian
melalui alat-alat bukti yang sah, menurut hukum pembuktian, yang diuraikan dalam duduknya perkara dan Berita Acara Persidangan.
Dalam memeriksa dan mengadili perkara permohonan itsbat nikah terhadap perkawinan tanpa pencatatan, majelis hakim
melakukan :
b. Mengkualifisir peristiwafakta yang telah terbukti itu, yaitu menilai peristiwa itu termasuk hubungan hukum apa atau yang mana, menemukan hukumnya
bagi peristiwa yang telah dikonstatiring itu untuk kemudian dituangkan dalam pertimbangan hukum.
c. Mengkonstituir, yaitu menetapkan hukumnya yang kemudian dituangkan dalam amar penetapanputusan.
264
Dari seluruh rangkaian hukum acara perdata yang dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan, pokok pangkal perkara permohonan pengesahan
perkawinan terletak pada proses pembuktiannya di persidangan, yaitu terbukti atau tidaknya tentang telah terpenuhinya rukun dan syarat perkawinan menurut
hukum Islam di Indonesia dan tidak ditemukannya halangan perkawinan, dengan alat bukti yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku untuk meyakinkan hakim.
265
263
Wawancara dengan Darmansyah dan Yusuf, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 26 Februari 2015, melihat juga wawancara dengan Abdurrakhman dan Bachtiar,
Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 16 Maret 2015.
264
Mukti Arto, Op. Cit, h. 32.
265
Wawancara dengan Bachtiar, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 16 Maret 2015.
Sebelum lebih jauh membahas mengenai pembuktian, harus dipilah terlebih dahulu jenis perkawinan tanpa pencatatan. Seperti yang telah dibahas
pada bab sebelumnya, perkawinan tanpa pencatatan terbagi atas perkawinan tidak dicatat dan tidak dicatatkan di mana indikator pembeda di antara keduanya
terletak pada niatunsur kesengangajaan. Unsur sengaja atau tidak, ada kaitannya dengan alasan permohonan yang pada akhirnya mempengaruhi alat pembuktian.
Contohnya, alasan pengajuan karena kehilangan akta nikah, ini berarti adanya unsur ketidaksengajaan sehingga bukti pencatatan perkawinannya hilang. Maka
para pihak nantinya harus dapat mengajukan alat bukti bahwa perkawinannya pernah tercatat namun akta nikahnya hilang, misal : duplikat akta nikah di KUA
dan sebagainya. Lain hal bagi perkawinan yang tidak dicatatkan secara sengaja, alasan permohonan yang selalu dipakai yaitu perkawinan yang dilakukan oleh
mereka yang tidak memiliki halangan perkawinan menurut UUP 11974. Namun secara umum dalam praktek pula ditemukan, bahwa kerumitan
perkara itsbat nikah terletak pada dua hal yaitu yang pertama, wali nikah yang sah. Kedua, ada atau tidaknya hubungan perkawinan lain dari suami istri
tersebut.
266
266
Wawancara dengan Bachtiar, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 16 Maret 2015.
Kerumitan pertama biasanya dengan mudah diketahui, misalnya dari tempat dilangsungkan perkawinan yang berbeda dengan domisili orang tua atau
keluarganya, keengganan atau ketiadaan orang tua atau keluarganya menjadi saksi di persidangan atau indikasi lainnya. Kerumitan kedua biasanya relatif diketahui
dari usia saat perkawinan dilangsungkan dihubungkan dengan berbagai kondisi pihak saat itu. Anggapan bahwa cerai di bawah tangan adalah sah dan atau
poligami di bawah tangan adalah sah menjadi penyebab makin rumitnya hal kedua. Sedangkan untuk rukun dan syarat yang lain, relatif jarang ditemukan
kendala.
267
1. Surat; Hukum acara perdata telah mengatur alat-alat bukti yang dipergunakan di
persidangan. Dengan demikian hakim sangat terikat oleh alat-alat bukti, sehingga dalam membuat penetapan atau putusan, hakim wajib memberikan pertimbangan
berdasarkan alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang. Secara umum dalam praktek, alat bukti yang biasa dipergunakan untuk perkara itsbat nikah
berkisar atas empat jenis yaitu :
2. Saksi; 3. Persangkaan;
4. Sumpah.
268
Menurut hukum acara perdata di samping mempunyai nilai pembuktian yang berbeda, tiap-tiap alat bukti memiliki syarat formil dan materil yang berbeda
pula. Berikut praktek pembuktian perkara itsbat nikah dengan mengikuti urutan alat bukti berdasarkan peraturan perundang-undangan, dengan klasifikasi secara
hierarkis kekuatan pembuktiannya yang diatur oleh Pasal 284 R.Bg.164 HIR.
267
Wawancara dengan Abdurrakhman, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 16 Maret 2015, melihat juga wawancara dengan Bachtiar, Hakim Pengadilan Agama Kelas
I-A Medan, tanggal 16 Maret 2015.
268
Wawancara dengan Darmansyah dan Yusuf, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 26 Februari 2015, melihat juga wawancara dengan Abdurrakhman dan Bachtiar,
Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 16 Maret 2015.
1. Bukti Surat Menurut Sudikno Merokusumo alat bukti surat disebut juga dengan alat
bukti tulisan yaitu alat bukti yang mencakup sesuatu yang memuat tanda-tanda bacaan yang dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau menyampaikan buah
pikiran seseorang dan dipergunakan sebagai pembuktian, terdiri atas tulisan atau surat-surat lain dan akta akta autentik dan akta di bawah tangan.
269
269
Anshoruddin, Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam dan Hukum Positif, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004, h.70.
Untuk peristiwa perkawinan penduduk yang beragama Islam, Pegawai Pencatat Nikah pada Kantor Urusan Agama setempat adalah sebagai pejabat yang
berwenang dalam pencatatannya. Jika para pihak pernah mencatatkan perkawinannya untuk alasan Pasal 7 ayat 3 huruf b yaitu hilangnya Akta Nikah
maka dikenal bukti surat bernama Kutipan Akta Nikah, sebagai kutipan dari Akta Nikah yang tersimpan di Kantor Urusan Agama. Juga dikenal adanya Duplikat
Akta Nikah bilamana Kutipan Akta Nikah hilang. Kesemuanya adalah akta autentik tentang telah terjadinya perkawinan.
Adakalanya para pihak berperkara untuk membuktikan adanya perkawinan yang sah, mengajukan alat bukti, berupa surat berbentuk fotokopi Akta Nikah
yang telah dilegalisasi oleh Kepala Kantor Urusan Agama terkait. Atas bukti tersebut, Majelis Hakim berpendapat untuk mempertimbangkannya dan
berkesimpulan bahwa dalil-dalil Pemohon telah terbukti. Artinya, ditemukan kebenaran tentang adanya hubungan hukum perkawinan antara dua pihak
sebagaimana disebutkan dalam bukti surat tersebut.
Alat bukti surat dalam permohonan itsbat nikah dapat juga berupa bukti surat yang merupakan unsur-unsur dari Pemberitahuan Kehendak Nikah
sebagaimana dimaksud Pasal 5 Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah. Dari bukti-bukti surat tersebut Majelis Hakim
berkeyakinan bahwa para pihak telah mengurus syarat-syarat administratif untuk menikah, apalagi bila dihubungkan dengan bukti saksi semakin menyatakan benar
bahwa perkawinan tersebut telah terjadi. Unsur-unsur pemberitahuan kehendak nikah yang biasa ditemukan sebagai bukti surat dalam permohonan itsbat nikah
terdiri dari: 1. Surat keterangan untuk nikah dari kepala desa lurah;
2. Kutipan akta kelahiran atau surat kenal lahir, atau surat keterangan asal usul calon mempelai dari kepala desalurah atau nama lainnya;
3. Persetujuan kedua calon mempelai; 4. Surat keterangan tentang orang tua ibu dan ayah dari kepala desapejabat
setingkat;
270
Jika dilihat dalam sampel penetapanputusan itsbat nikah yang dikeluarkan oleh Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, bukti surat yang dapat dijumpai
adalah sebagai berikut : a. Penetapan Nomor 18Pdt.P2014PA.Medan dalam pembuktian, para pihak
membawa bukti surat berupa Fotokopi KTP yang dikeluarkan oleh Camat Medan Labuhan atas nama Indra dan Sartika Sari Dewi.
270
Wawancara dengan Darmansyah dan Yusuf, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 26 Februari 2015, melihat juga wawancara dengan Abdurrakhman dan Bachtiar,
Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 16 Maret 2015.
b. Penetapan Nomor 48Pdt.P2014PA.Mdn bahwa dalam pembuktian, bukti surat yang dibawa oleh para pihak berupa Fotokopi Duplikat Akta Nikah dari
KUA Deli Tua Kabupaten Deli Serdang, Fotokopi Kartu Keluarga yang dikeluarkan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan, Fotokopi
KTP atas nama Muliati dan Amir Syarifuddin yang dikeluarkan Pemerintah Kota Medan serta Fotokopi Surat Keterangan Meninggal Dunia yang
dikeluarkan Kepala Kampung Belang Bebangka, Kecamatan Pengasing, Kabupaten Aceh Tengah.
c. Penetapan Nomor 52Pdt.P2014PA.Mdn bahwa dalam pembuktian, pihak membawa bukti surat berupa Fotokopi Surat Keterangan Kematian yang
dikeluarkan oleh Kecamatan Kota Medan Selayang, Fotokopi Kartu Keluarga yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan,
Fotokopi KTP atas nama Surasmi yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan.
d. Penetapan nomor 85Pdt.P2014PA.Mdn bahwa bukti surat yang diajukan para pihak berupa Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Kota Medan dan Fotokopi Kartu Keluarga yang dikeluarkan Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan.
e. Putusan Nomor 98Pdt.G2014PA.Mdn bahwa untuk proses pembuktian, para penggugat tidak menghadirkan bukti surat.
f. Penetapan Nomor 1198 Pdt.G2014PA.Mdn dalam pembuktian, pihak membawa bukti surat berupa Fotokopi KTP yang dikeluarkan Pemerintah
Kota Medan, Fotokopi Kartu Keluarga, Fotokopi Surat Keterangan Kematian
yang dikeluarkan oleh Lurah Mangga Kecamatan Medan Tuntungan dan Fotokopi Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI yang
dikeluarkan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara. g. Penetapan Nomor 81Pdt.P2013PA.Mdn bahwa sebagai alat pembuktian di
pengadilan, pemohon mengajukan bukti surat berupa Surat Keterangan N.470243 yang dikeluarkan oleh Simalingkar-B Kecamatan Medan
Tuntungan yang menerangkan bahwa Pemohon I dan Pemohon II tergolong keluarga yang kurang mampu sehingga para pihak diizinkan beracara secara
cuma-cuma di Pengadilan Agama Kelas I-A Medan. Namun pada saat pembuktian, para pihak tidak pernah hadir sehingga dianggap tidak
bersungguh-sungguh dalam mengajukan permohonan itsbat nikah tersebut yang menyebabkan permohonan para pihak dinyatakan tidak dapat diterima.
Maka dapat disimpulkan, dari 6 enam penetapan atau putusan di atas tidak menghadirkan bukti surat yang secara jelas menyatakan bahwa telah terjadi
perkawinan seperti surat yang mengandung unsur pemberitahuan kehendak nikah meskipun perkawinan para pihak tersebut pernah dicatatkan. Namun satu dari
tujuh penetapan tersebut yakni dalam Penetapan Nomor 48Pdt.P2014PA para pihak berhasil menghadirkan bukti surat berupa Fotokopi Duplikat Akta Nikah
yang secara langsung menyatakan bahwa perkawinan tersebut pernah dicatat. Oleh karena itu hakim harus lebih jauh menggali kebenaran materil tersebut
melalui saksi-saksi yang dihadirkan di dalam persidangan.
2. Bukti Saksi Ketika proses pemeriksaan itsbat nikah dilakukan di Pengadilan Agama
Kelas I-A Medan, alat bukti yang digunakan adalah bukti mengenai adanya suatu perkawinan. Namun untuk beberapa kasus, karena bukti tertulis memang tidak ada
karena perkawinan tersebut tidak memiliki bukti maka alat bukti yang paling berperan adalah keterangan saksi.
271
a. dewasa; Saksi diidentifikasi sebagai orang yang
memberikan keterangan di mukasidang dengan memenuhi syarat-syarat tertentu tentang sesuatu peristiwa ataukeadaan yang dilihat, didengar dan dialami sendiri.
Pada dasarnya, untuk dapatbertindak sebagai saksi, seseorang diharuskan memenuhi syarat formil dan materil.Syarat formil mencakup:
b. berakal sehat; c. tidak ada hubungan keluargasedarah dan keluarga semenda dari salah satu
pihak kecuali undang-undangmenentukan lain; d. tidak adanya hubungan perkawinan dengan salah satu pihakmeskipun telah
bercerai Pasal 145 HIRPasal 172RBg.; e. tidak ada hubungankerja kecuali undang-undang menentukan lain Pasal 145
HIR; f. minimal 2 dua orang Pasal 169 HIR;
g. menghadap di persidangan, dan memberikan keterangan secara lisan;
271
Wawancara dengan Darmansyah dan Yusuf, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 26 Februari 2015, melihat juga wawancara dengan Abdurrakhman dan Bachtiar,
Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 16 Maret 2015.
h. Khusus mengenai keadaan status hubungan hukum seseorang adanya hubungan keluarga, semenda dan kerja tidak menghalangi seseorang untuk
dapat didengar keterangannya di bawah sumpah di persidangan. Sedangkan syarat materil saksi mencakup sebagai berikut :
1. Saling bersesuaian satu sama lain Pasal 170 HIR; 2. Keterangan yang disampaikan adalah hasil dari apa yang dilihat, didengar dan
dialami sendiri Pasal 171 HIR; 3. Mengetahui sebab-sebab terjadinya peristiwa yang diterangkan Pasal 171
ayat 1 HIR; 4. Bukan merupakan pendapat atau kesimpulan Pasal 171 ayat 2 HIR;
5. Tidak bertentangan dengan akal sehat. Selain syarat materil dan formil di atas, juga diatur secara khusus syarat-syarat
saksi menurut hukum acara perdata Islam yaitu sebagai berikut : 1. Dewasa;
2. Berakal; 3. Mengetahui apa yang disaksikan;
4. Beragama Islam; 5. Adil;
6. Saksi itu harus dapat melihat; 7. Saksi itu harus dapat berbicara.
272
Selain itu Nashr Farid Washil menambahkan syarat lainnya yaitu tidak adanya paksaan. Sayyid Sabiq menambahkan pula yaitu saksi tersebut harus
272
Anshoruddin, Op. Cit, h.75-76.
memiliki ingatan yang baik dan bebas dari tuduhan negatif tidak ada permusuhan.
273
1. Saksi yang merupakan wali nikah; Hakim bebas atau tidak terikat dengan keterangan saksi, namun hakim
harus memberikan argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan tentang diterima atau tidaknya keterangan seorang saksi. Dalam konteksnya dengan
perkara permohonan itsbat nikah, terdapat berbagai tingkatan saksi dalam hubungannya dengan pembuktian. Bila distratifikasikan bisa terlihat sebagai
berikut:
2. Saksi yang menandatangani akta nikah; 3. Saksi yang menyaksikan akad nikah;
4. Saksi yang menghadiri akad nikah; 5. Saksi yang menghadiri upacara peresmian mendoa;
6. Saksi yang dari awal perkawinan mengetahui kehidupan rumah tangga para pemohon;
7. Saksi yang dalam rentang waktu tertentu mengetahui kehidupan rumah tangga para pemohon.
274
Adapun upaya untuk menghadirkan saksi-saksi dalam persidangan permohonan isbat nikah harus menganut asas prioritas. Penerapan asas prioritas
ini maksudnya adalah bahwa para pihak harus mengupayakan hadirnya saksi pertama terlebih dahulu dibandingkan dengan kehadiran saksi-saksi lain. Jika
273
Ibid.
274
Wawancara dengan Darmansyah dan Yusuf, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 26 Februari 2015, melihat juga wawancara dengan Abdurrakhman dan Bachtiar,
Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 16 Maret 2015.
saksi pertama tidak dapat hadir, kemudian diupayakan kehadiran saksi kedua, ketiga, keempat dan seterusnya hingga saksi ketujuh. Hal ini disebabkan, dalam
beberapa kasus untuk menghadirkan saksi nikah yang melihat, mendengar bahkan terlibat langsung dalam akad nikah para pihak akan susah ditemui.
275
Saksi yang berkualifikasi utama atau yang paling diprioritaskan dalam pembuktian di persidangan adalah yang bertindak sebagai wali dalam perkawinan
tersebut. Wali nikah, mulai dari ayah kandung hingga wali hakim dapat menjadi saksi untuk menguatkan dalil permohonan itsbat nikah. Apalagi, wali nikah
merupakan salah satu rukun nikah yang terlibat dan memiliki posisi yang menentukan sah tidaknya suatu perkawinan.
276
Namun bisa dipastikan bahwa untuk prosesi akad nikah yang memang tidak secara sengaja disembunyikan, biasanya disaksikan banyak orang. Mereka
tidak hanya mengantar calon mempelai, namun juga turut menyaksikan, melihat dan mendengar sendiri secara langsung prosesi sebelum, ketika dan setelah akad
nikah dilangsungkan, walaupun tidak turut dipilih atau ditunjuk secara khusus Setelah wali nikah, saksi yang juga turut diprioritaskan adalah saksi yang
menandatangani akta nikah. Saksi tersebut secara khusus dan sengaja dihadirkan untuk menjadi saksi nikah sebagaimana dimaksudkan Pasal 19 dan Pasal 26
Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah. Sebagaimana disyaratkan Pasal 19 ayat 1 PMA No. 11 Tahun 2007, saksi yang
menandatangani akta nikah hanya berjumlah 2 dua orang.
275
Wawancara dengan Darmansyah dan Yusuf, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 26 Februari 2015, melihat juga wawancara dengan Abdurrakhman dan Bachtiar,
Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 16 Maret 2015.
276
Wawancara dengan Yusuf, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 26 Februari 2015.
untuk menandatangani akta nikah. Inilah yang dikategorikan sebagai saksi pada point 3 dan 4 yaitu saksi yang menyaksikan akad nikah dan saksi yang menghadiri
akad nikah.
277
Ada pula saksi yang tidak menyaksikan, melihat dan mendengar sendiri secara langsung prosesi sebelum, ketika dan setelah akad nikah dilangsungkan,
namun terlibat secara langsung dalam acara perkawinan. Inilah yang dikategorikan sebagai saksi yang menghadiri upacaraperesmianmendoa
perkawinan. Kualifikasi saksi yang kelima ini biasanya mendapat undangan resmi dari mempelai untuk datang, berbahagia dan turut mendoakan. Walaupun tidak
turut menyaksikan dan menghadiri prosesi akad nikah, namun jauh-jauh hari sebelumnya sudah mengetahui akan adanya perkawinan.
278
Termasuk saksi kualifikasi keenam ialah orang yang dari awal perkawinan mengetahui kehidupan rumah tangga para pemohon. Dalam kehidupan nyata di
masyarakat, mayoritas prosesi akad nikah tidak melibatkan seluruh warga sekitar. Atas satu alasan, mereka tidak turut diundang untuk menghadiri resepsi
perkawinan, namun mereka mengetahui secara persis keluarga siapa yang akan menikahkan dan siapa yang akan dinikahkan.
279
Kualifikasi terakhir ketujuh berkenaan dengan saksi yang dalam rentang waktu tertentu mengetahui kehidupan rumah tangga para pemohon. Saksi tidak
mengetahui perkawinan para pihak berperkara, namun saksi menyaksikan dengan
277
Wawancara dengan Yusuf, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 26 Februari 2015.
278
Wawancara dengan Yusuf, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 26 Februari 2015.
279
Wawancara dengan Yusuf, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 26 Februari 2015.
melihat dan mendengar sendiri tentang kehidupan rumah tangga mereka sekian lama. Saksi melihat bahwa para pihak hidup bersama dalam sebuah rumah,
memiliki keturunan, bergaul dalam berbagai aktifitas masyarakat. Satu pihak disebut masyarakat sebagai “suami” bagi pihak yang lain, dan demikian pula
sebaliknya atau, satu pihak dipanggil sebagai “bapak atau ibu” bagi anaknya.
280
Ketika suatu perkawinan tanpa pencatatan mendesak untuk segera disahkan namun keberadaan saksi utama seperti wali nikah dan saksi akad nikah
sulit dijangkau atau mungkin telah meninggal maka dapat digunakan saksi yang tidak melihat secara langsung istifadhohtestimonium de auditu. Hakim
Dalam rentang sekian lama, saksi melihat, mendengar dan mengalami, tidak ada seorang pun yang menggugat keabsahan perkawinan para pihak. Tentu
saja hal tersebut di atas, dengan memperhatikan dengan seksama situasi kemasyarakatan dalam berbagai tinjauannya. Karena bagi masyarakat yang sudah
terjangkit liberalisme, nilai-nilai agama sudah tidak lagi dijadikan tata aturan hidup, dan terhadap kondisi masyarakat yang demikian, tentu saja hakim harus
mempertimbangkannya. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa perkawinan adalah
peristiwa pribadi namun yang sulit disembunyikan karena akan melibatkan banyak orang. Perkawinan biasanya diawali dengan proses perkenalan dan
peminangan terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan masyarakat umum mengetahui dengan persis siapa yang akan menjadi calon mempelai, walaupun tidak turut
menyaksikan akad nikahnya.
280
Wawancara dengan Yusuf, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 26 Februari 2015.
Pengadilan Agama Kelas I-A Medan memberikan batasan perihal istifadhoh testimonium de auditu yaitu sebagai berikut :
1. saksi tersebut tidak berada di tempat saat akad nikah dilangsungkan namun telah lama bergaul dengan para pihak dalam kehidupan bermasyarakat;
2. akil baligh; 3. tempat tinggal berdekatan dengan para pihak sehingga dapat melihat
kebersamaan para pihak dan anak-anaknya; 4. mengetahui bahwa tidak ada masyarakat yang berkeberatan dengan
kebersamaan para pihak.
281
Istifadhohtestimonium de auditu, yaitu keterangan yang saksi peroleh melalui orang lain, ia tidak mendengar atau mengalaminya sendiri, hanya
mendengar dari orang lain tentang kejadian tersebut atau adanya hal-hal tersebut. Kesaksian istifadhohtestimonium de auditu dalam permohonan itsbat nikah
adalah suatu kesaksian dari orang yang tidak mengetahui sendiri, mengalami sendiri atau mendengar sendiri proses akad nikah, tetapi orang tesebut dan orang-
orang lain yang banyak jumlahnya hanya tahu bahwa para pihak sudah lama hidup serumah berketurunan dan semua masyarakat sekitar meyakini para pihak sebagai
pasangan suami istri.
282
281
Wawancara dengan Darmansyah dan Yusuf, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 26 Februari 2015, melihat juga wawancara dengan Abdurrakhman dan Bachtiar,
Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 16 Maret 2015.
282
Wawancara dengan Darmansyah dan Yusuf, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 26 Februari 2015, melihat juga wawancara dengan Abdurrakhman dan Bachtiar,
Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 16 Maret 2015.
Kesaksian istifadhoh testimonium de auditu saksi de auditu mempunyai nilai untuk disusun menjadi suatu sumber persangkaan, di
mana dari persangkaan itu dapat disimpulkan terbuktinya sesuatu.
Penerapan mengenai testimonium de auditu sebagai alat bukti dalam perkara perdata telah terjadi debatable di kalangan akademisi maupun praktisi
hukum antara kelompok yang menolak dan menerimanya. Arus utama mainstream adalah mereka yang menolak kesaksian testimonium de auditu
sebagai alat bukti, hal ini merupakan aturan umum yang masih kuat dianut para praktisi sampai sekarang.
283
Saksi yang tidak mendasarkan keterangannya dari sumber pengetahuan sebagaimana yang digariskan Pasal 171 ayat 1 HIR dan
Pasal 1907 ayat 1 KUH Perdata tidak diterima inadmissable sebagai alat bukti.
284
Menurut Sudikno pada umumnya kesaksian testimonium de auditu tidak diperkenankan karena keterangan itu tidak berhubungan dengan peristiwa yang
dialami sendiri sehingga saksi de auditu bukan merupakan alat bukti dan tidak perlu dipertimbangkan.
285
Begitu pula Subekti pada mulanya berpendapat yang sama bahwa saksi de auditu sebagai keterangan yang didasarkan pada pandangan
dari orang lain tentang sesuatu tidak ada harganya sama sekali.
286
Sementara itu di luar dari kelompok arus utamatersebut, ada yang berpendapat membolehkan dengan membenarkan penerapan testimonium de
auditu sebagai alat bukti. Subekti yang semula berpendapat testimonium de auditu tidak ada harganya sama sekali, namun kemudian berpendapat membenarkan
penerapan keterangan saksi de auditu sebagai alat bukti apabila mereka terdiri dari beberapa orang dan keterangan yang disampaikan langsung mereka dengar dari
283
M. Yahya Harahap Buku II, Op. Cit, h.665.
284
Teguh Samudra, Hukum Pembuktian Dalam Acara Perdata, Bandung, Alumni, 1992, h.63.
285
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta, Liberty, 1988, h.131.
286
Subekti, Hukum Pembuktian, Jakarta, Pradnya Paramita, 1997, h.42.
tergugat atau penggugat untuk melengkapi keterangan saksi lain yang memenuhi syarat formil dan materil kesaksian sehingga memenuhi batas minimal
pembuktian, atau keterangan saksi de auditu dipergunakan untuk menyusun persangkaan. Karena sebagai kesaksian keterangan saksi de auditu memang tidak
ada nilainya akan tetapi bukan berarti hakim lantas dilarang untuk menerimanya, yang dilarang adalah jika saksi menarik kesimpulan, memberikan pendapat atau
perkiraan-perkiraan.
287
Para ahli yang termasuk pada kelompok ini di luar mainstream adalah Yahya Harahap yang menerima saksi de auditu sebagai alat bukti dengan
pendapatnya yang sangat moderat.
288
Bahkan Yahya Harahap mengkritik keras terhadap sikap para praktisi hukum yang secara otomatis menolak testimonium de
auditu sebagai alat bukti karena tanpa adanya analisis dan pertimbangan yang argumentatif.
289
287
Ibid.
288
M. Yahya Harahap Buku II, Op. Cit, h.663.”...dipertimbangkan dengan menganalisis apakah ada dasar eksepsional untuk menerima testimonium de auditu sebagai alat bukti dengan
pertimbangan sejauhmana kualitas dan nilai kekuatan pembuktian yang melekat kepedanya. Dengan catatan saksi de auditu harus memberikan keterangan di bawah sumpah. Keterangan itu
diterima sebagai alat bukti yang berdiri sendiri mencapai batas minimal pembuktian tanpa memerlukan bantuan alat bukti lain apabila saksi de auditu terdiri dari beberapa orang ...”.
289
M. Yahya Harahap Buku II, Op. Cit, h.664 ”... dengan mengambil contoh Putusan Mahkamah Agung No. 881 KPdt1983 tanggal 18 Agustus 1984 yang menegaskan saksi-saksi
yang diajukan penggugat semuanya terdiri dari de auditu sehingga keterangan yang mereka berikan tidak sah sebagai alat bukti, Putusan Mahkamah Agung No. 4057 KPdt1986 tanggal 30
April 1988 pada putusan inipun langsung ditolak dengan alasan para saksi terdiri dari saksi de auditu oleh karena itu tidak memenuhi syarat yang ditentukan undang-undang sebagai alat bukti,
dan Putusan Mahkamah Agung No. 1842 KPdt1984 tanggal 17 Oktober 1985 karena ketiga orang saksi yang diajukan penggugat adalah de auditu sehingga tidak memenuhi syarat sebagai
saksi yang memiliki nilai kekuatan pembuktian”.
Jika merujuk pada pendapat ahli hukum Islam, Imam Syafi’i mengemukakan bahwa saksi istifadhohtestimonium de auditu itu hanya dapat
dipergunakan dalam hal yang berhubungan dengan pernikahan, nasab, kematian, memerdekakan budak, perwalian dan tentang hak milik yang dipersengketakan.
290
Meskipun kesaksian dari saksi isthifadoh testimonium de auditu sering diperdebatkan tetapi dalam praktek pembuktian permohonan itsbat nikah,
keberadaan saksi ini masih dipergunakan dan hampir seluruh permohonan itsbat nikah dibuktikan oleh keterangan saksi de auditu. Memang sejatinya kehadiran
saksi perkawinan yang melihat dan mendengar sendiri pengucapan ijab kabul perkawinan adalah suatu keharusan dalam prosedur pembuktian pada sidang
pengadilan. Namun pada kenyataan yang terjadi dalam pemeriksaan permohonan itsbat nikah di Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, menghadirkan saksi
perkawinan adalah suatu hal yang sulit apalagi jika hakim dihadapkan pada pemeriksaan permohonan itsbat nikah dengan alasan perkawinan dilakukan
sebelum tahun 1974 yang pada umumnya saksi perkawinan tidak diketahui di mana keberadaannya atau bahkan telah meninggal dunia. Demi mengupayakan
kemashalahatan maka saksi de auditu dapat diperdengarkan kesaksiannya di muka sidang pengadilan.
291
1. Penetapan Nomor 18Pdt.P2014PA.Medan dalam persidangan para pihak menghadirkan saksi, yaitu saksi I Farida binti Sukar yang menghadiri secara
langsung akad nikah pemohon I dan pemohon II. Saksi juga mengetahui bahwa wali perkawinan yaitu Ahmad Effendy yang merupakan ayah kandung
Saksi dalam pembuktian permohonan itsbat nikah dapat berupa saksi langsung dan saksi de auditu yangdapat dilihat dalam berbagai
putusanpenetapan hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan sebagai berikut :
290
Anshoruddin, Op. Cit, h.81.
291
Wawancara dengan Darmansyah, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 26 Februari 2015.
pemohon I. Saksi secara umum menyampaikan bahwa perkawinan para pemohon tidak memiliki halangan perkawinan dan tidak ada masyarakat yang
keberatan dengan perkawinan mereka. Sedangkan saksi II yaitu Ibnu Hasan bin Ibrahim yang juga hadir pada saat akad nikah para pihak dilangsungkan.
Dalam penetapan ini terlihat bahwa baik saksi I dan saksi II merupakan saksi yang menghadiri perkawinan secara langsung. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa perkawinan ini merupakan perkawinan yang tidak disembunyikan sehingga tidak mengandung unsur penyelundupan hukum.
2. Penetapan Nomor 48Pdt.P2014PA.Mdn yang mana dalam proses pembuktian di pengadilan pemohon menghadirkan dua orang saksi. Saksi I
bernama Tjidah Sitakar bin Gani Sitakar berusia 64 tahun yang merupakan adik sepupu pemohon. Saksi I tidak hadir dalam perkawinan namun
mengetahui adanya perkawinan tersebut karena wali dari perkawinan pemohon adalah ayah kandung dari saksi I. Saksi I mengetahui para pihak
telah mendaftarkan perkawinannya di KUA namun Duplikat Kutipan Akta Nikahnya tidak dapat dipergunakan. Saksi II yaitu Mardiana Agus binti
Agussalim berusia 63 tahun yang merupakan istri dari adik sepupu pemohon. Saksi II tidak hadir saat perkawinan pemohon namun saksi II mengetahui
adanya perkawinan tersebut. Saksi II juga mengetahui wali perkawinan pemohon beserta jumlah saksinya sebanyak 2 orang dan telah meninggal
dunia namun tidak mengetahui nama saksinya tersebut. Saksi II juga menyatakan bahwa perkawinan pemohon tidak memiliki halangan
perkawinan dan mengetahui bahwa tujuan pengajuan permohonan itsbat nikah adalah utuk mengurus dana pensiunan di PT TASPEN.
Dapat dilihat bahwa penetapan tersebut didasarkan atas keterangan saksi de auditu. Meskipun dengan keterangan saksi de auditunamun keterangan
para saksi ini diperkuat dengan kenyataan bahwa para pihak telah memiliki anak dan beberapa alat bukti surat.
3. Penetapan Nomor 52Pdt.P2014PA.Mdn di mana pada saat persidangan dihadirkan dua orang saksi, saksi I yaitu Sukarsimin bin Mustakimro yang
merupakan tetangga Pemohon sejak puluhan tahun lalu dan saksi juga menghadiri perkawinan pemohon bersama suaminya. Saksi mengetahui
bahwa yang bertindak sebagai wali dalam perkawinan adalah abang kandung pemohon dan telah meninggal dunia dan mengetahui saksi perkawinan
tersebut adalah Sumardi dan Marsaid. Saksi II adalah Iduli Syahputra bin Sutrisno yang merupakan tetangga pemohon sejak tahun 1979. Saksi II tidak
mengetahui adanya perkawinan pemohon bersama suaminya karena saksi belum lahir sewaktu perkawinan tersebut berlangsung. Saksi juga
mengatakan bahwa suami pemohon telah meninggal dan pemohon adalah istri satu-satunya dari pemohon.
Dalam penetapan ini terlihat bahwa saksi I merupakan saksi yang menghadiri dan melihat langsung akad nikah para pihak sedangkan saksi II
merupakan saksi de auditu yang sama sekali tidak mengetahui adanya perkawinan para pihak. Namun keterangan para saksi ini diperkuat dengan
kenyataan bahwa para pihak telah memiliki anak dan beberapa alat bukti surat.
4. Penetapan nomor 85Pdt.P2014PA.Mdn dalam pembuktian di persidangan para pihak menghadirkan dua orang saksi. Yaitu saksi I, Ahmad Jamil bin
Abdul Manan berusia 43 tahun yang merupakan abang ipar pemohon II. Saksi tidak mengetahui siapa yang menjadi wali dan saksi-saksi perkawinan, karena
saksi mengetahui perkawinan Pemohon I dan II dari cerita istri saksi, akan tetapi selama ini Pemohon I dan Pemohon II telah lama hidup bersama
dengan 3 orang anak dan tidak ada masyarakat yang keberatan dengan perkawinan para pihak. Selanjutnya saksi II, Erda Wati binti Teguh berusia
38 tahun yang merupakan kakak kandung pemohon II. Saksi II mengetahui bahwa perkawinan antara pemohon I dan II dilaksanakan pada tahun 1994 di
Kota Padang dengan wali nikah berupa wali hakim bernama pak Agus serta saksi dalam perkawinan adalah Rizal dan Sap. Saksi II juga mengatakan
bahwa perkawinan para pihak telah melahirkan 3 orang anak dan tidak ada masyarakat yang keberatan dengan perkawinan tersebut.
Berdasarkan penetapan di atas jelas terlihat bahwa saksi I berkedudukan sebagai saksi de auditu karena hanya mengetahui perkawinan
dari keterangan saksi II. Demikian juga terkait dengan kasus, perkawinan para pihak dilakukan dengan seorang wali hakim namun tidak disebukan
dalam keterangan saksi apa yang menyebabkan perkawinan tersebut dilakukan oleh seorang wali hakim. Padahal persyaratan wali merupakan hal
penentu sah atau tidaknya sebuah perkawinan. Karena tujuan permohonan
itsbat nikah ini adalah untuk keperluan membuat akta kelahiran anak, jelas tampak bahwa hakim mengedepankan unsur kemashlahatan terhadap
keluarga para pihak terutama terhadap anak-anak mereka. Hakim tidak terlalu melihat syarat materil dari perkawinan apakah telah terpenuhi atau tidak.
5. Putusan Nomor 98Pdt.G2014PA.Mdn dalam pembuktian dihadirkan dua orang saksi yaitu saksi I bernama Nurbaiti bin Ibrahim Makam berusia 50
tahun yang menghadiri perkawinan para pihak. Saksi I mengetahui wali perkawinan dan mengetahui pada saat perkawinan dihadiri oleh PPN namun
tidak langsung diberikan buku nikahnya. Sedangkan saksi II adalah Sati Harahap binti Ali Sati Harahap yang tidak hadir pada saat perkawinan
berlangsung namun mengetahui kehidupan rumah tangga para pihak. Dari putusan tersebut dapat dilihat bahwa saksi I merupakan saksi yang
secara langsung menghadiri perkawinan para pihak dan menyatakan bahwa PPN telah hadir dalam perkawinan tersebut sehingga hakim berkesimpulan
bahwa perkawinan tersebut tidak secara sengaja disembunyikan. Sedangkan saksi II merupakan saksi de auditu karena tidak melihat secara langsung
adanya akad nikah para pihak. Namun karena tujuan permohonan ini adalah unuk kepentingan perceraian mengakhiri ikatan perkawinan maka semakin
mempermudah hakim dalam proses pemeriksaannya. 6. Penetapan Nomor 1198 Pdt.G2014PA.Mdn dalam pembuktian dihadirkan
ke dua orang saksi beragama Kristen yang bernama Aris Sinulingga bin Raja Mul Sinulingga sebagai saksi I dan Berista Pelawi bin M Pelawi keduanya
merupakan keponakan pemohon yang telah bergaul sejak lama dalam
kehidupan bermasyarakat dengan pemohon. Namun hanya saksi I yang hadir pada saat perkawinan berlangsung dan mengetahui wali dan saksi perkawinan
pemohon dan alm istrinya sedang saksi lainnya bukan merupakan saksi perkawinan dan tidak hadir dalam perkawinan namun telah hidup bersama
dengan pemohon dan alm istrinya. Dalam penetapan ini, dua orang saksi yang dihadirkan di persidangan
pada dasarnya tidaklah memenuhi syarat formil hukum acara perdata Islam karena saksi tersebut tidak beragama Islam. Para ahli hukum Islam telah
sepakat bahwa kesaksian orang-orang non muslim terhadap orang-orang Islam tidak diperkenankan secara mutlak. Abu Hanifah, Imam Malik dan
Imam Syafi’i menolak kesaksian orang-orang non muslim secara mutlak.
292
Namun terlihat bahwa hakim mengedepankan keadilan substantif dibandingkan dengan keadilan prosedural sehingga kemashlahatan dari pihak
pemohon dan termohon untuk memperoleh dana pensiunan dari PT TASPEN lebih diutamakan. Kehadiran saksi non Islam ini menurut Hakim Pengadilan
Agama Kelas I-A Medan, Darmansyah, yang mengatakan bahwa dibenarkan adanya kesaksian saksi-saksi non Islam dalam pemeriksaan permohonan
itsbat nikah, karena dalam beberapa kasus terjadi kesulitan untuk menemukan saksi yang beragama Islam tetapi kepentingan para pihak mendesak demi
terwujudnya kemaslahatan.
293
292
Anshoruddin, Op. Cit, h.125.
293
Wawancara dengan Darmansyah, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 26 Februari 2015.
7. Penetapan Nomor 81Pdt.P2013PA.Mdn dalam pembuktian para pihak tidak pernah hadir kembali di persidangan sehingga tidak pula menghadirkan saksi
di muka pengadilan. Terjadinya suatu pernikahan sangat sulit untuk dibohongi. Walaupun
merupakan privat affair, namun dalam pelaksanaannya, mau tidak mau harus melibatkan banyak pihak, tidak hanya sepasang manusia berlainan jenis, minimal
ada orang tua dan saksi. Demikian juga halnya dengan lahirnya peristiwa lanjutan dari sebuah perkawinan seperti lahirnya seorang anak, akikahnya dan khitannya
sungguh sangat sulit untuk disembunyikan. Dilihat dari contoh permohonan itsbat nikah di atas, dalam proses
pembuktiannya sebagian besar sangat mengandalkan saksi. Terkadang bukti keterangan yang disampaikan saksi penuh emosi atau prasangka hunch yang
berlebihan. Bahkan dalam kenyataan, kebenaran yang dikemukakan dalam alat bukti saksi sering mengandung dan melekat unsur :
1. Dugaan dan prasangka 2. Faktor kebohongan
3. Unsur kepalsuan Akibat kenyataan inilah dalam putusan atau penetapan hakim tidak terkandung
kebenaran hakiki, tetapi kebenaran yang mengandung prasangka, kebohongan dan kepalsuan.
294
Hakim pengadilan Agama Kelas I-A Medan juga mengatakan bahwa kebohongan dan persekongkolan saksi adalah hal yang susah dihindari. Padahal
294
M. Yahya Harahap Buku II, Op.Cit, h. 497.
sebagian besar dalam permohonan itsbat nikah, saksilah sebagai kunci utama yang menghantarkan hakim pada penggambaran telah terjadinya perkawinan para pihak
yang memenuhi syarat dan rukun serta tidak adanya halangan perkawinan. Namun berdasarkan hasil wawancara hakim pula, hakim mengatakan upaya
meminimalisir kebohongan tersebut dilakukan dengan memaksimalkan peran hakim sebelum menyumpah para saksi yaitu melalui pemberian nasehat bahwa
persaksian di bawah sumpah dihadapan hakim harus benar. Jika suatu saat terbukti kebohongannya, maka dapat dipidana dengan tuduhan sumpah palsu dan
hukuman akhirat berupa azab dari Allah SWT.
295
Persangkaan atau Qarinah secara bahasa berasal dari kata “muqaronah” yang berari petunjuk. Meskipun qarinah merupakan alat bukti namun tidak semua
qarinah dapat dijadikan alat bukti. Menurut Roihan A. Rasyid qarinah dapat dijadikan sebagai alat bukti apabila qarinah itu jelas dan meyakinkan dan tidak
terbantahkan lagi oleh manusia normal dan berakal. 3. Persangkaan
296
295
Wawancara dengan Darmansyah, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 26 Februari 2015.
296
Anshoruddin, Op. Cit, h.89.
Dalam hukum acara perdata mengenai persangkaanqarinah diatur dalam Pasal 310 R.Bg.Pasal 173 HIR, namun dalam pasal tersebut tidak dijelaskan
pengertian dari persangkaan. Selanjutnya dalam Pasal 1915 KUHPerdata disebutkan bahwa persangkaan adalah kesimpulan yang diambil oleh undang-
undang atau oleh hakim yang ditarik dari suatu hal yang diketahui sampai hal- halperistiwa-peristiwa yang tidak diketahui atau dikenal.
Di dalam alat bukti persangkaan ini suatu peristiwa dibuktikan secara tidak langsung, artinya melalui atau dengan perantaraan pembuktian peristiwa-peristiwa
lain yang kemudian membangun keyakinan hakim.
297
Terkait uraian tersebut di atas, tentu saja bagi perkawinan yang pada kenyataannya sempat tercatat namun karena sesuatu hal menyebabkan akta nikah
hilang atau tidak dapat dipergunakan, dalam praktek akan lebih mudah mengumpulkan bukti autentik lainnya seperti Kartu Keluarga KK, Formulir
Model N, Akta Kelahiran anak, Ijazah Anak Tingkat SD, SLTP dan SLTA dan lain sebagainya karena perkawinan mereka sempat tercatat dan diakui negara.
Dari bukti autentik tersebut hakim akan berpendapat tentang adanya hubungan perkawinan yang sah antara para pihak.
Pada praktek persidangan, terdapat berbagai alat bukti, yang pada bentuknya merupakan bukti surat autentik,
namun secara materil merupakan bukti tidak langsung, yang dari padanya hakim dapat mengambil suatu kesimpulan, di mana bila satu dihubungkan dengan bukti
lainnya, akan mampu menguatkan tentang peristiwa atau suatu hubungan hukum.
298
Kartu Keluarga KK merupakan akta autentik di mana di dalamnya diterangkan tentang nama kepala keluarga, istri dari kepala keluarga tersebut,
anak-anak yang lahir dari pasangan tersebut dan alamatnya. Masing-masing anggota keluarga diterangkan secara detail perihal nama orang tua kandung
masing-masing, tempat tanggal lahir, pekerjaan, pendidikan, dan agamanya. Alur
297
Wawancara dengan Abdurrakhman, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 16 Maret 2015.
298
Wawancara dengan Abdurrakhman, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 16 Maret 2015.
birokrasi pembuatan surat administrasi pemerintahan turut memberikan nilai kekuatan pembuktian untuk sebuah KK.
299
Surat KeteranganKenal Lahir dan Akta Kelahiran merupakan akta autentik. Di dalamnya tidak hanya diterangkan nama anak, juga nama pasangan
orang tuanya. Kedudukannya sama dengan bukti-bukti yang diterangkan sebelumnya. Kekuatan pembuktiannya mesti ditunjang alat bukti yang lain. Foto
pernikahan merupakan alat bukti yang turut menunjukkan akan adanya suatu perkawinan. Majelis akan memastikan bahwa wajah yang tergambar di dalam foto
tersebut adalah wajah pihak berperkara. Sebelum melangsungkan perkawinan, suatu pasangan yang berkehendak
untuk menikah terlebih dahulu mengurus kelengkapan administratif untuk menikah yang dikenal masyarakat sebagai Formulir Model N. Di samping
membuktikan bahwa pihak berperkara telah mengurus kelengkapan surat menyurat untuk menikah.
300
3 tiga tahun, tentu memberikan keterangan dan fakta. Berbeda dengan ijazah strata 1, 2 atau 3, ijazah pada tingkat sekolah dasar
dan menengah di samping mencantumkan nama pemegang ijazah tersebut, juga menerangkan siapakah ayah kandungnya. Pendidikan di Sekolah Dasar SD
selama 6 enam tahun, dan pendidikan di sekolah menengah yang masing-masing
301
299
Wawancara dengan Abdurrakhman, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 16 Maret 2015.
300
Wawancara dengan Abdurrakhman, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 16 Maret 2015.
301
Wawancara dengan Abdurrakhman, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 16 Maret 2015.
Demikian juga halnya dengan Kartu Tanda Penduduk KTP. Akta autentik tersebut menerangkan tentang nama penduduk berikut tempat tanggal
lahir, alamat, agama, golongan darah dan status. Fakta sealamatnya para pihak dan hal-hal lain yang bisa digali dari KTP tersebut, bisa menguatkan atau setidaknya
memberikan fakta kepada hakim untuk menyimpulkan dan mengkontruksi suatu persangkaan.
302
Sumpah ialah suatu pernyataan yang khidmat yang diberikan atau diucapkan pada waktu memberi janji atau keterangan dengan mengingat akan sifat
mahakuasa daripada Tuhan dan percaya bahwa siapa yang memberi keterangan atau janji yang tidak benar akan dihukum oleh-Nya.
Dari bukti-buki inilah Majelis Hakim memiliki pijakan persangkaan tentang telah terjadinya suatu perkawinan. Secara substansial atau materil, surat
keterangan tersebut dapat disejajarkan dengan istifadhah sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya. Namun bukti persangkaan seperti ini harus ditunjang
dengan alat bukti yang lainnya. Namun akan sulit ketika berbicara mengenai perkawinan yang memang
belum pernah tercatat. Sehingga persangkaan hakim tidak akan dapat dibangun melalui bukti-bukti yang telah disebutkan sebelumnya. Dalam kondisi inilah saksi
menjadi alat bukti yang paling berperan dalam proses pembuktian. 4. Sumpah
303
302
Wawancara dengan Abdurrakhman, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 16 Maret 2015.
303
Anshoruddin, Op. Cit, h.99.
Jadi pada hakikatnya
sumpah merupakan tindakan yang bersifat religius yang digunakan dalam peradilan.
Dalam praktek, sumpah yang dipergunakan dalam pemeriksaan permohonan itsbat nikah ialah sumpah pelengkap supletoir.
304
Untuk dapat diperintahkan sumpah supletoir kepada pihak berperkara harus ada pembuktian permulaan lebih dahulu, tetapi belum mencukupi dan tidak
ada alat bukti lainnya sehingga apabila ditambah dengan sumpah pelengkap supletoir pemeriksaan perkaranya menjadi selesai sehingga hakim dapat
menjatuhkan putusannya, misalnya apabila hanya ada seorang saksi saja. Sumpah jenis ini
diatur dalam Pasal 155 HIR, 182 RBg dan 1940 KUHPerdata yaitu sumpah yang diperintahkan oleh hakim karena jabatannya kepada salah satu pihak untuk
melengkapi pembuktian peristiwa yang menjadi sengketa sebagai dasar putusannya.
305
Penetapanputusan yang telah melalui prosedur pembuktian seperti yang dibahas dalam penelitian ini pada akhirnya dikabulkan oleh hakim. Penetapan
Nomor 18Pdt.P2014PA. dikabulkan karena para pihak berhasil menghadirkan dua orang saksi langsung dalam perkawinan mereka meskipun tidak ada bukti
Walaupun dalam penetapan yang dibahas dalam penelitian ini tidak ditemukan alat bukti sumpah, namun hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan kerap
mempergunakan alat bukti ini dalam beberapa kasus.
304
Wawancara dengan Darmansyah dan Yusuf, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 26 Februari 2015, melihat juga wawancara dengan Abdurrakhman dan Bachtiar,
Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 16 Maret 2015.
305
Wawancara dengan Darmansyah dan Yusuf, Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 26 Februari 2015, melihat juga wawancara dengan Abdurrakhman dan Bachtiar,
Hakim Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, tanggal 16 Maret 2015.
surat yang menyatakan secara jelas atas adanya perkawinan mereka. Penetapan Nomor 48Pdt.P2014PA.Mdn dikabulkan oleh hakim dengan pertimbangan
walaupun kedua saksi tidak secara langsung menghadiri perkawinan Pemohon dan suaminya namun terdapat bukti surat yaitu Fotokopi Duplikat Akta Nikah
yang secara langsung menyatakan bahwa perkawinan tersebut pernah dicatat.Penetapan Nomor 52Pdt.P2014PA.Mdn dikabulkan oleh hakim karena
menghadirkan saksi I yang menghadiri langsung perkawinan Pemohon dan almarhum suaminya, sedangkan saksi II adalah tetangga Pemohon yang hidup
bertetangga dengan Pemohon sejak puluhan tahun lalu. Selain itu keyakinan hakim diperkuat dengan Kartu Keluarga yang dibawa Pemohon di muka
pengadilan. Selanjutnya Penetapan nomor 85Pdt.P2014PA.Mdn dikabulkan oleh
hakim karena diperkuat dengan Kartu Keluarga yang dibawa Pemohon di muka pengadilan meskipun kedua saksi yang hadir bukanlah saksi yang secara langsung
melihat perkawinan pemohon. Putusan Nomor 98Pdt.G2014PA.Mdn diajukan untuk penyelesaian perceraian yang dikabulkan oleh hakim karena menghadirkan
seorang saksi yang melihat secara langsung perkawinan Penggugat meskipun saksi lainnya bukanlah merupakan saksi langsung dan Penggugat tidak
menghadirkan bukti surat. Penetapan Nomor 1198Pdt.G2014PA.Mdn dikabulkan oleh hakim dengan adanya Kartu Keluarga yang dibawa Pemohon di
muka pengadilan meskipun kedua saksi yang hadir tidak memenuhi syarat formil saksi karena beragama non muslim, namun salah satu saksi mengakui menghadiri
perkawinan Pemohon dengan almarhum istrinya.
Setelah melihat berbagai alat bukti dalam permohonan itsbat nikah dan alat bukti yang dihadirkan para pihak dapat disimpulkan bahwa hakim Pengadilan
Agama Kelas I-A Medan memberikan kemudahan pelayanan bagi para pihak untuk mengesahkan perkawinan mereka karena kenyataannya alat bukti yang
dihadirkan sebagian besar adalah alat bukti tidak langsung dan beberapa alat bukti tidaklah memenuhi syarat formil. Namun melalui persangkaannya hakim patut
menduga bahwa telah terjadi perkawinan diantara pemohon maupun para pihak.
D. Implikasi Penetapan Itsbat Nikah Terhadap Hak Anak dan Hak Ibu