Kasus Posisi Aspek Pembuktian Oleh Para Pihak Dalam Permohonan Itsbat Nikah Di Pengadilan Agama (Studi Pada Pengadilan Agama Kelas I-A Kota Medan)

125 BAB IV PEMBUKTIAN OLEH PARA PIHAK DALAM PERMOHONAN ITSBAT NIKAH DI PENGADILAN AGAMA

E. Kasus Posisi

Pembahasan dalam bab ini mengkaji pembuktian dalam permohonan itsbat nikah dengan menganalisa beberapa penetapanputusan itsbat nikah Pengadilan Agama Kelas I-A Medan. Adapun kasus posisinya sebagai berikut : 1. Penetapan Nomor 18Pdt.P2014PA.Medan Diajukan oleh Sartika Sari Dewi binti Ahmad Effendy sebagai Pemohon I dan Indra bin Syahril sebagai Pemohon II yang menikah pada tanggal 16 Juni 2010 di Kelurahan Bahari Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan. Perkawinan antara Pemohon I dan II dilangsungkan dengan mahar Rp. 50.000,- dan dihadiri oleh dua orang saksi yang telah memenuhi syarat dalam hukum Islam. Wali perkawinan Pemohon I dan Pemohon II adalah ayah kandung dari Pemohon I bernama Effendy. Dari perkawinan tersebut, Pemohon I dan Pemohon II telah dikaruniai 2 orang anak bernama a. Andra; b. Fitri Aprilia. Selama perkawinan berlangsung Pemohon I dan II tidak pernah bercerai baik di bawah tangan maupun melalui pengadilan dan sejak permohonan itsbat nikah ini diajukan ke Pengadilan Agama Kelas I-A Medan tidak ada orang yang keberatan atas perkawinan Pemohon I dan Pemohon II. Tujuan para pihak mengajukan itsbat nikah adalah untuk mengurus akta kelahiran kedua orang anak dari para pihak. Sedangkan alasan para pihak mengajukan itsbat nikah berdasarkan Pasal 7 ayat 3 huruf e KHI yaitu bahwa perkawinan yang dilakukan oleh mereka tidak mempunyai halangan perkawinan menurut UUP 11974. 2. Penetapan Nomor 48Pdt.P2014PA.Mdn Diajukan oleh Muliati binti Malan sebagai Pemohon yang menikah dengan Almarhum Amir Syarifuddin bin Semaun pada tahun 1976 di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang dengan berwalikan wali nasab yang bernama Malan. Akad nikah dihadiri oleh 2 orang saksi namun telah meninggal dunia dengan mahar berupa uang tunai Rp. 1000,-. Dari perkawinan tersebut Pemohon dan Almarhum Amir Syarifuddin bin Semaun telah dikaruniai 4 orang anak bernama : a. Yulita Sari; b. Deni Herawati Sari; c. Suhada Sari; d. Sri Astuti Sari. Pada saat perkawinan, Pemohon berstatus gadis sedangkan Almarhum Amir Syarifuddin bin Semaun berstatus duda yang telah bercerai dari istri pertamanya dan telah mempunyai 5 anak sehingga perkawinan Pemohon dengan Almarhum Amir Syarifuddin bin Semaun tidak terdapat halangan perkawinan baik secara syara’ maupun menurut peraturan hukum yang berlaku. Selama masa perkawinan Pemohon dengan Almarhum Amir Syarifuddin bin Semaun tidak pernah bercerai dan masyarakat tidak ada yang keberatan dengan perkawinan mereka. Pada tanggal 13 Februari 2014 Amir Syarifuddin bin Semaun sebagai seorang Pensiunan PNS di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan meninggal dunia di Rumah Sakit Datu Beru Takengon, Aceh Tengah. Perkawinan Pemohon dengan Almarhum Amir Syarifuddin bin Semaun dihadiri dan dicatatkan oleh PPN dan buku nikah telah dikeluarkan oleh KUA Deli Tua namun tidak dapat digunakan untuk mengurus pensiunan suami Pemohon. Tujuan pengajuan itsbat nikah adalah untuk mengurus pensiunan suami karena duplikat akta nikahnya tidak dapat digunakan untuk mengurus dana pensiunan di PT Taspen. Dapat disimpulkan bahwa alasan pengajuan permohonan itsbat nikahnya adalah untuk mengganti buku nikah yang tidak bisa digunakan Pasal 7 ayat 3 huruf b KHI. 3. Penetapan Nomor 52Pdt.P2014PA.Mdn Diajukan oleh Surasmi binti Mustakim yang menikah dengan Almarhum Sariman pada tanggal 22 Mei 1963 di Kecamatan Deli Tua dengan berwalikan wali nasab yaitu abang kandung yang bernama Wasimin. Akad nikah dihadiri oleh dua orang saksi yang pertama bernama Sumardi dan yang kedua bernama Marsaid di mana keduanya telah meninggal dunia dengan mahar berupa uang tunai Rp. 25,-. Pada saat perkawinan Pemohon berstatus gadis dan Almarhum Sariman berstatus jejaka sehingga tidak ada sesuatu hal yang dapat menghalangi perkawinan tersebut baik secara syara’ ataupun peraturan hukum yang berlaku. Pemohon dan Almarhum Sariman telah dikaruniai 7 orang anak yaitu : a. Drs. Sugianto Selamat; b. Misni; c. Basuki Wibowo; d. Pariono; e. Mujiono; f. Indra Silawati; g. Sri Budiaty. Selama masa perkawinan Pemohon dan Almarhum Sariman bin Marsaid tidak pernah bercerai dan masyarakat tidak ada yang keberatan dengan perkawinan mereka. Di akhir hayatnya Almarhum Sariman bin Marsaid adalah seorang Pensiunan PNS di Kantor Pajak, Medan. Tujuan pengajuan itsbat nikah adalah untuk mengurus pensiunan suami dan uang duka di PT Taspen. Pada dasarnya perkawinan para pihak telah dicatatkan namun terdapat coretan pada buku nikah sehingga diragukan keabsahannya. Dapat disimpulkan bahwa alasan pengajuan permohonan itsbat nikahnya adalah untuk mengganti buku nikah yang tidak bisa digunakan Pasal 7 ayat 3 huruf b KHI. 4. Penetapan nomor 85Pdt.P2014PA.Mdn Diajukan oleh pasangan Hardiyanto bin Harmili sebagai Pemohon I dan Sumiati binti Teguh sebagai Pemohon II yang menikah pada tanggal 29 September 1994 di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Sejak kedua pihak bertempat tinggal di Kota Medan, perkawinan tersebut tidak tercatat pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Medan Denai. Bahwa pada saat perkawinan Pemohon I berstatus jejaka dalam usia 25 tahun, dan Pemohon II berstatus perawan dalam usia 26 tahun, perkawinan dilangsungkan dengan mahar berupa uang sebesar Rp. 5000,- dan dihadiri dua orang saksi yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam hukum Islam. Sedangkan wali perkawinan Pemohon I dan Pemohon II adalah wali hakim Pemohon II bernama Agus. Dari perkawinan tersebut Pemohon I dan Pemohon II telah dikaruniai 3 orang anak bernama: a. Novela Susanto; b. Jerry Rhamadhan Susanto; c. Muhammad Adib Susanto. Perkawinan antara Pemohon I dan Pemohon II tidak pernah bercerai baik di bawah tangan maupun di pengadilan dan sampai permohonan itsbat nikah ini diajukan ke Pengadilan Agama Kelas I-A Medan tidak ada orang yang keberatan atas perkawinan Pemohon I dengan Pemohon II. Tujuan para pihak mengajukan permohonan itsbat nikah adalah sebagai keperluan syarat membuat akta kelahiran anak. Sedangkan alasan para pihak mengajukan itsbat nikah berdasarkan Pasal 7 ayat 3 huruf e KHI yaitu bahwa perkawinan yang dilakukan oleh mereka tidak mempunyai halangan perkawinan menurut UUP 11974. 5. Putusan Nomor 98Pdt.G2014PA.Mdn Diajukan oleh Sri Wahyuni Binti H. Abu Bakar Hasan sebagai Penggugat melawan Muhammad Ghazali Hasan Bin M. Muhammad Makmur sebagai Tergugat di mana keduanya telah menikah pada tanggal 19 Desember 2003 yang dilaksanakan dengan syariat Islam berdasarkan Duplikat Kutipan Akta Nikah No. KK.12.15.7PW.0082005 yang dikeluarkan oleh KUA Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan, namun belum diganti dengan buku nikah. Perkawinan para pihak telah memenuhi syarat hukum perkawinan yang berwalikan nasab yaitu ayah kandung Penggugat dengan mahar emas 15 mayam dan dua saksi bernama Nur dan Martunas. Dari perkawinan tersebut para pihak telah dikaruniai 2 orang anak yaitu : a. Mhd. Mursal Al-Hasan; b. Syaqira Azzahriani. Pada mulanya rumah tangga Penggugat dan Tergugat berjalan dengan rukun dan damai selayaknya pasangan suami istri, namun hal tersebut mulai berubah menjadi tidak harmonis dan sering terjadi perselisihan dan pertengkaran sejak tahun 2010 hingga pada puncaknya sekitar Desember 2013 Penggugat dan Tergugat tidak tinggal bersama lagi. Penggugat akhirnya berkesimpulan bahwa rumah tangga mereka tidak dapat dipertahankan lagi. Dasar pengajuan itsbat nikah oleh para pihak adalah dalam rangka penyelesaian perceraian. Oleh karena itu tampak jelas alasan pengajuan itsbat nikah oleh para pihak ini merujuk kepada Pasal 7 ayat 3 huruf a KHI karena pada dasarnya, saat perkawinan para pihak, PPN hadir di tempat namun buku nikah tidak diberikan secara langsung. Ketika penggugat datang ke KUA setempat tidak didapati adanya buku nikah para pihak sampai sekarang. Dalam pemeriksaan di pengadilan pihak tergugat tidak pernah hadir sehingga upaya damai gagal tercapai. 6. Penetapan Nomor 1198 Pdt.G2014PA.Mdn Diajukan oleh Marita Munthe Bin Nukman Munthe sebagai Pemohon melawan Hermansyah Binti Marita Munthe, Herlina Jurniati Binti Marita Munthe, Edward Tuah Lingga Bin Marita Munthe, Yusmeri Mardiah Binti Marita Munthe, Beringin Jaya Bin Marita Munthe yang masing-masing bertindak sebagai termohon 1,2,3,4,5. Bahwa pemohon telah menikah dengan alm. Litingenana br Karo Binti Sampun Karo-Karo pada tanggal 17 Desember 1964 di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo dengan berwalikan wali hakim yang bernama Selamet Ketaren. Perkawinan dihadiri oleh 2 orang saksi dengan mahar perkawinan berupa uang Rp. 10.000,-. Pada saat perkawinan berlangsung Pemohon berstatus lajang dan alm. Litingenana br Karo Binti Sampun Karo-Karo berstatus gadis sehingga tidak terdapat sesuatu hal yang menghalangi perkawinan mereka. Dari perkawinan tersebut Pemohon dan alm. Litingenana br Karo Binti Sampun Karo-Karo telah dikaruniai 5 orang anak yang bernama : a. Hermansyah Binti Marita Munthe; b. Herlina Juniati Binti Marita Munthe; c. Edward Tuah Lingga Binti Marita Munthe; d. Yusmeri Mardiah Binti Marita Munthe; e. Beringin Jaya Bin Marita Munthe. Selama perkawinan Pemohon dan alm. Litingenana br Karo Binti Sampun Karo-Karo tidak pernah bercerai dan masyarakat tidak ada yang keberatan dengan perkawinan mereka. Pada saat meninggal dunia alm. Litingenana br Karo Binti Sampun Karo-Karo adalah seorang pensiunan Dinas Pendidikan Kabupaten Karo. Tujuan para pihak megajukan permohonan ini adalah untuk mengurus pensiunan istri Pemohon dan uang duka di PT Taspen. Pada dasarnya, perkawinan mereka sudah pernah didaftarkan di KUA Kecamatan Payung akan tetapi akta nikah hilang dan ketika dimintakan duplikatnya ke KUA Kecamatan Payung dinyatakan bahwa data Pemohon sudah tidak ada lagi oleh karena itu secara jelas terlihat bahwa alasan hukum pengajuan itsbat nikah yaitu Pasal 7 ayat 3 huruf b KHI. 7. Penetapan Nomor 81Pdt.P2013PA.Mdn Diajukan oleh Muhammad Maslah alias Surtamba Kodilinggem sebagai Pemohon I dan Nurhayati alias Masilamani binti Saprik sebagai Pemohon II. Pemohon II telah menikah dengan Almarhum Wan Abdullah Jafar Bin Wan Djapar pada tahun 1971 secara syariat Islam di Kecamatan tanjung Pura, Kabupaten Langkat dengan berwalikan saudara kandung yang bernama M. Syarif dan dihadiri oleh 2 orang saksi yang saat ini telah meninggal dunia. Dari perkawinan tersebut pemohon dan Almarhum Wan Abdullah Jafar Bin Wan Djapar memiliki satu orang anak bernama Wan Syahri. Adapun tujuan para pihak mengajukan itsbat nikah adalah untuk mengurus pensiunan suami PT TASPEN dan uang duka pensiunan janda karena surat keterangan sebagai pengganti surat nikah yang hilang tidak dapat diterima oleh PT TASPEN. Dapat disimpulkan bahwa alasan pengajuan permohonan itsbat nikahnya adalah untuk mengganti buku nikah yang hilang. Pasal 7 ayat 3 huruf b KHI.

F. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Memeriksa Permohonan Itsbat