Kesimpulan Aspek Pembuktian Oleh Para Pihak Dalam Permohonan Itsbat Nikah Di Pengadilan Agama (Studi Pada Pengadilan Agama Kelas I-A Kota Medan)

195 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dasar pertimbangan hakim dalam memeriksa permohonan itsbat nikah yang dibahas pada penelitian ini mencakup tiga hal yaitu dasar pertimbangan hakim dalam menerima permohonan dari para pihak, dasar pertimbangan hakim dalam memeriksa permohonan, dan dasar pertimbangan hakim dalam membuat penetapanputusan pengadilan atas permohonan itsbat nikah yang ketiganya saling mempengaruhi aspek pembuktian permohonan itsbat nikah. Adapun dasar pertimbangan hakim dalam menerima permohonan itsbat nikah dipengaruhi oleh dua hal yaitu pertama, disebabkan oleh lahirnya KHI yang memberikan kewenangan absolut yang luas pada Pengadilan Agama termasuk Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, untuk dapat mengesahkan seluruh alasan perkawinan tanpa pencatatan. Selain itu untuk dapat menerima permohonan itsbat nikah maka permohonan dari para pihak harus disertai dengan alasan dan tujuan permohonan yang jelas. Dasar pertimbangan kedua bahwa setelah permohonan masuk ke Pengadilan Agama Kelas I-A Medan, kemudian hakim memeriksa syarat-syarat formil dari sebuah permohonan.Pemenuhan syarat formil inilah yang akan menjadi dasar pertimbangan ketiga bagi hakim untuk memeriksa pokok perkara atas permohonan para pihak apakah telah memenuhi syarat materil atau tidak. 2. Prosedur pembuktian atas permohonan itsbat nikah di Pengadilan Agama Kelas I-A Medan adalah pintu utamapemeriksaan syarat materil dalam permohonan itsbat nikah yang sejatinya bertujuan untuk melihat apakah suatu perkawinan sah atau tidak. Indikatornya adalah bahwa perkawinan tersebut telah memenuhi syarat dan rukun perkawinan serta tidak memiliki halangan perkawinan. Alat bukti yang digunakan dalam permohonan itsbat nikah adalah alat bukti surat, saksi, persangkaan dan sumpah yang masing-masing harus memenuhi syarat materil dan formil. Dari keempat alat bukti tersebut, alat bukti utama yang diajukan oleh para pihak adalah alat bukti surat dan saksi. Alat bukti surat dan saksi tersebut dapat bersifat alat bukti langsung dan tidak langsung, artinya alat bukti surat tidak harus surat yang menyatakan secara langsung mengenai peristiwa perkawinan. Begitupun alat bukti saksi tidak harus saksi yang melihat secara langsung pelaksanaan suatu perkawinan melainkan dapat berupa saksi de auditu. Hingga akhirnya alat bukti surat dan saksi inilah yang akan melahirkan persangkaan hakim apakah mengabulkan atau menolak permohonan itsbat nikah oleh para pihak. 3. PenetapanPutusan itsbat nikah akan menghasilkan tiga kemungkinan apakah permohonan tidak dapat diterima, permohonan diterima dan dikabulkan, dan yang terakhir permohonan diterima tetapi ditolak. Ketiga kemungkinan ini akan melahirkan implikasi yang berbeda terhadap kedudukan hukum anak dan istri dari sebuah perkawinan yang diajukan permohonan itsbat nikahnya. Bagi pasangan suami istri yang itsbat nikahnya diterima dan dikabulkan oleh Pengadilan Agama maka perkawinannya mempunyai kekuatan hukum dan kepastian hukum sehingga anak dan istri dapat terlindungi hak-hak sipilnya. Sedangkan apabila itsbat nikah ditolak oleh hakim maka akan menimbulkan kemudharatan dan dampak yang sangat merugikan bagi perempuan sebagai istri dan anak hasil dari perkawinan tersebut. Oleh karena itu agar memperoleh pengakuan dan perlindungan hukum, dari awal pelaksanaan suatuperkawinan diharuskan memenuhi syarat materil dan dicatatkan oleh PPN sebagai syarat formil perkawinan.

B. Saran