BAB 2 STUDI KEPUSTAKAAN
2.1. Kumpulan PendapatHasil Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai kasus kelahiran mati di Indonesia secara khusus belum dapat ditemukan dalam suatu literatur buku maupun jurnal-jurnal penelitian sehingga
penulis mengalami kesulitan menemukan hasil-hasil penelitian terdahulu di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh Aarhus University Hospital terhadap 25.395 ibu hamil didapatkan informasi bahwa sebanyak 18.478 ibu hamil minum kopi
selama masa kehamilan. Berdasarkan analisis statistik yang dilakukan ditemukan bahwa ibu hamil yang selama kehamilan minum kopi lebih dari 8 delapan gelas atau
lebih kemungkinan untuk mengalami kelahiran mati 3 tiga kali dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak minum kopi.
Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa penyebab kelahiran mati antara lain fetoplacental dysfunction tidak berfungsinya plasenta, antepartum haemorrhage
perdarahan sebelum partus, congenital malformation adanya kelainan bawaan, intrapartum event adanya kejadian saat proses kehamilan, unexplained intrauterine
death kurangnya penjelasan kematian yang disebabkan perdarahan, maternal disease adanya penyakit pada ibu.
Kelahiran mati di negara Singapore pada tahun 1994 berjumlah 4,481000 kelahiran hidup. Kelahiran mati tertinggi pada masyarakat Melayu dan ibu yang tidak
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
melakukan pemeriksaan kehamilan pada dokter atau petugas kesehatan Bidan. Kelahiran mati di Amerika Serikat setiap tahunnya terjadi 26 per 1000 kelahiran
hidup Zachary, 2002. Kelahiran mati di Amerika Serikat berdasarkan faktor umur terbanyak pada
usia 20-24 tahun yaitu 8 orang 3,7 dari 19 kasus kelahiran mati pada tahun 2000 Kulakov, 2001.
2.2. Definisi yang Berhubungan Dengan Penelitian
2.2.1. Kelahiran Mati Still Birth
Kelahiran mati adalah keluarnya hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu atau berat badan lahir lebih atau sama
dengan 1000 gram Wiknjosastro, 2002. Program kesehatan bayi baru lahir tercakup di dalam program kesehatan ibu.
Dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer, target dari dampak kesehatan untuk bayi baru lahir adalah menurunkan angka kelahiran mati dari 25 per
1000 kelahiran hidup 1997 menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup 2010. Sehubungan dengan tersedianya data studi mortalitas SKRT 2001, beberapa
informasi mengenai kelahiran mati dapat dipertimbangkan sebagai informasi untuk kegiatan-kegiatan program dalam menurunkan kesakitan dan kematian bayi baru lahir
di Indonesia Depkes RI, 2003. Fetal death didefinisikan oleh World Health Organization WHO adalah
suatu kematian dari hasil konsepsi sebelum janin menunjukkan tanda-tanda
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
kehidupan yang sempurna atau keluar dari rahim ibu selama masa kehamilan. Kelahiran mati kematian janin yang terlambat dan kematian bayi yang terlalu cepat
kematian bayi pada minggu pertama kehidupan dikombinasikan dalam suatu kategori yang disebut dengan kematian perinatal Say, 2001.
Besarnya insiden kelahiran mati dihitung dengan mengetahui jumlah kematian janin pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih di kali 100 di bagi dengan jumlah
seluruh kelahiran, yang dikembangkan dalam suatu penelitian di Inggris sebagai ukuran dalam penelitian cross sectional, kohort dan survey Say, 2001.
100 28
× =
births total
of No
gestation of
weeks completed
more or
at deaths
fetal of
No s
Stillbirth of
Incidence
2.2.2. Kelahiran Hidup Live Birth
Kelahiran hidup adalah keluarnya hasil konsepsi secara sempurna dari ibunya tanpa memandang lamanya kehamilan, dan sesudah terpisah dari ibunya bernapas
atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyutan tali pusat atau pergerakan otot, tidak peduli apakah tali pusat telah dipotong atau belum Wiknjosastro, 2002.
2.2.3. Kematian Janin Foetal Death
Kematian janin adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. Kematian dinilai dengan
fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya janin tidak benafas atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung, atau pulsasi tali pusat, atau kontraksi
otot Wiknjosastro, 2002.
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Definisi ini seringkali pangkal perbedaan dalam angka-angka statistik mengenai kematian perinatal. Sebab perbedaan ini ialah karena kriterium yang
dipakai mengenai berat badan lahir dan lamanya masa kehamilan tidak selalu sama. Berhubung dengan ini WHO Expert Commitee on the Prevention of Perinatal
Morbidity and Mortality 1970 menganjurkan agar dalam perhitungan statistik, yang dinamakan kematian janin ialah kematian janin yang pada waktu lahir berat badannya
diatas 1000 gram. Kematian janin dapat dibagi dalam 4 golongan, yaitu
Golongan I : kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh Golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20 minggu hingga 28 minggu
Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan lebih 28 minggu Late Foetal Death
Golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga kelompok diatas.
2.2.4. Faktor Risiko
Faktor risiko adalah sesuatu yang ada pada diri seseorang atau komunitas yang mungkin pada suatu waktu dapat menyebabkan ketidaknyamanan, kesakitan
atau kematian Manuaba, 1998; Rochyati, 2002; Martaadisoebrata, 2005; Martianto, 1992.
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Menurut Backett, faktor risiko itu bisa bersifat biologis, genetik, lingkungan, atau psikososial. Namun, dalam kesehatan reproduksi, faktor risiko dibagi secara
lebih spesifik, yaitu Martaadisoebrata, 2005 : 1.
Faktor demografi : umur, paritas, dan tinggi badan 2.
Faktor medis biologis : underlying disease, seperti penyakit jantung dan malaria
3. Faktor riwayat obstetri : abortus habitualis, berbagai komplikasi obstetri, SC
4. Faktor lingkungan : polusi udara, kelangkaan air bersih, penyakit endemis.
5. Faktor sosioekonomibudaya : pendidikan, penghasilan, dan kepincangan
gender Martaadisoebrata, 2005. 2.3. Faktor Determinan Kelahiran
Mati
1. Usia Ibu Usia mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan ibu. Risiko
tinggi kelahiran mati terjadi pada ibu yang berumur 20 tahun dan 35 tahun. Banyak ibu-ibu yang berumur 20 tahun belum cukup matang dalam
menghadapi kehidupan sehingga belum siap secara fisik dan mental dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Usia ibu 20 tahun, rahim, panggul ibu
belum berkembang dengan baik, hingga perlu diwaspadai kemungkinan mengalami persalinan yang sulit dan keracunan kehamilan atau gangguan lain
karena ketidaksiapan ibu untuk menerima tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua. Sebaliknya jika terjadi kehamilan pada usia 35 tahun, tubuh ibu
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
sudah kurang siap lagi menghadapi kehamilan dan persalinan. Ibu yang berusia 35 tahun cenderung mengalami perdarahan, hipertensi, obesitas, diabetes,
myoma uteri, persalinan lama dan penyakit-penyakit lainnya. Selain risiko tinggi untuk terjadinya kehamilan kongenitas atau malformasi juga semakin besar 2
kali lebih besar dibanding usia 20-40 tahun Depkes RI, 2001. Hasil penelitian Soejoenoes 1976 di Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang
diperoleh bahwa dari 5508 kelahiran, yang mengalami kelahiran mati sebanyak 253 kasus, 126 kasus diantaranya ibu yang berumur kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 30 tahun. Usia hamil yang ideal bagi seorang wanita adalah antara umur 20-35
tahun karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya Draper, 2001.
2. Paritas
Risiko terhadap kesehatan ibu dan anak meningkat pada persalinan pertama, keempat dan seterusnya. Kehamilan yang paling aman adalah
kehamilan kedua dan ketiga. Hal ini sesuai dengan pendapat Moeluk tahun 1983 yang di kutip oleh Sarumpaet 2000 menyatakan bahwa persalinan yang paling
aman adalah persalinan kedua dan ketiga Sarumpaet, 2000; Pernol, 1984. Kehamilan dan persalinan anak pertama, risiko meningkat terutama
disebabkan karena ibu belum pernah menghadapi kehamilan dan persalinan, di samping itu jalan lahir baru pertama kali akan di coba dilalui oleh janin. Pada
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
kehamilan rahim ibu teregang oleh adanya janin. Bila terlalu sering melahirkan, rahim akan semakin melemah, maka perlu diwaspadai adanya gangguan pada
waktu kehamilan, persalinan dan nifas. Kehamilan dan persalinan anak kelima atau lebih risiko meningkat karena kehamilan dan persalinan berulang-ulang
akan mengakibatkan berkurangnya cadangan zat-zat tambahan misalnya, asam folat, Fe, Yodium, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin D, kelelahan pada tubuh
ibu dan alat kandungan Soejoenoes, 1976. Hasil penelitian Soejoenoes di RS Dr. Kariadi Semarang tahun 1976
menemukan bahwa dari 253 kasus kelahiran mati, 199 kasus diantaranya merupakan paritas pertama dan paritas keempat atau lebih.
3. Jarak Kelahiran
Risiko terhadap kematian ibu dan anak meningkat jika jarak antara dua kehamilan 2 tahun atau 5 tahun. Jarak kehamilan yang aman ialah antara 2-4
tahun. Jarak antara dua kehamilan yang 2 tahun berarti tubuh ibu belum kembali ke keadaan normal akibat kehamilan sebelumnya sehingga tubuh ibu
akan memikul beban yang lebih besar. Jarak kelahiran anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik, kehamilan dalam
keadaan ini perlu diwaspadai karena adanya kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, mengalami persalinan yang lama atau perdarahan. Sebaliknya jika
jarak antara dua kehamilan 5 tahun, disamping usia ibu yang sudah bertambah
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
juga mengakibatkan persalinan berlangsung seperti kehamilan dan persalinan pertama Depkes RI, 2001.
4. Riwayat Persalinan Yang Lalu Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan perdarahan, abortus,
partus prematuritas, kematian janin dalam kandungan, preeklamsiaeklamsia, kehamilan muda, kelainan letak pada hamil tua, hamil dengan tumor myoma
atau kista ovari serta semua persalinan tidak normal yang pernah dialami ibu merupakan risiko tinggi untuk persalinan berikutnya. Keadaan-keadaan tersebut
perlu diwaspadai karena kemungkinan ibu akan mendapatkan kesulitan dalam kehamilan dan saat akan melahirkan Pincus, 1998.
5. Umur Kehamilan Maturitas
Maturitas ialah kehamilan di hitung dari hari pertama periode menstruasi normal terakhir sampai dengan terjadinya proses kelahiran janin.
Berdasarkan umur kehamilan, persalinan dapat dibedakan atas: a. Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 22-36
minggu, janin dapat hidup tetapi premateur. b. Normal partus maturus adalah partus pada kehamilan 37-40 minggu antara
259 hari dan 280 hari, janin matur, berat badan diatas 2500 gram. c. Partus postmaturus serotinus adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau
lebih dari waktu partus normal atau pada kehamilam 40 minggu.
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Penelitian yang dilakukan Harjono Purwadhi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 1983 menemukan bahwa kematian perinatal yang tertinggi
terjadi pada umur kehamilan 32-36 minggu. Penelitian Soejoenoes tahun 1976 di RS Dr. Kariadi Semarang mendapatkan bahwa jumlah kelahiran mati terbesar
pada umur kehamilan 28-38 minggu.
6. Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan Pemeriksaan kehamilan hendaknya di mulai seawal mungkin yaitu segera
setelah tidak haid selama 2 bulan berturut-turut. Tujuannya jika ada kelainan pada kehamilan, cukup waktu untuk menanganinya sebelum persalinan Depkes
RI, 1998. Pelayanan antenatal mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan
dengan faktor-faktor lain seperti umur dan paritas. Dengan melakukan pemeriksaan kehamilan akan mempunyai kematian perinatal lebih rendah dari
pada ibu dengan umur atau paritas yang optimal Mutiara, 1994. Penelitian di Brazil yang di kutip oleh Mutiara 1994 melaporkan bahwa
jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan berhasil menurunkan AKP Angka Kematian Perinatal. AKP diantara wanita yang tidak melakukan pemeriksaan
kehamilan adalah 56,2 per 1000 kelahiran hidup, sementara untuk wanita yang melaksanakan pemeriksaan kehamilan sebanyak 10 kali atau lebih mempunyai
AKP 26,2 per 1000 kelahiran hidup.
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
7. Riwayat Penyakit Ibu Kesehatan dan pertumbuhan janin dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Bila
ibu mempunyai penyakit yang berlangsung lama atau merugikan kehamilannya, maka kesehatan dan kehidupan janin pun terancam Depkes RI, 2001.
Wanita hamil dengan penyakit seperti diabetes, hipertensi, anemia merupakan faktor yang memperbesar terjadinya kelahiran mati Mochtar, 1995.
Diabetes melitus pada ibu dapat mengakibatkan bayi mempunyai berat badan melebihi usia kehamilan makrosomia, karena kadar gula darah dalam
tubuh ibu sangat tinggi sehingga mempengaruhi pertumbuhan janin. Janin akan tumbuh dengan cepat melebihi usia kehamilan. Diabetes melitus pada bayi juga
dapat mengakibatkan hipoglikemia, karena ketika di dalam tubuh ibu, janin menyesuaikan jumlah insulin dengan keadaan tubuh ibunya tetapi setelah lahir
jumlah insulin yang telah terbentuk tidak sesuai dengan kadar gula darah dalam tubuh bayi kadar insulin yang berlebihan sehingga bayi dapat mengalami
hipoglikemia, hipokalsemia dan immaturitas Jumiarni, 1994. Hipertensi pada ibu dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat
dalam kandungan atau Intra Uterin Growth Retardation IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena hipertensi pada ibu akan menyebabkan
terjadinya perkapuran di dalam plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta. Dengan adanya perkapuran pada plasenta, makanan
dan oksigen yang masuk ke janin berkurang Jumiarni, 1994.
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
8. Anemia Ibu Anemia atau kurang darah adalah rendahnya kadar hemoglobin Hb
dalam sel-sel darah merah, yaitu kurang dari 11 gr. Prevalensi anemia pada ibu hamil pada tahun 1995 adalah 51,3 SKRT 1995. Kegiatan pencegahan
dan penanggulangan masalah anemia secara luas telah dilaksanakan bagi semua ibu hamil berupa pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan
dan bagi ibu hamil yang menderita anemia Hb 11 gr diberikan pengobatan khusus di puskesmas atau rumah sakit Depkes RI, 2002.
Tanda-tanda ibu menderita anemia seperti perasaan lesu, sering mengantuk, selaput bagian dalam kelopak mata, bibir dan kuku pucat serta
penglihatan berkunang-kunang Depkes RI, 1996. Masalah yang ditemui adalah rendahnya cakupan pemberian tablet Fe
yaitu sekitar 64,4 pada tahun 1998, hal ini disebabkan tidak mencukupinya persediaan tablet Fe saat pemeriksaan kehamilan Depkes RI, 2002.
Kegiatan yang saat ini dilaksanakan adalah mengganti Fe dengan multivitamin dan pemberiaan tablet Fe pada remaja putri sejak usia sekolah
menengah Depkes RI, 2002. Kehilangan fisiologis basal dari tubuh melalui kulit dan alat pencernaan
diperkirakan 14 mikrogram per kilogram berat badan per hari atau sekitar 0,8 miligram bagi wanita dewasa yang berat badannya 55 kilogram. Wanita selain
kehilangan zat besi melalui fisiologis basal juga terjadi kehilangan zat besi
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
melalui proses menstruasi. Jumlah zat besi yang hilang meliputi 95 wanita menstruasi adalah 1,6 miligram per hari Martianto, 1992.
Wanita yang berat badannya 55 kilogram, memerlukan tambahan zat besi untuk pembentukan hemoglobin sejumlah 500 miligram, untuk pembentukan
janin 290 miligram dan untuk plasentas 25 miligram serta untuk darah yang keluar pada saat melahirkan diperkirakan total kebutuhan zat besi wanita hamil
selama sembilan bulan kehamilan adalah 1000 miligram Martianto, 1992.
9. Jarak Rumah ke Tempat Pelayanan Kesehatan Sasaran ibu hamil ini hendaknya digambarkan dalam peta wilayah dengan
kode yang diperbaharui setiap bulan, sehingga ada peta ibu hamil yang bersifat dinamis. Peta ini perlu dilengkapi dengan lokasi ibu hamil berisiko Depkes RI,
1996. Pemanfaatan peta wilayah ini berguna untuk pembangunan fasilitas
kesehatan sehingga semua masyarakat dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang bersifat urgensi. Dengan adanya peta wilayah ibu hamil maka diharapkan
pelayanan kesehatan yang ada di desa dapat dijangkau dengan jarak kurang dari 3000 meter Depkes RI, 1996
10. Penyakit atau Kelainan Bawaan pada Janin
Morbiditas dan mortalitas perinatal mempunyai kaitan sangat erat dengan kehidupan janin dalam kandungan dan waktu persalinan. Secara umum,
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
penyebab morbiditas dan mortalitas janin antara lain anoksia dan hipoksia, infeksi, trauma lahir dan cacat bawaan.
11. Penyakit Infeksi Infeksi terjadi melalui kuman yang menulari janin dengan cara kontak
langsung dengan daerah-daerah yang sudah dicemari kuman, misalnya: a. Pada keadaan ketuban pecah dini, kuman dari vagina masuk ke dalam rongga
amnion. b.
Partus lama dan sering dilakukan pemeriksaan vagina yang tidak memperhatikan teknik aseptik dan antiseptik memungkinkan masuknya
kuman ke rongga vagina dan kemudian ke dalam rongga amnion. c. Pada ibu yang menderita gonorea, kuman menulari janin pada saat janin
melalui jalan lahir. 2.4. Pencegahan Kelahiran Mati
2.4.1. Pelayanan Antenatal-Care Secara Rutin
Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan janinnya. Hal ini meliputi pemeriksaan
kehamilan dan tindak lanjut terhadap penyimpangan yang ditemukan, pemberian intervensi dasar misalnya pemberian imunisasi TT dan teblet Fe, serta mendidik dan
memotivasi ibu agar dapat merawat dirinya selama hamil dan mempersiapkan persalinannya.
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Penerapan praktis pelayanan antenatal-care sering dipakai standard minimal yaitu, terdiri atas Depkes RI, 1996 :
1. Timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan suatu teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan untuk menilai suatu status gizi ibu.
2. Pemeriksaan tekanan darah 3. Pemeriksaan Hb
4. Pemeriksaan tinggi fundus uteri 5. Pemberian tetanus toksoid TT dua kali selama hamil
6. Pemberian tablet zat besi Fe minimal 90 tablet selama hamil. Antenatal-care merupakan kegiatan pemeriksaan ibu dan janin selama
kehamilan yang dilakukan secara teratur. Pemeriksaan antenatal pertama kali biasanya dilakukan pada bulan pertama kehamilan, selanjutnya periksa ulang 1 kali
sebulan dan periksa ulang 1 kali setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan. Jadwal pemeriksaan antenatal adalah sebagai berikut:
a. Trimester I dan II 1.
Setiap bulan sekali 2.
Di ambil data tentang laboratorium 3.
Pemeriksaan Ultrasonografi 4.
Nasehat Diet : - Empat sehat lima sempurna - Protein ½ grKg berat badan ditambah satu telorhari
5. Observasi :
- Penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan -
Komplikasi kehamilan
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
6. Rencana :
- Pengobatan penyakit - Menghindari terjadinya komplikasi kehamilan
- Imunisasi tetanus I b. Trimester III
1. Setiap seminggu atau dua minggu sampai ada tanda kelahiran tiba
2. Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan
3. Diet empat sehat lima sempurna
4. Pemeriksaan ultrasonografi
5. Imunisasi tetanus II
6. Observasi :
- Penyakit yang menyertai kehamilan - Komplikasi hasil trimester ketiga
- Berbagai kelainan kehamilan trimester III 7.
Nasehat dan petunjuk tentang: - Tanda inpartu
- Kemana harus datang untuk melahirkan Frekuensi kunjungan masing-masing ibu hamil berbeda-beda tergantung pada
keadaan masing-masing ibu hamil keluhan-keluhan. Tujuan pengawasan antenatal ialah menyiapkan sebaik-baiknya fisik dan mental ibu hamil, serta menyelamatkan
ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas sehingga keadaan ibu pada saat postpartum dalam keadaan sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga
mental. Ini berarti dalam antenatal-care harus diusahakan agar:
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
1. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini dan diobati 2. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat fisik maupun
mental Depkes RI, 1990.
2.4.2. Pengawasan Terhadap Kehamilan Risiko Tinggi High Risk
pregnancy
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan dimana jiwa dan kesehatan ibu atau janin dapat terancam. Penentuan kehamilan dengan risiko tinggi pada ibu maupun
janin dapat dilakukan dengan cara: a.
Melakukan anamnesa yang intensif baik yakni anamnese identitas istri dan suami, anamnese umum tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur,
perkawinan, tentang haid, tentang riwayat kehamilan yang lalu dan sebagainya
b. Melakukan pemeriksaan fisik
c. Melakukan pemeriksaan penunjang teknik diagnosa gawat janin, seperti:
1 Pemeriksaan laboratorium, misalnya pemeriksaan urine dan darah sekurang-kurangnya 2 kali selama kehamilan pada permulaan dan akhir
kehamilan 2 Pemeriksaan rontgenologi
Pemeriksaan rontgenologi di pakai sebagai penunjang diagnosa bila terdapat keragu-raguan pada pemeriksaan obstetrik. Pemeriksaan ini
boleh dilakukan pada kehamilan 4-5 bulan. Pemeriksaan rontgenologi
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
dapat memberikan informasi tentang keadaan janin dan kandungan letak janin, posisi janin dan tanda-tanda kematian janin dalam kandungan
3 Pemeriksaan Ultrasonografi USG USG tidak berbahaya bagi janin, jadi boleh dipergunakan pada kehamilan
muda. Pemeriksaan USG dapat mengetahui letak plasenta, jumlah air ketuban, taksiran berat badan janin, gerakan dan bunyi jantung janin
Depkes RI, 1990
2.4.3. Mewujudkan Pelayanan Kebidanan Yang Baik Dan Bermutu
Menurut Prawirohardjo hal-hal di bawah ini sangat perlu menjadi perhatian untuk dikembangkan seluas-luasnya dalam membina pelayanan kebidanan yang baik
dan bermutu memecahkan masalah kematian perinatal, antara lain: a.
Semua ibu hamil menggunakan kesempatan untuk menerima pengawasan serta pertolongan kehamilan, persalinan dan nifas.
b. Walaupun tidak semua persalinan berlangsung di rumah sakit, namun harus
ada kemungkinan bahwa ibu tersebut dapat menerima perawatan segera di rumah sakit jika terjadi komplikasi.
c. Pemberian prioritas bersalin di rumah sakit kepada:
1. Wanita dengan komplikasi obstetrik: panggul sempit, preeklamsia dan
eklamsia, kelainan letak, kehamilan ganda dan lain sebagainya.
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
2. Wanita dengan riwayat obstetrik yang buruk: perdarahan postpartum,
kematian janin sebelum lahir, dan sebagainya pada kehamilan sebelumnya.
3. Wanita dengan kehamilan pertama, kelima atau lebih
4. Wanita dengan umur di bawah 20 tahun atau 35 tahun ke atas.
2.4.4. Pengawasan Ibu dan Bayi
Pengawasan dan pengenalan tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas adalah tandagejala yang menunjukkan ibu atau bayi yang dikandungnya dalam
keadaan bahaya. Bila ada tanda bahaya, ibu perlu mendapatkan pertolongan segera di rumah sakit Depkes RI,2001.
Kebanyakan kehamilan berakhir dengan persalinan dan masa nifas normal. Namun, 15 sampai 20 diantara 100.000 ibu hamil mengalami gangguan pada
kehamilan, persalinan atau nifas Depkes RI, 2001. Gangguan tersebut dapat terjadi secara mendadak, dan biasanya tidak dapat
diperkirakan sebelumnya. Karena itu, tiap ibu hamil, keluarga dan masyarakat perlu mengetahui dan mengenali tanda bahaya. Tujuannya, agar dapat segera mencari
pertolongan ke bidan, dokter atau langsung ke rumah sakit untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi yang dikandungnya janin Depkes RI, 2001.
Ada 10 tanda bahaya yang perlu dikenali dalam pengawasan ibu dan bayi pada saat kehamilan yaitu :
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
1. Ibu tidak mau makan dan muntah terus
2. Berat badan ibu hamil tidak naik
3. Perdarahan
4. Bengkak tanganwajah, pusing, dan dapat diikuti kejang
5. Gerakan janin berkurang atau tidak ada
6. Kelainan letak janin dalam rahim
7. Ketuban pecah sebelum waktunya ketuban pecah dini
8. Persalinan lama
9. Penyakit ibu yang berpengaruh terhadap kehamilan
10. Demam tinggi pada masa nifas Depkes RI, 2001.
Pengenalan tanda bahwa tersebut di atas maka perlu dilakukan pengawasan seperti tersebut dibawah ini:
a. Pengawasan terhadap terjadinya infeksi
b. Pengawasan terhadap terjadinya trauma kelahiran.
Upaya peningkatan mutu pelayanan dan pengawasan diperlukan suatu manajemen yang baik dalam penanganan kelahiran mati. Untuk terlaksananya
kegiatan pengawasan kelahiran mati perlu di dukung oleh sumber daya manusia yang profesional dan sistem pencatatan dan pelaporan Depkes RI, 2003.
2.5. Manajemen Puskesmas
Pelayanan yang baik maka dibutuhkan berbagai sumber daya yang mengatur proses manajemen secara baik. Gerry Terry dikutip dari Hellriegel dan Slocum, 1992;
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Koontz dan Weirich, 1992; Winardi, 1990 dan juga pada dasarnya menyatakan bahwa manajemen terdiri dari planning, organizing, actuating dan controlling POAC.
Luther Gullick 1937 menyebutkan proses usaha dalam manajemen yang meliputi planning, organizing, staffing, directing, coordinating, operating, reporting,
budgeting dan supervising POSDCORBS. Stoner di kutip dari Hellriegel dan Slocum, 1992; Koontz dan Weirich, 1992; Winardi, 1990 memberikan definisi bahwa
manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi usaha-usaha dari anggota organisasi dan dari sumber organisasi lainnya untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan Yoga, 2003. Pelaksanaan manajemen puskesmas perlu memperhatikan upaya manajemen
kebutuhan demand yang ditandai dengan skala prioritas dan penyediaan pelayanan waktu yang tepat. Menejemen puskesmas memiliki peran untuk melakukan
perencanaan pengembangan dengan mengidentifikasi kesempatan yang ada, mengevaluasi manfaat bagi pelayanan pasien, penghitungan laba-rugi pengembangan
dan penilaian terhadap faktor lingkungan yang terkait Yoga, 2003. Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang sesuai berhubungan
dengan standar-standar dari suatu intervensi yang diketahui aman, dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi Wijono, 1999
Avedis Donobedian 1980 dalam bukunya The Definition of Quality and Approaches to Its Assessment The Definition of Quality and Approaches to Its
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Assessment dalam Wijono 1999 mengatakan bahwa mutu adalah suatu sifat yang dimiliki dan merupakan suatu keputusan terhadap unit-unit pelayanan tertentu dan
bahwa pelayanan dibagi ke dalam dua bagian yaitu teknik dan interpersonal. Mutu pelayanan kesehatan terdiri dari aplikasi ilmu kedokteran medical science dan
teknologi yang memaksimalkan manfaatnya terhadap kesehatan, tanpa menambah risikonya. Oleh karenanya, derajat mutu, pelayanan yang disediakan diharapkan
memberikan keseimbangan yang paling baik antara risiko dan manfaat Wijono, 1999.
Mutu pelayanan kesehatan adalah hasil akhir outcome dari interaksi dan ketergantungan antara berbagai aspek, komponen atau unsur organisasi pelayanan
kesehatan sebagai suatu sistem. Menurut Prof. A. Donabedian, ada tiga pendekatan evaluasi penilaian mutu yaitu dari struktur input, proses, output dan outcome
Wijono, 1999. a. Input
Struktur input meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan, sumber daya manusia dan sumber daya lainnya di fasilitas
kesehatan. b. Proses
Proses adalah semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain dan interaksinya dengan
pasien. Dalam pengertian ini mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
tindakan, prosedur dan penanganan kasus. Untuk mencapai hasil cakupan kegiatan pokok, puskesmas melakukan rangkaian kegiatan proses sebagai berikut:
1. Pengorganisasian tenaga yang ada
2. Lokakarya mini puskesmas
3. Pemantauan wilayah setempat PWS
4. Penyediaan peralatan dan bahan-bahan tepat waktu
5. Bimbingan teknis petugas pelaksana sesuai prosedur tetap
6. Penyuluhan kesehatan pada masyarakat
7. Pelayanan yang ramah dan bermutu
c. Output
Proses penyusunan kegiatan yang sistematis dan terencana maka dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan dengan sumber daya yang ada supaya lebih efisien dengan memperhatikan keadaan lingkungan sosial, budaya, fisik dan
biologik. Output yang dihasilkan dapat dirumuskan kekurangan atau kelemahan yang
ada pada input dan proses, di samping juga melihat faktor lingkungan. Walaupun lingkungan sendiri tidak dapat segera diperbaiki dengan kegiatan puskesmas, tetapi
pengetahuan tentang keadaan lingkungan dapat membantu merumuskan strategi atau cara pendekatan dalam melakukan kegiatan agar dapat berhasil.
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
d. Outcome Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan
profesional terhadap pasien. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif Wijono, 1999.
Penilaian terhadap
outcome adalah evaluasi hasil akhir dari kesehatan atau kepuasan. Evaluasi ini dalam banyak hal memberikan bukti atau fakta akhir dimana
pelayanan asuhan baik, buruk, atau diabaikan yang disebabkan karena keadaan sosial yang mendasar dalam arti luas dan kesepakatan profesi dimana hasil-hasilnya timbul,
paling sedikit terhadap derajat pelayanan asuhan yang semestinya Wijono, 1999. Terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat maka puskesmas harus di tunjang oleh manajemen puskesmas yang baik. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh puskesmas membentuk fungsi-
fungsi manajemen. Ada tiga fungsi manajemen puskesmas yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Semua
fungsi tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan Depkes RI, 2004
Puskesmas dalam pelayanan ibu hamil untuk mencapai sasaran dan target yang diharapkan perlu dilaksanakan pengelolaan upaya penjaringan ibu hamil melalui
pemeriksaan kesehatan K1 dan K4 melalui instrumen yang ada dipuskesmas yaitu perencanaan tingkat puskesmas, minilokakarya, dan stratifikasi puskesmas Depkes
RI, 2000.
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Pelayanan kesehatan perinatal di wilayah kerja Puskesmas lebih diutamakan kepada upaya peningkatan, pencegahan dan deteksi dini risiko tinggi pada masa
perinatal serta penatalaksanaannya pada tingkat pelayanan kesehatan dasar yang sesuai dengan batas kewenangan petugas kesehatan dalam rangka mendukung upaya
penurunan kematian bayi terutama pada masa neonatal Depkes RI, 1993. Contoh kasus:
Kegiatan pelayanan ibu hamil kunjungan pertama K1, maka diperhitungkan bahwa K1 diupayakan mencapai 85 output.
Input - Tenaga Kesehatan
- Sarana dan prasarana - Biaya
Proses - Penyuluhan kesehatan setiap kali dalam pembinaan posyandu
- Pembinaan kader posyandu oleh bidan di desa - Menambah waktu buka puskesmas pembantu
Output - Kegiatan yang dilakukan pada proses dan input maka diharapkan kunjungan ibu
hamil K1 dapat mencapai 85.
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Outcome - Pelayanan kunjungan ibu hamil yang mencapai 85 maka deteksi dini ibu hamil
risiko tinggi dapat segera ditangani sebagai pencegahan terjadinya kematian ibu dan bayi.
Pelayanan kesehatan perinatal masih belum mendapat perhatian sepenuhnya dan belum diupayakan secara komprehensif. Hal ini terlihat dari:
1. Kurangnya jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan perinatal yang
menyebabkan belum terjaminnya kesejahteraan janin dan keselamatan bayi baru lahir serta belum memadainya pelaksanaan perawatan pada bayi baru lahir.
2. Terbatasnya kemampuan dan keterampilan petugas dalam pelayanan kesehatan
perinatal termasuk penatalaksanaan kegawat-daruratan. 3.
Mekanisme rujukan medis pada saat ini masih belum mendukung upaya menurunkan kematian perinatal di suatu wilayah oleh karena banyaknya faktor
teknis dan non teknis yang berada di luar batas kemampuan petugas kesehatan. 4.
Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam memelihara kesehatan bayi yang harus di mulai sejak janin dalam kandungan hingga minggu pertama kehidupan
bayi. Hal ini terlihat dari kunjungan antenatal rata-rata kurang dari 4 kali, masih
banyak persalinan yang di tolong oleh dukun bayi, masih banyak perawatan bayi baru lahir tidak higienes, masih banyak ibu-ibu yang memberikan makanan lain
selain air susu kepada bayi baru lahir dan masih kurangnya penyuluhan mengenai kesehatan bayi baru lahir kepada keluarga dan masyarakat Depkes RI, 1993.
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Hal-hal yang perlu diperhatikan berdasarkan keadaan tersebut diatas maka perlu perencanaan pelayanan kesehatan perinatal di puskesmas sebagai berikut:
1. Menentukan target sasaran.
Target sasaran ditentukan oleh petugas puskesmas bersama-sama dengan kepala desa atau kader posyandu. Target pelayanan kesehatan perinatal
disesuaikan dengan target ibu hamil, pertolongan persalinan dan bayi baru lahir di wilayah tersebut. Target di buat per RTRW, per posyandu atau per desa
disesuaikan dengan kebutuhan setempat. 2.
Menyiapkan sarana dan peralatan. Sarana dan peralatan bagi penyelenggaraan pelayanan kesehatan perinatal
disiapkan sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar di tingkat keluarga, masyarakat, pondok bersalin, puskesmas dan puskesmas dengan
perawatan. Persiapan ini meliputi antara lain, menyiapkan kamarruangan untuk pelayanan antenatal dan tempat bersalin yang bersih dengan sistem penerangan
yang memadai, peralatan pertolongan persalinan yang steril, peralatan untuk perawatan tali pusat di rumah, sarana transportasi untuk persiapan rujukan dan
sebagainya. Persiapan dilakukan melalui pendekatan kepada keluarga dan masyarakat setempat.
Sarana dan peralatan yang harus tersedia di pusat pelayanan kesehatan masyarakat seperti puskesmas, polindes dan pustu seperti tercantum dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 900MENKESSKVII2002 dapat di lihat secara rinci pada tabel 2.1 berikut ini.
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Tabel 2.1 Daftar Peralatan Untuk Pertolongan Persalinan
No Jenis Alat
Tersedia Berfungsi
1. Tensi meter
R R
2. Stetoskop binoculer
R R
3. Monoral alat pendengar denyut jantung janin
dalam kandungan R
R 4.
Timbangan dewasa R
R 5.
Timbangan bayi R
R 6.
Pengukur panjang bayi R
R 7.
Termometer R
R 8.
Ambu bag dengan masker resusitasi ibu dan bayi R
R 9.
Penghisap lendir R
R 10.
Lampusorot R
R 11.
Sterilisator R
R 12.
Alat pemeriksa Hb sahli R
R 13.
Sarung tangan untuk mencuci alat R
R 14.
Masker R
R 15.
Pengamanan mata R
R 16.
Forceps R
R 17.
Gunting tali pusat R
R 18.
Gunting benang R
R 19.
Gunting episitomi R
R 20.
Kateter karetmetal R
R 21.
Pincet anatomi R
R 22.
Pincet chirurgial R
R 23.
Vagina spekulum R
R 24.
Pengikat tali pusat R
R 25.
Tampon vagina R
R 26.
Jarum kulit dan otot R
R 27.
Sarung tangan R
R 28.
Benang sutera dan catgut R
R 29.
Kapas R
R
Keterangan :
R : Tersedia dan Berfungsi
- : Tidak tersedia dan tidak berfungsi
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Peralatan proses persalinan yang seharusnya tersedia di puskesmas, pustu, maupun polindes sebanyak 29 jenis peralatan. Selain peralatan
tersebut, perlu juga disediakan formulir persalinan. Untuk lebih jelas formulir yang harus tersedia dapat di lihat pada tabel 2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2 Formulir Yang Disediakan Dalam Proses Persalinan
No Jenis Formulir yang Disediakan
Tersedia
1. Formulir ANC
R 2.
Formulir Partograp R
3. Formulir PersalinanNifas dan KB
R 4.
Buku register: ibu, bayi, anak, KB R
5. KMS ibu hamil
R 6.
Formulir laporan R
7. Formulir rujukan
R
Catatan : ANC
: Antenatal-Care KB
: Keluarga Berencana KMS
: Kartu Menuju Sehat
3. Menyiapkan tenaga yang mampu dan terampil.
Kemampuan petugas
kesehatan terutama bidan dan paramedis
puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan perinatal termasuk penatalaksanaan kegawat-daruratan dan rujukan perinatal yang sesuai
dengan kewenangannya dapat ditingkatkan dengan pelatihan, pembinaan dan konsultasi berjenjang dengan dokter puskesmasdokter ahli rumah
sakit, rujukan di samping pembinaan dukun bayi terlatih.
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
4. Menyiapkan kemandirian keluarga.
Peran serta masyarakat dan kemandirian keluarga dalam mendukung upaya keamanan persalinan dan keselamatan bayi baru lahir dapat
ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan yang intensif antara lain penyuluhan mengenai tanda-tanda risiko tinggi pada ibu hamil dan bayi
baru lahir berikut pencegahannya, tempat yang tepat bagi keluarga untuk mencari pertolongan kesehatan, cara merawat bayi baru lahir, memberikan
ASI kepada bayi segera setelah lahir dan sebagainya. 5.
Manfaatkan dan mendayagunakan potensi dan sumber daya masyarakat yang mendukung terselenggaranya upaya keamanan persalinan dan
keselamatan bayi baru lahir, misalnya dukungan dana sehat, melatih dukun beranak, dan lain-lain
6. Membuat rencana pembinaan dan pengawasan serta rencana tindak lanjut
berdasarkan pada skala prioritas. Dalam menyusun rencana ini termasuk pula rencana kegiatan pembinaan dan supervisi dukun bayi, pembinaan
ibu-ibukelompok peminat KIA, kader dan posyandu Depkes RI, 1993.
2.6. Landasan Teori