kehidupan yang sempurna atau keluar dari rahim ibu selama masa kehamilan. Kelahiran mati kematian janin yang terlambat dan kematian bayi yang terlalu cepat
kematian bayi pada minggu pertama kehidupan dikombinasikan dalam suatu kategori yang disebut dengan kematian perinatal Say, 2001.
Besarnya insiden kelahiran mati dihitung dengan mengetahui jumlah kematian janin pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih di kali 100 di bagi dengan jumlah
seluruh kelahiran, yang dikembangkan dalam suatu penelitian di Inggris sebagai ukuran dalam penelitian cross sectional, kohort dan survey Say, 2001.
100 28
× =
births total
of No
gestation of
weeks completed
more or
at deaths
fetal of
No s
Stillbirth of
Incidence
2.2.2. Kelahiran Hidup Live Birth
Kelahiran hidup adalah keluarnya hasil konsepsi secara sempurna dari ibunya tanpa memandang lamanya kehamilan, dan sesudah terpisah dari ibunya bernapas
atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyutan tali pusat atau pergerakan otot, tidak peduli apakah tali pusat telah dipotong atau belum Wiknjosastro, 2002.
2.2.3. Kematian Janin Foetal Death
Kematian janin adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. Kematian dinilai dengan
fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya janin tidak benafas atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung, atau pulsasi tali pusat, atau kontraksi
otot Wiknjosastro, 2002.
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Definisi ini seringkali pangkal perbedaan dalam angka-angka statistik mengenai kematian perinatal. Sebab perbedaan ini ialah karena kriterium yang
dipakai mengenai berat badan lahir dan lamanya masa kehamilan tidak selalu sama. Berhubung dengan ini WHO Expert Commitee on the Prevention of Perinatal
Morbidity and Mortality 1970 menganjurkan agar dalam perhitungan statistik, yang dinamakan kematian janin ialah kematian janin yang pada waktu lahir berat badannya
diatas 1000 gram. Kematian janin dapat dibagi dalam 4 golongan, yaitu
Golongan I : kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh Golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20 minggu hingga 28 minggu
Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan lebih 28 minggu Late Foetal Death
Golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga kelompok diatas.
2.2.4. Faktor Risiko
Faktor risiko adalah sesuatu yang ada pada diri seseorang atau komunitas yang mungkin pada suatu waktu dapat menyebabkan ketidaknyamanan, kesakitan
atau kematian Manuaba, 1998; Rochyati, 2002; Martaadisoebrata, 2005; Martianto, 1992.
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Menurut Backett, faktor risiko itu bisa bersifat biologis, genetik, lingkungan, atau psikososial. Namun, dalam kesehatan reproduksi, faktor risiko dibagi secara
lebih spesifik, yaitu Martaadisoebrata, 2005 : 1.
Faktor demografi : umur, paritas, dan tinggi badan 2.
Faktor medis biologis : underlying disease, seperti penyakit jantung dan malaria
3. Faktor riwayat obstetri : abortus habitualis, berbagai komplikasi obstetri, SC
4. Faktor lingkungan : polusi udara, kelangkaan air bersih, penyakit endemis.
5. Faktor sosioekonomibudaya : pendidikan, penghasilan, dan kepincangan
gender Martaadisoebrata, 2005. 2.3. Faktor Determinan Kelahiran
Mati
1. Usia Ibu Usia mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan ibu. Risiko
tinggi kelahiran mati terjadi pada ibu yang berumur 20 tahun dan 35 tahun. Banyak ibu-ibu yang berumur 20 tahun belum cukup matang dalam
menghadapi kehidupan sehingga belum siap secara fisik dan mental dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Usia ibu 20 tahun, rahim, panggul ibu
belum berkembang dengan baik, hingga perlu diwaspadai kemungkinan mengalami persalinan yang sulit dan keracunan kehamilan atau gangguan lain
karena ketidaksiapan ibu untuk menerima tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua. Sebaliknya jika terjadi kehamilan pada usia 35 tahun, tubuh ibu
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
sudah kurang siap lagi menghadapi kehamilan dan persalinan. Ibu yang berusia 35 tahun cenderung mengalami perdarahan, hipertensi, obesitas, diabetes,
myoma uteri, persalinan lama dan penyakit-penyakit lainnya. Selain risiko tinggi untuk terjadinya kehamilan kongenitas atau malformasi juga semakin besar 2
kali lebih besar dibanding usia 20-40 tahun Depkes RI, 2001. Hasil penelitian Soejoenoes 1976 di Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang
diperoleh bahwa dari 5508 kelahiran, yang mengalami kelahiran mati sebanyak 253 kasus, 126 kasus diantaranya ibu yang berumur kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 30 tahun. Usia hamil yang ideal bagi seorang wanita adalah antara umur 20-35
tahun karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya Draper, 2001.
2. Paritas
Risiko terhadap kesehatan ibu dan anak meningkat pada persalinan pertama, keempat dan seterusnya. Kehamilan yang paling aman adalah
kehamilan kedua dan ketiga. Hal ini sesuai dengan pendapat Moeluk tahun 1983 yang di kutip oleh Sarumpaet 2000 menyatakan bahwa persalinan yang paling
aman adalah persalinan kedua dan ketiga Sarumpaet, 2000; Pernol, 1984. Kehamilan dan persalinan anak pertama, risiko meningkat terutama
disebabkan karena ibu belum pernah menghadapi kehamilan dan persalinan, di samping itu jalan lahir baru pertama kali akan di coba dilalui oleh janin. Pada
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
kehamilan rahim ibu teregang oleh adanya janin. Bila terlalu sering melahirkan, rahim akan semakin melemah, maka perlu diwaspadai adanya gangguan pada
waktu kehamilan, persalinan dan nifas. Kehamilan dan persalinan anak kelima atau lebih risiko meningkat karena kehamilan dan persalinan berulang-ulang
akan mengakibatkan berkurangnya cadangan zat-zat tambahan misalnya, asam folat, Fe, Yodium, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin D, kelelahan pada tubuh
ibu dan alat kandungan Soejoenoes, 1976. Hasil penelitian Soejoenoes di RS Dr. Kariadi Semarang tahun 1976
menemukan bahwa dari 253 kasus kelahiran mati, 199 kasus diantaranya merupakan paritas pertama dan paritas keempat atau lebih.
3. Jarak Kelahiran
Risiko terhadap kematian ibu dan anak meningkat jika jarak antara dua kehamilan 2 tahun atau 5 tahun. Jarak kehamilan yang aman ialah antara 2-4
tahun. Jarak antara dua kehamilan yang 2 tahun berarti tubuh ibu belum kembali ke keadaan normal akibat kehamilan sebelumnya sehingga tubuh ibu
akan memikul beban yang lebih besar. Jarak kelahiran anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik, kehamilan dalam
keadaan ini perlu diwaspadai karena adanya kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, mengalami persalinan yang lama atau perdarahan. Sebaliknya jika
jarak antara dua kehamilan 5 tahun, disamping usia ibu yang sudah bertambah
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
juga mengakibatkan persalinan berlangsung seperti kehamilan dan persalinan pertama Depkes RI, 2001.
4. Riwayat Persalinan Yang Lalu Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan perdarahan, abortus,
partus prematuritas, kematian janin dalam kandungan, preeklamsiaeklamsia, kehamilan muda, kelainan letak pada hamil tua, hamil dengan tumor myoma
atau kista ovari serta semua persalinan tidak normal yang pernah dialami ibu merupakan risiko tinggi untuk persalinan berikutnya. Keadaan-keadaan tersebut
perlu diwaspadai karena kemungkinan ibu akan mendapatkan kesulitan dalam kehamilan dan saat akan melahirkan Pincus, 1998.
5. Umur Kehamilan Maturitas
Maturitas ialah kehamilan di hitung dari hari pertama periode menstruasi normal terakhir sampai dengan terjadinya proses kelahiran janin.
Berdasarkan umur kehamilan, persalinan dapat dibedakan atas: a. Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 22-36
minggu, janin dapat hidup tetapi premateur. b. Normal partus maturus adalah partus pada kehamilan 37-40 minggu antara
259 hari dan 280 hari, janin matur, berat badan diatas 2500 gram. c. Partus postmaturus serotinus adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau
lebih dari waktu partus normal atau pada kehamilam 40 minggu.
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
Penelitian yang dilakukan Harjono Purwadhi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 1983 menemukan bahwa kematian perinatal yang tertinggi
terjadi pada umur kehamilan 32-36 minggu. Penelitian Soejoenoes tahun 1976 di RS Dr. Kariadi Semarang mendapatkan bahwa jumlah kelahiran mati terbesar
pada umur kehamilan 28-38 minggu.
6. Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan Pemeriksaan kehamilan hendaknya di mulai seawal mungkin yaitu segera
setelah tidak haid selama 2 bulan berturut-turut. Tujuannya jika ada kelainan pada kehamilan, cukup waktu untuk menanganinya sebelum persalinan Depkes
RI, 1998. Pelayanan antenatal mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan
dengan faktor-faktor lain seperti umur dan paritas. Dengan melakukan pemeriksaan kehamilan akan mempunyai kematian perinatal lebih rendah dari
pada ibu dengan umur atau paritas yang optimal Mutiara, 1994. Penelitian di Brazil yang di kutip oleh Mutiara 1994 melaporkan bahwa
jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan berhasil menurunkan AKP Angka Kematian Perinatal. AKP diantara wanita yang tidak melakukan pemeriksaan
kehamilan adalah 56,2 per 1000 kelahiran hidup, sementara untuk wanita yang melaksanakan pemeriksaan kehamilan sebanyak 10 kali atau lebih mempunyai
AKP 26,2 per 1000 kelahiran hidup.
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
7. Riwayat Penyakit Ibu Kesehatan dan pertumbuhan janin dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Bila
ibu mempunyai penyakit yang berlangsung lama atau merugikan kehamilannya, maka kesehatan dan kehidupan janin pun terancam Depkes RI, 2001.
Wanita hamil dengan penyakit seperti diabetes, hipertensi, anemia merupakan faktor yang memperbesar terjadinya kelahiran mati Mochtar, 1995.
Diabetes melitus pada ibu dapat mengakibatkan bayi mempunyai berat badan melebihi usia kehamilan makrosomia, karena kadar gula darah dalam
tubuh ibu sangat tinggi sehingga mempengaruhi pertumbuhan janin. Janin akan tumbuh dengan cepat melebihi usia kehamilan. Diabetes melitus pada bayi juga
dapat mengakibatkan hipoglikemia, karena ketika di dalam tubuh ibu, janin menyesuaikan jumlah insulin dengan keadaan tubuh ibunya tetapi setelah lahir
jumlah insulin yang telah terbentuk tidak sesuai dengan kadar gula darah dalam tubuh bayi kadar insulin yang berlebihan sehingga bayi dapat mengalami
hipoglikemia, hipokalsemia dan immaturitas Jumiarni, 1994. Hipertensi pada ibu dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat
dalam kandungan atau Intra Uterin Growth Retardation IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena hipertensi pada ibu akan menyebabkan
terjadinya perkapuran di dalam plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta. Dengan adanya perkapuran pada plasenta, makanan
dan oksigen yang masuk ke janin berkurang Jumiarni, 1994.
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
8. Anemia Ibu Anemia atau kurang darah adalah rendahnya kadar hemoglobin Hb
dalam sel-sel darah merah, yaitu kurang dari 11 gr. Prevalensi anemia pada ibu hamil pada tahun 1995 adalah 51,3 SKRT 1995. Kegiatan pencegahan
dan penanggulangan masalah anemia secara luas telah dilaksanakan bagi semua ibu hamil berupa pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan
dan bagi ibu hamil yang menderita anemia Hb 11 gr diberikan pengobatan khusus di puskesmas atau rumah sakit Depkes RI, 2002.
Tanda-tanda ibu menderita anemia seperti perasaan lesu, sering mengantuk, selaput bagian dalam kelopak mata, bibir dan kuku pucat serta
penglihatan berkunang-kunang Depkes RI, 1996. Masalah yang ditemui adalah rendahnya cakupan pemberian tablet Fe
yaitu sekitar 64,4 pada tahun 1998, hal ini disebabkan tidak mencukupinya persediaan tablet Fe saat pemeriksaan kehamilan Depkes RI, 2002.
Kegiatan yang saat ini dilaksanakan adalah mengganti Fe dengan multivitamin dan pemberiaan tablet Fe pada remaja putri sejak usia sekolah
menengah Depkes RI, 2002. Kehilangan fisiologis basal dari tubuh melalui kulit dan alat pencernaan
diperkirakan 14 mikrogram per kilogram berat badan per hari atau sekitar 0,8 miligram bagi wanita dewasa yang berat badannya 55 kilogram. Wanita selain
kehilangan zat besi melalui fisiologis basal juga terjadi kehilangan zat besi
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
melalui proses menstruasi. Jumlah zat besi yang hilang meliputi 95 wanita menstruasi adalah 1,6 miligram per hari Martianto, 1992.
Wanita yang berat badannya 55 kilogram, memerlukan tambahan zat besi untuk pembentukan hemoglobin sejumlah 500 miligram, untuk pembentukan
janin 290 miligram dan untuk plasentas 25 miligram serta untuk darah yang keluar pada saat melahirkan diperkirakan total kebutuhan zat besi wanita hamil
selama sembilan bulan kehamilan adalah 1000 miligram Martianto, 1992.
9. Jarak Rumah ke Tempat Pelayanan Kesehatan Sasaran ibu hamil ini hendaknya digambarkan dalam peta wilayah dengan
kode yang diperbaharui setiap bulan, sehingga ada peta ibu hamil yang bersifat dinamis. Peta ini perlu dilengkapi dengan lokasi ibu hamil berisiko Depkes RI,
1996. Pemanfaatan peta wilayah ini berguna untuk pembangunan fasilitas
kesehatan sehingga semua masyarakat dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang bersifat urgensi. Dengan adanya peta wilayah ibu hamil maka diharapkan
pelayanan kesehatan yang ada di desa dapat dijangkau dengan jarak kurang dari 3000 meter Depkes RI, 1996
10. Penyakit atau Kelainan Bawaan pada Janin
Morbiditas dan mortalitas perinatal mempunyai kaitan sangat erat dengan kehidupan janin dalam kandungan dan waktu persalinan. Secara umum,
Viktor: Analisis Faktor Risiko Pada Kelahiran Mati Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2005-2006, 2007. USU e-Repository © 2008
penyebab morbiditas dan mortalitas janin antara lain anoksia dan hipoksia, infeksi, trauma lahir dan cacat bawaan.
11. Penyakit Infeksi Infeksi terjadi melalui kuman yang menulari janin dengan cara kontak
langsung dengan daerah-daerah yang sudah dicemari kuman, misalnya: a. Pada keadaan ketuban pecah dini, kuman dari vagina masuk ke dalam rongga
amnion. b.
Partus lama dan sering dilakukan pemeriksaan vagina yang tidak memperhatikan teknik aseptik dan antiseptik memungkinkan masuknya
kuman ke rongga vagina dan kemudian ke dalam rongga amnion. c. Pada ibu yang menderita gonorea, kuman menulari janin pada saat janin
melalui jalan lahir. 2.4. Pencegahan Kelahiran Mati
2.4.1. Pelayanan Antenatal-Care Secara Rutin