2.23 Sikap Attitude
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulusjo Notoadmodjo, 2003. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat difatsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Secara sikap nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb dalam Notoatmodjo, 2003 menyatakan bahwa
sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas,
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang
terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Seperti halnya dengan
pengetahuan, sikap juga terdiri dari tingkatan-tingkatan, yaitu: 1.
Menerima Receiving Menerima dapat diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan objek 2.
Merespon Responding Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap. 3.
Menghargai Valuing Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
Anita : Hubungan Kompetensi Bidan Dalam Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal Di Kabupaten Aceh…, 2008 USU e-Repository © 2009
4. Bertangung jawab Responsible
Bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
2.24 Asuhan Persalinan Normal APN
Kompetensi petugas pelaksana pertolongan persalinan dijenjang pelayanan dasar, dilakukan oleh kerjasama Departemen Kesehatan Depkes RI, Perkumpulan
Obstetri dan Gynecologi Indonesia POGI, Ikatan Bidan Indonesia IBI Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi JNPK-KR dengan bantuan teknis
dari JHPIEGO dan PRIME, mengindikasikan bahwa terdapat kesenjangan kompetensi yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan bagi ibu hamil dan
bersalin. Berdasarkan temuan tersebut, tim kerjasama telah merancang suatu pelatihan klinik yang diharapkan mampu untuk memperbaiki kompetensi para
penolong persalinan melalui pelatihan asuhan persalinan normal JNPKKR, et al, 2006.
Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup untuk mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai
upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Dengan
pendekatan yang seperti ini, berarti bahwa: upaya asuhan persalinan normal harus didukung oleh adanya alasan yang kuat dan berbagai bukti ilmiah yang dapat
menunjukkan adanya manfaat apabila diaplikasikan pada setiap proses persalinan JNPKKR, et al, 2006.
Anita : Hubungan Kompetensi Bidan Dalam Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal Di Kabupaten Aceh…, 2008 USU e-Repository © 2009
Keterampilan yang diajarkan dalam pelatihan APN harus merupakan dasar dalam melakukan asuhan kepada semua ibu selama proses persalinan dan setelah bayi
lahir, yang harus mampu dilakukan oleh setiap penolong persalinan di manapun peristiwa persalinan itu terjadi. Persalinan dapat terjadi di rumah, Puskesmas ataupun
rumah sakit. Penolong persalinan pada saat itu kemungkinan adalah dukun, bidan, dokter umum atau bahkan dokter spesialis obstetric-ginekologi. Asuhan ini dapat
disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari ibu dan bayi baru lahir, maupun disesuaikan dengan lingkungan di mana tempat asuhan diberikan JNPKKR, et al,
2006.
2.25 Kala I Persalinan